Anda di halaman 1dari 33

Astiandra

Mendolita (1102010039)

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mata dan Media Refraksi 1.1. Makroskopis Mata terdiri dari : Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (kornea) dan opak di posterior (sklera). Sambungan antara keduanya disebut limbus. Otot-otot ekstraokular melekat pada sklera sementara saraf optik meninggalkan sklera di posterior melalui lempeng kribiformis. Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi segmen posterior mata dan memberi nutrisi pada permukaan dalam retina. Korpus siliaris terletak di anterior. Korpus siliaris mengandung otot siliaris polos yang kontraksinya mengubah bentuk lensa dan memungkinkan fokus mata berubah-ubah. Epitel siliaris mensekresi aqueous humor dan mempertahankan tekanan okular. Korpus siliaris merupakan tempat perlekatan iris. Lensa terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-serabut halus (zonula) yang terbentang di antara lensa dan korpus siliaris. Sudut yang dibentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea) dilapisi oleh suatu jaringan sel dan kolagen (jalinan trabekula). Pada sklera di luar jalinan ini, kanal schlemm mengalirkan aqueous humor dari bilik anterior ke dalam sistem vena, sehingga terjadi drainase aqueous. Daerah ini dianamakan sudut drainase. Antara kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik mata anterior. Di antara iris, lensa, dan korpus siliaris terdapat bilik mata posterior (yang berbeda dari korpus vitreous). Kedua bilik ini terisi oleh aqueous humor. Di antara lensa retina terletak korpus vitreous.

Di anterior, konjungtiva akan berlanjut dari sklera ke bagian bawah kelopak mata atas dan bawah. Satu lapis jaringan ikat (kapsul tenon) memisahkan konjungtiva dari sklera dan memanjang ke belakang sebagai satu penutup di sekitar otot-otot rektus.

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Orbita Mata terletak dalam ruang orbita yang memiliki bentuk seperti piramida berisi empat. Pada apeks posterior terletak kanal optik yang merupakan tempat lewatnya saraf optik ke otak. Fissura orbita superior dan inferior merupakan tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf kranialis yang memberikan persarafan pada struktur orbita. Pada dinding anterior media terdapat fossa untuk sakus lakrimalis. Kelenjar lakrimal terletak di anterior pada aspek superolateral orbita. Kelopak Mata Fungsi : - Memberikan proteksi mekanis pada bola mata anterior. - Mensekresi bagian berminyak dari lapisan film air mata. - Menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea. - Mencegah mata menjadi kering. - Memiliki pungta tempat air mata mengalir ke sistem drainase lakrimal.

Kelopak mata terdiri dari :

- Suatu lapisan permukaan kulit. - Otot-otot orbikularis. - Suatu lapisan kolagen kuat (lempeng tarsal). - Suatu lapisan epitel, konjungtiva, sampai ke bola mata.

Otot levator berjalan ke arah kelopak mata atas dan berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh saraf ketiga. Kerusakan pada saraf ini atau perubahan-perubahan pada usia tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis). Suatu otot polos datar yang muncul dari permukaan profunda levator berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh sistem saraf simpatis. Jika persarafan simpatis rusak (seperti pada sindrom Horner) akan terjadi ptosis ringan. Tepi kelopak mata adalah letak sambungan mukokutan. Sambungan ini mengandung muara kelenjar minyak Meibomm yang terletak di lempeng tarsal. Kelenjar ini mensekresikan komponen lipid dari film air mata. Di medial, pada kelopak mata atas dan bawah, dua pungta kecil membentuk bagian awal sistem drainase lakrimal. Sistem Drainase Lakrimal Air mata mengalir ke dalam pungta atas dan bawah dan kemudian ke dalam sakus lakrimalis melalui kanalikuli atas dan bawah. Kanalikuli-kanalikuli membentuk kanalikulus komunis sebelum memasuki sakus lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berjalan dari sakus ke hidung. Kegagalan bagian distal duktus nasolakrimalis untuk membentuk
2

Astiandra

Mendolita (1102010039)

saluran sempurna pada saat lahir biasanya merupakan penyebab mata berair dan lengket pada bayi. Drainase air mata melalui sistem ini. Perdarahan Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karotis interna) melalui arteri retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis. Sirkulasi konjungtiva beranastomosis di anterior dengan cabang-cabang dari arteri karotis eksterna. Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri siliaris. Retina mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina sentral. Fovea sangat tipis sehingga tidak membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina. Fovea mendapat darah secara tidak langsung, seperti juga lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari koroid melewati epitel pigmen retina. Persarafan Nervus III Saraf ini memasuki sinus kavernosus pada dinding lateral dan memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di tengah. Nervus IV Saraf keempat memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di otak tengah. Nervus VI Saraf ini memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di pons. Media Refraksi Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan). Bagian berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak tergantung pada pigmen melanin di lapisan anterior iris. -banyak pigmen = coklat. -sedikit pigmen = biru. -tidak ada pigmen= merah / pada albino Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Kornea Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu: 1. Epitel Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm permukaan 2. Membran Bowman Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi. 3. Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 4. Membran Descement Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m. 5. Endotel Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Trauma atau panyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak
4

Astiandra

Mendolita (1102010039)

mempunya daya regenerasi. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Aqueous Humor (Cairan Mata) Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (di dalam mata). Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi. Lensa Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar. Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembun, Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, Terletak di tempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan berada di sumbu mata.
5

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa: o Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia, o Keruh atau apa yang disebut katarak, o Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi. Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat. Badan Vitreous (Badan Kaca) Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos Junqueira, 2003). Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis. Panjang Bola Mata Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada mekula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma. Lapisan Mata Lapisan mata dari luar ke dalam adalah: (1) tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan kornea di bagian depan; (2) tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di bagian depan terdapat badan siliaris dan iris; dan (3) tunika nervosa, retina. Tunika fibrosa (tunica fibrosa oculi) Sklera dan kornea membentuk tunika fibrosa bola mata; sklera berada di lima perenam bagian posterior dan opak; kornea membentuk seperenam bagian anterior dan transparan. Sklera memiliki densitas yang tinggi dan sangat keras, merupakan membran solid yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata. Sklera lebih tebal di bagian belakang daripada di depan; ketebalan di bagian belakang 1 mm. Permukaan eksternal sklera berwarna putiih, dan menempel pada permukaan dalam fascia bulbi; bagian anterior sklera dilapisi membran konjungtiva bulbi. Di bagian depan, sklera berhubungan langsung dengan kornea, garis persatuannya dinamakan sclero-corneal junction atau limbus. Pada bagian dalam sklera dekat dengan junction terdapat kanal sirkular, sinus venosus sclera (canal of Schlemm). Pada potongan meridional dari bagian ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft), dinding luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan dinding dalamnya dibentuk oleh massa triangular jaringan trabekular. Aqueous humor direasorbsi menuju sinus skleral oleh jalur pectinate villi yang analog dengan struktur dan fungsi arachnoid villi pada meninges serebral menuju pleksus vena sklera.

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Kornea merupakan bagian proyeksi transparan dari tunika eksternal, dan membentuk seperenam permukaan anterior bola mata. Kornea berbentuk konveks di bagian anterior dan seperti kubah di depan sklera. Derajat kelengkungannya berbeda pada setiap individu. Tunika vaskular (tunica vasculosa oculi) Tunika vaskular mata terdiri dari koroid di bagian belakang, badan siliaris serta iris di bagian depan. Koroid berada di lima perenam bagian posterior bola mata, dan memanjang sepanjang ora serrata. Badan siliaris menghubungkan koroid dengan lingkaran iris. Iris adalah diafragma sirkular di belakang kornea, dan tampak di sekeliling pusat, apertura bundar, pupil. Koroid merupakan membran tipis, vaskular, warna coklat tua atau muda. Di bagian belakang ditembus oleh nervus optikus. Lapisan ini lebih tebal di bagian belakang daripada di bagian depan. Salah satu fungsi koroid adalah memberikan nutrisi untuk retina serta menyalurkan pembuluh darah dan saraf menuju badan siliaris dan iris. Badan siliaris (corpus ciliare) merupakan terusan koroid ke anterior yang terdapat processus ciliaris serta musculus ciliaris. Iris dinamakan berdasarkan warnanya yang beragam pada individu berbeda. Iris adalah lempeng (disk) kontraktil, tipis, sirkular, berada di aqueous humorantara kornea dan lensa, dan berlubang di tengah yang disebut pupil. Di bagian perifernya, iris menempel dengan badan siliaris, dan juga terkait dengan; permukaannya rata, bagian anterior menghadap ke kornea, bagian posterior menghadap prosesus siliaris dan lensa. Iris membagi ruangan antara lensa dan kornea sebagai ruang anterior dan posterior. Ruang anterior mata dibentuk di bagian depan oleh permukaan posterior kornea; di bagian belakang oleh permukaan anterior iris dan bagian tengah lensa. Ruang posterior adalah celah sempit di belakang bagian perifer iris, dan di depan ligamen suspensori lensa dan prosesus siliaris. Tunika nervosa (Tunica interna) Retina adalah membran nervosa penting, dimana gambaran objek eksternal ditangkap. Permukaan luarnya berkontak dengan koroid; permukaan dalamnya dengan membran hialoid badan vitreous. Di belakang, retina berlanjut sebagai nervus optikus; retina semakin tipis di bagian depan, dan memanjang hingga badan siliaris, dimana ujungnya berupa cekungan, ora serrata. Disini jaringan saraf retina berakhir, tetapi pemanjangan tipis membran masih memanjang hingga di belakang prosesus siliaris dan iris, membentuk pars ciliaris retina danpars iridica retina. Tepat di bagian tengah di bagian posterior retina, pada titik dimana gambaran visual paling bagus ditangkap, berupa area oval kekuningan, makula lutea; pada makula terdapat depresi sentral, fovea sentralis. Fovea sentralis retina sangat tipis, dan warna gelap koroid dapat terlihat. Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula lutea terdapat pintu masuk nervus optikus (optic disk), arteri sentralis retina menembus bagian tengah discus. Bagian ini satu-satunya permukaan retina yang insensitive terhadap cahaya, dan dinamakan blind spot. (Snell, 1997) 1.2. Mikroskopis Lapisan Mata 1. Lapisan Luar = Tunika Fibrosa a. Sklera
7

