Anda di halaman 1dari 2

IBADAH HAJI DAN PROBLEM MORALITAS BANGSA

H. E. Nadzier Wiriadinata Ibadah yang menuntut persyaratan yang tidak mudah adalah ibadah haji. Sepintas ibadah haji bukanlah hal yang sulit bagi mereka yang secara finansial berkecukupan dan secara fisik sehat. Tetapi kalau kita telusuri lebih dalam ternyata ibadah haji adalah ibadah yang

merupakan perpaduan dari semua ibadah yang ada dalam khazanah Islam dan karenanya tidaklah mudah. Maka tidak aneh kalau kemudian ibadah haji dalam rukun Islam ditempatkan sebagai rukun yang kelima atau terakhir.

Ibadah haji memberikan pengalaman spiritual yang berbeda bagi setiap individu yang menjalaninya. Tidak sedkit pengalaman spiritual tersebut memberikan pencerahan dalam semangat keberagamaan seseorang. Meski diakui pula bahwa tidak sedikit jamaah haji yang sama sekali tidak mendapatkan apa-apa dari ibadah haji yang dijalaninya.

Jika kita telaah dengan cermat sepertinya Allah ingin menegaskan kepada kita bahwa ibadah haji adalah ibarat miniatur perjalanan hidup seorang manusia dalam kehidupan di alam yang fana ini. Melalui ibadah ini Allah SWT mengajak para hamba-Nya untuk membuka mata, telinga dan perasaan terdalam mereka bahwa betapa ibadah haji ini menuntut totalitas perwujudan kesadaran keberagamaan mereka. Seseorang tidak akan pernah bisa merasakan nikmatnya beribadah haji ketika dia tidak mampu mengaktualisasikan sifat sabar, tawakal, tawadlu, qonaah, rasa syukur, pengendalian hawa nafsu, kepedulian sosial, kesadaran akan kelemahan dirinya serta kualitas-kualitas moral lainnya.

Niat ataupun motif yang tersimpan dalam hati masing-masing individu jamaah haji saat berangkat ke Tanah Suci yang tidak selalu sama membuat dampak spiritual dari ibadah haji

pun sangat berbeda dirasakan oleh masing2 individu yang menjalaninya.. Sehingga kita bisa melihat betapa perilaku jamaah haji saat menjalankan ibadah haji begitu sangat beragam. Ada yang lebih fokus pada aktivitas shoppingnya daripada aktivitas ibadahnya. Ada juga yang begitu fokus dengan aktivitas beribadah sementara kegiatan shopping hanya selingan belaka. Sebagian ada yang menjalani ibadah haji dengan penuh kepongahan. Sebagian ada yang menjalaninya dengan penuh kerendah-hatian serta tenggelam dalam kenikmatan membangun komunikasi yang intim dengan Sang Pencipta melalui berbagai ritual dan zikir dengan penuh kekhusyuan. Di satu sisi ada yang memandang ibadah haji hanya sekedar untuk prestise dan status sosial belaka sehingga menjadi sebuah kebanggaan saat mereka telah menjalankan ibadah haji lebih dari satu kali Disisi lain, ada yang memandang ibadah haji tidak lebih sebagai penyempurna dari rangkaian ibadah ritual seperti yang termaktub dalam rukun Islam.

Terlepas dari apa yang diuraikan di atas, satu hal yang pasti adalah bahwa ibadah haji secara faktual dan signifikan belum mampu meningkatkan kualitas moral bangsa kita. Animo masyarakat untuk menjalankan ibadah haji yang semakin meningkat dari waktu ke waktu sayangnya belum sejalan dengan berkurangnya problem moralitas bangsa yang semakin terpuruk dengan ragam permasalahan diberbagai aspek bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Disadari atau tidak, ibadah haji lebih dipandang sebagai komoditas yang secara material sangat menjanjikan dan menguntungkan bagi siapapun yang terlibat didalamnya.

Kita tetap berharap dan berdoa semoga ibadah haji dari waktu ke waktu secara signifikan mampu ikut andil menjadi sebuah solusi bagi perbaikan moralitas bagsa, sekarang dan dimasa mendatang. Amin

Anda mungkin juga menyukai