Anda di halaman 1dari 14

BAB I STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien: a. b. c. d. e. Nama Umur Jenis kelamin Alamat Berobat tanggal : Tn. Jn : 53 tahun : Laki-laki : Olak Kemang RT. 03 : 11 September 2013

I. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga a. Status Perkawinan b. Jumlah anak/saudara c. Status ekonomi keluarga d. KB e. Kondisi Rumah : Menikah : 4 orang : Cukup : : Baik

f. Kondisi Lingkungan Keluarga : Baik

II. AspekPsikologis di Keluarga

: Baik

III. Anamnesa Keluhan Utama :

Mata kiri dan kanan os terasa mengganjal dan berair

IV. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 1 minggu sebelum ke puskesmas, kedua mata os terasa mengganjal. Mata merah (+), mata berair (+), nyeri (-), gatal (-), mata terasa seperti berpasir, ataupun sekret yang banyak, pandangan silau atau ganda (-), penglihatan terasa kabur (-). Pasien bekerja sebagai petani, setiap hari terpapar sinar matahari dan debu. Tidak ada keluhan pusing, mual (-), muntah

(-). Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada mata. Pasien belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya.

V.

Riwayat Penyakit Dahulu - Riwayat Hipertensi disangkal - Riwayat Diabetes Melitus disangkal - Riwayat trauma mata disangkal - Riwayat operasi mata disangkal - Riwayat sakit yang sama sejak 1 tahun yang lalu

VI. Riwayat Penyakit Keluarga

: Tidak ada

VII.

PemeriksaanFisik 1) Keadaan Umum 2) Kesadaran 3) Suhu 4) Nadi 5) Tekanan Darah 6) Pernafasan a. Frekuensi b. Irama 7) Turgor kulit

: : Tampak sakit sedang : Compos mentis : 36,0C : 78 x/menit : 120/70 mmHg : : 20 x/menit : Reguler : Baik

VIII. Pemeriksaan Organ 1. Kepala 2. Mata : Normocephal : Conjungtiva Sklera 3. Hidung 4. Telinga : Tak ada kelainan : Tak ada kelainan : Anemis (-/-) : Ikterik (-/-)

5. Mulut Mukosa bibir 6. Leher 7. Thorax Jantung Paru

: : Normal : KGB : Tidak ada pembengkakan : : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-) :Vesikuler normal kanan/kiri, wheezing (-), ronki (-) : Soepel, BU (+) normal, Nyeri epigastrium (-)

8. Abdomen 9. Ekstremitas

Ekstremitas atas : Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-) Ekstremitas bawah: Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-) Status Oftalmologis OD Visus Kedudukan bola mata Pergerakan bola mata 6/6 Orthoporia Kesegala arah Versi : Baik Duksi : baik Hiperemi (-), edema (-) Hiperemi (-), edema (-) Injeksi konjungtiva (+), fibrovaskular (+) Fibrovaskular (+) pada pinggir kornea Atrofi (-), sinekia (-) Isokor, reaksi sinar (+) 3 mm Jernih 6/6 Orthoporia Kesegala arah Versi : Baik Duksi : baik Hiperemi (-), edema (-) Hiperemi (-), edema (-) Injeksi konjungtiva (+), fibrovaskular (+) Jernih, fibrovaskular (-) Atrofi (-), sinekia (-) Isokor, reaksi sinar (+) 3 mm Jernih OS

Palpebra superior inferior Konjungtiva : Kornea Iris Pupil Diameter Lensa

IX. Pemeriksaan Penunjang : -

X. Diagnosis Kerja Pterigium OD grade II et Pterigium OS grade I

XI. Diagnosis Banding Pinguekula Psuedopterigium

XII. Manajemen a. Preventif : Mengurangi terpapar dengan sinar matahari, debu, udara yang mempunyai peran timbulnya pterigium. Jangan menggosokan mata dengan tangan Menyarankan kepada pasien menggunakan kacamata pelindung ultraviolet Menjaga daya tahan tubuh dan mengkonsumsi makanan yang bergizi

b. Promotif : 1. Menghindari terpapar sinar matahari (sinar UV) dan faktor iritan lain seperti debu, pasir, partikel-partikel yang terbawa oleh angin serta cuaca panas atau dingin yang dapat memperberat gejala. 2. Menggunakan kaca mata pelindung (kacamata UV) untuk menghindari paparan sinar matahari. 3. Diberikan penjelasan secara singkat dan jelas mengenai

penyebabnya dan bagaimana cara mencegahnya. 4. Segera membawa ke tempat pelayanan kesehatan jika keluhan bertambah berat

c. Kuratif : Non medikamentosa: Memakai kacamata pelindung agar tidak terpapar langsung dengan sinar UV atau debu.

