Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PEMBELAJARAN DAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Belajar adalah kehgiatan fisik atau badaniyah. Untuk hasil yang di capai adalah berupa perubahan-perubahan dalam fisik. Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah kegiatan ryhaniah atau psychis. Sasaran yang di capai adalah di sisni adalah perobahan-probahan jiwa. Sementara pendapat secara tradisional adalah atau kebanyakan orang adalah mengumpulkan sejumlah ilmu. Ahli pendidikan modern merumuskan bahwa belajar adalah suatu bentk

pertumbuahan atau perobahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertongkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Ernest R. Hilgard dalam bukunya Theoris of Learning memberikan batasan pengertrian belajar, ia

menytakan bahwa Learnig is a proses by an activity originates or changed thruogh training procedures (whether is by laboratory or in the natural environment ) as distinguished from changes by factor not atribut able to training. Dari pengertian bermacam-macam definisi oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa inti pembelajaranitu adalah sebagai proses perubhan tingkah laku pada diri individu dan individu dengan lingkungan.

A. Pendahuluan adanya suatu anggapan yang mengatakan bahwa orang yang akanmengajar cukup hanya menguasai bahan atau yang akan di ajarkan, berarti sudah cukup dapat mengajar dengan baik, anggapan itu kurang tepat, karena proses mengajar bukan hanya sebgai transfer ilmju saja (proses informative), tapi juga

mengandung unsur-unsur edukatif (mendidik). Seorang pendidik dalam proses pembelajaran harus mampu mentranfer ilmu pengetahuan, punya keahlian dan memililki nilai-nilai (transfer of knowledge, skill and value).

Idealnya, dalam proses transformative edukatif perlu ada komunikasi antara pendidik dengan peserta didik yang mengandung unsur-unsur peadagogis (ilmu, seni mengasuh/mendidik/mengajar anak), didaktis (bersifat mendidik) dan

psikologis(masalah-masalah kejiwaan). Untuk mewujudkan hak tersebut paling tidak harus memiliki lima komponen dasar praktik pembelajaran / mengajar . antara lain : 1. Tujuan mengajar ; artinya apa standar ketuntasan belajar minimkal yang harus di capai peserta didik ? 2. Bahan (isi) pembelajaran , artinnya perlu di pahami tentang materi yang akan di berikanagar proses transformative edukasi tersebut dapat di capai . 3. Metode dan teknik sampai tujuan. 4. Perlengkapan dan fasilitas, artinya untuk membantu tercapainya tujuan tujuan pembelajaran tadi alat atau fasilitas apa yang dapat di pergunakan sehingga mendukung tercapainya tujuan interkasi edukatif. 5. Evaluluasi (penilaian) artinya untuk mengukur tercapai tdaknya tujuan interktif idukatif tersebut di perlukan proses penilaian. artinya bagaiman cara menyampaikan materi agar bisa

Kelima komponen tersebut merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai interaksi edukatif dalam proses pendidikan pembelajaran melalui komunikasi antara pengajar dan yang belajar . versi lain dikatakan bahwa proses pembelajaran lebih

banyak ditentukan tiga komponen saja yaitu tujuan , metode, dan alat pembelajaran.

1. Tujuan Mengajar Langkah pertama yang harus ditentukan oleh pengajar adalah

menetapkan dahulu tujuan yang akan dicapai dari mata pelajaran itu. Dengan merumuskan tujuan jelas dari suatu bahan pengajaran, akan mudah mengarahkan kegiatan belajar anak didik dan memilih metode yang akan di pergunakannya .

Adapun tujuan mengajar adalah :

perumusan kemampuan dan

tingkah laku yang di harapkan dimiliki oleh peserta didik setelah pelajaran selesai, oleh karena itu perumusan tersebut harus dirumuskan secara operational yaitu measureable dan testable. Bila tujuan telah di tetapkan sesuai dengan bahanya minimal sudah dimiliki pengajar sebelum mengajar, arah kemanakah peserta didik akan dibawa, maka tinggallah calon guru mempersiapakan komponen lainya yang ahtkan menunjang tercapainya tercapainya tujuan tersebut .perlku mendapat perhatian bahwa tujuan yang akan di capai tidak semata-mata aspek pengetahuan dan pemahaman saja, tapi juga meliputi aspek-aspek lain

seperti sikap, mental, minat, perhatian, kecakapan dan ketrampilan dll. Sebagai contoh tujuan mengajar dari berhitung bilangan adalah yakni: peserta di harapkan memiliki kemampuan memahami masalah bilangan , mengetahui bagaimana menggunakan bilangan tersebut, atau menghayatinya dan memiliki pengetahuan dan sikap positip terhadap masalah yang

