Anda di halaman 1dari 11

Munculnya kehidupan yang bermula air Sudah menjadi ketetapan Allah untuk menjadikan hidup sangat berkaitan erat

dengan air. Maka siapapun yang mengkaji Al-Quran akan mendapati bahwa Al-Quran banyak membahas perihal air dalam kehidupan dengan bahasan yang komprehensif. Al-Quran membahas urgensi air dan manfaatnya dalam kehidupan manusia dan makhluk lain. Pengulangan kata al-maa (air) dalam Al-Quran berkisar sebanyak 65 dan ayat yang dimaksudbbelum termasuk ayat yang vmembahasnya dalam bentuk kata lainnya. Seperti awan, angin, hujan, laut ataupun sungai. Meskipun demikian, cukuolah dengan banyaknya pengulangan kata membuktikan akan kedudukan air dari semua makhluk yang ada. Allah berfirman, tersebut

Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah arasyNya di atas air agar dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalny, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah), sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati, niscaya orang-orang kafir itu akan berkata, Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata. (Huud: 7) Ibnu Ktsir mengungkapkan bahwa Mujahid dalam tafsirannya akan akan firman-Nya, dan adalah arasy-Nya di atas air mengemukakan bahwa Allah menciptakan air terlebih dahulu sebelum menciptakan hal lainnya. Hal ini pun dikemukakan oleh Wahab bin Munabbah, Dhamrah, Qatadah, Ibnu Jarir, dan banyak lainnya. dan adalah arasy-Nya di atas air mengemukakan bhwa dengan ayat ini Allah memberitakan kepada manusia awal ciptaan-Nya, sebelum Dia akhirnya menciptakan langit dan bumi. a. Hikmah Penciptaan Air Allah berfirman, dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduannya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?. (al-Nbiyaa: 30) orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Mahatinggi; dan Dialah yang mahaperkasa lagi mahabijaksana. (an-Nahl: 60) Imam Ghazali mengungkapkan, Lihatlah nikmat yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya dengan adanya air tawar yang menjadi fondasi dalam kehidupan di muka bumi ini. Manfaat air inipun dirasakan pula oleh manusia, binatang, dan tumbuhan. Lihatlah

ketergantungan manusia terhadap air. Seandainya saja Allah memberikan batasan pada manusia dalam mendayagunakan air, maka tentunya hidup manusia akan sulit. Lalu lihatlah kekuatan dan kelembutan yang ada dalam air. Ia turun ke bumi dan mengalir sedikt demi sedikit. Pada saat itu, ia menyirami pepohonan dan memberikan nutrisi baginya. Lalu sebagian darinya menguap karena panas matahari yang terik menjadi awan. Padahal, sudah menjadi sunatullah untuk mencari tempat yang lebih rendah darinya. Air memiliki daya cair yang tinggi. Ia mampu bertahan dalam bentuk cair dalam jangka waktu yang sangat lama dan ia pun memiliki suhu panas tertentu yang membuatnya mampu menguap ke udara. Air pun dibutuhkan untuk menormalkan tingkat panas yang ada di muka bumi ini dan menjaga muka bumi ini dari ketimpangan yang tidak di inginkan. Bila tidak ada air di muka bumi ini, maka tentunya bumi ini tidak akan bias menjadi layak untuk ditempati. Hal lain yang sangat mengagungkan dari air adalah bias dimanfaatkan optimal untuk kepentingan manusia. Sebab, air bias berada dalam bentuk cairnya ketika ia berada pada suhu 4 0 C. namun di saat suhu air ada di bawah 40 C, maka pad saat itu air akan membeku dan mudah menguap ke atas. Dengan demikian air yang membeku yang ada pada suhu 00 C lebih ringan dari air yang ada dalam keadaan cair. Dengan demikian maka bias dikatakan bahwa air adalah satu-satunya materi yang bias berkurang beratnya di kala ia membeku. Hal ini pun memiliki manfaat besar dalm kehidupan, yakni di saat turun salju, maka permukaan air pun bertambah dingin. Pada saat itulah salju membuat permukaan air mengeras dan tidak ada yang bias mencairkannya. Salju yang ada pada permukaan lautan akan menjaga suhu air yang ada di bawahnya. Dengan demikian, maka binatang lautpun bisa tetap hidup. Pada saat musim semi lah salju itu pun bisa mencair dengan cepat. b. Air dan Munculnya Kehidupan Allah berfirman, dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduannya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?. (al-Nbiyaa: 30) Pendapat para ahli tafsir Thabari dalam tafsirannya akan firman-Nya, dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup mengungkapkan bahwa dalam ayat tersebut Allah mengatakan, Kami jadikan kehidupan dengan adanya air yang Kami turunkan dari langit (berbentuk hujan). Sedangkan Qatadah dalam tafsirannya, dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup mengungkapkan bahwa yang dimaksud adalah segala sesuatu yang hidup diciptakan dari unsure

