Anda di halaman 1dari 16

TETANUS

Dr.Usman G Rangkuti SpS SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUD dr.Soebandi Jember

BATASAN : Tetanus adalah suatu keadaan intoksikasi susunan saraf pusat oleh endotoksin bakteri Clostridium Tetani, dengan gejala karakteristik rigiditas otot yang berkembang progresif disertai eksaserbasi paroksismal.

PATOFISIOLOGI : Clostridium Tetani , suatu bakteri Gram positif


anaerobic dengan spora yang mudah bergerak: menimbulkan penyakit pada manusia melalui kontaminasi luka kotor. Spora dalam keadaan anaerob membentuk eksotoksin Tetanolisin dan Tetanospasmin. Tetanospasmin mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran neurotransmitter Glisin dan GABA, sehingga pelepasan neurotransmitter inhibisi dihambat. Tetanolisin mempunyai sifat sitotoksik, dan dalam konsentrasi tinggi bersifat kardiogenik.

GEJALA KLINIS :
Masa inkubasi antara terjadinya luka sampai timbul gejala antara 5 8 hari, biasanya tidak lebih dari 15 hari, dan periode onset adalah masa timbulnya gejala ( trismus ) sampai terjadi spasme otot biasanya 2-3 hari.

KLASIFIKASI
Ada 4 bentuk klinis tetanus yaitu : Tetanus local Tetanus sephalik Tetanus umum Tetanus neonatorum

Tetanus local :
plg ringan, berupa nyeri dan kekakuan otot sekitar luka diikuti spasme singkat pada otot yg terkena, kemudian spasme involunter menjadi menetap disebut rigiditas atau spastisitas tetanik. Tetanus sephalik : terjadi pd luka di wajah atau kepala, masa inkubasi 1-2 hari; terjadi kelumpuhan yg terbatas pd otot wajah dan kepala berupa trismus dan blepharospasme.

Tetanus umum

: yg paling banyak dikenal, biasanya

diawali tetanus local atau menyebar difus sejak awal.

Gambaran klinis yg ditemukan antara lain : 1. Trismus, kaku dan nyeri pada rahang 2. Risus sardonikus, disfagi, spasme laring 3. Spasme otot leher,badan, perut papan, opistotonus 4. Tungkai ekstensi, lengan fleksi, tangan terkepal 5. Spasme / bangkitan tetanik : kontraksi dan spasme tonik paroksismal otot-otot baik spontan atau akibat stimuli eksternal ( cahaya, raba, suara) atau oleh emosi,menimbulkan rasa nyeri hebat dan pasien tetap sadar 6. Hiperaktifitas system saraf simpatis.

Atas dasar gejala klinis diatas maka dibagi :


Tingkat Ringan ( I ) :

- trismus ringan dan sedang, kekakuan umum tidak disertai


kejang, gangguan respirasi dg sedikit / tanpa gangguan menelan.

Tingkat Sedang ( II ) : - trismus sedang, kaku disertai spasme kejang ringan


sampai sedang yg berlangsung singkat, disertai disfagi ringan dan tkipnoe lebih dari 30 35 kali / menit.

Tingkat Berat ( III ) :


- trismus berat, kekakuan umum, spasme dan kejang spontan yg berlangsung lama . Gangguan pernafasan dg takipnoe lebih 40 kali / mnt, kadang apnoe, disfagia berat dan takhikardi lebih 120 kali / mnt. Terdapat peningkatan aktifitas saraf otonom yg moderat dan menetap.

4. Tingkat Sangat Berat : - gambaran tingkat III disertai gangguan otonom yang hebat
dimana dijumpai hipertensi berat dg takhikardi atau hipertensi diastolic yg berat dan menetap ( D > 110 mm Hg) atau hipotensi sistolik yg menetap ( S < 90 mm Hg ), dikenal dg autonomic storm

CARA PEMERIKSAAN :
a. Anamnese : adanya luka kotor b. Gejala klinis : - Trismus, disfagi, opistotonus, gangguan pernafasan berat c. Tidak ada pemeriksaan penunjang diagnostic yang spesifik

DIAGNOSIS :
Ditegakkan berdasarkan : Anamnesis Gejala klinis

PENYULIT
a. Kegagalan respirasi / hipoksia Penderita tetanus sedang, mengalami hipoksia dan hipokapnia akibat kerusakan ventilasi-perfusi paru, walaupun secara klinis dan radiologist normal. Sedang tetanus berat dg spasme otot yg berat dan lama yang tidak terkontrol dg relaksan dan sedative dapat mengarah ke henti jantung dan kematian atau kerusakan otak dg akibat koma. Komplikasi lain thd paru adalah atelektasi, bronkopneumoni, aspirasi pneumoni.

b. Kardiovaskuler dan otonom


Terutama dimediasi oleh system otonom. Pada hampir semua tetanus berat terjadi peningkatan yg menetap dan berlangsung terus dari aktifitas simpatis dan parasimpatis. Komplikasi otonom ditandai oleh episode sinus takhikardi dg hipertensi berat yg segera diikuti dg bradikardi dan penurunan tekanan darah. Ketidakstabilan ini merupakan awal dari henti jantung dan kematian. Sering juga ditemukan aritmia dan gangguan hantar jantung.

c. Sepsis yg berakhir dg multi organ failure MOF )

d. Komplikasi ginjal : berupa kegagalan fungsi ginjal akibat


sepsis dan kelainan pre renal
e.Komplikasi hematology : berhubungan dg anemia karena infeksi .

f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit hiperhidrasi, hipokalemi, hiponatremi. g. Komplikasi metabolic : asidosis respiratorik,
alkalosis respiratorik.

karena

h. Pada kulit : dekubitus dan thromboplebitis i. Dapat terjadi : fraktur tulang vertebra torakal karena kejang j. Komplikasi neurologist : berupa neuropati perifer,
optalmoplegi serta gangguan memori dan penurunan kesadaran.

TERAPI :
I. UMUM II. KHUSUS
Pasien tingkat II, III, IV sebaiknya dirawat di ruang khusus dg peralatan intensif dan memadai, dan bila perlu dilakukan trakheotomi. Stimulasi cahaya, taktil dan auditori sedapat mungkin dikurangi. ATS 10.000 U im satu kali @ Tetagam 12 amp / hr ( 5 hr ) -- Deltoid ka& ki, Paha ka & ki, Bokong ka & ki. Pen.Proc 2 jt U tiap 6 jam atau Tetrasiklin 2 gram / hari Metronidazol 3 X 5000 mg Sedativa : Diazepam 10 mg iv sesuai kebutuhan, sampai mg / hari ICU atas indikasi Trakheotomi ; mutlak pd tetanus tingkat III dan IV.

500

PROGNOSA :
Faktor-faktor yg mempengaruhi angka kematian : Masa inkubasi dan waktu onset, semakin pendek prognosa makin buruk Beratnya gejala klinik, ( spasme dan dis otonomi ) makin berat makin buruk Usia, neonatus dan usia tua prognosa makin buruk Gizi buruk, prognosa buruk Penanganan komplikasi, bila ditangani secara optimal maka prognosa baik.

Anda mungkin juga menyukai