Anda di halaman 1dari 12

Peningkatan Morbiditas dari Karsinoma Nasofaring dan Faringitis Kronis atau Sinusitis diantara Para Pekerja Perusahaan Percetakan

Surat Kabar
Y Liu, C Du, C Lin, C Chan, C Chen, dan J Wang Abstrak Tujuan: Untuk menentukan hubungan antara pekerjaan bagian percetakan dan karsinoma nasofaring serta penyakit lainnya. Metode: Data demografi diperoleh dari mereka yang telah bekerja di perusahaan surat kabar tertentu yang telah berdiri sejak tahun 1950. Melalui akses ke bank data catatan rumah sakit dari Biro Asuransi Tenaga Kerja selama tahun 19851994, semua pekerja yang diidentifikasi yang telah dirawat di rumah sakit selama mereka bekerja di perusahaan surat kabar. Regresi logistik dilakukan untuk memperkirakan odds ratio morbiditas disesuaikan (OR) untuk berbagai penyakit di kalangan pekerja bagian percetakan dengan penyakit kardiovaskuler sebagai penyakit referensi. Spesimen biopsi dari pasien dengan karsinoma nasofaring semua disasarkan pada hibridisasi in situ virus Epstein-Barr (EBV), dan colocalisation EBV dan protein komponen sekretor. Hasil: Dari 1.564 orang yang pernah bekerja di perusahaan ini, 579 dari mereka pernah dirawat di rumah sakit setidaknya sekali. Lima dari 144 pekerja bagian percetakan yang dirawat di rumah sakit didiagnosis dengan karsinoma nasofaring dibandingkan dengan 435 pekerja bagian non-percetakan lainnya yang dirawat di rumah sakit. Morbiditas OR untuk karsinoma nasofaring pada pekerja bagian percetakan adalah 57,0 (interval kepercayaan 95% (IK95%) 2,8-1.155,3). Morbiditas OR untuk tumor kulit jinak adalah 28,0 (IK95% 2,7-293,1). Faringitis kronis atau sinusitis juga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan pekerjaan bagian percetakan dengan morbiditas OR 29,4 (IK95% 1,7-514,7). Menggunakan semua penyakit lain sebagai penyakit acuan untuk perhitungan morbiditas OR masih menunjukkan kecenderungan yang sama. Hibridisasi in situ EBV mengkodekan atom kecil RNA-1 (EBER-1) yang menunjukkan sel-sel tumor bebas dari EBV di setiap spesimen biopsi. Colocalisation dari EBER-1 dan komponen sekretor menunjukkan bahwa beberapa sel tumor mengandung kedua komponen secretor dan sinyal EBV dalam setiap kasus. Kesimpulan: Pekerjaan bagian percetakan dikaitkan dengan peningkatan risiko karsinoma nasofaring, tumor kulit jinak, faringitis kronis atau sinusitis, penyakit hati kronis, dan cedera mekanik. Perkembangan karsinoma nasofaring mungkin tidak berhubungan dengan infeksi EBV pada pasien ini. Ada berbagai pelarut organik, bahan pengisi, dan tinta yang digunakan di pabrik percetakan. Sebuah survei bahan dan zat yang digunakan dalam industri percetakan pada tahun 1978 menunjukkan bahwa ada 2.000 produk yang digunakan, di mana teridentifikasi 300 zat kimia. Di antara bahan kimia, 26

diketahui atau diduga karsinogen sesuai dengan klasifikasi Badan Penelitian Kanker Internasional.1 Pekerjaan bagian percetakan telah berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas dari berbagai penyakit, termasuk peningkatan mortalitas akibat kanker paru-paru, kanker kandung kemih, kanker pelvis ginjal, kanker hati primer, kanker kandung empedu, dan sirosis hati.1-7 Tidak pernah ada laporan tentang hubungan antara pekerjaan bagian percetakan dan karsinoma nasofaring. Karsinoma nasofaring sangat jarang terjadi, tetapi pada orang Cina frekuensi kejadiannya tinggi, terutama pada mereka dari provinsi-provinsi selatan China dan Taiwan.8Karsinoma nasofaring merupakan neoplasma ganas kelima pada pria dan keenam bagi perempuan di Taiwan sejak tahun 1983.9 Lingkungan, genetik, dan faktor virus telah diduga sebagai penentu penting karsinoma nasofaring.1014

Namun, patogenesis karsinoma nasofaring masih memerlukan penjelasan lebih

lanjut. Di salah satu pabrik percetakan koran, dilaporkan terdapat kasus karsinoma nasofaring yang diidentifikasi selama tahun 1986 sampai 1993. Kami diminta oleh serikat pekerja dan perusahaan surat kabar untuk melakukan studi epidemiologi untuk menentukan hubungan antara pekerjaan bagian percetakan dan karsinoma nasofaring serta penyakit lainnya.

