Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PROBLEM SOLVING II INFEKSI SALURAN KEMIH

Disusun oleh : Vieocta Apsari Paradise 105070201111008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG, 2012

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan Prevalensi adanya ISK di invasi mikroorganisme makin pada saluran seiring kemih. dengan masyarakat meningkat

meningkatnya usia. Pada usia 40 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kirakira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anakanak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering daripada pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%. Untuk menyatakan adanya ISK, harus ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang kedokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar penyakit (data bulan Juli Desember).

B. Manfaat
Manfaat umum dari penulisan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan penyakit sindrom nefrotik. Manfaat dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu: Mengetahui pengertian dan klasifikasi infeksi saluran kemih Mengetahui etiologi infeksi saluran kemih Mengetahui patofisologi infeksi saluran kemih Mengetahui manifestasi klinis infeksi saluran kemih Mengetahui pemeriksaan diagnostic infeksi saluran kemih Mengetahui penatalaksanaan infeksi saluran kemih Mengetahui komplikasi infeksi saluran kemih Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan infeksi saluran kemih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1. Definisi
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Eschercia coli, suatu kontaminan tinja yang sering ditemukan di daerah anus. Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan dan wanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses kekandung kemih. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan Mikroorganisme yang menempel di lubang uretra selama berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan meningkatkan infeksi saluran kemih adalah pada anak perempuan dan wanita adalah kecenderungan budaya untuk menahan urine, serta iritasi kulit lubang uretra pada wanita sewaktu berhubungan kelamin. Wanita hamil mengalami relaksasi semua otot polos yang dipengaruhi oleh progesteron, termasuk kandung kemih dan ureter, sehingga mereka cenderung menahan urine di bagian-bagian tersebut. Sistitis (infeksi saluran kemih bawah) adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra ke kandung kemih (refluks uretrovesikal), kontaminasi fekal, atau penggunaan kateter sistoskop. Infeksi saluran kemih adalah kolonisasi bakteri di berbagai segmen di saluran kemih. Jumlah organisme dalam urin lebih besar dari yang dapat

ditampung. Kriteria diagnostik paling umum untuk ISK adalah terdapat minimal 100.000 koloni bakteri dalam 1ml urine pancar tengah pada dua biakan berturut-turut. Adanya urine dan kotoran di sekitar meatus urinarius memungkinkan bakteri berproliferasi dan naik ke dalam uretra. Anak-anak yang berisiko adalah mereka yang mengalami defek pada sistem perkemihan, penyakit kronis, dan kelainan neurologis. ISK adalah penyakit infeksi kedua terbanyak setelah infeksi saluran napas bagian atas.

Jenis ISK:
a) Jenis Infeksi Saluran Kemih berdasarkan tempatnya, antara lain: Kandung kemih (sistitis) uretra (uretritis) prostat (prostatitis) ginjal (pielonefritis) b) Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi: ISK uncomplicated (simple) ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih. ISK complicated Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut: Kelainan abnormal saluran kencing Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK. Gangguan daya tahan tubuh

Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease.

2. Etiologi
a) Antepartum: statis urine yang disebabkan oleh efek progesteron Dilatasi uretra Persistalsis uretra melambat Peningkatan tekanan akibat pembesaran uterus Kateterisasi sekuder akibat anestesi regional (meskipun

b) Intrapartum kateterisasi tidak terbukti secara signifikan mampu menyebabkan ISK), insiden sekunder akibat kateterisasi saat pelahiran adalah 20% Trauma dan pembengkakan uretra sekunder akibat penggunaan forsep, atau pelahiran yang traumatis lainnya. c) Pascapartum Diuresis setelah pelahiran yang dapat menyebabkan distensi yang berlebihan dan statis urine Penggunaan oksitosin yang menyebabkan efek antidiuresis sampai obat ini dimetabolisme; lalu ada desakan diuresis yang dengan cepat menyebabkan distensi kandung kemih. d) Interkonsepsi Aktivitas seksual: masuknya bakteri ke uretra yang disebabkan oleh hubungan seksual Fisiologis: penyebab kongenital, prolaps kandung kemih, relaksasi otot dasar panggul, dan diabetes. Kebiasaan hygiene yang buruk Tidak cukup bersih membilas atau mengganti pakaian dalam atau pembalut sehingga menyebabkan bakteri menghampiri uretra untuk memperbanyak diri

Mengusap dari belakang ke depan sehingga bakteri masuk dari rektum ke uretra Kebiasaan kesehatan Kerap tidak mengosongkan kandung kemih dengan tuntas yang mengakibatkan statis urine Penggunaan kafein yang berlebihan yang menyebabkan iritasi saluran urine dan diuresis

3. Patofisiologi

4. Manifestasi Klinis
Sistitis biasanya memperlihatkan disuria (nyeri waktu berkemih), peningkatan frekuensi berkemih, dan rasa desakan ingin berkemih Dapat terjadi nyeri punggung bawah atau suprapubis, khususnya pada pielonefritis Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah Gejala infeksi pada bayi atau anak kecil dapat nonspesifik dan termasuk iritabilitas, demam, kurang nafsu makan, muntah, dan bau popok yang amat menyengat Gejala infeksi pada lansia dapat berupa gejala samar; setiap lansia yang mengeluh gejala abdomen seperti mual atau muntah harus dikaji apakah menderita infeksi saluran kemih. Bisa muncul demam atau tidak. Terkadang hanya peningkatan agitasi atau konfusi yang terjadi, yang mengharuskan para perawat lansias meningkatkan kewaspadaan khusus terhadap berulangnya kepastian infeksi saluran kemih pada lansia; tidak dijumpai manfaat mengobati pasien lansia yang menderita infeksi asimtomatik.

