Anda di halaman 1dari 5

1.

Biografi Soe Hok Gie Nama Lahir Wafat : Soe Hok Gie : Jakarta, 17 Desember 1942 : 16 Desember 1969

Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Menurut seseorang peneliti, sejak masih Sekolah Dasar (SD), Soe Hok Gie bahkan sudah membaca karyakarya sastra yang serius, seperti karya Pramoedya Ananta Toer. Mungkin karena Ayahnya juga seorang penulis, sehingga tak heran jika dia begitu dekat dengan sastra. Sesudah lulus SD, kakak beradik itu memilih sekolah yang berbeda, Hok Djin (Arief Budiman) memilih masuk Kanisius, sementara Soe Hok Gie memilih sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Strada di daerah Gambir. Konon, ketika duduk di bangku ini, ia mendapatkan salinan kumpulan cerpen Pramoedya: Cerita dari Blora bukankah cerpen Pram termasuk langka pada saat itu? Pada waktu kelas dua di sekolah menangah ini, prestasi Soe Hok Gie buruk. Bahkan ia diharuskan untuk mengulang. Tapi apa reaksi Soe Hok Gie? Ia tidak mau mengulang, ia merasa diperlakukan tidak adil. Akhirnya, ia lebih memilih pindah sekolah dari pada harus duduk lebih lama di bangku sekolah. Sebuah sekolah Kristen Protestan mengizinkan ia masuk ke kelas tiga, tanpa mengulang. Selepas dari SMP, ia berhasil masuk ke Sekolah Menengan Atas (SMA) Kanisius jurusan sastra. Sedang kakaknya, Hok Djin, juga melanjutkan di sekolah yang sama, tetapi lain jurusan, yakni ilmu alam. Selama di SMA inilah minat Soe Hok Gie pada sastra makin mendalam, dan sekaligus dia mulai tertarik pada ilmu sejarah. Selain itu, kesadaran berpolitiknya mulai bangkit. Dari sinilah, awal pencatatan perjalanannya yang menarik itu; tulisan yang tajam dan penuh kritik. Ada hal baik yang diukurnya selama menempuh pendidikan di SMA, Soe Hok Gie dan sang kakak berhasil lulus dengan nilai tinggi. Kemudian kakak beradik ini melanjutkan ke Universitas Indonesia. Soe Hok Gie memilih ke fakultas sastra jurusan sejarah , sedangkan Hok Djin masuk ke fakultas psikologi. Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.

Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya. Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth. Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya. Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya: Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan sloganslogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung. 8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya: Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrolngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat. Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.

2. Hal-hal yang menarik dari tokoh a. Sejak masih SD sudah membaca karya-karya sastra yang serius, seperti karya Pramoedya Ananta Toer, b. Sifatnya oposisif dan patriotismenya, c. Mempelajari sastra jurusan sejarah, Semasa hidupnya, Soe Hok Gie itu selalu menyendiri dan selalu berpikir tentang kehidupan bahkan tentang negara. Sifat atau kebiasaan Soe Hok Gie itu memang tipe orang penyendiri banget. Suka baca buku dan naik gunung juga dia sangat suka. sangat berani mengkritik pemerintah demi kebenaran dan rakyat jelata, tanpa takut...ia berani menentang Orla, mendukung Orba lalu menentang Ouba...semua itu karena idealisme yang tinggi.

3. Hal-hal yang boleh diteladani dari tokoh a. Berpendirian teguhnya b. Sifat oposisifnya c. Berani dalam hal yang benar

4. Tokoh lain yang mirip dengan tokoh Bj. Habibie : Seseorang yang bertanggung jawab dan bersih keras dalam memajukan negaranya.

Jenderal Sudirman : Bersih keras melawan belanda untuk membela tanah air Indonesia.

Chairil Anwar : Pantang dikalahkan, keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluapluap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.

5. Merefleksikan sifat tokoh

A. Kesamaan dengan Gie ialah saya dan Gie sama-sama semangat dalam segala hal. Hal ini terlihat ketika dia sangat suka berpikiran tentang Negara dan selalu berpendirian dalam mengukur kehidupan politik Negara. B. Saya dan GIe sama-sama suka membaca buku sejak kecil. Hal ini terlihat dari biografinya yang selalu membaca karya sastra serius. Karena,dengan membaca buku,kita bisa menambah pengetahuan,meningkatkan daya piker,dan juga dapat mengetahui hal-hal yang sangat bagus untuk dinikmati. Sehingga,jika kita sedang membaca buku,kita tidak mempedulikan hal-hal yang ada di sekitar kita. Seperti yang kita ketahui dari biografi Sok Gie dimana dia selalu menyendiri untuk buku. C. Saya dan Gie adalah tipe orang yang berpendirian teguh. Hal ini terlihat ketika dia aktif mengembangkan pemikirannya dan turut serta menentang proses demokrasi yang tidak sesuai dengan pemikirannya.

Anda mungkin juga menyukai