SUBYEK DAN METODE Pengumpulan data Sebelum tahun 1995, tahun dimana pemerintah Taiwan menerapkan sistem asuransi kesehatan nasional, Biro Asuransian Tenaga Kerja di Taiwan telah menyediakan asuransi kesehatan untuk semua pekerja yang bekerja di sebuah perusahaan dengan lebih dari lima pekerja. Hampir semua pekerja di sektor publik dan swasta bergabung dalam Biro Asuransi Tenaga Kerja. Biro Asuransi Tenaga Kerja menyediakan pilihan bebas atas cakupan dokter dan rumah sakit, cakupan penuh biaya pelayanan medis, dan kompensasi sebagian (sekitar 70% -80% tergantung pada sektor industri) untuk upah, pekerja akan menggunakannya setiap kali mereka mengalami penyakit utama yang memerlukan untuk masuk rumah

sakit. Ada sekitar 500.000 catatan penggantian penerimaan ke rumah sakit di Biro Asuransi Tenaga Kerja setiap tahun dari populasi sekitar 7 juta pekerja. Melalui akses ke database dari Biro Asuransi Tenaga Kerja kami memperoleh data penggantian penerimaan ke rumah sakit selama tahun 1985-1994. Item data termasuk identifikasi nomor nasional, usia, jenis kelamin, pekerjaan, rumah sakit, jumlah biaya medis, nomor rekam medis, nomor asuransi, tanggal dan durasi tinggal di rumah sakit, serta revisi kesembilan klasifikasi internasional kode diagnosa medis penyakit ICD-9. Kami juga memperoleh daftar lengkap pekerja yang telah bekerja di perusahaan sejak didirikan pada tahun 1950. Isinya informasi tentang karakteristik demografi, riwayat bekerja di sebuah pabrik percetakan berita, tanggal dan lama kerja, dll. Data penggantian untuk pengeluaran uang dan daftar pekerja yang disediakan oleh perusahaan dihubungkan bersama untuk mengolah informasi dari para pekerja yang telah dirawat di rumah sakit selama mereka bekerja di perusahaan, tanpa memperhatikan dari diagnosis. Permintaan relasional dengan contoh yang diberikan oleh perangkat lunak Microsoft database Foxpro diterapkan untuk mengolah informasi.15 Untuk setiap pekerja yang telah berulang kali dirawat di rumah sakit karena penyakit yang sama kami hanya mengambil satu catatan. Melalui prosedur tersebut, kami memperoleh daftar pekerja yang terkena karsinoma nasofaring dan mewawancarai mereka atau anggota keluarga mereka tentang riwayat pekerjaan dan kesehatan mereka. Karena semua pekerja dengan karsinoma nasofaring diambil dari data penggantian untuk pengeluaran uang, kami yakin bahwa data penggantian komprehensif. Dengan persetujuan mereka, kami meninjau catatan medis mereka dari rumah sakit yang berbeda dan meringkas gejala dan tanda awal, tanggal diagnosis, perjalanan klinis, pengobatan yang diterima, temuan patologis, stadium klinis penyakit, dan titer serologis antibodi terhadap virus Epstein-Barr.

