Anda di halaman 1dari 20

RESUME KASUS

Seorang perempuan datang ke Pusat Pelayanan Terpadu RS Bhayangkara TK I R.Said Sukanto, dengan membawa surat pengantar dari Resort Jakarta Timur untuk dibuatkan Visum et Repertum dengan nomor surat R / 363 / VER/ IX / 2012 / Res. JT. Surat ditujukan kepada Kepala Rumah Sakit Raden Said Sukanto untuk dilakukan pemeriksaan fisik dan dibuatkan VER. Pada hari Minggu tanggal 16 September 2012 pukul 14.30 WIB bertempat di toko meubel, korban mengaku telah dipukul oleh pelaku (suami korban). Awal kejadian terjadi ketika korban sedang memarahi pelaku akibat dugaan perselingkuhan, kemudian pelaku menampar korban hingga memar. Setelah itu, korban sempat diseret berulang-ulang. Korban mengaku sering ketakutan akan kehilangan suami korban dan nasib anak-anaknya sehingga korban sulit berpikir jernih pada kegiatan sehari-hari maupun saat bekerja. Kejadian ini bukan merupakan kejadian yang pertama kali. Saat kejadian pelaku dan korban dalam keadaan sadar. Korban diwawancara dan diperiksa oleh dokter muda RS Polri Raden Said Sukanto Kramat Jati dan dari hasil wawancara dan pemeriksaan terhadap korban, maka dokter muda tersebut membuat visum sementara yang diberikan kepada polisi, baru kemudian dokter tersebut membuat visum et repertum demi kepentingan peradilan.

ILUSTRASI KASUS
Pada hari Minggu tanggal 16 September 2012 pukul 14.30 WIB bertempat di toko meubel, korban mengaku telah ditampar oleh pelaku (suami korban). Awal kejadian terjadi ketika korban sedang memarahi pelaku akibat dugaan perselingkuhan, kemudian pelaku menampar korban hingga memar. Setelah itu, korban sempat diseret berulangulang. Korban mengaku sering ketakutan akan kehilangan suami korban dan nasib anakanaknya sehingga korban sulit berpikir jernih pada kegiatan sehari-hari maupun saat bekerja. Kejadian ini bukan merupakan kejadian yang pertama kali. Saat kejadian pelaku dan korban dalam keadaan sadar.

BAB I STATUS FORENSIK KLINIK

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.I RADEN SAID SUKANTO INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK STATUS FORENSIK KLINIK Hari / tanggal pemeriksaan: Minggu, tanggal 16 September 2012

I.

IDENTITAS PASIEN / KORBAN NAMA UMUR JENIS KELAMIN WARGA NEGARA AGAMA PEKERJAAN ALAMAT : E. S. : 38 Tahun : Perempuan : Indonesia : Islam : Ibu Rumah Tangga : Jalan Lembur RT. 10/05 No. 33. Kel. Makassar. Kec. Makassar. Jakarta Timur

II.

ANAMNESIS /WAWANCARA (Autoanamnesa) Pada hari minggu, tanggal enam belas September dua ribu dua belas, pukul empat belas titik tiga puluh, bertempat di Jalan Toko Meubel Jalan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, korban mengaku ditampar oleh Samsul (suami korban). Awalnya, korban hendak pergi ke Ramayana Arandina melewati daerah Kelapa Dua Wetan dan korban melihat sepeda motor milik suami korban. Korban masuk ke toko meubel dan mendapati suami korban bersama dengan seorang perempuan. Sontak korban memarahi suami dan mendorong suami korban. Suami korban lalu menyuruh pulang, namun korban menolak. Kemudian korban ditarik dan ditampar lebih dari satu kali dan diseret berulang-ulang. Setelah kejadian, korban pergi dari tempat, menuju Tamini Square untuk menemui klien dan melaporkan ke Polsek Pinang Ranti. Korban mengaku kalau kejadian ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Korban mengaku sering ketakutan akan
kehilangan suami korban dan nasib anak-anaknya sehingga korban sulit berpikir jernih pada kegiatan sehari-hari maupun saat bekerja.