menyangkut bilangan. Atas dasar contoh seperti diatas terdapat kriteria dalam merumuskan tujuan mengajar antara lain, yakni: a. Berpusat pada perubahan tingkah laku dankemampuan peserta didik , bukan pengajar dengan susunan kalimat yang didahului oleh kata-kata agar peserta didik menjelaskan, membedakan, dan sebagainya . b. Dirumuskan secara operational dengan kata-kata yang jelas dan dapat diukur, misalnya memahami, menyebutkan, menuliskan,

membangdingkan, dan sebagainya. c. Harus dalam bentuk belajar yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menempuh kegiatan belajar. 2. Tujuan atau Teknik Mengajar Dalam proses interaksi edukatif kedudukan metode mengajar sangat penting, karena pengertian metode tidaklah hanya sekedar cara akan tetapi merupakan teknik di dalam proses penyampaian materi pengajaran oleh sebab

itu metode mengajar meliputi kemampuan mengorganisasikan kegiatan dan teknik mengajar sampai kepada evaluasinya. Didalam istilah metode mengajar, terkandung dua pengertian yang bial disatukan akan menjadi suatu pengertian yang menunjang pencapaian tujuan-tujuan pengajaran, bila dirinci antara metode dan mengajar, terdapat suatu hubungan yang kuat yang tidak dapat dipisahkan. Metode berarti cara-cara atau teknik-teknik tertentu yang dianggap baik(efisien dan efektif), sedangkan mengajar bearti merangkaikan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau pengajar untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan kepada peserta didik (transfer of knowledge) Banyak pendekatan, strategi, model, metode, teknik dan taktik yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ragam metode dan model mengajar dapat memberi keleluasan kepada guru untuk menggunakan variasi metode-metode mengajar. Metode mengajar berfungsi untuk sebagai alat yang tetap untuk menambah partisipasipeserta didik dan menanamkan kepemimpinan dengan usaha menciptakan situasi mengajar dan belajar yang tepat dan berguna. Di dalam memilih dan menggunakan metode mengajar yang merupakan yang merupakan salah satu factor penting dalam proses interaksi edukatif, maka penggunaanya harus harus memperhatikan beberapa ketentuan sehingga benar-benar fungsional antara lain meliputi: a. Bahan pelajaran yang akan diajarkan b. Tujuan yang hendak dicapai c. Gunakan metode yang paling dianggap tepat dan gunaka alat bantu yang sesuai d. Hubungan antara metode dengan fasilitas, waktu, dan tempat

3. Alat-alat Pelajaran Khususnya alat peraga di harapkan calon guru menunjukan kreatifitasnya adalah : sediakan alat-alat peraga yang sesuai dengan bahan yang disampaikan. Sebab dengan alat-alat peraga sebgai media dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari penggunaan metode yang banyak manfaatnya dalam proses interaksi edukatif terutama dalam hal yang sulit di laksanakan sebab terlau luas atau terlalu kecil , bahaya, sangat kompleksnya, sudah lampau atau belum terjadi. Manfaatnya lai dapat di lihat pada unsur-unsur psikologis sebab

dengan media/alat peraga yang baik akan menambah realisme sehingga orang menerima lebih menaruh perhatian atau lebih berrgetar emosinya terhadap suatu yang di sampaikan. Dalam menulis persiapan tertulis calon guru mencantumkan alat-alat pelajaran ( perseorangan, atau klasikal seperti kapur, penghapus, papan tulis, dan sebagainya tapi tidak perlu ditulis karena sudah mafhun di ketahui. Di samping alat peraga, calon guru benar-benar menunjukan kreatifitasnya sesuai dengan jurusan masing-masing, para calon guru harus mengetahui dan memahami korelasi daripada materi yang disampaikan itu ke dalam kenyataan hidup sehari-hari disamping harus menguasai bahan serta kelengkapannya. Pada prinsipnya tiga komponen itu juga belum lengkap sebgai guru yang professional sebaiknya mempelajari /memahami metode mengajar, model mengajar, ketrampilan mengajar, strtegi mengajar, yang sesuai dengan perkembangan teknologi.

B. Etika Guru dalam Proses Pembelajaran Dimaklumi dan dimengerti bahwa masih banyak ada beberapa diantara para calon guru memiliki perasan takut atau ragu-ragu dalam menghadapi tugas praktik mengajar. Tetapi yakinlah bahwa perasaan takut tersebut akan hilang dengan sendirinya apabila calon guru sudah mulai terjun dan mengikuti latiahan

