Anda di halaman 1dari 6

Senayan - Setelah memperhatikan penjelasan lisan dan tulisan dari Sekjen, Dirjen Bimas Islam, Dirjen Pendidikan Islam,

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, dan Irjen Kementerian Agama mengenai "Pembahasan Pagu Indikatif dan RKP Tahun 2014" dan tanggapan dari anggota Komisi VIII, rapat Komisi VIII dengan Kementerian Agama, Senin (10/6) menghasilkan lima kesimpulan. Berikut rincian kesimpulan yang dibacakan Wakil Ketua Komisi VIII yang juga pimpinan rapat Ledia Hanifa Amaliah (F-PKS). Pertama, Komisi VIII memahami penjelasan pagu indikatif Sekjen, Ditjen Bimas Islam, Ditjen Pendis, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, dan Itjen Kementerian Agama tahun 2014 sebagai berikut: a. Sekretariat Jenderal Kementerian Agama sebesar Rp 1.901.543.800.000. b. Direktorat Jenderal Bimas Islam sebesar Rp 2.973.524.900.000 c. Direktorat Jenderal Bimas Islam sebesar Rp 40.953.482.500.000 d. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebesar Rp 758.745.400.00 e. Inspektorat Jenderal Rp 145.960.700.00 Selanjutnya akan dilakukan pendalaman lebih lanjut materi pembahasan RKA/KL tahun 2014 terutama untuk Ditjen Bimas Islam, Ditjen Pendidikan Islam, dan Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Kedua, Komisi VIII meminta Sekjen, Dirjen Bimas Islam, Dirjen Pendidikan Islam, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, dan Irjen Kementerian Agama agar dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran tahun 2014 memperhatikan dan menindaklanjuti beberapa pandangan dan pendapat anggota Komisi VIII, antara lain: a. Memprioritaskan program-program strategis disertai indikator capaian dan parameter pengukurannya. b. Meningkatkan sistem pengawasan dan pengendalian mulai dari penyusunan rencana kerja dan anggaran tahun 2014 agar dalam pelaksanaannya efektif dan efisien dengan penambahan dukungan sumber daya manusia yang proporsional. c. Mengupayakan peningkatan anggaran yang signifikan untuk fungsi nonpendidikan. d. Memperbaiki kualitas pengelolaan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di lingkungan Kementerian Agama. Ketiga, Komisi VIII meminta kepada Kementerian Agama agar segera menyelesaikan tunggakan tunjangan profesi guru dijadikan program prioritas dalam rencana kerja dan anggaran 2014. Keempat, Komisi VIII dan Kementerian Agama sepakat untuk mengusulkan tambahan anggaran pembiayaan administrasi nikah di luar KUA sebesar Rp 958.600.134.000 Kelima, Komisi VIII dan Kementerian Agama sepakat untuk memberikan dukungan tambahan anggaran operasional Inspektorat Jenderal Kementerian

Agama sebesar Rp 0,5 persen dari anggaran Kementerian Agama atau setara Rp 100.367.910.000.

DRAFT KESIMPULAN RDP KOMISI IX DPR RI DENGAN BADAN POM RI

1. Komisi IX DPR RI mendesak Badan POM RI agar meningkatkan sosialisasi atas regulasi dan standard produksi untuk makanan dan minuman yang beresiko dicampurkan dengan bahan pengawet dan bahan pewarna yang dilarang kepada produsen-produsen sehingga public warning yang dilakukan Badan POM RI disamping berdampak langsung terhadap kesiagaan masyarakat juga menjadi proteksi dini bagi produsen untuk tidak melakukan pelanggaran. 2. Komisi IX DPR mendesak Badan POM RI untuk segera mengisi jabatan-jabatan strategis yang kosong dengan mempertimbangkan kompetensi dan kemampuan professional seseorang, karena jika jabatan-jabatan ini tetap dibiarkan kosong maka dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran tugas-tugas pemerintahan yang harus dilaksanakan oleh Badan POM RI. 3. Komisi IX DPR RI mendesak Badan POM RI melakukan percepatan agar pencapaian standar minimal laboratorium POM di 26 Balai Besar/ Balai POM dapat lebih cepat terpenuhi dengan memprioritaskan program dan kemampuan prioritas bagi laboratorium-laboratorium dalam melakukan pemeriksaan dan pengujian obat dan makanan. 4. Komisi IX DPR RI mendukung agar Badan POM RI memiliki mobile unit yang dilengkapi dengan fasilitas laboratorium mini bagi tugas pengawasan obat dan makanan di daerah-daerah tertentu yang membutuhkan sarana tersebut untuk memperluas jangkauan pengawasan dan pemeriksaaan obat dan makanan. 5. Komisi IX DPR RI berpendapat bahwa Pos POM di daerah perlintasan antar Negara perlu dilengkapi perlengkapan yang memadai dan kepada petugas Pos POM agar diberikan insentif. Untuk itu Komisi IX DPR RI mendukung upaya Badan POM RI berkoordinasi dengan Kementerian PAN agar hal ini dapat segera diwujudkan. 6. Komisi IX DPR RI mendesak agar Badan POM RI melakukan pengawasan yang intensif terhadap proses penyelidikan, penyidikan dan proses persidangan kasus tindak pidana pelanggaran di bidang obat dan makanan sehingga penegakan hukum dapat berlangsung secara tuntas.

