Anda di halaman 1dari 4

TEKNIK PERBANYAKAN BIBIT PISANG MELALUI KULTUR JARINGAN

Disusun Oleh Kelompok : 1. Novita Inka Sari W 2. Nur Trias W 115040201111019 115040201111028

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

Pisang merupakan tanaman buah tropis yang paling digemari oleh sebagian besar masyarakat dunia karena rasanya enak, nilai gizinya tinggi, relatif murah dan mudah diperoleh. Produksi pisang di Indonesia menduduki peringkat keenam dengan kontribusi sekitar 6,6% dan ratarata produksi sekitar 4,85 juta ton/tahun. Pisang dapat dibudidayakan secara konvensional (menggunakan anakan dan Bid) maupun modern yaitu dengan kultur jaringan. Kultur jaringan tanaman adalah teknik budidaya sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptic atau bebas mikroorganisme. Bibit pisang kultur jaringan adalah bibit yang dihasilkan melalui proses pembiakan jaringan (sel meristematis) pada media buatan dalam laboratorium (in vitro). Secara garis besar teknik perbanyakan pisang melalui kultur jaringan, antara lain : (1) Persiapan bahan eksplan dan media Dalam teknik kultur jaringan pada pisang, media yang digunakan pada umumnnya adalah medium dasar Murashige dan Skoog (MS) yang mana media ini digunakan untuk hampir semua macam tumbuhan sebab media MS (Murashige dan Skoog) mengandung jumlah hara organik yang layak untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman dalam kultur jaringan. Bahan eksplan biasanya digunakan tunas bonggol atau tunas dari anakan yang berukuran 40-100 cm dari pohon pisang yang pernah berbuah, namun, dapat juga digunakan jantung pisang. Eksplan diambil dari kebun induk yang telah diketahui jenisnya. Syarat sebagai tanaman induk adalah produksi tinggi dengan telah diketahui buahnya, tanaman sehat atau tidak terserang hama/penyakit. (2) Inokulasi Eksplan dipotong kemudian dikupas dan disisakan di sekitar titik tumbuh sebesar ibu jari, potongan eksplan dicuci sampai bersih, direndam dalam larutan sterilan, dibilas dengan akuades, lalu ditanam dalam media kultur. Untuk memperbanyak bibit dapat dilakukan dengan proses perbanyakan bibit di laboratorium dengan melakukan sub kultur yaitu proses memindahkan eksplan ke dalam media yang baru. Setiap individu bisa dipecah menjadi 5-6 sub kultur dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : [1] Supaya eksplan tidak tumbuh berdesakan. [2] Supaya eksplan tidak kehabisan unsur hara pada media sebelumnya. [3] Supaya pertumbuhannya seragam.

Hasil sub kultur ini dapat dikembangkan lagi ke dalam media MS yang baru sebanyak 5-6 generasi. Sub kultur yang telah tumbuh akarnya dapat disebut bibit kecil (plantlet).

(3) Penanaman pada media multiplikasi tunas Multiplikasi adalah proses pemindahan eksplan pada media baru dengan membelah bonggol untuk memacu pertumbuhan tunas-tunas samping. Tanam eksplan pada media dasar MS yang mengandung BAP 2-5 mg/l, sukrosa 20 g/l. Sebagai bahan pengeras diberikan agar swallow 8 g/l. Selanjutnya biakan disimpan di dalam ruang kultur dengan intensitas cahaya 800-1000 lux selama 16 jam pada temperatur 20220oC. Pada kondisi ini tunas akan bermultiplikasi antara 3-5 kali lipat setiap bulan tergantung varietasnya, sehingga dalam satu tahun dari 1 eksplan dapat dihasilkan sekitar 125.000-6.700.000 planlet tergantung tingkat kontaminasi yang terjadi.

(4) Penanaman pada media perakaran Setelah tunas dapat dilipatgandakan maka saatnya biakan dipindahkan ke dalam media perakaran, yaitu media dasar MS yang ditambah dengan IAA 0,1-0,2 mg/l. Untuk jenis pisang tertentu seperti raja bulu dan cavendis setelah media pertunasan perlu ditransfer ke media perakaran, sedangkan pisang tanduk, raja sereh, dan kepok kuning tidak perlu ditransfer lagi karena perakarannya sudah terbentuk pada media pertunasan.

(5) Aklimatisasi di rumah kaca. Aklimatisasi adalah proses penyesuaian palnlet dari kondisi mikro dalam botol (heterotrof) ke kondisi lingkungan luar (autotrof). Setelah biakan di dalam botol memiliki pertumbuhan dan perakaran yang sempurna (biasanya 8-10 bulan), maka biakan pisang sudah saatnya dikeluarkan dari botol untuk ditanam di rumah kaca. dalam waktu 28-30 bulan bibit pisang kultur jaringan akan dipanen 3 tanaman, yaitu 1 tanaman utama, 2 tanaman anakan (ratun). Jika pengelolaan kebun cukup baik setiap hektar dapat menghasilkan buah 70-100 ton/ha.

Sumber : Nisa, Chatimatun dan Rodinah. 2005. Kultur Jaringan Beberapa Kultovar Buah Pisang (Musa paradisiaca L.) dengan Pemberian Campuran NAA Dan Kinetin. Volume 2, Nomor 2, Juli 2005, Halaman 23-36 http://bioscientiae.tripod.com. Di akses tanggal 11 Maret 2013 Supriati , Yati. 2011. Prospek Teknik Kultur Jaringan untuk Pengadaan Bibit Pisang. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian : Bogor Tissue Culture And Orchidologi. 2010. Perbanyakan Bibit Pisang dengan Teknik Kultur Jaringan. http://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com/2010/09/perbanyakan-bibitpisang-dengan-teknik.html Di akses tanggal 11 Maret 2013 Kultur Jaringan Pisang. http://www.scribd.com/doc/23126377/Kultur-Jaringan-Pisang Di akses tanggal 11 Maret 2013 2007. Perbanyakan Bibit Pisang secara Kultur Jaringan. http://pertanian.blogsome.com/2007/10/11/perbanyak-bibit-pisang-secara-kulturjaringan/ Di akses tanggal 11 Maret 2013

Anda mungkin juga menyukai