Anda di halaman 1dari 3

Debu

1. Instrumen

Pengukuran kadar debu di udara bertujuan diketahuinya kadar debu di udara pada suatu
lingkungan kerja yang sesuai dengan konsentrasi lingkungan kerja yang sesuai, dengan kondisi ruang
kerja yang aman dan sehat bagi pegawai.

Dengan kata lain kondisi udara di lingkungan tempat kerja kadar debunya berada pada kondisi
kurang dari Nilai Ambang Batas atau melebihi Nilai Ambang Batas. Hal ini dilaksanakan dengan
pengukuran sebagai pedoman perusahaan untuk mengetahui ruang lingkup kerja karyawan yang sehat
dan menciptakan lingkungan yang aman. Sekaligus menekan adanya peningkatan tingkat prevalensi
penyakit akibat kerja.

Pengukuran/pengambilan sample di udara biasanya menggunakan metode gravimetric.


Gravimetric merupakan cara menghisap dan melewatkan udara dalam volume tertentu memulai
saringan serta gelas/kertas saring. Alat yang biasanya digunakan untuk pengukuran sampel debu total
(TSP) di udara seperti:

a. High Volume Air Sample

Alat ini dapat menghisap udara ambien dengan menggunakan pompa berkecepatan 1,1-7 m3/menit,
partikel debu dengan berdiameter 0,1-100 mikron mampu masuk bersama aliran udara melewati
saringan dan berkumpul pada permukaan serat gelas. Alat ini dapat digunakan untuk mengambil contoh
udara dan bila kandungan partikel debu sangat tinggi maka waktu saat pengukuran dapat dikurangi.

b. Low Volume Air Sampler

Alat ini mampu menangkap debu sesuai dengan ukuran yang kita inginkan, dengan cara mengatur flow
rate. Untuk flow rate 20 liter/menit dapat menangkap partikel debu dengan ukuran 10 mikron. Debu
dapat dihitung dengan mengetahui berat kertas saring sebelum dan sesudah dilakukannya pengukuran.

c. Low Volume Dust Sampler

Alat ini mempunyai sebuah metode dan prinsip kerja yang sama dengan alat low volume air sampler.

d. Personal Dust Sampler (LVDS)

Alat ini biasanya digunakan untuk mengukur Respirasi Dust (RD) di udara atau debu yang dapat lolos dari
filter bulu hidung manusia selama bernafas. Untuk flow rate 2 liter/menit dapat menangkap debu yang
berukuran < 10 mikron. Alat ini yang biasanya digunakan dilingkungan pekerjaan dan diikatkan pada
pinggang pekerja, hal ini dikarenakan ukuran partikel debu yang kecil.
Pengendalian radiasi ditempat kerja

Paparan radiasi eksternal dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut:

• Menggunakan sumber radiasi sesuai kebutuhan;

• Menjaga jarak sejauh mungkin dari sumber radiasi;

• Pengaturan waktu kerja;

• Menggunakan perisai radiasi yang sesuai;

• Melaksanakan pemantauan daerah kerja secara rutin dan memasang tanda bahaya radiasi yang sesuai.

1. Pengendalian radiasi gamma, Sinar-X atau neutron


Pengendalian daerah kerja di setiap kawasan berdasarkan laju dosis ditentukan sebagai berikut:

 Daerah dengan laju dosis kurang dari 10 μSv/jam


Daerah kerja dengan laju dosis kurang dari 10 μSv/jam tidak memerlukan tindakan pencegahan
khusus terhadap radiasi eksternal. Bila seorang bekerja dalam daerah ini, maka dalam setahun
(2000 jam) dosis radiasi yang diterima rata-rata sebesar 20 mSv dan dalam periode 5 tahun dosis
yang terakumulasi tidak boleh melebihi 100 mSv.

 Daerah dengan laju dosis lebih besar dari 10 μSv/jam.


a. Daerah kerja dengan laju dosis melebihi 10 μSv/jam harus diberi tanda radiasi. Bidang
keselamatan atau organisasi proteksi radiasi bertanggung jawab memantau dan
mendokumentasikan secara rutin.
b. Perubahan kondisi yang diperkirakan akan mengubah laju dosis di daerah kerja perlu
menjadi perhatian bidang keselamatan atau organisasi proteksi radiasi .
c. Pekerja radiasi yang bekerja di daerah radiasi tinggi (Lampiran A.2.2) selain
menggunakan badge TLD juga menggunakan dosimeter saku. Bidang keselamatan atau
organisasi proteksi radiasi memberikan petunjuk penggunaan dosimeter saku.

 Daerah bahaya khusus


a. Pada daerah dengan bahaya khusus, PI melalui bidang keselamatan atau organisasi
proteksi radiasi bertanggung jawab menentukan pemasangan tanda bahaya yang
memberikan peringatan kepada pekerja radiasi bahwa ada radiasi tinggi dan memberi
petunjuk pelaksanaan untuk merespon tanda-tanda peringatan tersebut. Alat tanda
peringatan bahaya ini dapat berupa: bunyi atau sirene, cahaya, atau tanda lain.
b. Sistem pemantauan kritikalitas yang dipasang di ruang tertentu pada instalasi nuklir
harus digabung dengan tanda bahaya evakuasi di dalam gedung dan dihubungkan
dengan tanda bahaya di luar gedung untuk memberitahukan personel yang berada di
sekitar gedung. Tanda peringatan dalam gedung juga dilengkapi pengeras suara (paging
system).
2. Pengendalian radiasi beta
 Daerah kerja yang menggunakan sumber radiasi beta (β), pengendaliannya dilakukan dengan
memperhatikan sifat-sifat radiasi beta dan penentuan paparan radiasinya diukur dengan
surveimeter yang mempunyai sensitivitas tinggi.
 Daya tembus radiasi β dalam jaringan tidak sedalam radiasi , maka organ yang paling penting
untuk diperhatikan adalah kulit dan mata. Mata dilindungi dengan kaca mata pengaman (safety
glass) dan kulit dilindungi dengan jas laboratorium.
 Kontribusi laju dosis radiasi beta dari sumber terbuka dapat diperkirakan dari laju dosis.

Anda mungkin juga menyukai