III. PEMERIKSAAN FISIK UMUM KU Kesadaran TD Nadi Suhu Pernafasan : Tampak sakit ringan : Sadar penuh : 120/80 mmHg : 72 x/menit : 36,5 C : 20 x/menit

IV. STATUS LOKALIS LUKA/CEDERA a. Tepat pada sudut bibir kiri, tiga sentimeter dari garis pertengahan depan, terdapat luka memar, bentuk tidak beraturan, batas tegas, warna keunguan, nyeri pada penekanan, tidak bengkak, seluas tiga kali nol koma lima sentimeter. b. Pada dagu kiri, dua sentimeter dari garis pertengahan depan, dua sentimeter dari sudut bibir, terdapat luka memar seluas lima sentimeter kali tiga sentimeter, berbatas tegas, bentuk memanjang, warna keunguan, nyeri pada penekanan, tidak bengkak. c. Pada pipi kanan, enam sentimeter dari garis pertengahan depan, empat sentimeter dari sudut luar mata kanan, terdapat luka memar seluas lima sentimeter kali empat sentimeter, berwarna keunguan, berbatas tegas,bentuk tidak beraturan, nyeri pada penekanan, tidak bengkak.

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN HASIL PEMERIKSAAN Tidak dilakukan

VI. TINDAKAN/PENGOBATAN Asam Mefenamat 3 x 500 mg selama 3 hari Konsultasi ke psikiater

VII. KESIMPULAN Perempuan berusia tiga puluh delapan tahun, sesuai keterangan di atas, mengaku telah ditampar oleh pelaku (suami korban). Dari pemeriksaan fisik ditemukan luka memar pada pipi kanan, sudut bibir kiri, dan dagu kiri. Perlukaan ini akibat kekerasan tumpul.

Korban mengaku sulit berpikir jernih pada kegiatan sehari-hari maupun saat bekerja. Luka-luka tersebut mengganggu aktivitas dan menimbulkan penyakit. Korban dikonsultasikan kepada ahli psikologi

/ VER-PPT / IX / 2012 / Rumkit Bhy TK. I Halaman 1 dari 2 halaman

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK


Jl. Raya Bogor, Kramat Jati, Jakarta 13510

Nomor Lampiran Perihal

: R / 363 / VER / IX / 2012 / Res.JT : : Hasil Pemeriksaan Visum et Repertum a/n: E. S. Jakarta, 16 September 2012 VISUM ET REPERTUM

PRO JUSTITIA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Lucky Miftah Saviro, dokter muda di Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto, berdasarkan atas permintaan tertulis dari Resort Metropolitan Jakarta Timur, dengan suratnya nomor R / 363 / VER / IX / 2012 / Res. JT, tertanggal enam belas agustus dua ribu dua belas mengenai permintaan visum tersebut di atas, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal enam belas agustus dua ribu dua belas, bertempat di Pusat Pelayanan Terpadu Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto telah melakukan pemeriksaan atas korban yang menurut surat permintaan visum tersebut adalah :----------------------------------------------Nama : E. S..---------------------------------------------------------------------------------------------------------Umur : 38 Tahun.--------------------------------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin : Perempuan.------------------------------------------------------------------------------------------------Warga Negara : Indonesia.---------------------------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan : Ibu rumah tangga.----------------------------------------------------------------------------------------Agama : Islam.---------------------------------------------------------------------------------------------------------Alamat : Jalan Lembur RT. 10/05 No. 33. Kel. Makassar. Kec. Makassar. Jakarta Timur. -----RIWAYAT KEJADIAN: --------------------------------------------------------------------------------------------------------Pada hari minggu, tanggal enam belas September dua ribu dua belas, pukul empat belas titik tiga puluh, bertempat di Jalan Toko Meubel Jalan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, korban mengaku ditampar oleh Samsul (suami korban). Awalnya, korban hendak pergi ke Ramayana Arandina melewati daerah Kelapa Dua Wetan dan korban melihat sepeda motor milik suami korban. Korban masuk ke took meubel dan mendapati suami korban bersama dengan seorang perempuan. Sontak korban memarahi suami dan mendorong suami korban. Suami korban lalu menyuruh pulang, namun korban menolak. Kemudian korban ditarik dan ditampar lebih dari satu kali dan diseret berulang-ulang. Setelah kejadian, korban pergi dari tempat, menuju Tamini Square untuk menemui klien dan melaporkan ke Polsek Pinang Ranti. Korban mengaku kalau kejadian ini sudah pernah terjadi sebelumnya.------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

/HASIL I / VER-PPT / IX / PEMERIKSAAN 2012 / Rumkit Bhy TK.