Astiandra

Mendolita (1102010039)

i. 5/6 posterior lapisan luar mata. ii. Opak dan putih. Pada manusia garis tengah lebih kurang 22 mm. iii. Struktur terdiri atas: jaringan ikat padat yang liat terutama jaringan kolagen gepeng berselang-seling tetap paralel dengan permukaan mata; substansi dasar dan beberapa fibroblas, relative avaskular, mendapat metabolit melalui difusi dari pembuluh berdekatan dan dari cairan kamera okuli anterior. b. Kornea i. 1/6 bagian anterior mata. ii. Kornea tidak berwarna dan transparan. iii. Irisan melintang, terlihat lima lapisan. c. Limbus (batas kornea dan sclera) i. Merupakan peralihan dari berkas kolagen bening dari kornea menjadi serat-serat sklera yang berwarna opak keputihan. ii. Sangat vaskular, yang sangat berparan pada radang kornea. d. Kanal Schlemm i. Merupakan didaerah limbus, dalam lapisan stroma, saluran tidak teratur. ii. Berlapis andotel, jalinan trabekula yang menyatu. iii. Membawa pergi cairan dari kamera okuli anterior. iv. Berhubungan keluar dengan sistem vena. 2. Lapisan Tengah = Tunika Vaskular (Uvea) a. Koroid i. Sangat vascular (banyak pembuluh darah). ii. Jaringan ikat longgar, banyak firoblas, makrofag, limfosit, sel mast, sel plasma, serat kolagen, dan serat elastin. iii. Terdapat banyak melanosit yang memberi warna hitam khas. Pada Koroid ditemui 4 lapisan : a. Lapisan koriokapiler terletak di bagian dalam. banyak mengandung pembuluh darah kecil. berfungsi penting untuk nutrisi retina. b. Membrana Bruch membrane amorf tipis (3-4 mikrometer). memisahkan lapisan koriokapiler ini dari retina. dari papila optikus sampai ora serrata. dibentuk oleh 5 lapisan. lapisan tengah serat elastin. dilapisi serat kolagen pada kedua permukaan. ditutupi lapisan lamina basal dari kapiler lapisan koriokapiler satu sisi. lamina basal epitel pigmen sisi lain. c. Diskus optikus = papila optikus tempat nervus optikus memasuki bola mata. d. Lamina suprakoroidal
8

Astiandra

Mendolita (1102010039)

lapisan jaringan ikat longgar. banyak melanosit. perikatan koroid dengan sklera.

b. Korpus siliaris i. sebuah perluasan koroid ke anterior setinggi lensa. ii. merupakan cincin tebal utuh pada permukaan dalam anterior sklera. iii. pada potongan melintang berbentuk segitiga, satu permukaan berkontak dengan korpus vitreus, satu dengan sclera, dengan lensa dan kamera okuli posterior. Struktur histologik: iv. dasarnya jaringan ikat longgar, banyak serat elastin pembuluh darah dan melanosit. v. muskulus siliaris dikelilingi struktur dasar, terdiri dari: dua berkas otot polos: insersi dianterior pada sclera dan insersi posterior pada berbagai derah korpus siliaris berkas ini berfungsi meregangkan koroid dan mengendurkan ketegangan lensa. vi. permukaan korpus siliaris yang menghadap korpus vitreus, bilik posterior dan lensa ditutupi oleh perluasan retina ke anterior. c. Prosesus siliaris i. merupakan juluran mirip rabung dari korpus siliaris. ii. pusatnya jaringan ikat longgar dan banyak kapiler bertingkap. iii. ditutupi dua lapisan epitel. iv. zonula (serat-serat oksitalan) dari prosesus siliaris, berinsersi dalam capsula lentis dan tertanam disini, berorigo di membrana basal sel-sel dalam. v. membrana basal sel-sel berpigmen luar, bersebelahan dengan massa utama korpus siliaris. vi. sel ini secara aktif mentransport unsur plasma kedalam bilik posterior dengan demikian membentuk humor akueus, cairan yang komposisi serupa plasma kadar protein kurang dari 0,1 % (plasma 7%). d. Iris i. ii. iii. iv. Bagian anterior dari uvea. Merupakan perluasan koroid yang sebagian menutup lensa. Pupil lubang bulat dipusat, sisa bentukan iris. Permukaan anterior iris tidak teratur dan kasar dengan rabung dan alur, dibentuk oleh sel pigmen tidak utuh dan fibroblast.

Astiandra

Mendolita (1102010039)

v. Di bawah lapisan ini ditemui jaringan ikat, sedikit pembuluh darah, serat, fibroblast dan melanosit. vi. Lapisan berikutnya, jaringan ikat longgar yang sangat vaskular permukaan posterior, rata, juga badan siliar dan prosesusnya, dilapisi dua lapisan epitel: epitel dalam berhubungan dengan bilik posterior, penuh granul melanin; epitel luar, memiliki juluran mirip lidah, bagian basal radier, dipenuhi miofilamen yang overlapping membentuk muskulus dilator pupil dari iris. Banyaknya pigmen mencegah masuknya cahaya. Melanosit stroma iris menentukan warna mata. vii. Iris mengandung berkas otot polos yang tersusun melingkari pupil dan membentuk muskulus konstriktor pupil di iris.

1. Epitel kornea berlapis squamous tanpa tanduk. terdiri 5-6 lapisan sel. pada bagian basal banyak gambaran mitosis (mencerminkan kemampuan regenerasi yang hebat). mikrovili pada permukaan sel terjulur kedalam ruang yang diisi lapisan tipis air mata prakornea. jaringan epitel ditutupi lapisan lipid dan glikoprotein pelindung ,tebalnya lebih kurang 7 mikrometer. kornea mempunyai suplai saraf sensoris paling besar. 2. Membrana Bowman membantu stabilitas dan kekuatan kornea. dibawah epitel,lapisan homogen. tebal antara 7-12 mikrometer. terdiri atas serat kolagen yang bersilangan secara acak, substansi antar sel yang padat tak mengandung sel. berakhir pada limbus. 3. Stroma (substansia propria) terdiri atas banyak lapisan kolagen paralel, saling menyilang tegak lurus. serabut kolagen setiap lamel saling berjajar paralel, melintasi seluruh kornea.

10

Astiandra

Mendolita (1102010039)

juluran sitoplasma fibroblast terjepit diantara lapisan, terlihat gepeng mirip sayap kupu-kupu. sel dan serat dari stroma terendam dalam substansi glikoprotein amorf, metakromatik, banyak mengandung kondroitin sulfat. stroma avaskular, tetapi terdapat limphoid migrating.

4. Membrana Descemet struktur homogen. tebal 5-10 mikrometer (di tengah 5-7, di tepi 8-10 um) terdiri atas filamen kolagen halus tersusun berupa jaringan 3 dimensi. 5. Endotel epitel selapis squamos. memiliki organel yang aktif mentranspor dan membuat protein untuk sekresi. endotel dan epitel kornea berfungsi mempertahankan kejernihan kornea. 3. Lapisan Dalam = Retina a. posterior fotosensitif. b. anterior tidak fotosensitif, menyusun lapisan dalam korpus siliaris dan bagian posterior.

Retina pars optika terdiri atas: 1. retinal pigment epithelium. 2. lapisan sel batang (rods) dan sel kerucut (cones). 3. membrane limitans eksterna. 4. lapisan inti luar. 5. lapisan fleksiform luar. 6. lapisan inti dalam. 7. lapisan fleksiform dalam. 8. lapisan sel ganglion. 9. lapisan serat saraf. 10. membrana limitans interna.

11

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Lensa Memiliki 3 komponen utama: Simpai lensa merupakan membrana basal yang sangat tebal terdiri atas kolagen dan glikoprotein amorf. Epitel supkapsular berupa selapis sel epitel kuboid hanya pada permukaan anterior lensa. Serat lensa.