Medikamentosa Kloramfenikol tetes mata 4 x 2 tetes/hari

d. Rehabilitatif Hindari kontak dengan sinar matahari, debu, dan partikel lain yang terbawa angin dengan menggunakan kacamata ultraviolet.

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas : Puskesmas Olak Kemang Dokter Tanggal : Suchi Wahyuni : 11 September 2013

R/ Kloramfenikol tts mata sue

no. I

R/ Paracetamol tab 500 mg s3 d d1tab

no. X

Pro Alamat

: Tn. Jn : Olak Kemang

Umur : 62 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA Konjungtiva merupakan membran mukosa yang meliputi palpebra dan bola mata. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Ada 3 bagian konjungtiva:3 1. Konjungtiva palpebra Histologis : terdiri dari sel epitel silindris. Dibawahnya, stroma dengan bentuk adenoid dengan banyak pembuluh getah bening. 2. Konjungtiva forniks Strukturnya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi hubungan dengan jaringan dibawahnya lebih lemah dan membentuk lekukanlekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu, pembengkakan pada tempat ini mudah terjadi, bila terdapat peradangan. Dengan berkelok-keloknya konjungtiva ini, pergerakan mata menjadi lebih mudah. Dibawah konjungtiva forniks superior terdapat gl. Lakrimal dari Kraus. Melalui konjungtiva forniks superior juga terdapat muara saluran air mata. Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. 3. Konjungtiva bulbi Tipis dan tembus pandang, meliputi bagian anterior bulbus okuli. Dibawah konjungtiva bulbi terdapat kapsula tenon. Strukturnya sama dengan konjungtiva palpebra, tetapi tak mempunyai kelenjar. Dari limbus, epitel konjungtiva meneruskan diri sebagai epitel kornea. Didekat kantong internus, konjungtiva bulbi membentuk plika semilunaris yang mengelilingi suatu pulau terdiri dari kulit yang mengandung rambut dan kelenjar, yang disebut caruncle.

Perdarahan:3 Berasal dari A.konjungtiva posterior dan A.siliaris anterior. Yang berasal dari A.siliaris anterior, berjalan kedepan mangikuti M.rektus, menembus sklera dekat limbus untuk mencapai bagian dalam mata. Juga memberi cabang-cabang yang mengelilingi kornea dan memberi makanan kepada kornea. Antara kedua arteri ini terdapat anastomose. Persarafan:3 Berasal dari N.V (1), yang berakhir sebagai ujung-ujung yang lepas terutama dibagian palpebra. Pembuluh getah bening terdapat banyak sekali.

2.2

DEFINISI Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang melebihi permukaan mata yang dimulai dari sklera bagian nasal sampai kekornea dan menyebabkan obstruksi penglihatan, yang

membutuhkan pembedahan serta bersifat

degeneratif dan invasif.

Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas kedaerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak dibagian sentral atau didaerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata.1,2 Timbulnya pterigium kadang-kadang bersamaan dengan pinguekula. Pinguekula terletak dalam fissura interpalpebral di meridian horizontal. Pinguekula sendiri merupakan suatu penonjolan berwarna putih

kekuningan yang tumbuh di dekat kornea, diduga pinguekula adalah degenarasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula akan tetapi bila meradang atau terjadi iritasi, maka disekitar bercak degenerasi ini akan terlihat pembuluh darah yang melebar. Ukurannya bisa semakin besar, penyebabnya tidak diketahui

tetapi pertumbuhannya didukung oleh pemaparan sinar matahari dan iritasi mata. Pinguekula tidak enak dilihat tetapi biasanya tidak menyebabkan masalah yang serius dan tidak perlu dibuang/diangkat.3,4

2.3

EPIDEMIOLOGI Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi pterigium paling tinggi terdapat di daerah khatulistiwa. Pterigium juga sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita dan umumnya mengenai orang-orang yang memiliki aktivitas di luar ruangan. Prevalensi pterigium juga meningkat dengan bertambahnya usia. Insiden pterigium paling banyak ditemukan pada usia 20-40 tahun.9,10

