TINJAUAN PUSTAKA
Daur Hidrologi merupakan suatu daur yang melingkupi proses perubahan bentuk air
yang ada dipermukaan bumi menjadi bentuk lain. Yang pertama daur tersebut dapat
merupakan daur pendek yaitu misalnya hujan yang jatuh di laut, danau atau sungai
yang segera dapat mengalir kembali ke laut. Kedua, tidak adanya keseragaman waktu
yang diperlukan oleh suatu daur. Pada musim kemarau kelihatannya daur terhenti
sedangkan di musim hujan berjalan kembali. Ketiga, intensitas dan frekwensi daur
tergantung pada keadaan geografi dan iklim, yang mana hal ini merupakan akibat
tahun. Keempat, berbagai bagian dari daur dapat menjadi sangat kompleks sehingga
hanya dapat diamati bagian akhirnya saja dari suatu hujan yang jatuh di atas
Air laut menguap karena adanya radiasi matahari, dan awan yang terjadi oleh uap air,
bergerak di atas daratan berhubung didesak oleh angin. Presipitasi karena adanya
tabrakan antara butir-butir uap air akibat desakan angin, dapat berbentuk hujan yang
jatuh ke tanah yang berbentuk limpasan (run off) yang mengalir kembali ke laut.
Beberapa diantaranya masuk kembali ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus
ke bawah (perkolasi) ke dalam daerah jenuh (saturated zone) yang terdapat di bawah
4
permukaan air tanah atau permukaan (phreatik). Air dalam daerah ini bergerak
Air yang merembes ke dalam tanah (infiltrasi) memberi hidup kepada tumbuh-
tumbuhan dan beberapa di antaranya naik ke atas lewat akar dan batangnya, sehingga
Air yang tertahan di permukaan tanah (surface detention) sebagian diuapkan dan
Permukaan sungai dan danau juga mengalami penguapan sehingga masih ada air
yang dipindahkan menjadi uap. Akhirnya sisa air yang tidak diinfiltrasikan atau
diuapkan akan kembali ke laut lewat palung sungai. Air tanah jauh lebih lambat
bergeraknya, baik yang bergerak masuk ke dalam palung sungai atau yang merembes
ke pantai dan masuk ke laut. Dengan demikian seluruh daur telah dijalani dan akan
berulang kembali.
Daur hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari
atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer: evaporasi dari tanah atau laut
5
Presipitasi dalam segala bentuk, jatuh ke atas vegetasi, batuan gundul, permukaan
tanah, permukaan air dan saluran-saluran sungai (presipitasi saluran). Air yang jatuh
pada vegetasi mungkin diintersepsi (yang kemudian berevaporasi dan atau mencapai
permukaan tanah dengan menetes saja maupun sebagai aliran batang) selama suatu
waktu atau secara langsung jatuh pada tanah (through fall = air tembus) khususnya
pada kasus hujan dengan intensitas yang tinggi dan lama. Sebagian presipitasi
dalam tanah dan bergerak menurun sebagai perkolasi ke dalam mintakat jenuh di
bawah muka air tanah. Air ini secara perlahan berpindah melalui akuifer ke saluran-
saluran sungai. Beberapa air yang berinfiltrasi bergerak menuju dasar sungai tanpa
mencapai muka air tanah sebagai aliran bawah permukaan. Air yang berinfiltrasi juga
memberikan kehidupan pada vegetasi sebagai lengas tanah. Beberapa lengas ini
berinfiltrasi, suatu selaput air yang tipis dibentuk pada permukaan tanah yang disebut
dengan detensi permukaan (lapis air). Selanjutnya, detensi permukaan menjadi lebih
tebal (lebih dalam) dan aliran air mulai dalam bentuk laminer. Dengan betambahnya
kecepatan aliran, aliran air menjadi turbulen (deras). Air yang mengalir ini berbentuk
6
limpasan permukaan disimpan pada depresi permukaan dan disebut cadangan depresi.
Akhirnya, limpasan permukaan mencapai saluran sungai dan menambah debit sungai.