mengajar beberapa kali di kelas ataupun di sekolah tempat calon guru berlatih bahkan akan merasa senang dan menjadi gembira. Seyogyanya bagi calon guruyang baik dapat mencapai ide yang mulia, yentunya dengan membuat persiapan mengajar yang baik, dikerjakan dengan sungguhsungguh dan siap mental dan bahan yang akan diajarkan semuanya akan banyak membantu dalam mensukseskan pengajaran yang kan dilaksanakanya Guru yang baik itu cara pandangnya tidak hanya terfokus pada suatu yang menarik perhatian saja namun harus seluruh kelas, tidak parsial, bersikap tenang tidak gugup, tidak kaku, ambil posisi yang baik sehingga dapat dilihat dan didengar enak oleh peserta didik, senyuman dapat mengusahakan dan menciptakan situasi belajar yang sehat, suara yang terang dan adakan variasi sehingga suara yang simpatik akan selalu menarik perhatian anak-

anak.Bangkitkan kreativitas peserta didik selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Usahakan untuk menguasai bahasa pengantar yang baik dan betul, tulisanyang rapi, tujuan pebelajaranharus tercapai. Jika calaon guru mengalami kesulitan dalamlatiahn, maka sebaiknay para clon guru minta petunjuk-petunjuk, nasihat ataupertolongan kepada yang bersangkutan. pembimbing

C. Pengetahuan dan Penguasaan Teknik Dasar Guru Profesional Sudjiarto(1982) mengemukakan tujuh belas pengetahuan dan kemampuan teknik dasar guru professional antara lain: 1. Pengetahuan tentyang disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan studi 2. Penguasaan bidang studi sebagai obyek belajar 3. Pengetahuan tentang karakteristik perkembangan peserta didik 4. Pengetahua tentang berbagai model teori belajar ( umumdan khusus) 5. Pengetahuan dan penguasaan berbagai proses belajar umum atau khusus

6. Pengetahuan tentang karakteristik dan kodisi social, ekonomi, politik, budaya, sebagai latar belakang dan kontek berlangsungnya proses pembelajaran . 7. Pengetahuan tentang proses sosialisasi dan kulturisasi 8. Pengetahuan tentang pancasial sebgai pandangan hidup bangsa 9. Pengetahauan dan penguasaan berbagai media sumber belajar 10. Pengetahauan manfaatnya 11. Pengetahauan tentang mengamati proses pembelajaran 12. Penguasaan tentang menyusun instrument penilaian proses tentng berbagai jenis informasi kependidikan dan

perkembangan belajar 13. Penguasaan berbagaimetode model pembelajaran 14. Penguasaan pembelajaran 15. Pengetahuan tentang dinamika hubungan interaksi antar manusia dalam pembelajaran 16. Pengetahuan tentang system pendidikan sebagai bagian terpadu dari berbagai system pembelajaran 17. Penguasaan teknik memperoleh informasi yang di perlukan untuk kepentingan proses pembelajaran teknik merencanakan dan pengembangan program

D. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran Uzair Usman yang mengutip dari Adam & Decey dalam Basic Principles of Stdent Teaching mengemukakan, bahwa peran dan tugas guru adalah mengajar, memimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipasi, ekspeditor, perencanan, supervisor, motivastor, dan konselor. Seiring dengan peran dan tugas di atas Mulyasa(2005) juga menambahkan bahwa guru harus kreatif, professional, dan menyenangkan dengan memosisikan diri sebgai berikut :

a. Orang tua yng memilii kasih sayang pada peserta didiknya b. Teman, tempat mengadu mencurahkan perasaan hatinya peserta didik c. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan , melayani peserta didik , sesuai dengan miant dan kemampuan peserta didik d. Memberikan sumbangan pemikiiiran kepada orang tua untuk memahami permasalahan yang dihadapi anak untuk mencarikan solusi e. Memupuk rasa percaya diri, berani, dan bertanggung jawab f. Membiasakan perserta didik bersilatuhrohmi dengan orang lain secara wajar g. Mengembangkan dengan lingkungan h. Engembangkan kreatifitas i. Menjadi pembantu jika diperluakan proses sosialisasi secara wajar antar peserta didik

Menurut Pulias Young (1988), Manan (1990), Yelon and Weintein (1977) dan di kutip oleh Mulyasa (2005) dalam mengemukakan peran guru antara lain : 1. Guru sebagai pendidik, artinya panutan, idolanya bagi peserta didik, memiliki standar kualifikasi -kualitas pribadi yang bertanggung jawab , beribawa, mandiri, dan disiplin. 2. Guru sebgai pengajar, artinya membantu pserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajar i suatu yang belum diketahuinya.

Dalam kondisi ini guru di tuntut untuk lebih terampil dalam membuat ilustrasi, mendefinisikan, menganalisa, mensintesa, bertanya,

merespon, mendengarkan, menciptkan kepercayaan, memberikan pandangan bervariasi, menyesuaiakan metode pembelajaran. 3. Guru sebgai pembimbing, artinya membantu mengarahkan proses pembelajaran yang berupa perkembangan perjalanan fisik dan mental spiritual peserta didik.

