Anda di halaman 1dari 19

PERAWATAN LUKA

Muhammad Irvan Almaqdisi


2008437729

CLINICAL CLERKSHIP – DEPARTMENT OF SURGERY


ARIFIN ACHMAD GENERAL HOSPITAL OF RIAU PROVINCE
UNIVERSITY OF RIAU, FACULTY OF MEDICINE
2021
Definisi
Luka didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas jaringan tubuh oleh
sebab fisik, mekanik, kimia dan termal
Jenis-jenis luka
1. Luka terbuka  Luka yang terpapar oleh udara karena adanya
kerusakan pada kulit dengan atau tanpa kerusakan jaringan di
bawahnya
2. Luka tertutup  cedera pada jaringan di mana kulit masih utuh
Jenis berdasarkan penyebab luka
• Erosi, Abrasi, Ekskoriasi
• Erosi : luka sampai stratum corneum
• Abrasi : luka sampai stratum spinosum
• Ekskoriasi : luka sampai stratum basale

• Laserasi  terjadi jika kekuatan trauma melebihi kekuatan regang jaringan


• Insisi : luka sayatan akibat kekerasan tajam
• Tension laceration : trauma tumpul akibat kekerasan yang melebihi daya regang
jaringan
• Crush atau compression laceration : Laserasi kulit terjadi karena kulit tertekan di
antara objek dan tulang di bawahnya
Jenis berdasarkan tingkat kontaminasi
• Luka bersih (clean wounds)
 luka elektif, bukan emergency, tidak disebabkan oleh trauma, ditutup secara primer tidak ada
tanda inflamasi akut, prosedur aseptik dan antiseptik dijalankan dengan baik, tidak melibatkan
traktus respiratorius, gastrointestinal, bilier dan genitourinarius. Kulit di sekitar luka tampak bersih,
tidak ada tanda inflamasi. Risiko infeksi <2%
• Luka bersih terkontaminasi (clean-contamined wounds)
 luka urgent atau emergency tapi bersih, tidak ada material kontaminan dalam luka. Risiko infeksi
<10%
• Luka terkontaminasi (contamined wounds)
 tampak tanda inflamasi non-purulen; luka terbuka < 4 jam; kronis; luka terbuka dan luas
(indikasi untuk skin grafting); prosedur aseptic dan antiseptic tidak dijalankan dengan baik. Risiko
infeksi 20%
• Luka kotor atau infeksi (dirty wounds)
 tampak tanda infeksi kulit sekitar luka, pus dan jaringan nekrotik; luka terbuka > 4 jam; terdapat
perforasi traktus respiratorius, gastrointestinal, bilier atau genitourinarius. Risiko infeksi 40%
Derajat luka
• Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema)
 luka yang terjadi pada lapisan epidermis
• Stadium II : Luka “Partial Thickness”
 hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.
Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang
yang dangkal
• Stadium III : Luka “Full Thickness”
 hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang
dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya
pada epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya
• Stadium IV : Luka “Full Thickness”
 Luka mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan
yang luas
Proses penyembuhan luka
• Fase inflamasi
• Membersihkan (remove) dari jaringan non vital
• Mencegah infeksi
• Fase proliferasi
• Menjaga keseimbangan scar formation dan tissue regeneration
• Fase remodeling
• Memaksimalkan kekuatan dan integritas struktur jaringan
• Fase inflamasi (0-3 hari)
1. Hemostasis 2. Inflamasi
a. Vasokonstriksi
b. Koagulasi
Clot Fibrin yang terbentuk memiliki
peran sebagai pro inflamasi sehingga
menarik
• Netrofil (48 jam pertama) : sebagai
fagositosis dan mencegah infeksi
• Monocit/makrofag (48-72 jam) ;
berfungsi sebagai fagositosis debris
dan bakteri dan memproduksi growth
factor
• Fase proliferasi (3-21 hari)
 Makrofag berperan dalam memproduksi growth factor
• PDGF dan TGF-β1 : menginduksi fibroblast membentuk deposit extracellular matrix
• VEGF dan FGF : menginduksi endothelial cell untuk angiogenesis membantu
pembentukan extracelullar matrix
• Makrofag + fibroblast + endothelial cell bersama-sama membentuk jaringan granulasi
sebagai extracelullar matrix. Matrix fibrin yang terbentuk sebelumnya diganti menjadi
colagen tipe III. Setelah matrix colagen mengisi wound cavity secara bersamaan
disertai dengan proses apoptosis sehingga pembentukan jaringan
granulasi/extracelullar matrix berhenti, keratinosit mulai menjalar dari tepi luka
untuk menutupi defek. Gangguan pada tahap ini menyebabkan terjadinya
hipertrofik scar
• Fase remodeling (21 hari-1 tahun)
 Colagen remodeling tipe III menjadi tipe I, regresi pembuluh darah &
jaringan granulasi berlanjut hingga terjadi wound contraction oleh
myofibroblast & terbentuk parut/skar. Skar matur hanya mengembalikan tensile
strength kulit normal 70 %
Faktor yang mempengaruhi luka
1. Usia
2. Nutrisi
3. Infeksi
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
5. Hematoma
6. Benda asing
7. Iskemia
8. Diabetes
9. Keadaan Luka
10. Obat
Tujuan perawatan luka
1. Menciptakan kondisi lingkungan yang optimal untuk penyembuhan
luka.
2. Membersihkan luka dari eksudat dan jaringan nekrotik.
3. Melindungi luka dari infeksi.
4. Mengeliminasi faktor-faktor yang mengganggu penyembuhan luka.
5. Menstimulasi pertumbuhan jaringan baru.
6. Mengembalikan fungsi.
7. Memperbaiki kerusakan jaringan dengan gangguan kosmetik
seminimal mungkin.
Persiapan perawatan luka
1. Set steril yang terdiri atas :
a. Pembungkus 2. Alat-alat yang diperlukan lainnya
b. Kapas atau kasa untuk seperti : extra balutan dan zalf
membersihkan luka 3. Gunting
c. Tempat untuk larutan 4. Kantong tahan air untuk tempat
d. Larutan anti septic balutan lama
e. 2 pasang pinset 5. Plester atau alat pengaman
balutan
f. Gas untuk menutup luka.
6. Selimut mandi jika perlu, untuk
menutup pasien
7. Anestesi : lidocaine 1%
Prosedur perawatan luka
• Untuk luka yang dilakukan anestesi:
• tindakan aseptik dan antiseptik
• injeksi menggunakan jarum ukuran kecil (ukuran 25-30)
• Injeksikan secara perlahan ke dalam atau ke bawah kulit di sekeliling luka untuk
• Tunggu 5-10 menit sampai anestesi bekerja