Air pada sungai mungkin berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau mengalir
kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian, air ini nampak
kembali pada permukaan bumi sebagai presipitasi. Ini adalah daur hidrologi yang
sangat rumit. Daur ini juga mengandung daur-daur kecil seperti presipitasi yang jatuh
pada permukaan air dan kemudian berevaporasi tanpa terlibat dengan proses-proses
lainnya.
Sebagaimana dilihat dari penjelasan singkat tentang daur hidrologi, tanggapan daerah
aliran sungai terhadap presipitasi merupakan keluaran dari saling tindak proses ini.
Limpasan nampak pada sistem yang sangat kompleks setelah pelintasan presipitasi
disamping ini juga keragaman-keragaman areal dan waktu dari faktor-faktor iklim.
Proses terjadinya hujan tidak bisa dilepaskan dari siklus hidrologi yang pada dasarnya
merupakan proses berputar perubahan bentuk air menjadi gas kembali ke air. Air
yang ada dipermukaan bumi baik di lautan maupun di daratan termasuk yang terdapat
dalam tumbuhan akan menguap akibat energi radiasi matahari. Uap air selanjutnya
terangkat ke atas melalui proses konveksi, orografis dan frontal. Keadaan suhu udara
7
troposfer yang semakin ke atas semakin rendah mempercepat terjadinya proses
kondensasi . Awan yang terbentuk sebagai hasil dari kondensasi uap air akan terbawa
oleh angin sehingga berpeluang untuk tersebar ke seluruh permukaan bumi. Pada
keadaan di mana butiran air mencapai ukuran yang cukup besar sehingga tidak
tertahankan lagi oleh tarikan gravitasi bumi, maka jatuhlah ia sebagai hujan.
Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh ke bumi persatu satuan luas
permukaan pada suatu jangka waktu tertentu. Besar kecilnya curah hujan dapat
dinyatakan sebagai volume air hujan yang jatuh pada suatu areal tertentu dalam
jangka waktu relatif lama, oleh karena itu besarnya curah hujan dapat dinyatakan
dalam m3/satuan luas, secara umum dinyatakan dalam tinggi air (mm). Curah hujan
10 mm berarti tinggi hujan yang jatuh pada areal seluas 1 m 2 adalah 10 liter
(Hilmin,2005).
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah
Besarnya air limpasan tergantung dari banyak faktor, sehingga tidak semua air yang
berasal dari curah hujan akan menjadi sumber bagi sistem drainase. Dari banyak
• Kemiringan lahan
8
• Perbedaan ketinggian daerah
Faktor-faktor ini digabung dan dinyatakan oleh suatu angka yang disebut koefisien air
Q = 0,278 × C × I × A……………………………..……… ( 6 )
Dimana :
9
Tabel 2.3.1 Beberapa Harga Koefisien Limpasan
Kemiringan Tutupan Koefisien Limpasan
<3% Sawah, rawa. 0.2
Hutan, perkebunan 0.3
Perumahan dengan kebun 0.4
3 % - 15 % Hutan, perkebunan 0.4
Perumahan 0.5
Tumbuhan yang jarang 0.6
Tanpa tumbuhan, daerah penimbunan 0.7
> 15 % Hutan 0.6
Perumahan, kebun 0.7
Tumbuhan yang jarang 0.8
Tanpa tumbuhan, daerah tambang 0.9
Sumber : Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang (hal 4-3)
Proses terjadinya air tanah berdasarkan bagaimana dan dimana air tanah tersebut
berada, distribusinya dibawah permukaan tanah dalam arah vertikal dan horizontal.