2.4

ETIOLOGI Terdapat banyak perdebatan mengenai etiologi atau penyebab pterigium. Disebutkan bahwa radiasi sinar Ultraviolet B sebagai salah satu penyebabnya. Sinar UV-B merupakan sinar yang dapat menyebabkan mutasi pada gen suppressor tumor p53 pada sel-sel benih embrional di basal limbus kornea. Tanpa adanya apoptosis (program kematian sel), perubahan pertumbuhan faktor Beta akan menjadi berlebihan dan menyebabkan pengaturan berlebihan pula pada sistem kolagenase, migrasi seluler dan angiogenesis. Perubahan patologis tersebut termasuk juga degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya jaringan fibrovesikular, seringkali disertai dengan inflamasi. Lapisan epitel dapat saja normal, menebal atau menipis dan biasanya menunjukkan displasia. Pterigium banyak terdapat di nasal daripada temporal. Penyebab dominannya pterigium terdapat di bagian nasal juga belum jelas diketahui namun kemungkinan disebabkan meningkatnya kerusakan akibat sinar ultraviolet di area tersebut. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kornea sendiri dapat bekerja seperti lensa menyamping (side-on) yang dapat memfokuskan sinar ultraviolet ke area nasal tersebut. Teori lainnya

menyebutkan bahwa pterigium memiliki bentuk yang menyerupai tumor. Karakteristik ini disebabkan karena adanya kekambuhan setelah dilakukannya reseksi dan jenis terapi yang diikuti selanjutnya (radiasi, antimetabolit). Gen p53 yang merupakan penanda neoplasia dan apoptosis ditemukan pada pterigium. Peningkatan ini merupakan kelainan

pertumbuhan yang mengacu pada proliferasi sel yang tidak terkontrol daripada kelainan degeneratif.2,9,10

2.5 FAKTOR RISIKO Terdapat teori bahwa mikrotrauma oleh pasir, debu, angin, inflamasi, bahan iritan lainnya atau kekeringan juga berfungsi sebagai faktor resiko pterigium. Orang yang banyak menghabiskan waktunya dengan

melakukan aktivitas di luar ruangan lebih sering mengalami pterigium dan pinguekula dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas di dalam ruangan. Kelompok masyarakat yang sering terkena pterigium adalah petani, nelayan atau olahragawan (golf) dan tukang kebun. Kebanyakan timbulnya pterigium memang multifaktorial dan termasuk kemungkinan adanya keturunan (faktor herediter).7,8,9,10

2.6

JENIS-JENIS PTERIGIUM Vaskuler : pterigium tebal, merah, progresif, ditemukan pada anak muda (tumbuh cepat karena banyak pembuluh darah. Membrannaceus : pterigium tipis seperti plastik, tidak terlalu merah, terdapat pada orang tua.9,10

2.7

STADIUM PTERIGIUM2 Stadium I : Pterigium yang dibatasi sampai ke limbus Stadium II : Pterigium mencapai pinggir kornea Stadium III : Pterigium antara limbus dan pinggir pupil Stadium IV : Pterigium menutupi sentral pupil

2.8

GEJALA KLINIS Pterigium dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. Pterigium dapat hanya terdiri atas sedikit vaskular dan tidak ada tanda-tanda pertumbuhan. Pterigium dapat aktif dengan tanda-tanda hiperemia serta dapat tumbuh dengan cepat.1 Bila masih baru, banyak mengandung pembuluh darah, warnanya menjadi merah, kemudian menjadi membran yang tipis berwarna putih dan stasioner. Bagian sentral melekat pada kornea dapat tumbuh memasuki kornea dan menggantikan epitel, juga membran Bowman, dengan jaringan elastis dan hialin. Pertumbuhan ini mendekati pupil. Biasanya didapat pada orang- orang yang banyak berhubungan dengan angin dan debu, terutama pelaut dan petani. Kelainan ini merupakan kelainan degenerasi yang berlangsung lama. Bila mengenai kornea, dapat menurunkan visus karena timbulkan astigmat dan juga dapat menutupi pupil, sehingga cahaya terganggu perjalanannya. Pterigium dapat juga meradang dan berwarna merah, terasa mengganjal dan disertai mata yang berair. Efek lanjutnya yang disebabkan membesarnya ukuran lesi

menyebabkan terjadinya diplopia yang biasanya timbul pada sisi lateral. Efek ini akan timbul lebih sering pada lesi-lesi rekuren (kambuhan) dengan pembentukan jaringan parut. Pterigium memiliki tiga bagian :9,10 a. Bagian kepala atau cap, biasanya datar, terdiri atas zona abu-abu pada kornea yang kebanyakan terdiri atas fibroblast. Area ini