Ruangan pada Mata Kamera okuli anterior Ruang yang dibatasi: anterior - permukaan posterior kornea. posterior - lensa , iris dan permukaan posterior badan siliaris. lateral - sudut iris atau limbus yang ditempati ,ligamentum pektinata , tempat penyaluran humor aqueus ke kanal Schlemm. Kamera okuli posterior anterior: iris. posterior: permukaan anterior lensa dan zonula dan perifer prosesus siliaris mengandung humor aqueus. Vitreous humor korpus vitreus menempati ruang mata di belakang lensa. merupakan gel transparan, terdiri dari air 99%, kolagen, glikosaminoglikan. unsur utamanya asam hialuronat. Kanal Schlemm pembuluh bentuk cincin melingkari mata. merupakan jalinan trabekula. berlapiskan endotel.

Struktur Tambahan dari Mata 1. Konjungtiva a. membrana mukosa tipis dan transparan. b. menutupi bagian anterior mata sampai kornea dan permukaan dalam kelopak. c. struktur: epitel berlapis silindris, banyak sel goblet & lamina propria jaringan ikat longgar. 2. Kelopak mata a. lipatan jaringan yang dapat digerakkan yang berfungsi melindungi mata. b. kulit kelopak mata longgar dan elastis. c. terdapat tiga jenis kelenjar pada kelopak mata: i. kelenjar Meibom kelenjar sebasea panjang dalam lempeng tarsal , tidak berhubungan dengan folikel rambut. ii. kelenjar Zeis kelenjar sebasea kecil, dimodifikasi berhubungan dengan folikel bulu mata. iii. kelenjar keringat Moll tubulus mirip sinus, mencurahkan sekretnya ke dalam folikel bulu mata.
12

Astiandra

Mendolita (1102010039)

3. Alat lakrimalis a. kelenjar lakrimalis: kelenjar tubuloalveolar sel-sel jenis serosa. b. kanalikuli: garis tengah 1 mm, panjang 8 mm dilapisi epital berlapis squamous tebal. c. sakus lakrimalis: terletak dalam fossa lakrimalis epitel bertingkat silindris bersilia. d. duktus nasolakrimalis: lanjutan ke bawah sakus lakrimalis, membuka ke dalam meatus inferior lateral terhadap konka inferior epitel bertingkat silindris bersilia. 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Mata 2.1. Penglihatan Cahaya masuk ke bagian mata yg bernama pupil. Ukuran pupil disesuakan dengan kontraksi dari iris yaitu m. constrictor pupillae yg menyebabkan pupil mengecil dan dipengaruhi oleh saraf parasimpatis dan m. dilator pupillae yg menyebabkan pupil membesar dan dipersarafi oleh simpatis. Lalu cahaya dibiaskan melalu media refraksi yang terdiri dari kornea dan lensa, bentuk kornea itu sendiri berbentuk konveks (cembung) berfungsi agar cahaya dapat di belokkan pada titik focus, setelah melewati kornea cahaya lalu diteruskan oleh lensa. Yg juga berbentuk konveks sehingga cahaya dapat jatuh pada titik focus di retina. Lensa sendiri diatur oleh m.ciliaris yg disambungkan oleh zonula zinii. Bila m.ciliaris berkontraksi maka pupil maka zonula zinii melemas sehingga membuat lensa semakin cembung dan berfungsi untuk melihat dari jarak dekat (akomodasi). Sebaliknya bila m.ciliaris melemas maka zonula zinii akan menarik lensa sehingga lensa menjadi semakin pipih dan berfungsi untuk melihat jarak jauh. Semua otot tersebut masing masing dipersarafi oleh parasimpatis dan simpatis. Berkas-berkas cahaya dari separuh kiri lapangan pandang jatuh di separuh kanan retina kedua mata. Demikian sebaliknya, berkas-berkas cahaya dari separuh kanan lapangan pandang jatuh di separuh kiri retina kedua mata. Tiap-tiap saraf optikus keluar dari retina membawa informasi dari kedua belahan retina yang dipersarafi. Informasi ini dipisahkan sewaktu kedua saraf optikus tersebut bertemu di kiasma optikus. Di dalam kiasma optikus, serat-serat dari separuh medial kedua retina bersilangan ke sisi yang berlawanan, tetapi seratserat yang dari separuh lateral tetap di sisi yang sama. Berkas-berkas serat yang telah direorganisasi dan meninggalkan kiasma optikus dikenal sebagai traktus optikus. Tiap-tiap traktus optikus membawa informasi dari separuh lateral salah satu retina dan separuh medial retina yang lain. Dengan demikian, persilangan parsial ini menyatukan serat-serat dari kedua mata yang yang membawa informasi dari separuh lapangan pandang yang sama. Tiap-tiap traktus optikus menyampaikan ke belahan otak di sisi yang sama informasi mengenai separuh lapangan pandang dari sisi yang berlawanan. Perhentian pertama di otak untuk informasi dalam jalur penglihatan adalah nukleus genikulatus lateralis di thalamus. Di korpus atau nucleus genikulatum, serat-serat dari bagian nasal retina dan temporal retina yang lain bersinaps di sel-sel yang axonnya membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus ini menuju ke lobus oksipitalis korteks serebrum (area Brodmann 17). Setelah cahaya di refraksikan maka cahaya akan mencapai retina yg terdapat sel-sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel kerucut. Sifat dari sel sel ini ialah bila sel batang maka sel ini peka terhadap gelap, kepekaan tinggi dan ketajaman rendah. Bila sel kerucut peka terhadap sinar dan warna , ketajaman penglihatan tinggi, digunakan pada saat siang hari. Terjadi beberapa proses pada otak (Sherwood, 1996):
13

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Gelap konsentrasi GMP-siklik meningkat Konsentrasi Na meningkat Depolarisasi membrane Pengeluaran zat inhibitor Neuron bipolar dihambat Tidak adanya melihat pada korteks penglihatan di otak Tidak ada ekspresi melihat

Cahaya/terang Fotopigmen terjadi disosiasi dari retinen dan opsin Konsentrasi Na tinggi Penurunan GMP-siklik Penutupan kanal Ca Menutupnya canal Ca Pengeluaran zat inbihitor dihambat Terjadi eksitasi neuron bipolar Perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di otak Adanya ekspresi melihat 2.2. Lakrimasi Glandula lacrimalis terletak pada tepi supero-lateral orbita. Saluran-salurannya bermuara ke dalam bagian lateral fornix superior di conjunctiva. Persarafan: serabutserabut sekremotorik dari nukleus salivatorius superior melalui ganglion geniculi, n. petrosus superficialis major, ganglion pterygopalatinum, ramus zygomatico-temporalis, n. maxillaris, selanjutnya melalui nn. lacrimales. Sirkulasi air mata: 1. glandula lacrimalis. 2. lacus lacrimalis. 3. meluas di atas cornea.
14

Astiandra

Mendolita (1102010039)

4. 5. 6. 7. 8.

punctum lacrimalis di tepi medial. canalis lacrimalis. saccus lacrimalis. ductus nasolacrimalis. meatus nasi inferior di dinding lateral cavum nasi

Proses lakrimasi merupakan mekanisme fisiologis yang berguna untuk membantu melindungimata kita dari cedera. Kedipan kelopak mata secara spontan berulang-ulang membantu menyebarkan air mata yang melumasi, membersihkan, dan bersifat bakterisidal (membunuh kuman-kuman). Air mata diproduksi secara terus-menerus oleh kelenjar lakrimalis di sudut lateral atas di bawah kelopak mata. Cairan Pembasuh mata ini mengalir melalui permukaan kornea dan bermuara ke dalam saluran halus di sudut kedua mata, dan akhirnya dikosongkan ke belakang saluran hidung. Sistem drainase ini tidak dapat menangani produksi air mata yang berlebihan sewaktu menangis, sehingga air mata membanjiri mata. Glandula lacrimalis terdiri atas pars orbitalis yang besar dan pars palpebralis yang kecil. Keduanya saling berhubungan pada ujung lateral m. levator palpebrae superioris. Glandula ini terletak diatas bola mata, di bagian anterior dan superior orbita, posterior terhadap septumorbitale. Kira-kira 12 duktus keluar dari permukaan bawah kelenjar dan bermuara pada bagianlateral fornix superior konjungtiva. Persarafan Glandula lacrimalis; saraf sekremotorik parasimpatis berasal dari nucleus lacrimalis n. facialis. Serabutserabut preganglionik mencapai ganglion pterygopalatinum (sphenopalatinum) melalui n.intermediusdan ramus petrosus magnus serta n.canalis pterygoidei. Serabut-serabut postganglionik meninggalkan ganglion dan bergabung dengan n.maxillaris. Kemudian serabut ini berjalan didalam ramus zygomaticum serta n.zygomaticotemporalis, dan mencapai glandula lacrimalis melalui n.lacrimalis. Serabut postganglionik simpatis berjalan didalam plexus carotis internus, n.petrosus profundus,n.canalis pterygoidei, n.maxillaris, n.zygomaticus, n.zygomaticotemporalis, dan akhirnyan.lakrimalis. Air mata membasahi cornea dan berkumpul didalam lacus lacrimalis. Dari sini, air mata masuk ke canaliculi lacrimales melalui puncta lacrimalia. Canaliculi lacrimales berjalan ke medial dan bermuara ke dalam saccus lacrimalis, yang terletak didalam alur lacrimalis di belakang ligamentum palpebra mediale dan merupakan ujung atas yang buntu dari ductus nasolacrimalis. Ductus nasolacrimalis panjangnya lebih kurang 0,5 inchi/1,3 cm dan keluar dari ujung bawah saccus lacrimalis. Ductus berjalan kebawah, belakang dan lateral di dalam canalis osseosa dan bermuara kedalam meatus nasi inferior. Muara ini dilindungi oleh lipatan membrana mucosa yang dikenal sebagai plica lacrimalis. Lipatan ini mancegah udara masuk melalui ductus ke dalam saccus lacrimalis pada waktu membuang sekret hidung (ingus). 3. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Kornea 3.1. Definisi dan Epidemiologi Keratitis ialah peradangan pada kornea (Dorland, 1998). Gejala patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis. Epidemiologi Menurut Murillo Lopez (2006), Sekitar 25.000 orang Amerikaterkena keratitis bakteri per tahun. Kejadian keratitis bakteri bervariasi, dengan lebih sedikit pada negara-negara industri yang secara signifikan lebih sedikit memiliki jumlah pengguna lensa kontak. Insiden keratitis jamur bervariasi sesuai dengan lokasi geografis dan berkisar dari 2%
15