Zona geologi sangat mempengaruhi air tanah dan strukutrnya dalam arti kemampuan
melakukan distribusi dan mempengaruhi gerakan air tanah, sehingga peranan geologi
Air tanah bermula dari berbagai cara, salah satu diantaranya adalah perembesan air
hujan ke dalam tanah. Air tanah bisa juga terbentuk dari peristiwa kondensasi dan
rembesan air danau, sungai, saluran air batuan, waduk-waduk,dan lain-lain. Air tanah
yang terbentuk akibat infiltrasi dan akibat kondensasi sangat erat kaitannya terhadap
10
Kuantitas air hujan yang merembes ke dalam tanah tergantung kepada sifat serap
tanah tersebut, tipe vegetasi, topografi, posisi derajat kemiringan dan musim.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan terdapatnya air tanah dalam lapisan kerak bumi
Soil water terdapat pada permukaan bumi. Mereka dipengaruhi oleh perbedaan atau
peralihan iklim musiman. Pada musim panas menguap secara intensif; dalam musim
Sub-soil water, terdapat pada jarak tertentu di bawah permukaan tanah. Di bawahnya
terdapat apa yang disebut dengan lapisan kedap air. Lapisan ini kebanyakan terdiri
dari lapisan-lapisan tanah liat. Permukaan aliran air di bawah permukaan tanah
mengalir secara menurun menuju ke arah dimana ia terpotong atau tertimpa dan
Perbedaan antara middle (interstratal) water dengan sub soil water adalah
terdapatnya lapisan kedap air di atas lapisan interstratal water. Lapisan kedap air ini
mencegah perembesan air permukaan (hujan, salju, dan air sungai) ke dalam
intersratal water.
Air tanah yang mengalir dengan pergerakan jauh lebih lambat di banding pergerakan
air di atas permukaan tanah. Kecepatan geraknya rata-rata 0,5-1 meter per hari. Laju
11
kecepatanya tergantung kepada ukuran pori-pori dalam lapisan batu-batu (laju
geraknya lebih cepat melalui lapisan batu-batu yang berpori besar), derajat
kemiringan hidrolik dari lapisan batu pembawa air, jarak tempuh, dan temperatur
yang menentukan kecairannya. Dalam lapisan tanah dan batu yang sulit diterobos air,
air tanah memerlukan waktu berbulan-bulan untuk mencapai jarak beberapa ratus
meter. Aktivitas air tanah yang deskruktif tercermin dalam penglarutan batu-batuan,
erosi mekanis dan penghanyutan partikel-partikel yang terkena erosi. Tidak seperti air
sungai, air tanah sangat padat dengan unsur-unsur mineral, kadang-kadang mencapai
maka ketika air bergerak di lapisan batuan, air mengikis lapisan-lapisan batuan
bawah tanah (subterranean) dengan cabang-cabang aliran dan sebagian dari arus ini
Air tanah berada dalam formasi geologi yang tembus air (permeable) yang
memungkinkan adanya gerakan air melaluinya dalam kondisi medan (field condition)
biasa. Sebaliknya formasi yang sama sekali tidak tembus air (impermeable)
12
dinamakan aquiclude. Formasi tersebut mengandung air, tetapi tidak memungkinkan
adanya gerakan air yang melaluinya, sebagai contoh air dalam tanah liat. Aquifuge
adalah formasi kedap air yang tidak mengandung atau mengalirkan air, dan yang
volume massa.
Dipandang dari sudut pasok (supply) air tanah, batuan sedimen yang berbutir
mempunyai arti penting sekali. Porositas dalam endapan ini tergantung pada bentuk
dan susunan masing-masing butir dan tingkat sementasi dan pemadatannya. Dalam
formasi padat terbuangnya mineral oleh pelarutan dan tingkat frakturnya juga
lebih dan 15%, tergantung kepada faktor-faktor tersebut di atas dan tipe material.
Nilai-nilai porositas untuk beberapa bahan sedimen dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
13
Pasir bebutir serba sama (uniform) 30-40
Pasir halus sampai medium 30-35
Kerikil 30-40
Kerikil berpasir 20-35
Besarnya air limpasan juga tergantung pada permeabilitas tanah/batuan, yaitu daya
atau kemampuan tanah untuk dilalui oleh air. Jika permeabilias tanah/batuan besar
maka air limpasan yang mengalir akan banyak berkurang karena air akan mengalami
infiltrasi. Batuan yang memiliki permeabilitas yang kecil menyebabkan air hujan
yang jatuh sebagian besar akan menjadi air limpasan. Bila lapisan tanah lunak dan
lolos air, maka akan mudah terkikis oleh perembesan air dan tebing akan mudah
longsor.
Dari sudut pandang teknis, tanah-tanah itu dapat digolongkan ke dalam empat macam
• Batu Kerikil(Gravel)
• Pasir(sand)
• Lanau (Silt)
14
• Lempung : - Inorganik, Organik (Clay)
Golongan Batu kerikil dan pasir seringkali dikenal sebagai kelas bahan-bahan yang
berbutir kasar atau bahan-bahan tidak cohesive, sedang golongan lanau dan lempung
di kenal sebagai kelas bahan-bahan yang berbutir halus atau bahan-bahan yang
cohesive.