4. Guru sebagai pelatih, artinya memberikan pengualangan ketrampilan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang telah di tetapakan

dalam standar kompetensi dasar, indikator pencapaian, standar kompetensi minimal yang harus di capai. 5. Guru sebagai pembaharu(inovator) artinya, pengalaman masa lalu yang tealh dialami oleh guru berarti bagi peserta didik 6. Guru sebgai penasihat artinya , memberikan lauyanan konseling akanmembawa makna yang sangat

kepada peserta didik supaya mereka dapat memahami dirinya sendiri. 7. Guru sebagai Model Teladan, artinanya guru adalah menjadi teladan bagi bagi peserta didik apa-apa yang di kerjakan guru akan di tiru oleh murid , seyogyanya seorang guru harus memperhatiakan sikapsijkap yang terbaik di depan murid maka perhatiak sikap dasar bagi seorang guru di depan kelas : gaya bicara, kebiasaan kerja, berpakian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neuritis , cara mengambil keputusan, gaya hidup secara umum. 8. Guru sebagai Pribadi , maksudnya memeiliki krpribadian yang tercermin dalam tingkah laku sehari-hari 9. Guru sebagai Peneliti, artinya mengembangkan kreativitas ilmiah perlu penelitaian, sehingga kelemahan dan keunggulan yang terjadi dalam diri dapat di amati dengan 10. Guru sebgai Pendorong Kreativitas, dalam arti baikkecenderungan menciptakan, membangkitkan kesadaran 11. Peran gur sebagai sebgai pekerja rutin, melakukan sesuatu secara rutin continew , seperti pat waktu, membuat cacatan dan sebagainya. 12. Guru sebgai pemindah kemah, maksudnya membantu peserta didik meninggalakan kebiasaan lama, menuju sesuatu yang lebih cocok dan baru dengan kondisi terkini.

13. Guru sebagai pembawa cerita , artinya cerita di gunakan sebagai alat pengukur, walaupun cerita tersebut dalam dongeng atau fiktif. 14. Guru sebagai aktor, artinya melakukansesuatu sesuai dengan naskah yang disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan di sampaikan kepada penonton. 15. Guru sebagai emansipator, mampu memahami potensi yang ada bagi peserta didik 16. Guru sebagai evaluator,artinay mampu melakukan pengukuran terhadap perserta didik, tidak hanya penilaian kognitif, tetapi efektif dan psikomotorik . sementara Sudirman dalam bukunya Interaktif dan Motivasi Mengajar juga mengklasifikasikan guru, antra lain : Informative (sumber informative) Organisator (pengelola kelas) Motivator (pemberi doroangan kepada peserta didik) Director (pengarah kegiatan belaja mengajar) Inisiator (pencetus ide-ide dalam proses pembelajaran) Transmitter (penyebar kebijakan sekolah) Fasilitator (memberi kemudahan dalam belajar ) Mediator (penengah dalam kegiatan pembelajaran) Evaluator (penilalian prestasi belajar siswa didik)

E. Srategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan pola umum rentetan kegiatan yang has di lakukan untuk mencapai tujuan. Dalam pembelajaran perlu strategi agar tujuan tercapai dengan optimal. Cara yang ditetapkan sebagai hasil kajian strategi dalam proses pembellajaran dinamakan metode. Cara menetapkan metode dinamakan teknik. Istilah strategi, metode dan teknik bisa disebut model mengajar ( Model of Teaching).

Joyce dan Marsha Weil mengupas

sebanyak 25 model, dalam bukunya

Model of Teachhing (1971). Mereka membagi model menjadi 4 kelompok yaitu 1. Pertama Pemrosesan informasi (the information processing family) 2. Kedua Model Pribadi (the personal family) 3. Ketiga Kelompok social (the social family) 4. Keempat Model Tingkah Laku ( behavioral models of teaching ) Istilah strategi dan model bisa di sebut lain dengan pendekatan (approach). Konsep umum strategi pembelajaran dapat berarti suatu garis besar haluan pembelajaran untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan srategi belajar mengajar, strategi dapat di artikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dalam membina peserta didik melalui kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Ada emapat strategi dasar dalam pembelajaran meliputi antara lain : 1. Mengidentifikasi serta menetapakan spesifikasi dan kualifikasi perubahan

tingkalaku dan kepribadian peserta didik sebagaimana yang di garapakan 2. Memilih system pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat . 3. Memilih dan menetapakan prosedur, metode, dan tknik belajar mengajar yang paling tepat dan efektif , sehingga dapat di jadikan pegangan guru dalam menaikan kegiatan mengajar. 4. Menetapakan Norma-norma dan batas minimum keberhasialan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran yang selanjutnya, yang selanjutnaya dapat di jadiak umpan balik buat penyempurnaan system

instruksional berikutnya secara keseluruahan .