Halaman 2 dari 2 halaman

HASIL PEMERIKSAAN:-------------------------------------------------------------------------------------------------------Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran sadar penuh, emosi stabil, kooperatif. Tekanan darah seratus duapuluh per delapan puluh millimeter air raksa, nadi tujuh puluh dua kali per menit, laju pernafasan duapuluh dua kali per menit, suhu tiga puluh enam derajat selsius. Pada pemeriksaan khusus di dapatkan tepat pada sudut bibir kiri, tiga sentimeter dari garis pertengahan depan, terdapat luka memar, bentuk tidak beraturan, batas tegas, warna keunguan, nyeri pada penekanan, tidak bengkak, seluas tiga kali nol koma lima sentimeter. Pada dagu kiri, dua sentimeter dari garis pertengahan depan, dua sentimeter dari sudut bibir, terdapat luka memar seluas lima sentimeter kali tiga sentimeter, berbatas tegas, bentuk memanjang, warna keunguan, nyeri pada penekanan, tidak bengkak. Pada pipi kanan, enam sentimeter dari garis pertengahan depan, empat sentimeter dari sudut luar mata kanan, terdapat luka memar seluas lima sentimeter kali empat sentimeter, berwarna keunguan, berbatas tegas,bentuk tidak beraturan, nyeri pada penekanan, tidak bengkak.-------------------

KESIMPULAN:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Perempuan berusia tiga puluh delapan tahun, sesuai keterangan di atas, mengaku telah ditampar oleh pelaku (suami korban). Dari pemeriksaan fisik ditemukan luka memar pada pipi kanan, sudut bibir kiri, dan dagu kiri. Perlukaan ini akibat kekerasan tumpul. Korban mengaku sulit berpikir jernih pada kegiatan sehari-hari maupun saat bekerja. Luka-luka tersebut mengganggu aktivitas dan menimbulkan penyakit. Korban dikonsultasikan kepada ahli psikologi.---------------------------------------------------------------Demikianlah telah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan pengetahuan saya sebaikbaiknya, mengingat sumpah jabatan, sesuai Undang-Undang Hukum Acara Pidana.--------------------------

Dokter muda tersebut di atas,

Lucky Miftah Saviro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

PENDAHULUAN Definisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

B.

RUANG LINGKUP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Kekerasan fisik maupun psikis yang terjadi dalam rumah tangga, baik antara suami-istri maupun orang tua-anak. Pada umumnya korban adalah istri atau anak, sedangkan pelaku tindak kekerasan terhadap anak biasanya adalah ayah atau ibu.

Kecurigaan telah terjadi KDRT Cedera bilateral atau berganda Beberapa cedera dengan beberapa penyembuhan Tanda kekerasan seksual Keterangan yang tidak sesuai dengan cederanya Keterlambatan berobat Berulangnya kehadiran di RS akibat trauma

Bentuk Kekerasan Seksual Secara seksual, kekerasan dapat terjadi dalam bentuk pemaksaan dan penuntutan hubungan seksual Fisik

Tindak kekerasan fisik adalah tindakan yang bertujuan melukai, menyiksa atau menganiaya orang lain. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan anggota tubuh pelaku (tangan dan kaki) atau dengan alat-alat lainnya Psikis Tindakan yang bertujuan menggangu atau menekan emosi korban. Secara kejiwaan, korban menjadi tidak berani mengungkapkan pendapat, menjadi penurut, menjadi selalu bergantung pada suami atau orang lain dalam segala hal (termasuk keuangan). Akibatnya korban menjadi sasaran dan selalu dalam keadaan tertekan atau bahkan takut Gabungan dari 2 atau 3 diatas Penelantaran (ekonomi, emosi dan pendidikan) Kekerasan terjadi berupa tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja atau membiarkan istri bekerja untuk dieksploitasi

C.

ASPEK MEDIKOLEGAL LUKA Didalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan tentang jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan atau senjata yang menyebabkan luka serta kualifikasi luka. Kualifikasi luka dibahas dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu Bab XX pasal 351 dan 352 serta Bab IX pasal 90:

Pasal 351 (1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. (3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. (4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan. (5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 352 (1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan 9

jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya. (2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 353 (1) Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. (3) Jika perbuatan itu mengkibatkan kematian yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun

Pasal 354 (1) Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun.

Pasal 355 (1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 356 Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga: 1. Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya atau anaknya; 2. Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena menjalankan tugasnya yang sah;

10

3. Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang herbahaya bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.

Pasal 358 Mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian di mana terlibat beberapa orang, selain tanggung jawab masing-masing terhadap apa yang khusus dilakukan olehnya, diancam: 1. Dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika akibat penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat 2. Dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada yang mati.

Pasal 90 KUHP Luka berat berarti: = Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut; = Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencahariaan; = Kehilangan salah satu panca indera; = Mendapat cacat berat (verminking); = Menderita sakit lumpuh; = Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih; = Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

Dari pasal-pasal tersebut maka penganiayaan dibagi menjadi 4 jenis tindak pidana, yaitu: 1. Penganiayaan ringan; 2. Penganiayaan; 3. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat 4. Penganiayaan yang mengakibatkan kematian Oleh karena istilah "penganiayaan" merupakan istilah hukum, yaitu "dengan sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang", maka didalam Visum et Repertum yang dibuat dokter tidak boleh mencantumkan istilah penganiayaan, karena itu merupakan urusan hakim. Demikian pula dengan menimbulkan perasaan nyeri sukar sekali untuk dapat dipastikan secara objektif, 11

maka kewajiban dokter di dalam membuat Visum et Repertum hanyalah menentukan derajat lukanya.