Golongan ini terdiri dari pecahan-pecahan batu dengan berbagai ukuran dan bentuk.
Butir-butir batu kerikil biasanya terdiri dari pecahan-pecahan batu, tetapi kadang-
kadang mungkin pula terdiri dari satu macam zat mineral tertentu, misalnya kwartz
atau flint. Butir-butir pasir hampir selalu terdiri dari satu macam zat mineral, terutama
Dalam beberapa hal, mungkin hanya terdapat butir-butir dari satu ukuran saja, dalam
hal ini bahan tersebut dikatakan “seragam“. Pada macam lain, mungkin terdapat
ukuran-ukuran butir yang mencakup seluruh daerah ukuran, dari ukuran batu besar
sampai ke ukuran pasir halus, dan dalam hal ini bahan tersebut dikatakan bergradasi
baik.
b. Lempung
Lempung terdiri dari butir-butir yang sangat kecil dan menunjukan sifat-sifat
melekat satu sama lainnya, sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan
15
bentuk itu dirubah-rubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk aslinya,
c. Lanau
Adalah bahan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir halus. Kurang
plastis dan lebih mudah di tembus air dari pada lempung dan memperlihatkan sifat
dilatansi yang tidak terdapat dari lempung dan memperlihatkan sifat dilatansi yang
tidak terdapat pada lempung. Dilatansi ini menunjukan gejala perubahan isi apabila
lanau itu dirubah bentuknya. Juga lanau akan menunjukan gejala untuk menjadi
Sedikit banyak, sifat-sifat tanah selalu tergantung pada ukuran butir-butirnya, dan ini
dipakai sebagai titik tolak untuk klasifikasi teknis dari tanah. Berdasarkan ini, tanah
16
Pasir Kasar (Course sand ) 0,6 mm – 2 mm
Semua macam tanah terdiri dari butir-butir dengan ruangan-ruangan yang disebut
pori (voids) antara butir-butir tersebut. Pori-pori ini selalu berhubungan antara satu
dengan yang lain sehingga air dapat mengalir melalui ruang pori tersebut. Proses ini
disebut rembesan (seepage) dan kemampuan tanah untuk dapat dirembes air disebut
• Lereng yang dibuat dalam tanah asli (misalnya bilamana tanah di potong
• Lereng yang dibuat dari tanah yang dipadatkan (misalnya tanggul untuk jalan
17
Pada setiap macam lereng ini kemungkinan terjadinya longsoran selalu ada dan
bilamana perlu kita harus melakukan pemeriksaan atau penilaian terhadap lereng
tersebut untuk mengetahui apakah akan longsor atau tidak. Bidang yang menyelidiki
ini dalam bahasa inggris disebut “slope Stability”. Istilah “slope Stability” dalam
bahasa Indonesia ternayata belum disetujui secara umum, tetapi istilah “mantap” dan
“kemantapan” makin menjadi popular sekarang ini. Karena itu, istilah ini juga dipakai
disini,
Kemantapan = stability
Prinsip dan cara yang dipakai untuk menentukan kemantapan lereng berlaku untuk
Kita semua kiranya sudah sering melihat tanah longsor dan secara umum telah
mengetahui bentuknya tanah longsor. Biasanya jelas tanah yang longsor itu bergerak
pada suatu bidang tertentu. Bidang ini disebut bidang gelincir (slip surface) atau
bidang geser (shear surface). Bentuk bidang gelincir ini sering mendekati busur
lingkaran; dalam hal ini tanah longsor tersebut disebut “rotational slide” yang bersifat
berputar. Ada juga tanah longsor yang terjadi pada bidang gelincir yang hampir lurus
dan sejajar dengan muka tanah; dalam hal ini tanah longsor disebut “ translational
slide”, yaitu bersifat bergerak dalam suatu jurusan. Tanah lonsor semacam ini
18
biasanya terjadi bilamana terdapat lapisan agak keras yang sejajar dengan permukaan
lereng.