F. Klasifikasi Strategi Pembelajaran Menurut Trbarani Rustam dkk, terdapat masalah sehubungan denganstrategi pembelajaran yang secara keseluruahan di klasifikasiakan menjadi sebagai berikut : Konsep dasar strategi pembelajaran Sasaran kegiatan pembelajaran Proses pembelajaran sebagaia suatu system Hakikat proses pembelajaran Entering Behavioral Learning Pola-pola belajar peseta didik Memilih sitem belajar mengajar

1. Konsep dasar strategi , bahwa konsep dasarnya meliputi yaitu : a. menetapakanspesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku b. menentukan pembelajaran c. memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar d. menerapkan norma kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. 2. Sasaran kegiatan pembelajaran : setiap kegiatan pembelajaran mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu berjenjang mulai dari yang sangat operational dan kongkrit , yakni tujuan pembelajaran khusus (standar kompetensi) dan tujuan pembelajaran umum (kompetensi dasar dan indikator pencapaian pilihan berkenaan dengan pendekatan masalah

),tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal dan jelas standar ketuntasan belajar minimal yang di capai siswa 3. Proses pembelajaran sebgai suatu system : pembelajaran sebagai suatu sistem intruksional yang mengacu pada pengertian seperangkat komponen yang

saling terkait satu sama lain untuk mencapai tujuan . sebgai suatu system, pembelajaran meliputi komponen-komponen antara lain meliputi : tujuan,

bahan ajar, siswa,guru, metode, situasi, dan evaluasi agar tujuan tercapai maka semua komponen itu harus di organisasikan. Bergagai persoalan yang biasa di hadapi guru antara lain adalah : Tujuan apa yang mau di capai Materi pelajaran apa yang di perlukan Metode mana yang harus di pakai Prosedur apa saja yang akan di tempuh untuk melakuakan evaluasi

4. Hakikat Proses Pembelajaran : belajar adalah proses perubahan perilakau berkat pengalaman dan latihan artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampialan maupun sikap bahkan meliputi aspek organisme pribadi 5. Etering Behavior Learning : hasil pembelajaran tercemin dalm perobahan tingkah laku, baik secara material subtansional, maupun secara behavior. Permasalahanya adalah kepastian bahwa tingkat prestasi yang dicapai oleh peserta didik adalah benar merupakan hasil kegiatan pembelajaran yang bersangkutan , untuk kepastianya seharusnya guru mengetahui seharusnya guru mengetahui karakteristik perilaku siswa saat mereka melangsungkan kegatan belajar mengajar. Itulah yang di maksud dengan Entering Behavior Siswa.

Menurut Abin samsudin Entering Behavior dapat didefinisikan dengan cara sebagai berikut : 1. Tradisional, telah lazim guru mulai dengan pertanyaan mengenai bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru; 2. Modern inovasi, guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan yang memiliki instrument atmbangkan au mampu mengukur prestasi belajar dengan syarat mengadakan pre test sebelum mereka mulai mengikuti program pembelajaran.

Gambaran tentang Entering Behavior, pada peserta didik banyak menolong guru antara lain sebagai berikut : yaitu, a. Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan individual siswa dalam taraf kesiapan (readine), kematangan (maturation), serta tingkat penguasaan materi (matery) pengetahuan dan ketrampilan dasar bagi penyaji bahan baku. b. Perilaku siswa tersebut dapat dipertimbangkan dan memimilih bahan, prosedur, metode, teknik serta alat bantu belajar mengajar yang sesuai. c. Dengan membandingkan nilai proses dengan hasil pasca test, atau setelah menjalani program kegaiatan belajar mengajar, guru akan mendapa petunjuk seberapa jauh dan seberapa banyak perubahan perilaku itu telah terjadi dalam diri siswa. Perbedaan antara pre test dengan pasca test, baik secara individual maupun secara kelompok merupaka indikator prestasi atu hasil pencapaian yang nyata sebgai pengaruh proses pembelajaran. Ada tiga dimensi dari entering behavior yang perlu di perhatikan oleh guru a. Batas-batas ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai oleh siswa b. Tingkatan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambuatan atau kemampuan yang telah dimiliki siswa c. Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikotik.

Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru harus dapat mejawab pertanyaan : Sejauh mana batas-materi pengetahuan yang telah di kuasai dan di ketahui oleh peserta didik yang akan diajar Tingkat dan tahab serta jenis tahab kemampuan manakala yang telah di capai dan dikuasai oleh peserta didik bersangkutan

Apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola perilaku yang di ajarkan Berapa jauh motivasi dan minat belajar yang di miliki oleh peserta didik sebelum belajar di mulai

6. Pola-pola Belajar Peserta Didik Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa kedalam delapan tipe. Yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain dan membentuk sebuah hirarki yaitu : Belajar Tipe Signal : Signal Learning belajar ini merupakan tahab

dasar, yang tidak menuntut persyaratan namun merupakan hirarki yang harus dilalui untuk mencapai pada tipe belajar yang paling tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat involuntary (tidak sengaja dan tidak didasari tujuan ). Dalam tipe ini terlihat aspek reaksional emosional di dalam kondisi yang diperlukan bagi kondisi berlangsungnya belajar tipe ini. Adala dengan diberikan stimulus(signal) secara serempak, perangsang tertentu secara berulang kembali. Mirip dengan conditioning meurut Pavlov yang timbul setelah sejumlah pengalaman tertentu, respon yang timbul bersifat umum dan emosional. Belajar tipe Stimulus Response Learning ( belajar Stimulus Respons) tipe ini dapat di golongkan dalam jenis classical condition (Knible, 1961) atau belajar dengan trial and error (mencoba-coba) kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe ini adalah factor inforcement ( diperkuat). Belajar Tipe Chaining ( rantai atau rangkaian ) Chainiong adalah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R (stimulus-respon) yang satu dengan yang lain. Konsidsi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe ini adalah antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai

sejumlah satuan pola S-R baik psikomotorik maupun verbal . selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan dan reinforcement (penguatan) tetap penting bagi berlangsungnya prosese chaining. Belajar Tipe Verbal Assosiation ( asosiasi verbal) yaitu: baik

chaining maupun verbal lilain. Bentuk verbal sederhana antara lain diperlihatkan suatu bentuk geometris , missal bujur sangkar , bola dll. Belajar tpe Discrimination Learning ( belajar diskriminasi) yaitu : belajar mengadakan pembeda. Dalam tpe ini aanak didik mengadakan seleksi dan pengujian di antara dua perangsang atau sejumlah

stimulus yang berbeda yang diterimanya, kemudian memilih polapola yang yang paling di anggap sesuai. Contoh anak dapat mengenal bebrapa merk mobil . Belajar Tipe Concept Learning ( Belajar Konsep ) yaitu : adalah belajar pngertian, dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan obyek obyeknya, ia membentuk suatu pengertian atau kemahiran diskriminasi dan proses kognitif

fundamental sebelumya. Belajar konsep ini manusia sangat mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi internal tentang dunia dan sekitarnaya dengan menggunakan bahasa. Mungkin binatang juga melakukan demikian tapi sangat terbatas.dengan konsep ini manusia dapat menggolongkan dunia dan sekitarnya, misalanya menggolongkan warna, bentuk, besar , jumlah dsb. Belajar Tipe Rule Learning ( Belajar Aturan ) adalah belajar

membuat generalisasi, hokum, dan kaidah. Pada tingkat ini peserta didik belajar mengkombinasi berbagai konsep dengan mengoperasiak kaidah-kaidah logika, logika formal (induktif, deduktif, analisa, sintesa, asosiasi, difensiasi, komparasi, dan kasalitas). Sehingga anak dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkinselanjutnya dapat di

pandang sebagai Rule : prinsip, dalil, aturan, hokum, kaidah, dan sebagainya. Belajar tipe problem solving (pemecahan masalah ) adalah belajar memecahkan masalah pada tingkat ini persrta didik belajar merumuskan masalah dan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan situasi problematik,dengan menggunakan beberapa kaidah yang di kuasai. Menurut john dewey belajar memecahkan masalah yaitu : individu menyadari masalah bila ia menghadapi situasi kondisi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya semacam kesulitan. Langkah-langkah

memecahkan masalah adalah sebgai berikut : 1. Merumukan fakta pendukung dan menegaskan masalah, individu merasakan kesulitan kemudian memetakan letak

sumber kesulitan kemudian mencari jalan pemecahanya. 2. Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesa, individu mencari menghimpun informasi yang releva, kemudian kemungkinan dan

mengidentifikasi berbagai alternative pemecahan yang di rumuskan dengan

dengan pertanyaan

jawaban yang sementara perlu pembuktian (hipotesa ). 3. Mengevaluasi alternative pemecahanyang dikembangkan :

setiap alternative pemecahan di timbang darisegi untung ruginya. Selanjutnya di lakukan pengambilan keputusan memilih alternative yang di pandang paling mungkin(feasible) dan menguntungkan. 4. Mengadakan pengujian atau verifikasi mengadakan ujian

secara eksperimental alternative serta pemecahan yang di pilih, di praktekan atau di laksanakan, dari hasil pelaksanaan itu

diperoleh informasi untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang telah di rumuskan. 7. Memilih System Belajar Mengajar: para hali telah mencoba mengembangkan berbagai cara pendekatan atau system pelajaran menarik perhatian akhir-akhir ini adalah m pengajaran atau proses belajar mengajar. Berbgai system pelajaran yang menarik perhatian akhir-akhir ini adalah enquiry-discovery approach. Enquiry discovery learning adalah belajar mencari dan