Hibridisasi in situ EBER-1 dan lokalisasi ganda EBER-1 serta komponen sekretor Bagian parafin empat dari lima pasien dengan karsinoma nasofaring diperoleh dari empat rumah sakit berbeda, termasuk Rumah Sakit Universitas Nasional Taiwan, Rumah Sakit Universitas Kedokteran Kaoshuong, Rumah Sakit Tugu Peringatan Macky dan Rumah Sakit Umum Veteran (salah satu blok parafin itu terjawab di Rumah Sakit Umum Pelayanan). Bagian parafin setelah diparaffinisasi yang bertujuan hibridisasi in situ untuk lokalisasi EBV mengkodekan atom kecil RNA-1 (EBER-1) dengan antisense riboprobe seperti yang dijelaskan sebelumnya.16 Beberapa bagian yang berlawanan diwarnai dengan metil hijau, yang lainnya tidak. Dalam setiap kasus, pewarnaan dengan hematosiklin dan eosin juga dilakukan. Pada saat yang sama kami juga melakukan lokalisasi ganda EBER-1 dan komponen protein sekretor (reseptor IgA) secara imunohistokimia dengan antibodi terhadap komponen sekretor dan hibridisasi in situ menurut metode yang diterbitkan sebelumnya.17 Analisis data Analisis deskriptif dilakukan berdasarkan data demografi dan riwayat kerja dari semua pekerja dan para pekerja yang telah dirawat di rumah sakit. Morbiditas odds ratio (OR) dari berbagai penyakit akibat paparan di pabrik percetakan surat kabar dihitung dalam studi Case-control,18 dengan berbagai macam kasus penyakit yang mengakibatkan pekerja masuk ke rumah sakit. Ada dua kelompok kontrol dalam penelitian ini. Kelompok kontrol pertama adalah pekerja yang dirawat di rumah sakit karena penyakit kardiovaskular. Kami menyamakan semua pekerja yang masuk rumah sakit karena penyakit lain, selain penyakit yang diinginkan dan penyakit kardiovaskuler sebagai kelompok kontrol lain. Analisis regresi logistik multipel digunakan untuk memperkirakan morbiditas OR disesuaikan dengan usia, masa kerja, jenis kelamin, dan faktor risiko lain yang mungkin. Paket statistik SAS / STAT PC 6.08 digunakan untuk analisis data.19

HASIL Terdapat 1.564 pekerja yang diidentifikasi telah bekerja di pabrik percetakan sejak didirikan pada tahun 1950. Dari para pekerja tersebut terdapat 1.326 lakilaki dan 238 perempuan, 336 dari mereka telah bekerja di bagian percetakan, 1228 pekerja bekerja di bagian non-percetakan. Rerata (SD) usia pekerja adalah 41,1 (9,4) tahun dan rata-rata (SD) masa kerja di perusahaan adalah 13,3 (8,2) tahun. Pekerja bagian percetakan yang lebih muda dengan durasi kerja yang lebih singkat dibandingkan pekerja bagian non-percetakan. Perbedaannya tidak signifikan (tabel 1). Proporsi laki-laki yang bekerja secara signifikan lebih tinggi di bagian percetakan dibandingkan bagian non-percetakan. Dari 1.564 orang yang pernah bekerja di perusahaan ini, total penerimaan ke rumah sakit adalah 796 selama periode pengamatan. Setelah dilakukan pencatatan berulang-ulang ke rumah sakit dengan diagnosis yang sama, ada 579 pekerja yang dirawat di rumah sakit setidaknya sekali. Pertama kami memilih penyakit kardiovaskular sebagai referensi. Morbiditas OR untuk karsinoma nasofaring, tumor kulit jinak, faringitis kronis atau sinusitis, penyakit hati kronis atau sirosis, dan cedera mekanik secara signifikan terkait dengan pekerjaan bagian percetakan. Lima dari 144 pekerja percetakan yang dirawat di rumah sakit didiagnosis dengan karsinoma nasofaring dibandingkan dengan 435 pekerja bagian non-percetakan lainnya yang dirawat di rumah sakit yang tidak didiagnosis karsinoma nasofaring. Karena salah satu sel 2x2 adalah nol, kami menambahkan 1/2 untuk menghitung morbiditas kasar OR karsinoma nasofaring,20dimana 57,0 (interval kepercayaan 95% (IK95%) 2,8-1.155,3, uji eksak Fisher, p < 0,001). Ketika pekerja dirawat di rumah sakit karena penyakit lain, selain penyakit penting dan penyakit kardiovaskular sebagai kelompok kontrol, semua penyakit penting menunjukkan tren yang signifikan kecuali penyakit hati kronis atau sirosis hati, seperti yang ditunjukkan dalam tabel 2. Rerata (SD, kisaran) masa kerja dari pasien dengan karsinoma nasofaring di pabrik percetakan adalah 13,5 (7,2, 4,5-20,2) tahun. Usia rata-rata pasien pada saat terbukti secara patologis menderita karsinoma nasofaring adalah 44,7 (14,5, 35,5-70,5) tahun, tabel 3.