II.6. Erosi
Erosi adalah pengikisan sebagian atau seluruh permukaan tanah oleh air atau angin.
a. Erosi lempeng (sheet erosion), dimana butir-butir tanah diangkut lewat atas
permukaan tanah oleh selapis tipis limpasan permukaan yang dihasilkan oleh
c. Longsoran massa tanah yang terletak di atas batuan keras atau lapisan tanah liat;
longsoran ini terjadi setelah adanya curah hujan yang panjang, sehingga lapisan
d. Erosi tebing sungai, terutama yang terjadi saat banjir, tebing tersebut mengalami
belokan sungai.
Erosi lempeng pada tanah tergantung kepada sifat-sifat curah hujan yang jatuh
tahanan yang diberikan oleh tanah terhadap pukulan butir-butir air hujan dan juga
19
tergantung kepada gerakan lapisan tipis air di atas permukaan tanah sebagai limpasan
permukaan (runOff).
rnenyebabkan erosi, tetapi hujan yang lebat dengan periode yang pendek atau panjang
dapat menyebabkannya limpasan permukaan yang besar dan kehilangan tanah. Sifat
curah hujan yang mempengaruhi erosivitas dipandang sebagai energi kinetik butir-
air hujan. Tanah yang tererosi cepat pada saat ditumbuk oleh butir-butir air hujan
mempunyai erodibilitas yang tinggi. Erodibilitas dapat diamati hanya kalau terjadi
erosi. Erodibilitas berbagai macam tanah hanya dapat diukur dan dibandingkan jika
menggerakan tanah pada saat terjadi aliran lempeng (sheer flow atau rill flow) yang
bergerak di atas tanah tersebut (biasanya disebut overland flow). Kecepatan tersebut
tergantung kepada lereng permukaan, besarnya curah hujan yang tidak dapat
20
A=RKLSCP
Dengan
R = Indeks erosivitas, yang diambil dari perkalian EI30 untuk suatu tempat, dibagi
100. R dapat diambil dari hujan tertentu, dan A menjadi kehilangan tanah yang
diramalkan untuk hujan tersebut. Biasanya diambil energi hujan tahunan rata-
erosivitas untuk jenis tanah tertentu dalam kondisi dibajak dan ditanami terus
menerus pada plot yang mempunyai panjang 22,5 m dan kemiringan 9%. Ini
kehilangan tanah dan suatu medan dengan panjang tertentu terhadap panjang
22,5 m tersebut.
S = Faktor kemiringan, yang merupakan ratio kehilangan tanah dan suatu medan
C = Faktor pengelolaan tanaman, yang merupakan ratio kehilangan tanah dan suatu
medan serupa dalam kondisi dibajak tetapi tidak ditanami (fallow condition).
21
P = Faktor pengendalian erosi, merupakan ratio kehilangan tanah dari suatu medan
Dengan variabel yang sebanyak itu di dalam rumus di atas maka tidaklah mudah
dapat diramalkan dari pola hujan tertentu yang tercurah selama waktu tertentu
(biasanya diambil curah hujan tahunan). Kehilangan tersebut merupakan nilai yang
diperkirakan (expected value), bukannya kehilangan yang bakal terjadi, dan tidak
merupakan nilai kehilangan yang bakal terjadi, misalnya selama tahun berikutnya,
Dalam penggunaan rumus tersebut, nilai A dipilih sebesar nilai yang dipandang dapat
diterima. karena menghentikan erosi sama sekali tidaklah mungkin. Beberapa faktor
seperti R, K dan S untuk medan tertentu tidak dapat segera diubah. Untuk faktor-
faktor lainnya mungkin dapat dilakukan dengan memilih cara bertani, sedemikian
rupa sehingga misalnya kalau C diberi nilai yang tinggi, maka P harus diperkecil.
