Anda di halaman 1dari 30

LUKA DAN PENYEMBUHANNYA

Dr Badarul Muchtar WD SpOG, MT

1
Fase Penyembuhan Luka
Fase Penyembuhan Waktu Sel Yang Berperan
Hemostasis Segera Thrombosit
Inflamasi Neutrophil

Proleferasi 1-4 hari Makrophag


Granulasi Limposit
Angiosit
Monosit

Contracture 4-21 Fibrosit


Keratosit
Proses penyembuhan
Luka Proses hemostasis Supplay
darah dijaringan sekitar berkurang karena
lukanya dan aktifitas trombosis di luka
sekitar luka menjadi hipoksia dan asidosis

Dalam waktu beberapa menit sel radang


disekitar luka banyak komponen FDP
dan fibrin Pertumbuhan granulosit
mulailah terjadi proses penyembuhan
melalui aktifitas macrophage dan limposit3
Pembentukan kapiler (angiogenesis),
dan fibroblast (collagen) komponen
ini + antigen antibodi complex maka akan
terjadi penyembuhan luka

Penyembuhan akan terganggu oleh benda


asing (sisa benang dan rangsangan benda
asing), Selanjutnya penyembuhan akan
diikuti dengan proses hipertropik scars,
kelaids atau tumor desmois(tumor
epidermoids)
4
Fisiologi penyembuhan luka
Injury
Fase Hemostasis : koagulasi, agregasi trombosit

Fase Inflamasi : granulosit, macrophag, pagositosis

Fibroblast
Fase proleferasi : Epitelialisasi

Fase Remodeling :Sintesa kolagen dan kontraksi

Peningkatan serabut kolagen

Penyembuhan luka
5
Klasifikasi luka

1. Luka Bersih (Clean)

2. Luka bersih terkontaminasi (Clean-


Contaminated)

3. Luka terkontaminasi (Contaminated)

4. Luka kotor dan terinfeksi


6
Luka Bersih

 Nontraumatik
 Nonimplamasi
 Tidak perlu teknik penjahitan atau
ringan
 Penyembuhan luka primer
 Kemungkinan infeksi 2-4%
Luka Bersih-terkontaminasi
 Operasi usus dan saluran pernapan, Tanpa ada
spillage (kebocoran)
 Appendiktomi
 Operasi oropharyng
 Operasi pada vagina, SC & Histerektomi
 Operasi genitourinary tanpa infeksi urine
 Operasi yang menggunakan drained
 Kemungkinan Infeksi 5-15%
Luka terkontaminasi
 Banyak trauma krnTeknik operasi
 Kebocoran pada usus, Biliary dan TUG yang
urin dan empedu infeksi
 Luka karena Traumatik (KLL)
 Luka yang telah terjadi > 6-10 jam disertai
atau tanpa benda asing
 Tindakan darurat yang mengabaikan
prosedur aseptik-Antiseptik
 Kemungkinan infeksi 16-25%
Luka Kotor dan infeksi

 Luka dengan Acute bacterial inflamasi


tanpa Pus
 Luka perforasi kedalam rongga viseral
 Luka terbuka lebih dari 10 jam
 Luka Traumatik dengan benda
asing/kotoran, feses, tanah
 Sayatan operasi pada kulit yang infeksi
 Kemungkinan infeksi 40-70%
Jenis penyembuhan luka

1. Primer : penyembuhan berlangsung


cepat dan hasilnya bersih

2. Skunder : penyembuhan berlangsung


lambat, dan disertai jaringan parut

11
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka/Infeksi

I. Faktor sistemik
1. Usia
2. Nutrisi, diabetes
3. Insufisiensi vaskuler
4. Obat : imunosupresan, steroid, khemoterapi

II. Faktor lokal


1. Suplai darah
2. Infeksi daerah luka
3. Nekrosis
4. Benda asing
12
III. Faktor teknik operasi
1. Lamanya operasi
2. Banyaknya penggunaan benang operasi/Penjahitan
luka operasi
3. Lamanya perawatan pre operatif
4. Emergensi dan “second Operation”
5. Penggunaan Drain
6. Penggunaan cauter
7. Pencukuran pada daerah operasi
8. Teknik Operasi : “Gentle handling”, “complete
hemostasis”, Adequate blood supply, debridement,
Hematome, Penjahitan luka tanpa ketegangan
jaringan
9. Antisepstik
10. Pemberian profilaksis antibiotika
Penjahitan Luka Operasi

Tujuan Penjahitan :