Astiandra

Mendolita (1102010039)

dari kasus keratitis di New York untuk 35% di Florida. Spesies Fusariummerupakan penyebab paling umum infeksi jamur kornea di Amerika Serikat bagian selatan (45-76% dari keratitis jamur), sedangkan spesies Candida dan Aspergillus lebih umum di negaranegara utara. secarasignifikan lebih sedikit yang berkaitan dengan infeksi lensa kontak. 3.2. Etiologi dan Klasifikasi

1. Keratitis Infeksi A. Keratitis Bakterial Streptoccoccus alpha hemolyticus, Staphloccoccus aureus, Staphyloccoccus epidermydis Bersifat indolen (menyebar secara perlahan dan superfisial), hipopion (pus di bilik mata) sering ditemukan pada pasien yang mendapat pengobatan steroid topikal. Keratitis Staphyloccoccus aureus Streptoccoccus pneumoniae

16

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Ulkus kornea pnemokok biasanya muncul 24-48 jam setelah inokulasi pada kornea yang mengalami abrasi. Pseudomonas aeruginosa Lesi pada Pseudomonas aeruginosa ini cenderung menyebar ke segala arah karena pengaruh enzim proteolitik yang di hasilkan oleh bakteri ini sehingga menyebabkan ulkus dapat mengenai seluruh kornea dengan cepat dan mengakibatkan kerusakan parahm seperti perforasi kornea dan infeksi intraokular berat. Lesi ini sering ditemui pada pemakai soft lens terutama extended wear (bisa dipakai selama 1 minggu tanpa dilepas dan dibersihkan, dibersihkan setelah 1 minggu dan dapat dipakai kembali) Keratitis Pseudomonas aeuroginosa, 3 minggu setelah infeksi (Hue, 2009) Moraxella liquefaciens Sering terjadi pada alkoholik, diabetes atau dengan penyebab imunosupresi. Ulkusnya sifatnya indolen yang mengenai mata bagian inferior dan meluas ke stroma dalam beberapa hari, jarang ada hipopion. Mycobaterium fortuitum chelonei dan Nocardia Ulkus ini sering timbul setelah adanya riwayat trauma atau berkontak dengan tanah B. Keratitis Jamur Sering dijumpai pada pekerja pertanian, pemaikaian kortikosteroid dalam pengobatan mata, atau pemakaian soft lens. Ulkus jamur bersifat indolen dengan infiltrat kelabu sering dengan hipopion, ulserasi superfisial. Kebanyakan ulkus jamur disebebkan ileh organisme oportunis seperti candida, fusarium, aspergillus , penicilium, cephalosporium. Belum diketahui ciri khas yang membedakan macam-macam ulkus jamur ini. Secara ringkas dapat dibedakan : 1. Jamur berfilamen (filamentous fungi) : bersifat multiseluler dengan cabang-cabang hifa. a) Jamur bersepta : Furasium sp, Acremonium sp, Aspergillus sp, Cladosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp. b) Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp. 2. Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas : Candida albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura sp. C. Keratitis Virus Keratitis Herpes Simpleks / Dendritik Kebanyakan jenis herpes pada penyakit keratitis adalah herpes simpleks 1 atau yang dapat disebut juga dengan herpes labialis perbedaannnya yaitu terletak di perjalanan klinis pada keratitis herpatika ini dapat berlangsung lama karena stroma kornea avaskulr menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke lokasi lesi, ada beberapa penemuan juga disebabkan oleh HSV 2 (Riordan, 2010).
17

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Keratitis Varicella Zoster Banyak mengenai orang dengan status imun lemah seperti pada orang lanjut usia,pasien mendapat imunosupresan, bisa karena infeksi primer saat di kandungan atau infeksi saat awal kehidupan. Pada keratitis kornea varicella jarang ditemukan dan umumnya jinak smenetara pada keratitis zoster lebih banyak ditemukan kadang ditemukan bersama keratouveitis (Riordan, 2010) Herpes zoster of talmikus dibagi men jadi 3 fase, yakni: 1. Fase akut ditandai dengan penyakit seperti infuenza, demam, malaise, sakit kepala hingga seminggu sebelum tanda kemerahan muncul, neuralgia preherpetik, kemerahan pada kulit, timbulnya keratitis dalam 2 hari setelah kemerahan muncul, keratitis nummular yang muncul sekitar 10 harisetelah kemerahan muncul, dan keratitis disciform yang dapat terjadi setelah 3 minggu 2. Fase kronik Ditandai dengan keratitis nummular selama berbulan-bulan, keratitis disiciform dengan jaringan parut, keratitis neutrofik yang dapat menyebabkan infeksi bakteri sekunder dan keratitis plak mukus yang dapat timbulsetelah bulan ketiga hingga ke enam 3. Fase relaps dapat dijumpai bahkan hingga sepuluh tahun setelah fase akut..Hal ini dapat diakibatkan oleh peghentian tiba-tiba dari steroid topikal. Lesi yang paling umum adalah episkleritis, skeleritis, iritis, glaukoma, keratitisnumular, disciform atau plak mukus

Defek epitelial dari keratitis varicella zoster (Diaz, 2011)

Keratitis Acanthamoeba Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat di dlam air tercemar yang mengandung bakteri dan bahan organik, biasanya dihubungkan dengan penggunaan lensa kontak lunak (lensa hidrogel silikion, lensa kontak rigid (permeabel gas) yang dipakai semaleman atau terpapar air atau yang terpapar, 2. Keratitis Non Infeksi A. Ulkus dan Infiltrat Marginal infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus, ulkus kornea marginal jinak dan nyeri. Sekunder akibat konjugtivitis bakteri akut dan kronik, ulkus ini bukan suatu proses infeksi pada kerokan tidak terdaoat bakteri penyebab. Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri,
18

Astiandra

Mendolita (1102010039)

antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang berdifusu melalui epitel kornea (Riordan, 2010) B. Ulkus Kornea Mooren Penyebab ulkus mooren belum diketahui diduga karena autoimun paling sering mengenai usia lanjut. Wood dan Kaufman membagi ulkus mooren secara klinis menjadi 2 tipe:

Ulkus kornea Mooren pada perifer 1) Limited type atau benign moorens ulcer Biasanya bersifat unilateral dan gejala klinis yang ringan sampai sedang. Type ini cnderung terjadi pada usia yang lebih tua dan memiliki respon yang baik terhadap pengobatan medikamentosa maupun tindakan operasi. 2) Atypixcal type atau malignant moorens ulcer Biasanya bersifat progresif kasus bilateral biasanya terjadi pada pendertia yang lebih muda. Type ini disertai rasa yang sakit atau tidak respon terhadap segala bentuk terapi. C. Xeroftalmia Adalah suatu keadaan dimana kornea kering karena kekurangan vitamin A baik dari asupan maupun karena gangguan absorpsi saluran cerna, terdapat bercak bitot, yaitu daerah berbuih, pada konjungtiva biasanya pada sisi temporal (Riordan, 2010) D. Keratitis Neurotropik Disfungsi ervus trigeminus karena trauma, tindakan bedah, tumor, peradangan. Pada tahap awal keratitis neurotropik, terdapat edam epitel bebercakdifus. Kemudian, terdapat daerah-daerah tanpa epitel (ulkus nerotropik) yang daopat meluas mencakup sebagaian besar kornea. E. Keratitis pajanan Keratitis pajanan timbul pada situasi apapun dengan kornea yang tidak cukup dibasahi dan dilindungi oleh palpebra. Contohnya eksoftalmos karena sebab apapun, ektrapion, trauma, bells palsy. F. Keratitis adenovirus Keratitis yang timbul setelah 5-7 hari mulainya konjungtivitis oleh karena adenovirus. G. Keratitis Pungtata Superfisial Keratitis Pungtata Superfisialis adalah suatu keadaan dimana sel-sel pada permukaan kornea mati. Dapat terjadi sekunder akibat trauma, hipoksia, kekeringanKeratopati puntat epitel bentuk dendrit terjadi akibat toksisitas dan hipersensitif larutan lensa kontak yang berat. Lesi bentuk dendrit ini sedikit mengangkat plak epitel yang terwarnai dengan fluoresens.
19