22
Perlu dicatat disini bahwa persamaan diatas tersebut di atas hanya berlaku bagi lahan
yang diusahakan untuk bercocok tanam (lahan pertanian), jadi tidak termasuk erosi
kemiringannya 9%. Pada prakteknya, variabel S dan L dapat disatukan, karena erosi
(lebih banyak percikan air yang membawa butir-butir tanah, limpasan bertambah
besar dengan kecepatan yang lebih tinggi), dan dengan bertambah panjangnya
permukaan, dan karena itu kecepatannya menjadi lebih tinggi). Penentuan yang
paling sulit adalah faktor C, karena banyaknya ragam cara bercocok tanam untuk
suatu jenis tanaman tertentu dalam lokasi tertentu. Berhubung berbagai lokasi
tersebut mempunyal iklim yang berbeda-beda, dengan berbagai ragam cara bercocok
tanam, maka untuk menentukan faktor C guna diterapkan pada suatu lahan tertentu,
23
Bila hendak melakukan tindakan anti erosi, kita harus memusatkan perhatian pada
tersebut dapat pula dikurangi dengan memperkecil lereng lahan atau dengan
Semua tindakan praktis tersebut di bawah ini dapat dilakukan guna memenuhi
keadaan penggunaan lahan yang cocok untuk tujuan pengendalian erosi. misalnya
b. Usaha-usaha pertanian
24
• Pembajakan sepanjang kontur
Selama abad ini, perubahan dari paradigma mekanistik menjadi ekologis telah
berjalan dalam pola dan kecepatan yang berbeda-beda di berbagai bidang ilmiah.
Perubahan itu tidak mantap. Ia telah meliputi berbagai revolusi ilmiah, berbagai
pada bagian bagian disebut mekanistik, reduksionis, atau atomik; penekanan kepada
keseluruhan disebut holistik, organismik, atau ekologis. Di abad ke-20 ilmu yang
berperspektif holistik telah dikenal sebagai ilmu ‘sistemik’ dan cara berpikir yang
Berbagai pemikiran yang diajukan oleh para Biolog organismik selama paroh
25
Munculnya pemikiran sistem merupakan sebuah revolusi menyeluruh dalam sejarah
pemikiran ilmiah barat. Kepercayaan didalam setiap sistem yang kompleks perilaku
analitis Descartes yang terkenal, yang merupakan ciri fundamental pemikiran ilmiah
modern. Dalam pendekatan analitis atau reduksionis bagian – bagian itu sendiri tak
yang lebih kecil lagi. Ilmu pengetahuan barat telah maju dengan cara itu, dan tiap
langkah mempunyai suatu level unsur-unsur pokok fundamental yang tak dapat
Kejutan besar bagi ilmu pengetahuan abad ke – 20 ialah bahwa sistem-sistem tak
dapat dimengerti melalui analisis. Sifat-sifat bagian bukan sifat-sifat intrinsik, tetapi
yang dapat dimengerti hanya dalam konteks keseluruhan yang lebih besar.
balok dasar bangunan tetapi lebih pada prinsip-prinsip dasar organisasi. Pemikiran
sistem bersifat kontekstual, yang merupakan lawan dari pemikiran analitis. Analisis
menempatkan sesuatu itu ke dalam konteks sebuah keseluruhan yang lebih besar.
26
Biologi. Karena sejak Newton, para Fisikawan telah percaya bahwa semua fenomena
fisik dapat direduksi menjadi sifat – sifat partikel – partikel yang keras dan padat.
Akan tetapi dalam tahun 1920-an, Teori Kuantum memaksa mereka menerima fakta
bahwa objek – objek material padat fisika klasik lenyap pada level subatomik
menjadi gelombang mirip pola – pola probabilitas. Lagi pula pola – pola ini tidak
kemunkinan saling – hubung. Partikel partikel subatomik tak memiliki arti sebagai
entitas yang terisolir dan hanya dapat dimengerti sebagai interkoneksitas, atau
korelasi – korelasi antara aneka proses observasi dan pengukuran. Dengan kata lain,
(interkoneksi) antara benda – benda, dan semua ini pada gilirannya, adalah
interkoneksi dari benda – benda lain, dan seterusnya. Dalam teori kuantum kita tidak
pernah berakhir dengan ‘benda’ apapun; kita senantiasa berurusan dengan saling –
Inilah yang ditunjukan oleh Fisika Kuantum bahwa kita tak dapat menguraikan dunia
kedalam unit-unit elementer yang berada secara bebas. Sebagaimana kita mengubah
subatomik, alam tidak menunjukan pada kita balok-balok bangunan apapun yang
27
partikel-partikel subatomik tersebut, tak dapat dimengerti sebagai entitas-entitas
(Capra,2001).
oleh dinamika sistem secara keseluruhan. Sedang dalam mekanika klasik sifat-sifat
bagian tersebut.