Gejala awal meliputi hidung berdarah, benjolan di leher, hidung tersumbat, gangguan pendengaran, penglihatan kabur, ptosis, dan diplopia. Tiga dari lima pasien dilakukan tes darah untuk antibodi terhadap EBV. Hanya satu pasien memiliki titer antibodi normal antigen kapsid virus yang terkait dengan EBV (EBVCA) kelas IgA. Dua pasien lain menunjukkan EBVCA IgA masingmasing1:20 dan 1:160. Dua pasien meninggal pada tahun 1993 dan pasien lain tidak menunjukkan bukti kekambuhan setelah radioterapi dan kemoterapi (tabel 3). Empat kasus karsinoma nasofaring dari spesimen biopsi menunjukkan gambaran karsinoma nasofaring yang berbeda-beda, dan salah satu dari mereka tampaknya memiliki karsinoma lymphoepitheliomatous. Hibridisasi in situ EBER-1 dalam empat kasus menunjukkan beberapa sel tumor tanpa sinyal EBV. Sinyal EBV ditemukan dalam beberapa sel-sel tumor di dua pasien (kasus 1 dan 4) dan sel tumor terlihat lebih banyak di dua pasien lainnya (kasus 3 dan 5), dari beberapa pasien infiltrasi limfosit juga menunjukkan sinyal EBV. Ketika lokalisasi ganda EBV dan protein komponen sekretor dilakukan, beberapa sel tumor menunjukkan tidak ada sinyal EBV atau protein komponen sekretor, sebuah sel tumor menunjukkan beberapa sinyal EBV dan secretor komponen immunostaining, sel tumor lain menunjukkan komponen sekretor saja atau sinyal EBV dengan komponen sekretor sangat lemah, gambar yang identik dengan data kami telah dipublikasikan sebelumnya.17

PEMBAHASAN Etiologi karsinoma nasofaring adalah multifactorial.8,9,11-14,21 Meskipun kami telah menemukan peningkatan morbiditas OR dari karsinoma nasofaring pada pekerja bagian percetakan, namun karsinoma nasofaring tidak selalu disebabkan oleh pekerjaan bagian percetakan. Bukti dan pendapat memperkuat kemungkinan tersebut. Pertama, konsumsi ikan asin12-14 dan mengkonsumsi obat-obatan herbal,21 dilaporkan menjadi faktor risiko karsinoma nasofaring. Tapi tak satu pun dari pasien kami memiliki kebiasaan tersebut. Kedua, merokok dilaporkan berpengaruh dua kali lipat sampai tiga kali lipat dengan peningkatan risiko

karsinoma nasofaring.12 Yu et al menemukan bahwa merokok lebih dari 30 packtahun meningkatkan terjadinya karsinoma nasofaring dua kali lipat di antara etnis China.11 Meskipun lima pasien dalam penelitian kami adalah perokok, mereka biasanya merokok kurang dari 1 bungkus/hari karena kebijakan perusahaan melarang merokok di tempat kerja karena dikhawatirkan terjadi ledakan dan kebakaran. Empat dari lima pasien berusia di bawah 41 tahun pada saat diagnosis, mereka tidak mungkin mengumpulkan lebih dari 30 pack-tahun. Dengan demikian, merokok saja tampaknya tidak mampu untuk menjelaskan peningkatan risiko karsinoma nasofaring diantara pekerja bagian percetakan. Ketiga, tingkat pendapatan, yang merupakan penentu utama untuk kebiasaan merokok dan diet,22,23 tampak serupa (800 US $ / bulan untuk pekerja bagian percetakan dan 650 US $ untuk pekerja bagian non-percetakan). Kemungkinan perbedaan besar dalam kebiasaan gaya hidup ini adalah rendah. Karena pekerja bagian percetakan dan pekerja bagian non-percetakan telah bekerja dalam ruang AC, faktor ventilasi hanya sedikit dapat menjelaskan perbedaan kejadian. Sebaliknya, tempat kerja yang terbuka harus memiliki kontribusi porsi yang signifikan, mengingat bahwa pekerja berada di bawah sistem kondisi udara tertutup untuk menghemat energi. Kami menyimpulkan bahwa semua faktor risiko yang dicurigai terhadap terjadinya karsinoma nasofaring tidak mungkin menjadi faktor pengganggu dalam penelitian ini. Dalam populasi Cina, kejadian karsinoma nasofaring sangat tinggi. Kejadian tahunan karsinoma nasofaring di Taiwan adalah 4.2/100.000.9 Dari 1.564 pekerja dengan durasi rata-rata 13,3 tahun bekerja, total tahun bekerja keseluruhan adalah sekitar 20.800. Jumlah yang diharapkan dari kasus karsinoma nasofaring di seluruh perusahaan surat kabar harus 0,8 selama periode ini. Kami mengidentifikasi lima kasus karsinoma nasofaring dan semua adalah pekerja percetakan. Jika lima kasus yang diamati dibagi dengan 0,15 kasus karsinoma nasofaring yang diharapkan pada pekerja percetakan, rasio morbiditas adalah 32. Hasilnya sangat konsisten meskipun pemilihan dua kelompok kontrol yang berbeda, baik penyakit kardiovaskular atau semua penyakit selain penyakit yang menarik, seperti terlihat pada tabel 2.