JAKARTA. Pemerintah yang diwakili Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemeterian Perhubungan, dan BP Migas lakukan Rapat dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR RI, di Gedung DPR RI Jakarta, Rabu (2/3/2011). Tujuan dilaksanakannya RDP tersebut adalah memberikan masukkan kepada Komisi V DPR RI terkait dengan rencana perubahan UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Berikut dibawah ini kesimpulan Rapat Dengar Pendapat antara Pemerintah dengan Komisi V DPR RI : 1. Komisi V DPR RI menerima masukkan dari Ditjen Hubla, Kementerian Perhubungan, Ditjen Migas, Kementerian ESDM serta Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi. selanjutnya bahan tersebut akan dipergunakan sebagai masukkan dalam pembahasan RUU Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Komisi V DPR RI meminta Ditjen Hubla Kementerian Perhubungan, Ditjen Migas, Kementerian ESDM serta Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi untuk melengkapi kekurangan data yang disampaikan pada RDP hari ini dan menyampaikannya ke Komisi V DPR RI antara lain : a. Data Perkembangan Produksi Minyak dan gas Bumi, b. Data detail proyeksi investasi pengadaan kapal penunjang usaha hulu minyak dan gas bumi, pengerukan dan salvage, c. Data kapal tertentu yang belum berbendera Indonesia sebagai penunjang usaha hulu minyak dan gas bumi, pengerukan dan salvage, d. Kondisi eksisting, jangka waktu dan mekanisme kontrak kapal tertentu penunjang usaha hulu minyak dan gas bumi, pengerukan dan salvage, e. Data kapal yang perjanjian sewanya melampaui 7 Mei 2011, f. Kinerja pelaksanaan Azas Cabotage sejak dikeluarkannya Inpres Nomor 5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional dan penetapan UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (SF)

2.

Senayan - Laporan serta pembahasan perkembangan pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2013 Perpustakaan Nasional, berlangsung di Ruang Rapat Komisi X DPR RI, Senin (8/4). Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) itu, terdapat dua soal penting yang menjadi pokok pembahasan, yakni mengenai penyerapan anggaran triwulan pertama yang masih minim, serta rencana pemugaran Perpustakaan Nasional di Kawasan Monas. Setelah paparan Ketua Perpusnas RI Sri Sularsih dibahas oleh anggota Dewan yang hadir, didapatlah lima poin kesimpulan. Pertama, Komisi X DPR RI akan mengundang Kementerian Pekerjaan Umum RI, Kementerian Keuangan RI dan Kementerian PPN/Bappenas bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI tanggal 10 April 2013, untuk meminta penjelasan terkait dengan rencana kontrak tahun jamak (multi years), pemblokiran anggaran pembangunan fasilitas layanan Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan No.11, Jakarta, TA 2013 sebesar Rp 102.052.000.000 dan ketersediaan dana untuk pembangunan fasilitas layanan perpustakaan seluas 50.445 m2 (24 lantai) dengan anggaran sebesar Rp 466.688.000.000. Kedua, Komisi X DPR RI belum dapat mengambil keputusan terkait dengan usulan relokasi sisa anggaran pembangunan fasilitas layanan Perpustakaan Nasional Jl. Medan Merdeka Selatan No.11, Jakarta, TA 2013 sebesar Rp 67.273.215.237, sebelum mendapatkan penjelasan dari Kementerian Keuangan RI, Kementerian Pekerjaan Umum RI dan Kementerian PPN/Bappenas, sebagaimana dimaksud pada poin pertama. Ketiga, Komisi X DPR RI tetap mendukung rencana pembangunan fasilitas layanan Perpustakaan Nasional Jl. Medan Merdeka Selatan No.11, Jakarta, seluas 50.445 m2 (24 lantai), dengan anggaran sebesar Rp 466.688.000.000 sesuai dengan keputusan RDP tanggal 21 November 2012. Keempat, Komisi X DPR RI akan mendesak Mendikbud RI untuk mempercepat penyelesaian PP tentang pelaksanaan Undang-undang No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Kelima, dalam rangka mendukung program-program Perpustakaan Nasional RI, Komisi X DPR RI akan membentuk Panja Pengembangan Perpustakaan.

Anda mungkin juga menyukai