menemukan sendiri. Dalam system pembelajaran ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tapi peserta didik diberi peluang untuk mrncari dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik-teknik pendekatan pemecahan masalah.secara garis besarnya prosedurnya adalah demikian: a. Simulation : guru bertanya dengan mengajukan persoalan , atau

menyurauh anak untuk membaca atau mendengarkan uraian yang membuat permasalahan. b. Problem statement peserta didik di beri kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, di pilih yang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan, permasalahan itu selanjutnya di rumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis sementara. c. Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (colection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objeck, wawancara dengannara sumber, melakukan uji coba sendiri dsb. d. Data Prosecing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebgainya, semua di olah di klasifikasi, di tabulasi, bahkan bila perlu di hitung dengan cara tertentu serta di tafsirkan pada tingkat kepercyaan tertentu. yakni pertanyaan sebgai jawaban yang

e. Verification atau pembuktian. Berdasarkan hasil pengolahan data dan tafsiran atau informasi yang ada, peryataan atau hipotesa yang telah di rumuskan terdahuku itu kemudian di cek apakah terjawaban atau tidak apakah terbukti apa tidak. f. Generalization, tahap selanjutnya erdsarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu. System belajar yang dikembangkan Bruner menggunakan landasan pemikiran belajar mengajar hasilbelajar dengan cara ini lebih mudah di hafal dan di ingat, mudah di transfer untuk memecahkan masalah .pengetahuan anak didik yang bersangkutan jauh lebih dapat menumbuhkan motivasi

intrinsic, karena anak didik lebih puas atas penggunaanya sendiri.

G. Petunjuk Operational Pembelajaran keberhasilan seorang guru dalam menjalanakan profess, sering mendapat

kesulitan karena bervariasinya tingkat kemampuan peserta didik. Ada syarat pokok yang perlu di ketahui dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas, bahkan merupakan persyaratan yang vital perlu di wujudkan setiap kali

memasuki kelas, persyaratan tersebut adalah : 1. Membuat persiapan mengajar yang baik 2. Memakai metodologi mengajar yang tepat, serasi dan selaras dengan materi, kemampuan dan kondisi peserta didik di kelas. 3. Menguasai ilmu pelajaran dan tidak samar-samar 4. Siap mentl menghadapi peserta didik yang beraneka ragam dan perilaku 5. Mencintai tugas sebgai profesi 6. Memiliki bakat (wibawa) sebagai guru 7. Rajin, sabar, dan menekuni tugas yang di emban

8. Ikhlas memberikan ilmu, sehingga bangga dengan banyak peserta yang didiknya berhasil menjadi orang yang memiliki dedikasi tinggi dan

berguana bagi nusa dan banggsa 9. Punya profil dan performent yang meyakinkan 10. Mengenal latar belalakang nama peserta didik 11. Selalu menampilka wajah ceria 12. Melaksanakan tugas dengan sepenuh hati 13. Memiliki sikap percaya diri, simpatik dari peserta didik , lingkungan

masyarakt dan pergaulan sehari-hari 14. Kedatangan di sambut dengan baik, sehingga merasa rugi jika gurunya tidak datang 15. Memahami model, dan strategi dan ketrampilan mengajar. Semua prsyaratan diatas adalah merupakan persayratan yang dapat dijadikan acuan atau pedoman bagi guru professional. Guru yang baik dan professional adalah guru yang menguasai materi dengan baik dan juga mampu mengaplikasikan , memiliki nilai-nilai (Transfer of knowledge, transfer of skill, dan transfer of value ). Sebaik apapun rancangan disusun dengan baik tapi perlu di alokasi waktu dengan baik. Untuk menyampaikan materi tersebut, diantaranya perlu memperhatikan tahapan penggunaan waktu dengan sebaik-baiknya secara efesien da sistematatis, langkah pembagia waktu selama 45 menit itu adalah rincian dan pelaksanaan proses pembelajaran sebagai berikut : a. Mencek kehadiran , mengatur tempat duduk, mengamankan suasana kelas sebelum belajar b. Apersepsi, memberikan kesadaran, pandanagan, keinsyafan. Dalam

pandangan lain dijelaskan sama dengan perceive yaitu memahami pelajar yang di berikan kepada guru atau memberikan kesadara sepenuh hati pada