air. Bila dikatakan, bagaimana bisa dikatakan semua yang hidup itu dikarenakan unsure air dan bukan unsure lainnya? telah diketahui bahwa dengan airlah maka tampak kehidupan di sawah, ladang, pepohonan, dan banyak tempat lainnya yang sebelumnya tidak ada kehidupan pun di dalamnya. Bila dikatakan, namun kesemuanya itu tidak bisa dikatakan hidup ataupun mati! maka kami jawab bahwa segala sesuatunya memiliki dua opsi yakni hidup atau mati, walupun yang dimaksud dengan mati itu tidak selalu bermaknya hilangnya ruh dari tubuh. Sesungguhnya semua yang tidak memiliki ruh pun bisa dikatakan mati. Itulah sebabnya mengapa Allah berfirman , Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Ibnu Katsir dalam tafsirannya mengungkapkan bahwa air adalah dasar dari semua kehidupan. Diriwayatkan dari Yazid dari Hummam dari Qatadah dari Abu Maimmunah dari Abu Hurairah, Aku berkata, Ya Rasulullah, bila aku melihatmu, maka senaglah hatiku. Engkau adalah pujaan hatiku. Beritakan kepadaku segala sesuatu (yang kau ketahui)! Lalu Rasulullah menjawab, sgala sesuatu yang hidup berasal dari air. Lalu kukatakan, wahai Rasulullah, beritakan padaku tentang sesuatu yang bila ku ambil atau lakukan, maka aku bisa masuk surge karenanya! Rasulullah lalu menjawab, sebarkanlah salam, berikanlah makan (kepada orang yang membutuhkan), sambunglah tali silaturahmi, bangunlah di tengah malam (untuk melakukan shalat) di saat manusia lainnya sedang tertidur pulas. Denagnitulah kamun akan masuk surge dengan selamat. (HR Ahmad) Alusi mengungkapkan, Air adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Dari airlah semua makhluk hidup bisa bertahan hidup. Dengan inilah mengapa akhirnya kata hidup disandangkan pada air, yakni ia dibutuhkan untuk hidup dan kehidupan. Pertanyaan ini dilansir pula oleh Kalbi dan kelompok lainnya, serta di dukung oleh firman-Nya, Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air (an-Nuur:45) Dijadikannya air sebagai konsep dasar dalam kehidupan hewan pada ayat diatas menunjukkan akan pentingnya air dalam kehidupan. Inilah sebabnya mengapa unsure air disebutkan secara istimewa. Penyebutan khusus kata hewan (yang mencakup semua makhluk hidup, baik itu manusia dan binatang) di atas merupakan suatu pengecualian. Karena sesungguhnya malaikat dan juga jin yang termasuk dalam cakupan makhluk hidup ternyata tidak membutuhkan air dalm hidupnya. Qurthubi dalam tafsirannya akan firman-Nya, Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup mengemukakan tiga interpretasi. Pertama, bahwa segala sesuatu yang diciptakan dari unsure air dan hal ini pun disepakati oleh Qatadah. Kedua, air dibutuhkan demi bisa mempertahankan hidup. Ketiga, semua yang hidup diciptakan dari air yang keluar dari yulanh sulbi dan pendapat ini disepakati oleh Qathrab.