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis): Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis Hematuria Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis): Demam Menggigil Nyeri panggul dan pinggang Nyeri ketika berkemih Malaise Pusing Mual dan muntah Tanda dan gejala Uretritis: Mukosa memerah dan edema Terdapat cairan eksudat yang purulent Ada ulserasi pada urethra Adanya rasa gatal yang menggelitik Good morning sign Adanya nanah awal miksi Nyeri pada saat miksi Kesulitan untuk memulai miksi Nyeri pada abdomen bagian bawah

5. Pemeriksaan Penunjang
1) Urinalisis Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis. 2) Bakteriologis Mikroskopis Biakan bakteri 3) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik 4) Hitung koloni hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. 5) Metode tes Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek). Tes- tes tambahan: Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah

infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

6. Penatalaksanaan
1) Pada kunjungan awal obgin, kaji riwayat ISK dan lakukan urinalisis tangkap-bersih serta kultur dan sensitivitas urine untuk memeriksa ISK yang asimtomatik. a. Bila riwayat awal juga negatif, mulai lakukan langkah-langkah berikut: Bila kultur awal juga negatif, tidak dibutuhkan uji lebih lanjut, kecuali timbul gejala Bila kultur awal positif, obati pasien dan ulangi kultur urine 1 minggu setelah terpai dan pada 28 minggu kehamilan 2) Lakukan uji urine setiap kunjungan awal pranatal a. Bila kultur urine positif bakteri, nitrat atau darah, lakukan urinalisis tangkap-bersih b. Bila terdapat lebih dari satu telusuran proteinuria, ikuti langkahlangkah berikut: Dapatkan sampel urine tangkap-bersih lainnya dan periksa ulang Bila protein tetap ada, singkirkan dugaan preeklamsia dan hipertensi akibat kehamilan (pregnancy induced hypertension, PIH)

Bila tidak ada hipertensi, lakukan kultur dan sensitivitas urine untuk menyingkirkan dugaan ISK asimtomatik Bila hasil proteinuria 1+ atau lebih tinggi pada dua kali kunjungan klinik, pertimbangkan melakukan uji urine 24 jam untuk mengevaluasi protein total. Konsultasikan dengan dokter bila perlu 3) Kapan pun pasien menunjukkan tanda dan gejala sistitis, ikuti langkahlangkah berikut: a. Lakukan urinalisis tangkap-bersih dan C&S urine Bila uji negatif meskipun ada gejala, pertimbangkan untuk melakukan kultur gonokokus dan klamidia Bila hasil urinalisis positif dan terdapat gejala klasik, pertimbangkan untuk memulai terapi sebelum hasil kultur diperoleh Pertimbangkan untuk memberikan 200 mg Pyiridium, per oral 3x1 selama 3 hari untuk meredakan disuria 4) Obati pasien sesuai langkah-langkah berikut: a. Obati pasien dengan antibiotik, bila antibiotik diindikasikan oleh hasil urinalisis atau C&S urine. Bila dalam setahun pasien mengalami dua kali kasus ISK, pertimbangkan untuk memberikan terapi 3 hari. Bila pasien telah tiga kali atau lebih mengalami ISK dalam satu tahun, terapi yang lebih lama diindikasikan. Obat-obatan sulfa yang paling efektif dalam mengobati ISK Pilihan pertama adalah Bactrim DS (trimetoprim dan sulfametoksazol) per oral 2x1 selama 3-10 hari. Nitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin), 100 mg per oral, 2x1 selama 3-10 hari Amoksisilin 500 mg per oral, 3x1 selama 7-10 hari