Astiandra

Mendolita (1102010039)

H. Keratitis Interstisial Keratitis interstisial termasuk keratitis profunda, yaitu keratitis yang mengenai stroma lapisan dalam dan endotel kornea. Keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam. Keratitis interstisial (KI) dapat terjadi akibat alergi atau infeksi spiroket ke dalam stroma kornea, dan tuberkulosis. Pada keratitis interstisial akibat lues kongenital didapatkan neovaskularisasi dalam, yang terlihat pada usia 5-20 tahun pada 80% pasien lues. KI merupakan keratitis nonsupuratif profunda disertai dengan neovaskularisasi. Biasanya akan memberikan keluhan fotofobia, lakrimasi, dan penurunan visus. Pada keratitis intertisial maka keluhan bertahan seumur hidup. Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar dilihat, permukaan kornea seperti permukaan kaca. I. Keratitis sika Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva, yang dapat disebabkan karena: - Defisiensi komponen lemak, seperti pada blefaritis kronik, distikiasis, dan akibat pembedahan kelopak mata. - Defisiensi kelenjar air mata, seperti padasjogren syndrome, sindrom relayday dan sarkoidosis. - Defisiensi komponen musin, seperti pada avitaminosis A, trauma kimia, St. EvenJohnson syndrome. - Akibat penguapan yang berlebihan. - Akibat sikatrik di kornea. 3.5. Patofisiologi Hipoksia dan Hiperkapni Akibat kondisi kornea yang avaskular, untuk metabolisme aerobik kornea bergantung pada pertukaran gas pada air mata. Mata tiap individu memiliki kondisi oksigenasi yang bervariasi untuk menghindari komplikasi hipoksia. Baik dengan menutup mata maupun memakai lensa kontak keduanya dapat mengurangi proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada permukaan kornea. Hipoksia dan hiperkapnia sedikit pengaruhnya pada lapisan stroma bagian dalam dan endotelium, dimana mereka memperoleh oksigen dan menghasilkan karbon dioksida ke dalam humor aquous. Akibat oksigenasi yang tidak memadai, proses mitosis epitel kornea yang menurun, menyebabkan ketebalannya berkurang, mikrosis, dan peningkatan fragilitas. Akibat pada sel-sel epitel ini dapat menyebabkan keratopati pungtat epitel, abrasi epitel, dan meningkatkan resiko keratitis mikroba. Akumulasi asam laktat pada stroma akibat metabolisme anaerob menyebabkan meningkatnya ketebalan stroma dan mengganggu pola teratur dari lamellae kolagen, menyebabkan striae, lipatan pada posterior stroma, dan meningkatnya hamburan balik cahaya. Hipoksia dan hiperkapnia stroma yang lama mengakibatkan asidosis stroma, yang dalam waktu singkat akan menimbulkan edema endotel dan blebs dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan polymegethism sel
20

Astiandra

Mendolita (1102010039)

endotel. Efek lebih lanjut dari hipoksia adalah hypoesthesia kornea dan neovaskularisasi baik pada epitel dan stroma. Vaskularisasi stroma dapat berevolusi menjadi keratitis interstisial, kekeruhan yang dalam, atau kadang-kadang perdarahan intrastromal. Pada beberapa kasus pemakaian lensa kontak yang lama, kornea menjadi terbiasa dengan tegangan oksigen baru, dan edema stroma berubah menjadi lapisan stroma yang tipis. Alergi Dan Toksisitas Para pemakai lensa kontak menghadapi berbagai potensial alergen. Lensa kontak mendorong adhesi dari debris, sehingga tetap bersentuhan dengan jaringan okular. Larutan lensa kontak dan terutama pengawet di dalamnya menginduksi respon alergi pada individu-individu yang sensitif. Hipersensitifitas thimerosal khususnya dapat menyebabkan konjungtivitis, infiltrat epitel kornea, dan superior limbus keratokonjunktivitis. Reaksi terhadap deposit protein pada lensa kontak ini dapat mengakibatkan konjungtivitis giant papiler. Toksisitas yang dicetus oleh lensa kontak yang tidak bergerak berhubungan dengan akumulasi yang cepat dari metabolik pada lapisan kornea anterior, yang dapat mengakibatkan hiperemis pada limbus, infiltrat kornea perifer, dan keratik presipitat. Komplikasi yang lebih berat akibat toksisitas larutan mengakibatkan keratopati pungtat epitel. Kekuatan Mekanik Kekuatan mekanik memicu komplikasi pada pengguna lensa kontak termasuk abrasi akibat pemakaian atau pelepasan lensa yang tidak tepat, atau akibat fitting dan pemakaian lensa kontak. Lensa kontak kaku yang tajam dapat menyebabkan distorsi kornea atau abrasi. Pada kasus yang berat, permukaan kornea menjadi bengkok. Keratokonus dapat timbul akibat kekuatan mekanik kronis dari pemakaian lensa kontak. Permukaan yang terlipat dapat diakibatkan oleh lensa kontak lunak yang terlalu ketat. Kerusakan epitel dapat terjadi secara sekunder akibat debris yang terperangkap di bawah lensa. Komplikasi ini sangat penting mengingat dominannya pemakaian lensa kontak kosmetik pada perempuan. Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbulah ulkus kornea (Vaughan, 2009). Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. Fotofobia, yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berair mata dan fotofobia umumnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen
21

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Efek Osmotik Lensa kontak meningkatkan penguapan air mata dan menurunkan refleks air mata, sehingga kejadian keratopati pungtat epitel meningkat. Permukaan yang kering akibat rusaknya lubrikasi mata oleh lapisan air mata, sehingga epitel beresiko terjadi cedera mekanis seperti abrasi dan erosi (Gross, 2003).

3.6. Manifestasi Keratitis Bakterial Pneumokokus, Ulkus kornea pneumokokus biasanya muncul 24-48 jam setelah inokulasi pada kornea yang lecet. Infeksi ini secara khas menimbulkan sebuah ulkus berbatas tegas warna kelabu yang cenderung menyebar secara tak teratur dari tempat infeksi ke sentral kornea. Batas yang maju menampakkan ulserasi aktif dan infiltrasi sementara batas yang ditinggalkan mulai sembuh. (Efek merambat ini menimbulkan istilah ulkus serpiginosa akut.) Lapis superfisial kornea adalah yang pertama terlibat, kemudian parenkim bagian dalam. Kornea sekitar ulkus sering bening. Biasanya ada hipopion. Kerokan dari tepian depan ulkus kornea pneumokokus mengandung diplokokus berbentuk-lancet gram-positif (Vaughan, 2009). Pseudomonas, Ulkus kornea pseudomonas berawal sebagai infiltrat kelabu atau kuning di tempat epitel kornea yang retak. Nyeri yang sangat biasanya menyertainya. Lesi ini cenderung cepat menyebar ke segala arah karena pengaruh enzim protcolitik yang dihasilkan organisme ini. Meskipun pada awalnya superfisial, ulkus ini dapat mengenai seluruh kornea. Umumnya terdapat hipopion besar yang cenderung membesar dengan berkembangnya ulkus. Infiltrat dan eksudat mungkin berwarna hijau kebiruan. Ini akibat pigmen yang dihasilkan organisme dan patognomonik untuk infeksi P aeruginosa. Pseudomonas adalah penyebab umum ulkus kornea bakteri. Kasus ulkus kornea Pseudomonasdapat terjadi pada abrasi kornea minor atau penggunaan lensa kontak lunak, terutama yang dipakai agak lama. Ulkus kornea yang disebabkan organisme ini bervariasi dari yang sangat jinak sampai yang menghancurkan. Organisme itu ditemukan melekat pada permukaan lensa kontak lunak. Beberapa kasus dilaporkan setelah penggunaan larutan florescein atau obat tetes mata yang terkontaminasi (Vaughan, 2009). Streptokokus, Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Keratitis herpes simplek juga dapat dibedakan atas bentuk superfisial, profunda, dan bersamaan dengan uveitis atau

Keratitis Virus

22

Astiandra

Mendolita (1102010039)

kerato uveitis. Keratitis superfisial dapat berupa pungtata, dendritik, dan geografik. Keratitis dendritika merupakan proses kelanjutan dari keratitis pungtata yang diakibatkan oleh perbanyakan virus dan menyebar sambil menimbulka kematian sel serta membentuk defek dengan gambaran bercabang. Lesi bentuk dendritik merupakan

gambaran yang khas pada kornea, memiliki percabangan linear khas dengan tepian kabur, memiliki bulbus terminalis pada ujungnya. Pemulasan fluoresein memudahkan melihat dendrit, namun sayangnya keratitis herpes dapat juga menyerupai banyak infeksi kornea yang lain dan harus dimasukkan dalam diagnosis diferensial (Vaughan, 2009)

Ada juga bentuk lain yaitu bentuk ulserasi geografik yaitu sebentuk penyakit dendritik menahun yang lesi dendritiknya berbentuk lebih lebar hat ini terjadi akibat bentukan ulkus bercabang yang melebar dan bentuknya menjadi ovoid. Dengan demikian gambaran ulkus menjadi seperti peta geografi dengan kaki cabang mengelilingi ulkus.
Tepian ulkus tidak kabur. Sensasi kornea, seperti halnya penyakit dendritik, menurun. Lesi epitel kornea lain yang dapat ditimbulkan HSV adalah keratitis epitelial blotchy, keratitis epitelial stelata, dan keratitis filamentosa. Namun semua ini umumnya bersifat sementara dan sering menjadi dendritik khas dalam satu dua hari (Vaughan, 2009).