Sistem ialah keseluruhan interaksi antara unsur dari sebuah obyek dalam batas
adalah lebih dari sekedar penjumlahan atau susunan (aggregate), yaitu terletak pada
kekuatan (power) yang dihasilkan oleh keseluruhan itu jauh lebih besar dari suatu
penjumlahan atau susunan. Apabila dalam aljabar 1 tambah 1 sama dengan 2, maka
dalam sistem 1 tambah 1 tidak sama dengan 2, nilainya bisa tak terhingga
Pengertian interaksi adalah pengikat atau penghubung antar unsur , yang memberi
28
Pengertian unsur adalah benda, baik konkrit atau abstrak, yang menyusun obyek
sistem. Untuk kerja dari sistem ditentukan oleh fungsi unsur. Gangguan salah satu
fungsi mempengaruhi unsur lain sehingga mempengaruhi unjuk kerja sistem sebagai
kerja keseluruhan. Unsur yang menyusun sistem ini disebut juga bagian sistem atau
subsistem.
Pengertian obyek adalah sistem yang menjadi perhatian dalam suatu batas tertentu
sehingga dapat dibedakan antara sistem dengan lingkungan sistem. Artinya semua
yang diluar batas sistem adalah lingkungan sistem. Pada umumnya, semakin luas
bidang perhatian semakin kabur batas sistem. Demikian pula sebaliknya, semakin
spesifik/konkrit obyek semakin jelas batas sistem. Dengan demikian , jelas bahwa
batas obyek dengan lingkungan cendrung bersifat mental atau konseptual, terutama
dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup adalah
sebuah sistem dengan batas yang dianggap kedap (tidak tembus) terhadap pengaruh
lingkungan. Sistem tertutup itu hanya ada dalam anggapan (untuk analisis), karena
pada kenyataan sistem selalu berinteraksi dengan lingkungan, atau sebagai sistem
terbuka.
Pengertian tujuan adalah unjuk kerja sistem yang teramati atau diinginkan. Untuk
kerja yang teramati merupakan hasil yang telah dicapai oleh kerja sistem, yaitu
keseluruhan interaksi antar unsur dalam batas lingkungan tertentu. Di lain pihak,
unjuk kerja sistem yang diinginkan merupakan hasil yang akan diwujudkan oleh
29
sistem melalui keseluruhan interaksi antar unsur dalam batas lingkungan tertentu.
Perumusan tujuan dari sistem ini akan membantu memudahkan menarik garis batas
dari sistem yang menjadi perhatian. Artinya benda, baik konkrit maupun abstrak,
yang jelas menyebabkan dan / atau menyumbang langsung kepada pencapaian tujuan
sistem dikategorikan sebagai unsur. Sebaliknya, benda yang mempengaruhi dan/ atau
Berpikir Sistemik
Syarat awal untuk memulai berpikir sistemik adalah adanya kesadaran untuk
approach). Kejadian apapun baik fisik maupun nonfisik, dipikirkan sebagai unjuk
kerja atau dapat berkaitan dengan unjuk kerja dari keseluruhan interaksi antar unsur
Berdasarkan adanya pemahaman tentang kejadian sistemik tersebut, berikut ini ada
lima langkah yang dapat ditempuh untuk menghasilkan bangunan pemikiran (model)
yang bersifat sistemik, yaitu : i) Identifikasi proses menghasilkan kejadian nyata; ii)
kebijakan.
30
Identifikasi Proses Menghasilkan Kejadian Nyata
transformation) yang menimbulkan kejadian nyata (actual state). Proses nyata itu
merujuk kepada objektivitas dan bukan proses yang dirasakan atau subyektivitas.
dituju, yang ditargetkan ataupun yang direncanakan (desired state). Oleh karena
keharusan, keinginan, target dan terencana itu merujuk pada waktu mendatang,
disebut juga pandangan kedepan atau visi. Agar tidak dianggap mimpi, maka visi
yang baik perlu dirumuskan dengan kretiria layak (feasible) dan dapat diterima
Dengan kedua kriteria ini berarti memikirkan limit kejadian yang akan direncanakan
dimana unjuk kerja sistem akan bersifat mantap (stable) dalam perubahan cepat
atau dalam bahasa manajemen merupakan tugas (misi) yang harus diselesaikan.