siswa

mengikuti proses pembelajaran dengan melalui penghayatan, dan

rangsangan fantasi, kesan-kesan dalam waktu 3 menit c. Pre-test mengulang pelajaran lama di hungkan dengan pelajaran yang baru, selam 5 menit d. Menyajika pelajaran baru(poko baru ) selam 25 menit e. Post test, memberikan evaluasi terhadap proses pembelajaranyang telah diberikan selama 8 menit f. Menyimpulakan pelajaran dengan menyimpulkan, baca doa dsb selama 2 menit Disamping persyartatan yang optimal yang harus di ketahui guru, sorang guru peun idealnya harus mempunyai persiapan. g. Buku persiapan mengajar, dalam bentuk satuan pembelajaran atau rencana pembelajaran. Yang isisnya tujuan pembelajaran umum, tujuan pemeblajaran khusus, materi, alat dan sumber, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. h. Mengkondisikan kelas / Situasi dan suasana kondisi di dalam kelas sangat membantu berlangsungnya kegiatan mengajar seperti kebersiahan kelas,

kenyamanan ruang kelas, cahaya yang menyinari ruagn kelas, tempat duduk peserta didik, pintu masuk, posisi papan kelas tulis, suasana panas gelap. Syarat mutlak dimiliki guru adalah perlu memahami how does the teacher plan for unit teaching in the class. Jawabanya adalah planning to producing results and planning to development process.

Disamping pemanfatan waktu, juga guru harus mengetahui teknik pemanfatan cara menulis dipapan tulis, tujuanya adlah untuk

memperlihatkan kebersiahan dan kerapian catatan, kewibawaan menulis, tulisan yang baik dan rapi akan di contoh anak didik dengan rapi ditulis dibukunnya sendiri seperti di papan tulis. Langkah-langkah pemanfatan papan tulis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menulis hari, tanggal, tahun dibagian pojok kanan atas dan sebaiknya papan tulis perlu di berigaris pinggir kiri , kapan perlu juga dibuatkan tanggal tahun arab 2. Menulis judul pokok dan sub judul, pembahasan yang akan di sajikan 3. Jika menulis dengan ayat quran pergunakan garis pinggir dengan jarak 20 cm 4. Menulis kata-kata sulit, kalimat baru , kalimat kurang di mengerti dengan sistematis diberi penjelasanya. Posisi seorang guru di dalam menyampaikan proses pembelajaran di kelas harus mendapat perhatian serius sebab bisa menambah khasanah ketertiban kelas, dan proses pembelajaran yang bermakna di dalam kelas kita mengajar sebaiknya berdiri sebab pelajaran dapat diterima

langsung oleh pesrta didik dari pada seorang guru yang memberikan pelajaran sambil duduk, idealnya seorang guru dalam mengajar itu berdiri dan berjalan-jalan seperlunya. Untuk lebih jauh mendalami pointpoint itu perlu di perinci sebagai berikut : a. Waktu mengajar dikelas guru di harapaka tidak menetap pada satu tempat, kecuali dalam keadaa diskusi b. Guru berdiri di ruang kelas bagian tengah di antara deretan tempat duduk siswa c. Pandangan guru multiarah, tidak focus satu arah di sebabkan yang cantik saja d. Saat menulis di papan tulis tidak etis membelakangi lama-lama, berdidir disamping papan tulis dengan posisi miring ssambil memberi pelajaran e. Jika guru capek berdiri silahkan duduk dengan posisi miring dari posisi peserta didik sambil memberi pelajaran

f. Jika peserta didik berbaris sebaiknya masuk kelas guru idealnya berdiri di depan pintu g. Jaga jarak buku dengan matanya sekitar 30 cm Posisi tempat duduk perlu di atur dengan mempertimbangkan

kesehatan, dll jadikanlah peserta didik seperti anak kandung sendiri Menentukan sejauh mana kemajuan atu perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran yang sudah di capai adalah perlu dengan

evaluasi,salah satu alatnya adalah dengan bentuk test. Jenis test yang di lakukan seperti bentuk true false (benar- salah), Maching (menjodohkan), Fil-in ( Isian ), Complation ( menyempournakan kalimat ), Multiple Choice( piliha ganda ). Pilihanganda mempunayai variasi sebagai berikut piluihan ganda biasa , korelasi, analisis kasus, hubungan anta hal dan bentuk diagram. Test dapat dilakuakn secara periodic dan terencana. Sasaran akhir dari pelaksanaan test adalah perobahan prestasi hasil belajar siswa. Di samping jenis test tersebut diatas perlu di ketahu ada beberapa jenis model test yang lain : Interview and converences, artyinay test wawancara The case study approach, artinanya pendekatan yang digunakan untuk mengamati persoalan kasus yang trjadi pada siswa Mental naturity and intelligency artinya mengamati tentang kecerdasan siswa Achievement artinya mengamati prestasi proses belajar siswa Proficiency mengamati keahlaian siswa Diagnostic test untuk mengamati kelemahan-kelemahan siswa Placement test penempatan siswa untuk menempati tingkat tertentu Aptitude test mengetahui bakat atau pembawaan siswa

Anda mungkin juga menyukai