Keratitis Jamur Reaksi peradangan yang berat pada kornea yang timbul karena infeksi jamur dalam bentuk mikotoksin, enzim-enzim proteolitik, dan antigen jamur yang larut. Agen-agen ini dapat menyebabkan nekrosis pada lamella kornea, peradangan akut , respon antigenik dengan formasi cincin imun, hipopion, dan uveitis yang berat. Ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur berfilamen dapat menunjukkan infiltrasi abu-abu sampai putih dengan permukaan kasar, dan bagian kornea yang tidak meradang tampak elevasi keatas. Lesi satelit yang timbul terpisah dengan lesi utama dan berhubungan dengan mikroabses stroma. Plak endotel dapat terlihat paralel terhadap ulkus. Cincin imun dapat mengelilingi lesi utama, yang merupakan reaksi antara antigen jamur dan respon antibodi tubuh. Sebagai tambahan, hipopion dan sekret yang purulen dapat juga timbul. Reaksi injeksi konjungtiva dan kamera okuli anterior dapat cukup parah. Pada keratitis candida biasaya ditandai dengan lesi berwarna putih kekuningan. Untuk menegakkan diagnosis klinik dapat dipakai pedoman berikut : 1. Riwayat trauma terutama tumbuhan, pemakaian steroid topikal lama. 2. Lesi satelit. 3. Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang ireguler dan tonjolan seperti hifa di bawah endotel utuh. 4. Plak endotel. 5. Hypopyon, kadang-kadang rekuren. 6. Formasi cincin sekeliling ulkus. 7. Lesi kornea yang indolen (Duane, 1987). 3.7. Diagnosis Anamnesis Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea. Sering dapat diungkapkan adanya riwayat traumakenyataannya, benda asing dan abrasi merupakan dua lesi yang umum pada kornea. Adanya riwayat penyakit kornea juga bermanfaat. Keratitis akibat infeksi herpes
23

Astiandra

Mendolita (1102010039)

simpleks sering kambuh, namun karena erosi kambuh sangat sakit dan keratitis herpetik tidak, penyakit-penyakit ini dapat dibedakan dari gejalanya. Hendaknya pula ditanyakan pemakaian obat lokal oleh pasien, karena mungkin telah memakai kortikosteroid, yang dapat merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, atau oleh virus, terutama keratitis herpes simpleks. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit-penyakit sistemik, seperti diabetes, AIDS, dan penyakit ganas, selain oleh terapi imunosupresi khusus(Vaughan, 2009). Pemeriksaan Fisik Dokter memeriksa di bawah cahaya yang memadai. Pemeriksaan sering lebih mudah dengan meneteskan anestesi lokal. Pemulusan fluorescein dapat memperjelas lesi epitel superfisialis yang tidak mungkin tidak telihat bila tidak dipulas. Pemakaian biomikroskop (slitlamp) penting untuk pemeriksaan kornea dengan benar; jika tidak tersedia, dapat dipakai kaca pembesar dan pencahayaan terang. Harus diperhatikan perjalanan pantulan cahaya saat menggerakkan cahaya di atas kornea. Daerah kasar yang menandakan defek pada epitel terlihat dengan cara ini(Vaughan, 2009). Pemeriksaan Penunjang 1. Mayoritas kasus keratitis bakteri pada komunitas diselesaikan dengan terapi empiris dan dikelola tanpa hapusan atau kultur. Hapusan dan kultur sering membantu dalam kasus dengan riwayat penyakit yang tidak jelas. Hipopion yang terjadi di mata dengan keratitis bakteri biasanya steril, dan pungsi akuos atau vitreous tidak perlu dilakukan kecuali ada kecurigaan yang tinggi oleh mikroba endophthalmitis. Kultur adalah cara untuk mengidentifikasi organisme kausatif dan satu-satunya cara untuk menentukan kepekaan terhadap antibiotik. Kultur sangat membantu sebagai panduan modifikasi terapi pada pasien dengan respon klinis yang tidak bagus dan untuk mengurangi toksisitas dengan mengelakkan obat-obatan yang tidak perlu. Dalam perawatan mata secara empiris tanpa kultur dimana respon klinisnya tidak bagus, kultur dapat membantu meskipun keterlambatan dalam pemulihan patogen dapat terjadi. 2. Sampel kornea diperoleh dengan memakai agen anestesi topikal dan menggunakan instrumen steril untuk mendapatkan atau mengorek sampel dari daerah yang terinfeksi pada kornea. Kapas steril juga dapat digunakan untuk mendapatkan sampel. Ini paling mudah dilakukan dengan perbesaran Slit Lamp. Biopsi kornea dapat diindikasikan jika terjadi respon yang minimal terhadap pengobatan atau jika kultur telah negatif lebih dari satu kali dengan gambaran klinis yang sangat mendukung suatu proses infeksi. Hal ini juga dapat diindikasikan jika infiltrat terletak di pertengahan atau dalam stroma dengan jaringan atasnya tidak terlibat. Pada pasien kooperatif, biopsi kornea dapat dilakukan dengan bantuan Slit Lamp atau mikroskop operasi. Setelah anestesi topikal, gunakan sebuah pisau untuk mengambil sepotong kecil jaringan stroma, yang cukup besar untuk memungkinkan pembelahan sehingga satu porsi dapat dikirim untuk kultur dan yang lainnya untuk histopatologi. Spesimen biopsi harus disampaikanke laboratorium secara tepat waktu PEMERIKSAAN VISUS SATU MATA Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kaca mata. Setiap mata di periksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan kanan dahulu. Pada pemeriksaan tajam penglihatan di gunakan kartu baku / standar misalnya kartu baca snellen.Dengan kartu snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti :
24

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Bila tajam penglihatan 6/6 maka ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter. Bila pasien membaca hanya sebatas huruf baris yang menunjukkan angka 30, tajam penglihtan pasien adalah 6/30. Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang pada orang normal dapat dilihat pada jarak 60 meter. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter. Bila pasien hanya dapat melihat jari pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan adalah 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yaitu menghitung jari pada jarak 1 meter. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien lebih buruk dari 1/60. orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila pasien hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan 1/300. Kadang-kadang mata hanya dapat melihat sinar. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal sinar maka penglihatan adalah 0 (buta total). Snellen chart

Bila seseorang diragukan apakah penglihatanya berkurang akibat kelaianan refraksi, maka dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang dengan diletakkan nya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun. Uji Lubang Kecil (Pinhole) Untuk mengetahui apakah tajam penglihatan yang kurang terjadi akibat kelainan refraksi atau kelainan organik media penglihatan. Penderita duduk menghadap kartu snellen dengan jarak 6m. penderita disuruh melihat huruf terkecil yang masih terlihat dengan jelas. Kemudian pada mata tersebut ditaruh lempeng berlubang kecil (pinhole atau lubang sebesar 0.75 mm). Bila terdapat perbaikan
25

Astiandra

Mendolita (1102010039)