Derajat luka harus disesuaikan dengan salah satu dari keempat jenis tindak pidana yang telah disebutkan tadi, yaitu: 1. penganiayaan ringan; 2. penganiayaan; 3. penganiayaan yang mengakibatkan luka berat Penganiayaan ringan yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencahariaan; di dalam Ilmu Kedokteran Forensik pengertiannya menjadi; luka yang tidak berakibat penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian. Luka ini digolongkan sebagai luka derajat pertama. Bila akibat suatu penganiayaan seseorang mengalami penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencahariaan akan tetapi sifatnya hanya sementara waktu saja, maka digolongkan menjadi luka derajat kedua. Bila penganiayaan yang dilakukan mengakibatkan luka berat seperti dalam pasal 90 K. U. H. P., maka luka tersebut digolongkan menjadi luka derajat ketiga. Dengan demikian di dalam penulisan kesimpulan Visum et Repertum kasuskasus perlukaan, penulisan kualifikasi luka adalah sebagai berikut (berdasarkan derajatnya): 1. Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan atau jabatan; 2. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu; 3. Luka yang termasuk dalam pengertian hukum "luka berat" (pasal 90 K. U. H. P.). Satu hal yang penting harus diingat dalam menentukan ada tidaknya luka akibat kekerasan adalah adanya kenyataan bahwasanya tidak selamanya kekerasanitu akan meninggalkan bekas/luka. Kenyataan tersebut antara lain disebabkan adanya faktor yang terbentuknya luka akibat kekerasan sesuatu benda, yaitu luas permukaan benda yang bersentuhan dengan tubuh. Bila luas permukaan benda yang bersentuhan dengan tubuh itu cukup besar, yang berarti kekuatan untuk dapat merusak menimbulkan luka lebih kecil jika dibandingkan dengan benda yang mempunyai luas permukaan yang mengenai tubuh lebih kecil. 12

Dengan demikian pada kasus perlukaan akan tetapi di dalam pemeriksaan tidak ditemukan luka, maka di dalam penulisan: kesimpulan Visum et Repertum yang dibuat, haruslah ditulis tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan; dan jangan dinyatakan secara pasti bahwa pada pemeriksaan tidak ada tanda kekerasan!. Faktor lain yang juga harus diingat adalah faktor waktu, oleh karena dengan berjalanannya waktu maka suatu luka dapat menyembuh dan tidak ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan. Dalam hal yang demikian penulisan di dalam kesimpulan VER juga berbunyi: tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Kekerasan yang menyebabkan luka dapat dibagi menjadi tiga goongan, yaitu: luka karena kekerasan mekanik (benda tajam, tempul dan senjata api), luka karena kekerasan fisik (luka karena arus listrik, petir, suhu tinggi, dan suhu rendah), dan luka karena kekerasan kimiawi (asam organik, asam anorganik, kaustik alkali, dan karena logam berat). Selain dari kekerasan yang telah disebutkan tadi, terdapat pula kekerasan terhadap rohani, yang lazimnya disebut trauma psikis, dimana untuk dapat melakukan penilaian perihal luka ini diperlukan bantuan ilmu kedokteran jiwa. Untuk aspek medikolegal dalam perlukaan secara psikis, menurut Undangundang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU KDRT), nomor 23 tahun 2004, tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, tertuang dalam Bab III pasal 5 dan 7.

Pasal 5 Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara: a. kekerasan fisik; b. kekerasan psikis; c. kekerasan seksual; d. penelantaran rumah tangga.

Pasal 7 Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat kepada seseorang.