10

menginvasi dan menghancurkan lapisan Bowman pada kornea. Garis zat besi (iron line/Stockers line) dapat dilihat pada bagian anterior kepala. Area ini juga merupakan area kornea yang kering. b. Bagain whitish. Terletak langsung setelah cap. Merupakan sebuah lapisan vesikuler tipis yang menginvasi kornea seperti halnya kepala. c. Bagian badan atau ekor. Merupakan bagian yang mobile (dapat bergerak), lembut, merupakan area vesikuler pada konjungtiva bulbi dan merupakan area paling ujung. Badan ini menjadi tanda khas yang paling penting untuk dilakukannya koreksi pembedahan

2.9

PENATALAKSANAAN Terapi Konservatif Terdapat beberapa terapi untuk pterigium. Secara umum pterigium primer diterapi secara konservatif dan hal ini merupakan rekomendasi pertama pada kebanyakan orang. Air mata buatan dapat membuat perasaan nyaman pada penderita dan menyingkirkan adanya sensasi adanya benda asing pada mata. Biasanya proses inflamasi pada lesi menjadi berkurang, pada kasus ini pemberian dekongestan optik ringan atau yang lebih jarang, obat anti inflamasi juga dapat diresepkan. Pterigium atrofik yang berukuran kecil dapat diobservasi secara teratur. Cairan pelumas dapat digunakan untuk mengatasi iritasi. Pterigium aktif dapat diterapi awal dengan vasokonstriktor, obat-obat anti inflamasi non steroid atau tetes mata steroid. Semua hal ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau sebelum dilakukan eksisi bedah.9,10,11

Terapi Bedah Pengobatan pterigium adalah dengan sikaf konservatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat pterigium

menimbulkan astigmatisme ireguler atau akibat bagian dari pterigium yang

11

telah menutupi media penglihatan. Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan bedah plastik.

12

BAB III ANALISIS KASUS

Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degenerative dan invasif. Pterigium juga sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita dan umumnya mengenai orang-orang yang memiliki aktivitas di luar ruangan. Prevalensi pterigium juga meningkat dengan bertambahnya usia.

Pada laporan kasus ini, pasien dengan identitas tn. Jn/laiki-laki/53 tahun datang ke puskesmas dengan mata kiri dan kanan os terasa mengganjal dan berair. Sejak 1 minggu sebelum ke puskesmas, kedua mata os terasa mengganjal. Mata merah (+), mata berair (+), nyeri (-), gatal (-), mata terasa seperti berpasir, ataupun sekret yang banyak, pandangan silau atau ganda (-), penglihatan terasa kabur (-). Pasien bekerja sebagai petani, setiap hari terpapar sinar matahari dan debu. Tidak ada keluhan pusing, mual (-), muntah (-). Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada mata. Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Pada pemeriksaan status oftalmologis, pada konjungtiva terdapat jaringan fibrovaskuler di kedua mata. Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, pasien di diagnosa dengan pterigium OD grade II dan pterigium OS grade I. Penentuan derajat pterigium sangat penting untuk penatalaksanaan selanjutnya. Prinsip penanganan pterigium dibagi 2, yaitu cukup dengan pemberian obat-obatan jika masih grade I dan II, sedangkan tindakan bedah dilakukan pada pterigium yang melebihi grade II. Untuk terapi pada pasien ini diberikan obat tetes mata kloramfenikol 4 x 2 tetes/hari. Jika keluhan bertambah berat segera membawa ketempat pelayanan kesehatan terdekat.

13

DAFTRA PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Widya Medika, 2007 2. Garg Ashok, et al. Surgical and Medical Management of Pterigium. New Delhi. Jaypee Brothers Medical Publishers. 2009. Hal.9 3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1998 4. Nana Wijana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Jakarta: 1993 5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke dua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2003 6. Ilyas, S., 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan I. Fakultas Kedokteran UI: Balai Penerbit FK UI.Jakarta 7. Ilyas, Sidarta. dkk.,2002. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. ed 2, Sagung Seto, Jakarta 8. Mansjoer, Arif. Dkk., 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I: Media Aesculapius. Jakarta 9. James Bruce, Chew Chris, Bron Anthony. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi ke-9:Penerbir Erlangga. Jakarta. 2005 10. http://www.healthscout.com/ency/68/392/main.html 11. http://drakeiron.wordpress.com/2008/12/15/info-pterigium/

14

Anda mungkin juga menyukai