tajam penglihatan dengan melihat melalui lubang kecil berarti terdapat kelainan refraksi. Bila terjadi kemunduran tajam penglihatan berarti terdapat gangguan pada media penglihatan, mungkin diakibatkan kekeruhan kornea, katarak, kekeruhan badan kaca, dan kelainan macula lutea. Uji Pengkabutan (fogging test) Uji pemeriksaan astigmatisme dengan memakai prinsip mengistirahatkan akomodasi dengan memakai lensa positif. Dengan mata istirahat pasien disuruh melihat astigmatisme dial (juring astigmat). Bila garis vertical yang terlihat jelas berarti garis ini telah terproyeksi baik pada retina sehingga diperlukan koreksi bidang vertical dengan memakai lensa silinder negative dengan sumbu 180 derajat. Penambahan kekuatan silinder diberikan sampai garis pada juring astigmatisme terlihat sama jelas. Uji Celah Stenopik Celah selebar 1mm lurus yang terdapat pada lempeng dan dipergunakan untuk: 1. Mengatahui adanya astigmat Penglihatan akan bertambah bila letak sumbu celah sesuai dengan sumbu astigmat yang terdapat. 2. Melihat sumbu koreksi astigmat Penglihatan akan bertambah bila sumbunya mendekati sumbu silinder yang benar, untuk memperbaiki sumbu astigmat dilakukan dengan menggeser celah sumbu stenopik berbeda dengan sumbu silinder dipasang, bila terdapat perbaikan penglihatan maka ini menunjukkan sumbu astigmatisme belum tepat. 3. Untuk mengetahui besarnya astigmat Dilakukan hal yang sama dengan sumbu celah berhenti pada ketajaman maksimal. Pada sumbu ini ditaruh lensa positif atau negative yang memberikan ketajaman maksimal. Perbedaan antara kedua kekuatan lensa sferis yang dipasangkan merupakan besarnya astigmatisme kornea tersebut. 4. Menentukan rencana pembedahan iridektomi optik Dengan pupil dilebarkan maka celah stenopik diputar-putar letaknya di depan mata. Kemudian dilihat kedudukan stenopik yang memberikan tajam penglihatan maksimum, pada sumbu ini dilakukan iridektomi optic. Uji Silinder Silang Dua lensa silinder yang sama akan tetapi dengan kekuatan berlawanan dan diletakkan dengan sumbu saling tegak lurus (silinder silang Jackson). Ekivalen sferisnya adalah nihil. Lensa silinder silang terdiri atas 2 lensa silinder yang menjadi satu yang dapat terdiri atas silinder -0,25 (-0,50) dan silinder +0,25 (+0,50) yang sumbunya saling tegak lurus. Lensa ini dipergunakan untuk: 1. Melihat koreksi silinder yang telah dilakukan pada kelainan astigmat pasien sudah cukup atau telah penuh. Pada mata ini dipasang silinder silang yang sumbunya sejajar dengan sumbu koreksi. Bila sumbu lensa silinder silang diputar 90 derajat ditanyakan apakah penglihatan membaik atau mengurang. Bila membaik berarti pada kedudukan kedua lensa silinder mengakibatkan perbaikan penglihatan. Bila silinder itu dalam kedudukan lensa silinder
26

Astiandra

Mendolita (1102010039)

positif maka untuk koreksi pasien diperlukan pemasangan tambahan lensa silinder positif. Keadaan ini dapat saja sebaliknya. 2. Untuk melihat apakan sumbu lensa silinder pada koreksi yang telah diberikan sudah sesuai. Pada keadaan ini dipasang lensa silinder silang dengan sumbu 45 derajat terhadap sumbu silinder koreksi yang telah dipasang. Kemudian lensa silinder silang ini sumbunya diputar cepat 90. Bila pasien tidak melihat perbedaan perubahan tajam penglihatannya pada kedua kedudukan ini berarti sumbu lensa yang dipakai sudah sesuai. Bila pada satu kedudukan lensa silinder silang ini terlihat lebih jelas maka silinder positif dari lensa koreksi diputar mendekati sumbu lensa silinder positif lensa silinder silang (dan sebaliknya). Kemudian dilakukan pemeriksaan ulang. Pemeriksaan ini dilakukan sampai tercapai titik netral atau tidak terdapat perbedaan. Untuk memperbaiki kelainan astigmat dapat diberikan lensa silinder dengan cara coba-coba, cara pengabur ataupun cara silinder bersilang. Pada astigmat irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka koreksi dilakukan dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak ini, maka permukaan depan kornea tertutup rata dan diisi oleh film air mata. Uji Duokrom = Uji Keseimbangan Merah Biru, (Red Green Balance Test), (Untuk koreksi kacamata tepat) Pada mata emetropia sinar merah dibiaskakn di belakang retina sedang sinar hijau di depan, demikian pula pada mata yang telah dikoreksi dengan tepat. Pada penderita duduk dengan satu mata ditutup dan melihat pada kartu merah hijau ada huruf diatasnya. Pasien diminta untuk memberitahu huruf di atas warna yang tampak lebih jelas. Bila terlihat huruf diatas warna hijau lebih jelas berarti mata hipermetropia, sedang pada myopia akan lebih jelas huruf pada warna merah. Pada keadaan tersebut dilakukan koreksi sehingga huruf di atas warna hijau sama jelas dibanding huruf di atas warna merah. Uji Dominan Mata Untuk mengetahui mata dominant pada anak. Anak diminta melihat pada satu titik atau benda jauh. Satu mata ditutup kemudian mata yang lainnya. Bila mata yang dominant yang tertutup maka anak tersebut akan menggerakkan kepalanya untuk melihat benda yang matanya dominant. Uji Crowding Phenomena (Untuk Mengetahui Adanya Ambliopia) Penderita diminta membaca huruf kartu snellen sampai huruf terkecil yang dibuka satupersatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam pemglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut crowding phenomena pada mata tersebut menderita ambliopia.

27

Astiandra

Mendolita (1102010039)

3.8. Diagnosis Banding

3.9. Terapi (farmako nonfarmako) Keratitis Jamur 1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya: topical amphotericin B1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin>10 mg/ml, golongan Imidazole. 2. Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, thiomerosal, N a t a m i c i n , I m i d a z o l . 3. Ragi (yeast) : amphotericin B, N a t a m i c i n , I m i d a z o l . 4. Actinomyces yang bukan jamur sejati:golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik. Keratitis Acanthamoeba Antimikroba topikal mulai diberikan setiap jam dan dikurangi sesuai dengan tingkat keparahan toksisitas dan gejalanya. Pemberian propamidine (Brolene) dan neomisin (Neosporin), dilengkapi dengan mikonazole, klotrimazol, dan ketokonazol oral, telah digantikan oleh biguanide polyhexamethylene (PHMB). Dalam konsentrasi 0,02%, PHMB efektif dalam membunuh kista dan trofozoit pada berbagai ukuran dan mengakibatkan toksisitas relatif sedikit pada kornea. Terapi dilanjutkan setiap 1-2 jam sampai terlihat perbaikan klinis, biasanya dalam 1-2 minggu. Frekuensi pemberian diturunkan secara bertahap hingga 4 kali sehari. Pengobatan biasanya diberikan selama beberapa bulan sampai semua proses peradangan membaik. (Ventocillia, 2010) Keratitis Varicella Zoster Obat antiviral IV ataupun oral acyclovir 800mg 5x/hari selama 10-14 hari, valacyclovir 1gr 3x/hari selama 7-10 hari terapi baiknya dilakukan 72 jam setelah timbul kemerahan. Keratitis Neurotropik Cara yang paling efektif adalah menutup mata dengan plester.

28

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Keratitis Bakterial

Keratitis Herpes Simpleks Virus 1) Debridement Cara efektif untuk mengobati keratitis HSV adalah degan debridement epitel karena virus berlokasi di dalam epitel dan debribement juga mengurangi beban antigenik viruspada kornea, tetapi epitel terinfeksi mudah dilepaskan. Debridement dilakukan dengan aplikator khusus ujung kapas. Iodium atau eter topikal tidak bermanfaat dan dapat menimbulkan keratitis kimiawi, tetapi menggunakan obat Sikloplegik (homatropin 5% diteteskan ke dalam saccus konjungtvalis kemudian dibalut tekan, hal ini memerlukan perhatian husus dari dokter maupun perawat karena harus diperiksa tiap hari dan diganti balutanna sampai defek korneanya sembuh (umumnya 72jam). 2) Terapi antiviral idoxuridine, trifluridine, vidarabine, acyclovir. 3) Terapi bedah Keratoplasti penetrans diindikasikan untuk merehabilitasi penglihatan pasein dengan parut kornea berat, tindakan ini dilakukan beberapa bulan setelah herpesnya nonaktif. 4) Pencegahan Aspirin dapat dipakai untuk mencegah demam, pajanan berlebihan terhadap sinar matahari dapat dihindari. Keratitis defisiensi vitamin A/ Xeroftalmia Pemberian vitamin A 30.000 unit/hari selama 1 minggu pada orang dewasa, salep sulfonamida diberikan untuk mencegah infeksi sekunder. 1500-5000 IU untuk anak. Keratitis Ulkus Mooren Terapi imunosupresif sistemik. Pemakai lensa kontak harus menggunakan cairan desinfektan pembersih yang steril untk membersihkan lensa kontak. Air keran tidak steril dan tidak boleh digunakan untuk membersih- kan lensa kontak. Pemeriksaan mata rutin ke dokter mata disarankan karena kerusakan kecil di kornea dapat terjadi tanpa sepengetahuan kita. Jangan terlalu sering memakai lensa kontak. Lepas lensa kontak bila mata menjadi merah atau iritasi. Ganti lensa kontak bila sudah waktunya untuk diganti. Cuci tempat lensa kontak dengan air panas, dan