1. Meminimalkan perdarahan dan


infeksi
2. Menutup defek
3. Mendekatkan tepi luka yang
mempunyai tegangan
4. Mendekatkan tepi kulit
Penjahitan luka operasi
menurut waktu Penjahitan
1. Jahitan Primer
jahitan yang dilakukan segera setalah
luka terbentuk

2. Jahitan Skunder
Jahitan yang dilakukan setelah jahitan
pertama (primer) terlepas atau
longgar. Atau dilakukan mengoreksi
dead space.
Tujuan jahitan sekunder adalah untuk:

1. Memperkuat jahitan primer


2. Menghilangkan dead space
Mencegah akumulasi cairan pada luka
abdominal selama proses penyembuhan.
3. Untuk penutupan luka sekunder karena
kerusakan jahitan pada masa
penyembuhan.
4. Umumnya  digunakan benang tidak diserap.
Penjahitan Luka Operasi
menurut koninuitasnya

1. Interupted suture

2. Continous suture
1. Interrupted suture
 menjahit tepi luka dengan satu jahitan,
disimpulkan kemudian dipotong.
 Memerlukan lebih banyak benang dan Relatif lebih
aman karena bila satu jahitan putus jahitan lainnya
tidak terganggu.
 Baik digunakan untuk luka yang terinfeksi, karena
mudah membuka jahitan jika ada satu tempat yang
terinfeksi
 Bisa berbentuk jahitan simple, atau subkutikuler,
matras vertikal ataupun matras horizontal
 Penjahitan dianjurkan dimulai di tengah dan
dilanjutkan setiap pertengahan  dari insisi yang
tersisa. 18
 Arah jarum yang tegak lurus dengan permukaan
kulit  dan juga tegak lurus sayatan kulit
 Jarak masuk dan keluarnya jarum dari tepi sayatan
sama dengan dalamnya jaringan yang diambil
 jarak antar jahitan sama dengan dua kali jarak
tersebut

19
Interrupted Suture :

Vertical Mattress
Suture

Horizontal
Mattress Suture

Jahitan Smead-Jones

20
2. Continuous Suture / Running Stitches

 Serial jahitan yang dibuat dengan menggunakan  benang


tanpa putus
 Untaian benang dapat diikat pada setiap ujung jahitan.
 Cara ini dapat dilakukan dengan cepat, kekuatan
tegangan seluruh jahitan sepanjang luka hampir sama. 
 Untuk luka infeksi teknik tidak dianjurkan
 Kerugiannya, jika satu jahitan longgar maka akan
berpengaruh terhadap jahitan sebelum atau
sesudahnya, sulit mengoreksi jika ada infeksi
 Keuntungan, Cepat, Sedikit simpul

21
Jahitan continuous/
continuous running
suture

Jahitan continuous
interlocking/Running
locked sutures

22
Pengangkatan Jahitan

 Pengangkatan jahitan antara lain disesuaikan


dengan lokasi anatomis luka, kondisi luka, usia
luka, jenis benang yang digunakan, jenis tehnik
jahitan.
 Jahitan mungkin ditinggalkan terutama bila
digunakan benang yang diserap. 
 Pengangkatan dilakukan pada jahitan kulit
 Benang mungkin diangkat sekaligus atau
berselang-seling dengan selang waktu1 – 3
hari.

23
Area Removal time (days)

Face 3 to 5
Neck 5 to 8
Scalp 7 to 9
Upper extremity 8 to 14
Trunk/Abdomen 10 to 14
Extensor surface hands 14
Lower extremity 14 to 28
24
Jahitan luka episiotomi/laserasi jalan lahir

25
Indikasi episiotomi

1. Gawat janin
2. Persalinan pervaginam dengan penyulit
(sungsang tindakan vakum atau forsep)
3. Jaringan parut (perineum dan vagina)
yang menghalangi kemajuan persalinan
Derajat luka perineum
1. Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum.
Penjahitan tidak diperlukan jika tidak ada
perdarahan dan jika luka tereposisi secara alamiah.
2. Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,
otot perineum. Jahit dengan menggunakan tekhnik
jelujur dan subkutikuler.
3. Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,
otot perineum, oto spingter ani eksterna.
4. Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,
otot perineum, otot spingter ani eksterna, dinding
rectum anterior.
Teknik penjahitan

1. Continous suture

2. Interupted suture : bila luka laserasi


banyak

3. Gunakan anestesi lokal : Lidokain 1%


10 ml
Simpul Jahitan Reef Knot
 Merupakan simpul dasar dan harus
dikuasai dengan benar, tidak perlu
kuat
 Benang absorble 2.0, Ujung benang
dipotong 1,5 cm dari simpul
 Dapat dikerjakan dengan :
– Satu tangan
– Dua tangan
– Instrumen
Thanks you

Anda mungkin juga menyukai