Sayyid Quthb mengemukakan bahwa firman-Nya, dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup menunjukkan akan pentingnya air dalam kehidupan. Para ulama dan ilmuwan yang mengakui urgensinya dalam kehidupan. Tak heran bila para ilmuwan memuji Darwin yang mengungkapkan bahwa air adalah fondasi utama dalam kehidupan. Eksistensi air dalam kehidupan adalah sesuatu yang sangat menarik perhatian. Pencantumannya dalam Al-Quran tidak tidak hanya menarik perhatian kita atau menambah keyakinan kita pada Al-Quran saja. Pada dasarnya kita telah meyakini keimanan kita kepada Allah dan bukan disebabkan karena hipotesis yang berhasil dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. Dengan demikian, kita hanya bisa mengatakan bahwa teori perkembangan Darwin dan kelompoknya tidak bertentangan dengan nash Al-Quran. Pendapat para ilmuwan Ilmu pengetahuan modern telah berhasil mengetahui kadar air yang ada dan dibutuhkan dalam tubuh manusia, binatang, dan juga tumbuhan. Kadar air yang dibutuhkan manusia dan binatang lebih dari dari berat tubuhnya atau sekitar 80%nya. Sedangkan kadar air yang dibutuhkan tumbuhan berkisar 55% saja hingga 70% dari total tubuhnya. Dengan demikian maka bisa dikatakan bahwa sebagian besar tubuh manusia, bunatang dan tumbuhan berasal dari unsure air. Dengan demikian manusia, binatang, dan tumbuhan seolah adalah makhluk air. Itulah sebabnya mengapa Allah berfirman, dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Hidup yang dimaksud dalam ayat ini mencakup kehidupan dengan pertumbuhan saja-sebagaimana tumbuhan--dan juga kehidupan perkembangan dan kemauansebagaimana manusia dan binatang. Manusia belum mengenal sedikit pun akan unsure cairan dalam tubuhnya di saat ayat tersebut diturunkan. Mereka pun lalu mencoba menganalisis maksud ayat tersebut dengan melakukan banyak penelitian modern hingga akhirnya pun memahami hakikat kebenarannya. Mereka akhirnya mengetahui bahwa tubuh makhluk hidup umumnya adalah berasal dari unsure air. Air masuk ke dalam tubuh dengan asupan makanan, minuman dan juga udara yang dihirupnya setiap waktunya. Hal ini senada dengan firman-Nya, Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buahbuahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (al-Baqarah:22) Secara medis juga telah dipaparkan bahwa tubuh manusia dalam kedinamisannya membutuhkan air yang bergerak dalam setiap rongga tubuhnya. Air tersebut pun akan mengontrol aliran darah dan membantu proses pencernaan makanan dalam lambung. Air pun dibutuhkan untuk mentransfer nutrisi makanan dan juga beragam zat lainnya dalam darak ke semua organ tubuh. Dengan air pula, tubuh pun bisa berada dalam batasan suhu normalnya. Dengan air, tubuh mampu melepaskan zat dalam tubuh yang membahayakannya. Tanpa air,