Norfloksasin (Noroxin), 400 mg per oral, 2x1 selama 3-10 hari Fosfomisin trometamin (Monural), 3 gr per oral, campurkan satu paket dengan air dan berikan dalam dosis tunggal b. Jelaskan kepada pasien bahwa respon terhadap antibiotik biasanya cepat. Gejala menghilang dalam 1-2 hari setelah terapi diberikan, Pasien mungkin merasa bahwa infeksi telah berlalu dan terapi dihentikan. Anjurkan pasien untuk menghabiskan antibiotik selama 3-10 hari berturut-turut untuk mencegah kekambuhan c. Ingatkan pasien bahwa vaginitis monilia mungkin terjadi sekunder akibat terapi antibiotik. 5) Sarankan tindakan perawatan mandiri berikut ini : Minum sedikitnya 6-8 gelas air putih per hari untuk mendorong fungsi ginjal yang adekuat dan mencegah statis urine Hindari kafein yang dapat mengiritasi sistem perkemihan dan bertindak sebagai diuretik. Asupan vitamin C yang berlebihan bersifat iritan. Lakukan hygiene perineum dengan tepat untuk mencegah kontaminasi uretra dari bakteri dalam rektum Berkemih dengan sering sepanjang hari untuk mencegah statis urine Berkemih segera setelah melakukan hubungan seksual untuk menyingkirkan bakteri yang mungkin bergerak ke arah uretra Minum jua atau tablet cranberry saat indikasi pertama infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC. Diagnosa Keperawatan NANDA (2009-2011). Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien). Jakarta: EGC. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius : Jakarta.

Betz, Cecily L dan Sowden, Linda L. 2002.Keperawatan Pediatrik, Edisi 3,EGC : Jakarta Geri Morgan & Carole Hamilton. 2003. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • SAP Nutrisi Kelompok 5
    SAP Nutrisi Kelompok 5
    Dokumen16 halaman
    SAP Nutrisi Kelompok 5
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • ENZIM OPTIMAL
    ENZIM OPTIMAL
    Dokumen30 halaman
    ENZIM OPTIMAL
    Ilmi Dewi A
    Belum ada peringkat
  • Gene Tika
    Gene Tika
    Dokumen61 halaman
    Gene Tika
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Kesehatan dan Ketergantungan Obat
    Kesehatan dan Ketergantungan Obat
    Dokumen4 halaman
    Kesehatan dan Ketergantungan Obat
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Oksidasi Biologi
    Oksidasi Biologi
    Dokumen36 halaman
    Oksidasi Biologi
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Nutrisi DM
    Leaflet Nutrisi DM
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Nutrisi DM
    Angernani Trias Wulandari
    100% (2)
  • Telaah Bean and Rice
    Telaah Bean and Rice
    Dokumen12 halaman
    Telaah Bean and Rice
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Silabus Endokrin
    Silabus Endokrin
    Dokumen8 halaman
    Silabus Endokrin
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Ballard Score
    Ballard Score
    Dokumen15 halaman
    Ballard Score
    cuantha
    Belum ada peringkat
  • Konsep Kehamilan
    Konsep Kehamilan
    Dokumen44 halaman
    Konsep Kehamilan
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Menopause
    Menopause
    Dokumen26 halaman
    Menopause
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • PLASENTA ABNORMAL
    PLASENTA ABNORMAL
    Dokumen32 halaman
    PLASENTA ABNORMAL
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Konsep Kehamilan
    Konsep Kehamilan
    Dokumen44 halaman
    Konsep Kehamilan
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Refleks Bayi Oke
    Refleks Bayi Oke
    Dokumen9 halaman
    Refleks Bayi Oke
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Refleks Bayi
    Refleks Bayi
    Dokumen10 halaman
    Refleks Bayi
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • LP Kista Ovarii
    LP Kista Ovarii
    Dokumen11 halaman
    LP Kista Ovarii
    Shinta Ardiana
    Belum ada peringkat
  • Proposal Penelitian
    Proposal Penelitian
    Dokumen51 halaman
    Proposal Penelitian
    kirnamara
    Belum ada peringkat
  • P Artograph
    P Artograph
    Dokumen4 halaman
    P Artograph
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Reproduksi Laki-Laki - PP Psik
    Reproduksi Laki-Laki - PP Psik
    Dokumen22 halaman
    Reproduksi Laki-Laki - PP Psik
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Konsep Kehamilan
    Konsep Kehamilan
    Dokumen44 halaman
    Konsep Kehamilan
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Obat-Obat Pada Sistem Reproduksi PSIK
    Obat-Obat Pada Sistem Reproduksi PSIK
    Dokumen49 halaman
    Obat-Obat Pada Sistem Reproduksi PSIK
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Konsep Kehamilan
    Konsep Kehamilan
    Dokumen44 halaman
    Konsep Kehamilan
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Reproduksi Perempuan Psik
    Reproduksi Perempuan Psik
    Dokumen38 halaman
    Reproduksi Perempuan Psik
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • SAP Nutrisi Kelompok 5
    SAP Nutrisi Kelompok 5
    Dokumen16 halaman
    SAP Nutrisi Kelompok 5
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Reproduksi Perempuan Psik
    Reproduksi Perempuan Psik
    Dokumen38 halaman
    Reproduksi Perempuan Psik
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Telaah Bean and Rice
    Telaah Bean and Rice
    Dokumen12 halaman
    Telaah Bean and Rice
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Nutrisi 1
    Nutrisi 1
    Dokumen16 halaman
    Nutrisi 1
    Angernani Trias Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Nutrisi DM
    Leaflet Nutrisi DM
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Nutrisi DM
    Angernani Trias Wulandari
    100% (2)