Anda di halaman 1dari 2

Nama NIM

: Mokh. Chalifal Amri : 125030100111169

Matkul : Hukum Administrasi Publik Kelas :E

Permasalahan yang Berhubungan dengan Asas Kepastian Hukum

Sebagaimana yang kita ketahui, beberapa waktu yang lalu terjadi kasus yang menghebohkan public yaitu kasus penembakan terhadap Napi yang disebut-sebut sebagai preman oleh 11 Oknum TNI Grup 2 Anggota Kopassus di Lapas Kelas IIB Cebongan, Sleman, Yogyakarta. Kasus ini terus menuai polemik tentang penegakan hukum di Indonesia. Rapi dan terstrukturnya proses penembakan tersebut membuat dugaan bahwa aksi tersebut dilakukan oleh orang yang terdidik. Kesebelas Oknum TNI dari Grup 2 Anggota Kopassus akhirnya menyatakan bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Apa polemik yang sebenarnya terjadi? Awal mula kejadiannya yaitu ketika seorang mantan anggota kopassus Serka Heru Santoso mati terbunuh di Hugo's Cafe. Serka Heru yang juga seorang intel saat itu sedang bertugas di Hugo's Cafe Yogyakarta pada 19 Maret 2013. Ia di serang oleh sekelompok preman. Penyerangan tragis yang dilakukan kelompok preman tersebut menyebabkan Serka Heru menghembuskan nafas terakhir. Atas peristiwa tersebut preman tersebut dijebloskan oleh Polisi ke lapas Kelas IIB Cebongan. Keempat preman tesebut adalah Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, dan Yohanes Juan Manbait. Mendengar kematian yang terjadi pada atasan mereka yaitu Serka Heru, para juniornya atau didikannya merasa harus membalas dendam atas kematiannya. Solidaritas yang tinggi dan jiwa Korsa yang dimiliki prajurit TNI mendorong ke sebelas oknum kopassus untuk menyerang keempat preman tersebut di lapas Kelas IIB Cebongan. Mereka masih tergolong anak buah Serka Heru yang merasa sudah banyak utang budi.

Analisis

Mencuatnya kasus ini di media massa tak ayal lagi tentu menjadi momen 'unjuk gigi' para pihak-pihak terkait. Beberapa polemik yang terjadi antara lain : 1. Meminta kasus tersebut di bawa ke sistem peradilan sipil sedangkan TNI sudah punya sistem peradilan tersendiri 2. Dugaan sistem peradilan TNI tidak memberikan hukum yang seadil-adilnya 3. Meminta TNI terbuka dalam menggelar peradilan kasus penyerangan tersebut. 4. Masyarakat terganggu dengan adanya premanisme. Sejatinya masyarakat mendukung pihakpihak yang ikut memberantas premanisme. Hal ini menimbulkan pro kontra di masyarakat. 5. Pujian terhadap jiwa kstatria para oknum Kopassus yang terlibat penembakan di lapas Kelas IIB Cebongan karena berani bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya dan masih banyak lagi polemik-polemik yang terjadi. Pada awal kejadian tersebut terjadi, kasus penembakan terhadap Serka Heru tersebut menjadi hot topic di Indonesia. Mulai dari stasiun TV, Koran, dan lain-lain ramai ramai membahas masalah tersebut. Para keluarga korban pun menuntut kasus tersebut di usut secara tuntas. Memang ada titik terang tentang tentang kejadian tersebut, di duga anak buahnya lah yang melakukan terhadap penambakan tersebut. Tapi sekarang, dimana kelanjutan tentang kasus tersebut ?. Mengapa tidak di jelaskan secara rinci kepada public tentang penyelidikan tersebut ?. Apakah hanya karena tersangka penembakan tersebut seorang oknum Negara yang tugasnya melindungi Negara, tidak boleh di beberkan kepada public ?. Di mana letak kepastian hukum Indonesia?. Ini lah yang merupakan salah satu contoh yang menyebabkan Indonesia di anggap tidak lagi menjadi Negara hokum yang absolut, tetapi menjadi Negara yang hukumnya di kuasai kepentingan tertentu. Pihak yang bersangkutan yang menangani masalah tersebut seharusnya bersikap adil dan tidak memandang dulu pada siapa yang berbuat kejahatan, walaupun yang melakukannya itu seorang oknum Negara.

Anda mungkin juga menyukai