Infeksi EBV telah diusulkan berhubungan erat dengan perkembangan pada karsinoma nasofaring,14,26,27 dan salah satu pasien kami memiliki titer antibodi IgA yang tinggi terhadap EBVCA (1:160), ada kemungkinan bahwa karsinoma nasofaring pada pasien mungkin disebabkan oleh infeksi EBV. Namun, meski tanda EBV positif ditemukan pada beberapa sel tumor dalam setiap kasus, kami menemukan bahwa keempat spesimen karsinoma nasofaring mengandung sel-sel tumor bebas dari EBV. Temuan ini menunjukkan bahwa infeksi EBV bukan satusatunya faktor penyebab berkembangnya karsinoma nasofaring dalam empat kasus, seperti yang kita sebutkan sebelumnya.16,17 Selanjutnya, adanya EBV dan komponen sekretor sel positif dalam hal ini menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi komponen sekretor positif sel tumor karsinoma nasofaring, bukan komponen sekretor negatif sel tumor, melalui endositosis EBV-IgA komponen sekretor kompleks seperti yang kita jelaskan sebelumnya, dan mungkin bahwa EBV bukan faktor penyebab terjadinya karsinoma nasofaring pada pasien ini. Kanker paru-paru, kandung kemih, dan hati yang pernah dilaporkan terkait dengan pekerjaan bagian percetakan.1-7 Tidaklah mengherankan jika karsinogen mungkin memiliki efek yang sama pada nasofaring, terutama di etnis Tionghoa, dimana struktur nasofaring umumnya sempit dan lebih mudah menyimpan aerosol dibandingkan dengan nasofaring dari orang kulit putih. Pekerja bagian percetakan telah terkena paparan zat yang berpotensi beracun, termasuk pigmen, tinta, pelarut, resin, pengering, peliat dan bahan cair,7 yang mungkin memiliki efek iritasi langsung dan menimbulkan faringitis kronis atau sinusitis. Tinta cetak yang dicampur dengan minyak mineral mungkin berisi prokarsinogen-seperti benzoxya-pyrenes. Beberapa bahan percetakan mengandung logam berat beracun seperti kromium dan timah. Pemantauan lingkungan di pabrik dilakukan dengan mengidentifikasi adanya pelarut beracun seperti tetrakloroetana, benzena, toluena, stirena, dan n-heksana. Kami melakukan penilaian paparan bahan kimia di tempat kerja percetakan dan terdeteksi konsentrasi formaldehida (1,4-31,1 g/m3), asam sulfat (0,03-0,13 mg/m3), dan aerosol dari minyak mineral (0,02-0,13 mg/m3) setelah ada beberapa perbaikan dalam pembersihan dan ventilasi tempat kerja.25 Meskipun bahan-bahan tersebut angkanya berada di bawah konsentrasi yang

diperbolehkan, efek jangka panjang masih berbahaya, terutama di bawah paparan kombinasi zat karsinogen lainnya serta sistem pendingin udara dalam ruangan tertutup. Zat-zat beracun ini dapat hidup berdampingan sebagai aerosol dan mengendap di mukosa nasofaring, menyebabkan peradangan berulang atau kronis bahkan perubahan menjadi ganas setelah waktu paparan tertentu. Lebih dari 90% dari karsinoma nasofaring di Taiwan berbeda-beda, karsinoma non-keratinising didiagnosis pada usia rata-rata sekitar 45,28
29