maka zat dan racun membahyakan tubuh akan tetap berada dalam tubuh hingga tubuh pun harus menghadapi bahaya besar. Sungguh, adanya air dalam tubuh merupakan suatu nikmat terbesar yang telah Allah anugerahkan pada kita, khususnya karena tubuh kita setiap harinya mengeluarkan cairan, baik melalui saluran kencing, keringan, maupun udara. Cairan yang keluar tersebut harus segera digantikan dengan asupan nutrisi baru, baik dengan memakan buah dan konsisten untuk minum. Tanpa air, maka binasalah kehidupan di muka bumi ini. Manusia mampu bersabar untuk bisa menahan lapar dalam waktu yang cukup lama. Namun manusia tidak akan mampu bersabar terhadap rasa haus yang menyerangnya. Bila dalam tiga hari manusia tidak mendapatkan asupan air sedikitpun, maka manusia rentan mengalami kematiannya. Itulah sebabnya Allah menganugerahkan air yang sangat berlimpah di banyak tempat dan menjadikannya fondasi kehidupan. Hal ini senada dengan firman-Nya dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka, siapa yang menurunkan air dari langit lalu mereka menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya? tentu mereka akan menjawab, Allah. Katakanlah, segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami (nya). (al-Ankabuut:63) c. Bukti yang berkaitan dengan karakteristik hiduo dengan air Banyak bukti yang menunjukkan akan karakteristik air, di antaranya, Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah nMahakuasa atas segala sesuatu. (an-nuur: 45) Penulis kitab at-Tafsir al-waadhih mengemukakan bahwa Allah telah menciptakan semua hewan yang melata di atas muka bumu ini, termasuk di dalamnya manusia, binatang ataupun burung dari unsure air yakni air mani dari setiap penjantannya. Air adalah satu unsure penting dalam kehidupan. Ia ada dalam setiap tubuh makhluk hidup. Ia dibutuhkan untuk bisa bertahan hidup. Hal ini tidak diragukan lagi kebenarannya dan ayt di atas senada dengan firmanNya, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (ar-Rad: 4) dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (huja); dan kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar kami member minum dengan air itu binatang-binatng ternak dan manusia yang banyak. (al-Furqaan: 48-49) An-Nasafi mengungkapkan bahwa kehidupan di muka bumi ini bermula dari minuman yang diminum oleh binatang dan manusia. Eksistensi air adalah sebab eksistensinya binatang dan

manusia di muka bumi ini. Dikhususkannya binatang ternak dari semua binatang lainnya dalam ayat di atas karena binatang ternak sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Ia banyak memberikan manfaat bagi kemudahan hidup manusia. Penyebutan negeri secara global tanpa disebutkan secara spesifik pada ayt di atas menunjukkan bahwa ayat di ats berlaku umum. Negeri manpun yang mendapatkan siraman air (hujan), maka semua itu adalah bentuk kehormatan baginya. Lalu dalam ayat pun dijelaskan bahwa manusia hendaknya selalu membersihkan fisik dan psikis mereka dengan air, karena kebersihan adalah satu syarat dari kehidupan ini. Allah berfirman, maka terangkanlah kepadakutentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkan dari awan atukah kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur? (al-Waqiah: 68-70) Penulis kitab al-Kasyif dalam tafsirannya terhadap ayat di atas mengemukakan bahwa dalam ayat tadi Allah secara tidak langsung memaparkan langsung proses turunnya hujan, yakni turun dari awan. Juga ditekankan bahwa air adalah kebutuhan utama dalam hidup. Tidak ada stu orangpun yang mampu melepaskan diri dari ketergantungan terhadap air. Lalu siapakah yang telah menghadirkan air dalam kehidupan? Apakah manusia ataukah Dia Yang Maha Kuasa? Allah pun telah menekankan dalam banyak ayat-Nya bahwa Dialah yang telah menghidupkan semua yang mati, sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang mati dengan air. Hal ini dipahami dari firman-Nya, dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati, sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Fushshilat: 39) Sayyid Quthb mengemukakan, Air adalah dasar dari suatu kehidupan. Unsure yang ada padanya hanya bisa dibentuk sesuai dengan tetapan Allah semata. Apa sebenarnya peranan manusia dalam pembentukan air? Peranannya hanyalah mengonsumsinya. Yang membentuk hanyalah Dia yang menurunkannya dari awan. Dialah Allah SWT.. Dia-lah yang menjadikan air itu tawar setelah sebelumnya sangatlah asin. Sesungguhnya air asin tidak akan makhluk hidup mampu bertahan hidup. kalu kami hendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak nbersyukur? (al-Waqiah:70). Lalu mengapa manusia masih saja tidak bersyukur atas semua nikmat ini. Ayat di atas menunjukkan bahwa air diturunkan dari sekumpulan awan dengan gambaranya secara langsung. Datangny hujan adalah satu saat yang sangat menyenangkan ahti manusia. Kegembiraan akan datangny hujan di sambut dengan lagu dan syair. Walau peradaban telah berkembang demikian pesat, namun manusia tetap membutuhkan air dalam hidupnya, bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Siapa pun yang bergelut dalam bidang keilmuan berusaha mempelajari proses pembentukan air demi kepentingan manusia itu sendiri. Sungguh, air adalah