• Pencucian luka
• untuk membersihkan luka yang sangat kotor, misalnya kontaminasi kotoran atau aspal,
diperlukan irigasi tekanan tinggi (5-8 psi) atau tindakan scrubbing. Irigasi tekanan tinggi
dilakukan dengan menyemprotkan NaCl fisiologis atau akuades menggunakan spuit 10- 50 mL
• larutan antiseptik seperti povidone iodine 10% hanya digunakan pada luka akut, dan tidak
digunakan terlalu sering, karena justru akan merusak sel-sel kulit baru dan sel-sel fagosit yang
bermigrasi ke area luka
Prosedur perawatan luka
• Debridement  proses mengangkat jaringan mati dan benda asing
dari dalam luka untuk memaparkan jaringan sehat di bawahnya.
• Jenis debridement:
1. Surgical debridement  dilakukan menggunakan scalpel, forcep &
gunting jaringan
2. Mechanical debridement  dilakukan dengan kassa lembab atau irigasi
dengan cairan normal saline
3. Chemical debridement  dengan obat-obat yang mengandung enzim
proteolitik
Prosedur perawatan luka
• Penutupan luka secara primer  dengan jahitan atau skin flap
• Menjahit luka laserasi
• Setelah dijahit, diberikan aplikasi salep antibiotika atau vaselin tipis-tipis,
kemudian tutup luka dengan kassa steril dan diplester
• Kassa diganti setelah 24 jam
• Luka dijaga tetap bersih dan kering
• Luka ditutup selama 3-5 hari (tergantung ukuran luka), kemudian dibiarkan
dalam keadaan terbuka sampai jahitan diangkat.
• Jahitan diangkat setelah 5-7 hari (luka di wajah), 10-14 hari (luka di tangan
atau di tempat-tempat lain dengan regangan tinggi, misalnya di atas
persendian) atau 7-10 hari (di tempat lain)
Prosedur perawatan luka
• Wound dressing
• Balutan basah-kering  Indikasinya untuk membersihkan luka kotor atau
terinfeksi
• Lembabkan kassa dengan saline steril.
• Buka lipatannya dan tutupkan pada luka.
• Pasang lembaran kassa steril kering di atasnya.
• Biarkan kassa menjadi kering kemudian diangkat.
• Saat kassa terangkat akan membawa serta debris. (lembabkan kassa jika susah diangkat)
• Balutan basah-basah  indikasinya mengusahakan luka agar tetap kering dan
untuk menyerap eksudat
• Lembabkan kassa dengan saline steril.
• Buka lipatannya dan tutupkan pada luka.
• Pasang lembaran kassa kering di atasnya.
• Kassa tidak boleh mengering dan menempel pada luka.
• Memilih balutan
• Untuk luka bersih, gunakan balutan basah-basah atau balutan mengandung
pelembab.
• Untuk luka yang memerlukan debridement, gunakan balutan basah-kering
sampai luka bersih dan diganti dengan regimen balutan yang berbeda.
• Untuk luka yang tertutup oleh jaringan nekrotik, tetap harus dilakukan
debridement mekanis, baru kemudian ditutup dengan balutan yang sesuai.
Sekian & Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai