Anda di halaman 1dari 4

3) Judul

4) Summary

GREEN FLAME: SPIRITUS GEL SOLUSI BAHAN BAKAR PRAKTIS PADA KATERING SEBAGAI USAHA YANG PROSPEKTIF Dalam pengelolaan usaha katering, tidak akan lepas dari penggunaan bahan bakar spiritus yang biasa digunakan untuk memanaskan makanan disaat penyajian. Permasalahan yang sering dihadapi oleh katering terhadap penggunaan spiritus ini cukup kompleks, mulai dari sulitnya memasukkan spiritus ke wadah bahan bakar pada chafing dish, spiritus mudah menguap, dan hasil bakar yang berbau sehingga merusak rasa makanan yang sedang disajikan. Solusi terbaik masalah ini adalah dengan meningkatkan densitas metanol dengan penambahan bahan celulose. Melalui cara ini penggunaan bahan bakar dalam industri katering menjadi lebih praktis dan higienis. Observasi menunjukkan sebuah katering perlu kurang lebih 300 kaleng dan hotel sekitar 500 kaleng dalam satu bulan. Dengan total potensi pasar kota Surabaya 127 katering dan 24 hotel, maka kebutuhan pasar terhadap Green Flame sebesar 50.100 kaleng tiap bulan. Potensi pasar akan menjadi lebih besar jika dilakukan ekspansi keluar kota. Proses marketing dilakukan dengan dua strategi utama: Edukasi Pasar, dan Refill Concept. Green Flame memiliki aspek sustainability yang besar karena semua bahan bakunya mudah sekali didapatkan, segmentasi pasar katering yang terus tumbuh dan berkembang, peluang repeat order yang cukup besar karena produk ini merupakan bahan habis pakai. Dalam aspek keuangan terlihat bisnis ini sangat menjanjikan. Uji kelayakan menunjukkan Green Flame memiliki NPV sebesar Rp.101.818.227. BEP tercapai jika tiap bulannya memproduksi minimal 4.262 kaleng / bulan dan nilai IRR sebesar = 28%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ini sangat layak karena nilai IRR > nilai MARR (12%).

5) Masalah apa yang terselesaikan dengan inovasi anda

Di kota Surabaya saja ada sekitar 632 pengusaha katering (Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia, 2010) menghadapi tuntutan konsumen yang sebagian besar semakin menyadari bahwa aspek keamanan dan kesehatan menjadi dua isu utama dalam penyelenggaraan katering. Penggunaan spiritus sebagai bahan bakar penghangat makanan oleh para penyedia jasa katering menyebabkan beberapa masalah sebagai berikut: - Sulitnya memasukkan bahan spritus ke wadah bahan bakar pada chafing dish - Bahan spiritus yang mudah menguap sehingga boros saat digunakan - Hasil bakar dari spiritus tersebut berbau sehingga merusak rasa makanan yang sedang disajikan Solusi terbaik dari permasalahan ini adalah dengan cara meningkatkan densitas metanol dengan penambahan bahan celulose sehingga proses

pembakaran dapat berjalan dengan efektif sesuai kebutuhan saat menghangatkan makanan. Melalui cara ini maka bahan bakar yang nantinya digunakan dalam katering menjadi lebih praktis sehingga meningkatkan keamanan dan higienis. 6) Produk Inovasi yang ditawarkan Pemanas makanan berbentuk pasta hijau untuk buffet di restaurant, hotel, dan acara prasmanan sehingga makanan anda akan tetap panas selama 2,5 - 3 jam. Keunggulan Produk: Penggunaan Mudah Tahan lama Api bewarna biru Ramah lingkungan Aman dalam penyimpanan Hemat 35% jika dibanding spirtus 7) Kesiapan Teknologi Teknologi yang ditawarkan sudah siap untuk proses industri. Semua bahan baku, alat produksi dan packing telah tersedia. Berikut ini akan kami uraikan proses produksinya: Bahan baku utama dari produk ini adalah metanol dan celulose yang didapatkan dari suplier bahan kimia. Dua bahan tersebut relatif mudah untuk didapatkan sehingga kontinuitas dari produksi dapat terjaga. Untuk kemasan berupa kaleng didapatkan dari suplier kaleng yang bekerjasama dengan pihak Frisian Flag. Selain itu suplai kaleng juga didapatkan dari hasil modifikasi kaleng bekas susu dan tuna sehingga upaya ini mampu meminimalisasi limbah kaleng yang ada. Dari alur produksi diatas, terlihat proses utama adalah pemanasan dan pengadukan. Proses inilah yang menjadi kunci dari terciptanya produk yang berkualitas. Untuk skala home industri perlu dilakukan sedikit modifikasi proses produksi sehingga produk ini dapat dibuat dalam skala yang cukup besar. Berikut ini merupakan gambaran proses produksi skala home industri yang berkapasitas 100 keleng/hari. (lihat lampiran proses produksi) Untuk rancangan produksi dalam skala besar diperlukan reaktor dengan desain dan pengaduk seperti gambar 4 berikut. Dalam reaktor ini sudah dilengkapi dengan motor pengaduk dan pemanas berupa jacket yang dapat dioperasikan sekaligus. Dengan alat produksi ini diharapkan mass production dapat dilakukan dengan kapasitas produksi naik enam kali lipat dari sebelumnya yaitu 600 kaleng/hari. 8) Segmentasi Pasar Target Market First Market Market awal yang disasar oleh produk Green Flame adalah industri prasmanan seperti katering, hotel, dan restoran (masakan padang). Market yang dituju adalah yang memperhatikan unsur keamanan, higienitas, dan kepraktisan dalam proses penyajian makanannya. Second Market

Pasar yang dibidik berikutnya adalah: Para pencinta alam/pramuka yang sering melakukan camping Laboratorium penelitian sebagai pengganti bunsen Supermarket retail penyedia alat katering dan perabotan masak Gambaran Potensi Pasar Data yang digambarkan: Kota Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo: Jumlah Katering : 632 Jumlah Hotel : 121 Sumber: (Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia, 2010) Berdasarkan hasil verifikasi pasar didapatkan data bahwa penerimaan pasar terhadap produk Green Flame sekitar 20%, maka komposisi target pasar menjadi: Jumlah Katering 127 Jumlah Hotel 24 Berdasarkan hasil observasi biasanya dalam satu bulan satu katering membutuhkan kurang lebih 300 kaleng dan hotel sekitar 500 kaleng. Dari data ini maka total potensi pasar hanya di kota Surabaya saja sebesar 50.100 kaleng tiap bulan. Potensi pasar akan menjadi lebih besar jika sudah dilakukan ekspansi keluar kota. 9) Strategi Pemasaran Untuk menjangkau pasar yang luas digunakan strategi proteksi daerah untuk setiap wilayah pemasaran. Setiap kota hanya diperbolehkan satu distributor untuk menjangkau wilayah market tertentu. Selain itu juga diberikan target bulanan kepada distributor tersebut sehingga penjualan tiap bulannya mampu mengalami peningkatan. Media Pemasaran Refill Concept Konsep ini menduplikasi konsep bisnis yang dijalankan oleh perusahaan air mineral. Prinsipnya adalah kaleng bekas Green Flame yang digunakan oleh konsumen dapat dikembalikan lagi untuk diisi ulang. Dengan konsep ini tentunya harga tiap produknya menjadi semakin rendah sehingga dengan konsep ini Green Flame siap bersaing dipasaran dan mampu menjaga loyalitas pelanggan terhadap produk Green Flame. Edukasi Market Hal ini perlu dilakukan karena sebagian besar katering saat ini menggunakan bahan spiritus yang kurang praktis dalam penggunaanya. Proses edukasi pasar ini dilakukan dengan cara memberikan penjelasan beserta contoh produk kepada kateringkatering untuk dicoba. Dengan adanya experience tersendiri pada konsumen tentang keunggulan produk, maka mereka akan menjadi konsumen dari produk Green Flame. Customer Service Konsumen merupakan partner bisnis yang membutuhkan pelayanan yang baik. Oleh karena itu dibutuhkan suatu upaya penjagaan konsumen dengan customer service yang memuaskan. Berikut ini merupakan program customer service yang diberikan:

Ready Stock before Call Layanan ini bertujuan untuk mempermudah konsumen dalam menggunakan produk Green Flame. Sebelum mereka memesan produk Green Flame maka barang yang dipesan sudah diantar terlebih dahulu. Sedangkan pembayarannya tidak langsung saat itu juga, tetapi sesuai dengan barang yang digunakan saja. Konsep layanan ini diberikan kepada konsumen yang sudah secara rutin menggunakan produk Green Flame. Garansi Produk Produk yang cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi akan diganti. Satu kaleng yang rusak akan diganti dengan lima kaleng baru. Layanan ini diharapkan mampu membuat konsumen percaya terhadap kualitas dari produk kami. 10) Pemasukan Revenue

11) Biaya Produksi 12) Pengelolaan Resiko dan Tantangan

Terlampir dengan tabel-tabel.

Produk green flame ini merupakan jenis produk baru yang masih belum banyak digunakan oleh masyarakat sehingga tantangan utamanya adalah edukasi market. Proses edukasi masyarakat terhadap produk ini dilakukan dengan langsung mendatangi konsumen (hotel, restauran, dan katering) untuk memberikan sampel produk. Kemudahan dan keunggualan produk yang ditawarkan tentunya akan membuat calon konsumen tertarik sehingga mau memesan ulang (repeat order).

Anda mungkin juga menyukai