13

BAB III PEMBAHASAN

Analisa Masalah Pada kasus ini korban datang ke Pusat Pelayanan Terpadu, dengan membawa surat pengantar dari Resort Metro Jakarta Timur untuk dibuatkan Visum et Repertum. Dalam kasus ini, pembuatan Visum et Repertum disertai dengan permintaan tertulis dari penyidik berupa Surat Permohonan Visum serendah-rendahnya kapolres Metro Jakarta pembantu letnan dua sesuai dengan pasal 133 ayat 1 KUHAP. Dengan demikian sesuai pasal 184 ayat 1 KUHAP, Visum et Repertum yang dibuat dapat dijadikan salah satu alat bukti yang sah di pengadilan. Dengan adanya SPV yang dibuat oleh penyidik maka dokter berkewajiban memberikan keterangan ahli sesuai dengan pasal 179 (1) KUHAP yaitu Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Hasil pemeriksaan ini tertuang dalam Visum et Repertum yang dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah. Pada korban, ditemukan luka memar pada pipi kanan, sudut bibir kiri, dan dagu kiri. Luka-luka tersebut sesuai dengan kekerasan tumpul. Selain itu, ditemukan juga gejala-gejala gangguan kejiwaan pada wawancara dengan korban berupa gangguan dalam berpikir dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, sehingga korban di konsultasikan kepada psikolog. Luka memar ini akibat pecahnya pembuluh darah sehingga terjadi ekstravasasi ke jaringan sekitar. Luka memar diakibat kekerasan tumpul. Warna luka memar pada korban dapat menunjukkan waktu perkiraan kasar timbulnya suatu kekerasan. Pada korban, luka memar berwarna keunguan menandakan kekerasan sudah lama terjadi. Sedangkan gangguan kejiwaan diakibatkan oleh adanya gangguan pada badan (somatogenik), lingkungan sosial (sosiogenik), ataupun pada psike (psikogenik). Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2004 Bab III Larangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Pasal 5 menjelaskan setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara: a. Kekerasan Fisik b. Kekerasan Psikis c. Kekerasan Seksual
d.

Penelantaran rumah tangga.

14

Pasal 6 UU KDRT menjelaskan kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Adapun ketentuan pidananya adalah (Pasal 44) 1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) 2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) 3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana paling lama 15 tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah) 4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) Pasal 7 UU KDRT menjelaskan Kekerasan psikis seabgaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat kepada seseorang. Adapun ketentuan pidananya adalah (Pasal 45). 1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 9.000.000,00 (sembilan juta rupiah). 2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah). Berdasarkan ketentuan dalam KUHP, kasus korban termasuk dalam kategori penganiayaan. Karena pada umumnya yang dianggap sebagai hasil dari penganiayaan adalah korban dengan luka, baik fisik maupun psikis yang berbahaya atau yang menurunkan fungsi alat tubuh tertentu untuk sementara waktu. Dalam kasus ini apabila telah diputuskan, maka 15

pelaku dapat dijerat dengan pasal 44 (2) dan 45 (1) UU KDRT dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).

16

KESIMPULAN
Perempuan berusia tiga puluh delapan tahun, sesuai keterangan di atas, mengaku telah ditampar oleh pelaku (suami korban). Dari pemeriksaan fisik ditemukan luka memar pada pipi kanan, sudut bibir kiri, dan dagu kiri. Perlukaan ini akibat kekerasan tumpul. Korban mengaku sulit berpikir jernih pada kegiatasn sehari-hari maupun saat bekerja. Luka-luka tersebut mengganggu aktivitas dan menimbulkan penyakit. Korban dikonsultasikan kepada ahli psikologi.

Undang-Undang KDRT No. 23 tahun 2004 Pasal 44 (2) dan 45 (1) dengan pidana penjara paling lama 10 tahun atau denda paling banyak Rp. 30.000.000,00-.

17

DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto, Arif dkk (kontributor). 1997. Ilmu Kedokteran Forensik edisi pertama cetakan kedua. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2. Idris AM. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyelidikan. Jakarta: Sagung Seto. 3. Soesilo, R. 1988. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Cetakan Ulang Kesepuluh. Poelita Bogor.

18

LAMPIRAN

1.

Surat permintaan visum et repertum

19

2.

Foto hasil pemeriksaan

Gambar 1. Pada dagu kiri, dua sentimeter dari garis pertengahan depan, dua

sentimeter dari sudut bibir, terdapat luka memar seluas lima sentimeter kali tiga sentimeter, berbatas tegas, bentuk memanjang, warna keunguan, nyeri pada penekanan, tidak bengkak.

Gambar 2. Tepat pada sudut bibir kiri, tiga sentimeter dari garis pertengahan

depan, terdapat luka memar, bentuk tidak beraturan, batas tegas, warna keunguan, nyeri pada penekanan, tidak bengkak, seluas tiga kali nol koma lima sentimeter.

Gambar 3. Pada pipi kanan, enam sentimeter dari garis pertengahan depan, empat

sentimeter dari sudut luar mata kanan, terdapat luka memar seluas lima sentimeter berwarna kali empat sentimeter, berbatas

keunguan,

tegas,bentuk tidak beraturan, nyeri pada penekanan, tidak bengkak

20

Anda mungkin juga menyukai