29

Astiandra

Mendolita (1102010039)

ganti tempat lensa kontak tiap 3 bulan karena organisme dapat terbentuk di tempat kontak lensa itu. Makan makanan bergizi dan memakai kacamata pelindung ketika bekerja atau bermain di tempat yang potensial berbahaya bagi mata dapat mengurangi resiko terjadinya keratitis. Kacamata dengan lapisan anti ultraviolet dapat membantu menahan kerusakan mata dari sinar ultraviolet. 3.10. Komplikasi Komplikasi yang paling sering timbul berupa: Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat. Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis. Prolaps iris. Sikatrik kornea. Katarak. Glaukoma sekunder. 3.11. Prognosis Prognosis tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi. 4. Memahami dan Menjelaskan Mata Merah (visus turun dan tdk turun) Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering di dengar. Keluhan ini terjadi akibat perubahan warna bola mata yang sebelumnya putih menjadi merah. Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut, misalnya : konjungtivitis, keratitis, atau iridoksiklitis. Pada keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar, sedang pembuluh darah arteri perikornea yang letak lebih dalam dari akan melebar pada iritis dan glaukoma akut kongestif. Pada konjungtivitis di mana pembuluh darah superfisial yang melebar. - Injeksi konjuntival, melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior. - Injeksi siliar, melebarnya pembuliuh darah perikornea. Mata merah yang disebabkan ijeksi siliar dan konjungtival dapat memberikan gejala bersama-sama dengan keluhan dan gejala tambahan yaitu : 1. penglihatan menurun 2. terdapat atau tidak terdapatnya sekret 3. terdapatnya peningkatan tekanan bola mata pada keadaan mata merah tertentu. Umumnya pada mata merah terdapat beberapa kemungkinan penyebab seperti konjungtivitis akut, iritis akut, keratitis, dll. Sebagai diagnosis banding dapat di gunakan tanda berikut ini :

30

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Diagnosis banding mata merah Konjungtivitis Kornea Penglihatan Sekret Fler Pupil Tekanan Vaskularisasi Injeksi Pengobatan Jernih N (+) N N a.konjungtiva posterior Konjungtival Antibiotic

Keratitis/ Tukak Kornea Fluoresein +++/<N (-) -/+ <N N Siliar Siliar Antibiotika sikloplegik bedah Sensibilitas

Iritis akut Presipitat <N (-) ++ <N <N> Pleksus Siliar Siliar Steroid sikloplegik Infeksi local

Glaukoma akut Edema <N (-) -/+ >N N+++ Episkleral Episkleral Miotika diamox + Tonometri

Uji

Bakteri

Diagnosis banding mata merah Gejala Glaucoma Uveitis keratitis Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis subyektif akut akut bakteri virus virus +++ +/++ +++ Visus ++/+++ ++ ++ Rasa nyeri +++ +++ Fotofobia + ++ -Halo -/+++ +++ ++ + Eksudat ++ Gatal -/++ demam Mata merah dapat di bagi menjadi mata merah dengan visus normal ataupun mata merah dengan visus terganggu akibat keruhnya media penglihatan bersama-sama mata yang merah. Diagnosis banding mata merah dengan visus turun ataupun tidak tuun Kondisi Sakit Fotofobia Visus Injeksi Ringan/sedang Tak ada ringan Suram ringan Kelopak dan Konjungtivitis karena kotoran mata Sedang Tak ada Normal Pembuluh2 Episkleritis dalam sclera sering lokal Tak ada sampai Bervariasi Biasanya Difus a. Ulkus hebat menurun sering kornea mencolok karena bakteri atau jamur Menurun ringan Ringan-sedang b. Ulku kornea Rasa benda asing Sedang karena virus Sedang Hebat Menurun Sedang Luka bakar kornea non akali (ultraviolet atau
31

Astiandra

Mendolita (1102010039)

lain-lain) Uveitis Glaukoma (akut) Selulitis orbita Endoftalmitis

Ringan sampai sedang Hebat atau ringan Tak ada hebat hebat

Ringan sampai sedang Hebat atau ringan Tak ada hebat Sedangmencolok

Normal atau menurun sedang Menurun karena edema kornea Normal atau menurun Menurun secara mendadak

Dekat limbus Difus Difus dengan kemosis Hebat

Ringkasan gejala obyektif Gejala Glaucoma subyektif akut + Injeksi siliar ++ Injeksi
konjungtival

Uveitis akut ++ ++ -

keratitis Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis bakteri virus alergi +++ ++ +/++ Normal/ miosis N N + +++ N N N ++/+++ ++ -/+ N N N ++ + + N N N + -

Kekeruhan kornea Kelaianan pupil Kedalaman COA Tekanan intraocular Sekret Kelenjar
preaurikular

+++

Midriasis Miosis non- reaktif ireguler dangkal Normal Tinggi Rendah + -

5. Memahami dan Menjelaskan Tentang Menjaga dan Memelihara Kesehatan Mata Menurut Islam Perintah menjaga dan menundukkan pandangan dengan sangat jelas terungkap pula dalam Al-Quran. Mata sesungguhnya adalah gerbang maksiat, apabila tidak digunakan dengan baik sesuai tuntunan Islam. Barang siapa yang tidak dapat menahan pandangan mata sangat mungkin akan menjerumuskan nya pada zina dan maksiat. Rasulullah sangat berhati-hati dalam memandang yang dilarang Islam. Diantarannya dari melihat wanita yang bukan mahramnya.

Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah saw suri teladan yang baik bagi kamu (yaitu) bagi siapa yang mengharap (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) hari akhir dan banyak menyebut nama Allah. (QS.Al-Ahzab [33]: 21)
32

Astiandra

Mendolita (1102010039)

Allah Swt berfirman,

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS An-Nr [24]: 30)

Sumber : Sherwood, Laralee. 2001. Human Physiology: From Cell to Body. Jakarta: EGC. Vaughan, Daniel, dkk. 1996. Oftalmologi Umum Edisi Ke-14. Jakarta: Widya Medika. Snell, Richard. 1997. Anatomi Klinik Bagian 3 Edisi Ketiga. Jakarta: EGC. Ilyas, Sidarta. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Duane, D Thomas : Clinical Ophthalmology, Volume 4, Philadelphia, Harper & Row Publisher, 1987.

33

Anda mungkin juga menyukai

  • Pemeriksaan Funduskopi
    Pemeriksaan Funduskopi
    Dokumen2 halaman
    Pemeriksaan Funduskopi
    astiandramendolita
    50% (2)
  • Tugas Aqidah
    Tugas Aqidah
    Dokumen1 halaman
    Tugas Aqidah
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Istilah Resep
    Istilah Resep
    Dokumen3 halaman
    Istilah Resep
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Status Ujian Kepaniteraan
    Status Ujian Kepaniteraan
    Dokumen1 halaman
    Status Ujian Kepaniteraan
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Singkatan Latin Dalam Resep
    Singkatan Latin Dalam Resep
    Dokumen2 halaman
    Singkatan Latin Dalam Resep
    lina_kibum
    Belum ada peringkat
  • Contoh Cover Mandiri
    Contoh Cover Mandiri
    Dokumen1 halaman
    Contoh Cover Mandiri
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen1 halaman
    Journal Reading
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Mandiri Nanda
    Mandiri Nanda
    Dokumen29 halaman
    Mandiri Nanda
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Coverblok Emergensi
    Coverblok Emergensi
    Dokumen1 halaman
    Coverblok Emergensi
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Fisik (JR)
    Pemeriksaan Fisik (JR)
    Dokumen1 halaman
    Pemeriksaan Fisik (JR)
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Istilah Resep
    Istilah Resep
    Dokumen3 halaman
    Istilah Resep
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Mandiri Nanda
    Mandiri Nanda
    Dokumen36 halaman
    Mandiri Nanda
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Wabah Epidemi Pandemi Endemi KLB
    Wabah Epidemi Pandemi Endemi KLB
    Dokumen1 halaman
    Wabah Epidemi Pandemi Endemi KLB
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Remaja
    Kehamilan Remaja
    Dokumen3 halaman
    Kehamilan Remaja
    astiandramendolita
    100% (1)
  • Sken 2
    Sken 2
    Dokumen27 halaman
    Sken 2
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Vitamin E
    Vitamin E
    Dokumen3 halaman
    Vitamin E
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • MUTASI
    MUTASI
    Dokumen2 halaman
    MUTASI
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Mandiri Nanda
    Mandiri Nanda
    Dokumen34 halaman
    Mandiri Nanda
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Mandir I
    Mandir I
    Dokumen22 halaman
    Mandir I
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Cover Wrap Up Skenario III
    Cover Wrap Up Skenario III
    Dokumen1 halaman
    Cover Wrap Up Skenario III
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Mutasi
    Mutasi
    Dokumen2 halaman
    Mutasi
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Mandir I
    Mandir I
    Dokumen24 halaman
    Mandir I
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • LO.4 Makanan Dalam Pandangan Islam
    LO.4 Makanan Dalam Pandangan Islam
    Dokumen1 halaman
    LO.4 Makanan Dalam Pandangan Islam
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Vitamin E
    Vitamin E
    Dokumen3 halaman
    Vitamin E
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • BPH 2
    BPH 2
    Dokumen8 halaman
    BPH 2
    EZ Syakal
    Belum ada peringkat
  • Mandiri Skenario 2
    Mandiri Skenario 2
    Dokumen22 halaman
    Mandiri Skenario 2
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Agama Islam PBL
    Agama Islam PBL
    Dokumen2 halaman
    Agama Islam PBL
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • Mandir I
    Mandir I
    Dokumen13 halaman
    Mandir I
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat
  • PBL Skenario 2 Urin
    PBL Skenario 2 Urin
    Dokumen20 halaman
    PBL Skenario 2 Urin
    astiandramendolita
    Belum ada peringkat