Karsinoma non-keratinising tidak biasa untuk melihat bahwa pekerja percetakan

berbeda-beda, karsinoma non-keratinising terjadi pada rata-rata usia 39,1 tahun (tabel 3). Salah satu penjelasan yang mungkin adalah awal karsinogenesis akibat paparan zat beracun. Di antara pekerja dengan karsinoma nasofaring, empat pekerja telah bekerja di pabrik percetakan selama lebih dari 13 tahun sebelum tanggal pekerja didiagnosis. Satu pekerja hanya bekerja 4,5 tahun di pabrik sebelum timbulnya karsinoma nasofaring. Namun, pekerja ini mengaku bahwa ia telah bekerja di pabrik percetakan lain selama 10 tahun sebelum mengambil pekerjaan saat ini. Dengan demikian periode induksi karsinoma nasofaring lebih dari 10 tahun. Penyakit kardiovaskular digunakan sebagai acuan karena penyakitpenyakit kardiovaskuler tidak dilaporkan terkait dengan pekerjaan bagian percetakan. Kami bahkan menggunakan penyakit penting lainnya sebagai kelompok referensi kedua. Hasilnya tidak jauh berbeda. Kecuali untuk penyakit hati kronis atau sirosis hati, semua penyakit dalam tabel 2 tetap bermakna dikaitkan dengan pekerjaan bagian percetakan. Alasan mengapa OR menurun mungkin karena pengaruh beberapa penyakit yang juga berkaitan dengan percetakan. Kami hanya memiliki data lengkap dari salah satu perusahaan surat kabar, jumlah kasus relatif kecil dan perkiraan IK 95% dari morbiditas OR masih lebar. Kulit dan hati rentan terhadap bahan kimia beracun di pabrik-pabrik percetakan karena merupakan organ pertahanan terhadap zat beracun atau organ detoksifikasi. Kanker hati primer, sirosis hati,
6,7

dan

kanker

kulit

dilaporkan meningkat pada pekerja bagian percetakan.

Pelarut organik yang

digunakan di pabrik percetakan dapat menyebabkan kerusakan hati dan dalam

tempo lama pajanan pelarut ini mungkin berkontribusi terhadap perkembangan sirosis hati. Di Taiwan, virus hepatitis B (HBV) sebagian besar menyebabkan kasus sirosis hati dan kanker hati primer.30 Prevalensi pembawa HBV pada pekerja bagian percetakan dan non-percetakan adalah serupa (masingmasing14,1% dan 13,0%), peningkatan risiko sirosis hati mungkin terkait dengan status bekerja. Kami beranggapan bahwa waktu tindak lanjut yang lebih lama atau peningkatan jumlah populasi dalam penelitian di masa depan dapat menunjukkan kecenderungan hasil yang lebih jelas. Studi lebih lanjut harus mengidentifikasi apakah penyakit ini dapat berkembang menjadi karsinoma nasofaring. Kecelakaan kerja tetap menjadi masalah keprihatinan di pabrik-pabrik percetakan dan sebagian besar luka korban dilaporkan terjadi selama saat pembersihan atau perbaikan mesin. Hasil dari penelitian dari kelompok yang terdiri dari sekelompok pekerja perusahaan percetakan surat kabar mendukung kesimpulan bahwa pekerjaan di bagian percetakan dikaitkan dengan peningkatan risiko karsinoma nasofaring, faringitis kronis atau sinusitis, sirosis hati, dan cedera mekanik. Pengawasan kesehatan, pengendalian bahaya, dan program pencegahan cedera harus dilaksanakan di semua pabrik percetakan surat kabar.

Sensitivitas = 0,917 kemampuan jenis pekerjaan cetak dalam menghasilkan angka positif pasti terjadinya karsinoma nasofaring adalah 91,7%. Spesifitas = 0,757 kemampuan jenis pekerjaan cetak dalam memperkirakan kejadian negatif pasti dari karsinoma nasofaring adalah 75,7% PPV = 0,038 kemungkinan seseorang menderita karsinoma nasofaring apabila bekerja di bagian cetak adalah 3,8%. NPV = 0,999 kemungkinan seseorang tidak menderita karsinoma nasofaring apabila tidak bekerja di bagian cetak adalah 99,9%. LR+ = 3,778 (> 1) berarti bekerja di bagian cetak meningkatkan kemungkinan terjadinya karsinoma nasofaring LR- = 0,11 kemungkinan karsinoma nasofaring menurun adalah sebesar 11% jika seseorang tidak bekerja di bagian cetak Nilai-nilai ini tidak mencakup angka 1 menunjukkan bahwa nilai-nilai ini bermakna secara statistik.

Pretest probability = (A+C)/(A+B+C+D) = 5 / 579 = 0,0038 = 0,38% Posttest probability = 0,0038 : (1 0,0038) x LR+ = 0,0087 x 3,778 = 0,033 = 3,3%

Anda mungkin juga menyukai