Perumusan masalah ini secara konkrit, artinya bisa dinyatakan dalam ukuran
31
Identifikasi Mekanisme Menutup Kesenjangan
untuk mengisi kesenjangan antara kejadian nyata dengan kejadian yang diinginkan.
yang dihasilakan melalui proses pembelajaran (learning), yang dapat bersifat reaktif
atau kreatif. Pemikiran reaktif ditunjukan oleh aksi yang bentuk atau polanya sama
dengan tindakan masa lampau dan kurang antisipatif terhadap kemungkinan kejadian
masa mendatang. Sedang pemikiran kreatif ditunjukan oleh aksi yang bentuk dan
polanya berbeda dengan tindakan masa lampau, yang bersifat penyesuaian tindakan
Sebagai sebuah proses dinamis, mekanisme tersebut bekerja dalam dimensi waktu,
(delay), sementara sistem yang ada tetap bekerja menghasilkan kinerja dan
informasi dari para unsur yang berkepentingan (tanpa melalui pembahasan), rumusan
32
mekanisme interaksi tersebut adalah hasil dari penggunaaan teknik pemetaan
kognitif (kognitif map) atau pemetaan sebab-akibat (causal map) tentang aliran
Dalam sistem dinamis, proses perumusan mekanisme tersebut pada dasarnya adalah
mempengaruhi yang membentuk unjuk kerja sistem secara keseluruhan. Ada dua
jenis kerumitan yang perlu disederhanakan, yaitu kerumitan rinci dan kerumitan
perubahan. Kerumitan rinci (detail complexity) yaitu menyangkut ciri dan cara
bekerja unsur-unsur yang terlibat dalam sistem yang diamati dalam mengisi
proses nyata dalam menciptakan kejadian nyata. Sampai disini berarti telah dapat
yang diamati.
33
Analisis Kebijakan
Langkah kelima adalah analisis kebijakan, yaitu menyusun alternatif tindakan atau
keputusan (policy) yang akan diambil untuk mempengaruhi proses nyata (actual
state). Alternatif tersebut dapat satu atau kombinasi bentuk-bentuk intervensi, baik
simulasi komputer atau simulasi pendapat) berdasarkan dua kriteria, yaitu aman
(unrisky) dan manjur (effective). Aman artinya jalan tersebut tidak mengakibatkan
sistem secara keseluruhan labil atau kollaps. Manjur artinya berfungsi untuk
hasil-hasil intervensi tersebut bisa ditunjukan secara visual dengan hasil simulasi,
kesenjangan yang timbul akibat perbedaan antara kejadian nyata dengan kejadian
yang diinginkan. Apabila tindakan tersebut bekerja di dalam sistem akan memberikan
masukan atau mengoreksi kejadian nyata menuju kejadian yang diinginkan. Dalam
34
proses berpikir tersebut, seperti telah dijelaskan, ringkasnya mengandung empat ciri :
nyata waktu lampau. Kekuatan dari proses berpikir sistemik tersebut terletak pada
bidang Bisnis, Ekonomi, Sosial, Politik, dan Sains. Awal kemunculan Powersim
Ciri khas Softwere ini lebih pada membuat bagan-bagan, kemudian dari bagan-bagan
tersebut dikoneksikan satu dengan yang lain sesuai dengan masalah (model) yang
ingin dipecahkan atau disederhanakan. Tinggal dipilih output seperti apa yang
diinginkan grafik, angka dan lain-lain semua tersedia pada softwere ini. Powersim
Constructor lebih mirip dengan pemetaan pemikiran (mind maping) sehingga dapat
35
Constructor, selain itu juga bagan-bagan tersebut dapat dibuat warna-warni sesuai
dengan kesukaan.
Prinsip kerja Powersim Construktor tidak terlalu rumit, prinsip kerjanya mirip dengan
Jika menggunakan pemetaan pemikiran maka membuat model dengan software ini
36