satu topic yang akan selalu hangat, baik bagi siapa pun yang tinggal di gurun ataupun bagi mereka yang sibuk dengan beragam penelitiannya. Demikianlah bagaimana Al-Quran menaitkan air dengan kehidupan, abaik itu kehidupan di muka bumi, kehidupan tumbuhan dan pepohonan, kehidupan manusia dan binatang maupun kehidupan lainnya secara luasnya. Hal ini bisa dipahami dari banyak firman-Nya, di antaranya, Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (al-Baqarah: 164) Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur. (al-Araaf: 57-58) Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya). (al-ankabuut: 63) Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (al-Hajj: 63) d. Air sebagai bukti kekuasaan Allah Bila Al-Quran mengaitkan air dengan kehidupan, maka sesungguhnya hal tersebut pun secara langsung menggambarkan bahwa air adalah salah satu tanda kekuasaan-Nya. Air dikatakan sebagai satu tanda karena eksistensinya jelas. Dengan memahami eksistensi air, mak hendaknya manusia bisa memahami eksistensi Penciptanya. Raghib al-Ashfahani mengungkapkan, dikatakan tanda karena ia bisa tervisualisasi. Pada hakikatnya, segala sesuatu yang tervisualisasi selalu berkaitan erat denga suatu Zat yang tidak tervisualisasi. Di saat seseorang memahami yang tervisualisasi, maka secara tidak langsung ia pun bisa memahami sesuatu yang tidat tervisualisasi di belakangnya. Sungguh keduanya sangat berkaitan erat. Hal ini pun bisa diterima penalarannya oleh akal manusia. Barangsiapa

memahami ilmu dari akarnya, maka ia akan memahami semua fasenya. Bila kita memahami sesuatu yang dibuat, maka kita pun bisa langsung memahami bahwa pasti ada seseorang yang membuatny. Al-Quran menyematkan air sebagai satu tanda. Hal ini secara tidak langsung bisa diterima oleh perasaan manusia dan juga dicerna oleh pikiran manusia. Dengan penyematan itulah manusia bisa mengkaji lebih dalam maksudnya. Dengan demikian, maka ada baiknya kita mengkaji lebih dalam maksud yang dituju. 1. Sesungguhnya penyebab (as-sabab) hanya satu dan yang disebabkan (almusabab) sangat beragam Allah berfirman. Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (al-anaam: 99) Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. (ar-Rad: 4) Pada ayat pertama kita bisa memahami bahwa air adalah satu unsure yang sama. Namun ia bisa dipergunakan dalam banyak kepentingan, untuk tumbuhan yang pada awalnya berasal dari bibit, untuk pohon kurma yang mayangnya yang terurai, untuk kebun anggur, zaitun, dan delima dengan beragam rasanya. Sedangkan pada ayat kedua tampak bahwa air pun bisa didayagunakan untuk menyuburkan banyak tanaman dengan ragam karakteristiknya, baik itu rasa buahnya, warnanya, bentuk, maupun juga wanginya. Zamakhsari dalam tafsiran ayat di atas mengemukakan bahwa dengan air maka tumbuhlah tumbuhan yang beragam jenisnya juga tumbuhlah buah-buahan yang dibutuhkan manusia. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa air adalah satu sebab (as-sabaab) dan beragam kepentingan sebagaimana di atas adalah yang disebabkannya (al-musabbab). Hal ini senada dengan firman-Nya,

disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. (ar-Rad: 4) Di saat Al-Quran menjelaskan bahwa air adalah satu penyebab yang bisa dioptimalkan dalam banyak kepentingan baik itu pertanian, pepohonan, maupun buah-buahan Sesungguhnyasemua itu bukan final dari kesemuanya itu. Sesungguhnya semua kembali kepada kehendak dan kekuasaan Allah. Sesungguhnya kepentingan yang bisa ditangani oleh air kembali kepada kekuasaan Allah semata. Hal inilah yang ditekankan substansinya dalam Al-Quran. Hal ini tampak dalam ungkapan, maka kami tumbuhkan yakni dengan menggunakan kata ganti kami yang menunjukkan kekuasaannya dan tidak menggunakan kata ganti dia yang merujuk pada sesuatu yang gaib sebagaimana tampak dalam ayat. Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. (Thaahaa: 53) 2. Diturunkannya air sesuai dengan kadarnya adalah satu tanda Allah berfirman, Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. (alMuminuun: 18) Al-Qurthubi mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan suatu ukuran adalah kadar yang normal. Karena bila air diturunkan secara berlebihan, maka itu hanya akan membahayakan kehidupan manusia (menimbulkan banjir). Hal ini sebagaimana firman-Nya, Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (al-Hijr: 21) Sayyid Quthub mengemukakan bahwa yang dimaksud dalam firman-Nya, dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran yakni semuanya sesuai dengan ketetapan dan pengaturan yang ada. Tidak dalam jumlah yang sangat berlebih yang menyebabkan banjir dan merusak ataupun tidak dalam jumlah yang sangat minim hingga menimbulkan kekeringan atau yang membuatnya sesuatu negeri menjadi tidak bermanfaat sama sekali. Sesungguhnya kadar air yang dimaksud disesuaikan dengan manfaat yang telah Allah tetapkan. Kesemuanya itu berkaitan erat dengan kekuasaan Allah. Sesungguhnya kaitan antara sesuai ukuran (al-qadar) dan kekuasaan (al-qudrah) sangat erat. Semua yang sesuai ukuran adalah yang tidak lebih dan tidak kurang. Sedangkan yang dimaksud dengan yang berkuasa adalah yang meletakkan segala yang dikehendaki-Nya dengan ukuran tertentu yang disesuaikan

dengan fungsi sesuatu itu, yakni tidak lebih dan tidak kurang. Dan sifat ini hanya pantas disandang oleh Allah semat. 3. Penyifatan air dengan kehidupan adalah suatu tanda Allah berfirman, Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (al-Hajj: 5-7) Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Fushshilat: 39) Bumi yang mati dan kering kemudian diturunkan air diatasnya dengan perintah Allah awt. adalah demi tuntutan kehidupan. Dengan air itulah, ditumbuhkanlah beragam tumbuhan dengan berbagai jenisnya. Air dan bumi diumpamakan sebagai satu pemandangan dalam hidup dan merupakan satu ketentuan Allah. Air layaknya seorang laki-laki dalam kaitannya dalam bumi ini. Dan bumi layaknya wanita yang selalu didatangi. Sesuatu yang ditumbuhkan dari perpaduan keduanya layaknya anak atau generasi penerus yang lahir dari perkawinan seorang laki-laki dan wanita. Hidup dengan air pun tidak jauh berbeda maknanya dengan penciptaan manusia untuk pertama kalinya, yakni dari tanah yang tidak memiliki kehidupan sama sekali. Namun dengan ketetapan Allah, dihembuskanlah kehidupan dan juga ruh bagi manusia. Inilah gambaran pertumbuhan tanaman dengan air yang kemudian berkembang sedikit demi sedikit. Ini pun tidak jauhberbeda dengan gambaran tumbuh kembang anak manusia mulai dari air mani hingga akhirnya menjadi janin. Semua itu sesuai dengan kehendak dan kekuasaan Allah.

Setelah bumi penuh dengan tumbuhan, pada saat itulah bumi menjadi indah dipandang. Al-Quran telah menggambarkan kondisi ini dengan mengumpamakannya pula dengan kehidupan akhirat kelak, yakni kehidupan di mana manusia dibangkitkan dan dikumpulkan. Kehidupan di mana manusia dihidupkan kembali demi mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di hadapn Tuhannya dan menerima semua konsekuensinya. Dengan paparan di atas, maka bisa dipahami kekuasaan Allah dimulai dengan kehidupan dengan air. Kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan yang umum, baik bagi manusia, binatang dan tumbuhan dengan beragam jenisnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua makhluk hidup ini berasal dari unsur air saja. Namun lebih bermaksud bahwa unsur terbanyak dalam tubuh berasal dari air. Tidak ada kehidupan bila tidak ada air dalam tubuh manusia. Banyaknya kadar air dalam tubuh, maka seolah tubuh secara keseluruhan berasal dari air.

Anda mungkin juga menyukai