Anda di halaman 1dari 21

Kriteria perkerasan lentur Kriteria perkerasan kaku

Persyaratan Struktural

Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban / muatan lalu lintas ketanah dasar Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap kelapisan dibawahnya. Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya dapat dengan cepat dialirkan. Konstruksi harus cukup kuat, mampu memikul beban lalu lintas sehingga tidak mudah hancur.

Persyaratan Fungsional

Permukaan yang rata , tidak bergelombang, dan tidak melendut.

Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari atau lampu

Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan, sehingga tidak mudah slip.

Tanah Dasar

Untuk daya dukung tanah ditentukan oleh CBR insitu sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR Laboratorium sesuai

dengan SNI 03-1744-1989, masing masing untuk


perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan baru.

Pondasi Bawah

Untuk bahan pondasi bawah biasanya digunakan bahan berbutir

Beton Semen

Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik uji lentur (flexural, strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3-5 Mpa (30-50 kg/cm2).

Lalu Lintas
Untuk penentuan beban lalu lintas rencana pada perkerasan beton semen dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana.

Bahu Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa lapisan penutup

beraspal atau lapisan beton semen.

Sambungan
Sambungan pada perkerasan beton berfungsi sebagai :

- Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan, pengaruh lenting serta beban

lalu lintas.
- Memudahkan pelaksanaan - Mengakomodasi gerakan pelat

Dalam perancangan perkerasan, dengan menggunakan metode manapun, selalu ada 3 (tiga) parameter desain, yaitu:

1.Pembebanan lalu lintas. 2.Umur rencana. 3.Standar Kelas jalan

Beban lalu-lintas meliputi volume (frekuensi) lalulintas dan beban kendaraan (intensitas).

Umur rencana ditetapkan sesuai dengan program

penanganan jalan yang direncanakan, misalnya:

Pembangunan Jalan Baru, untuk masa layan 20 tahun.

Peningkatan Jalan, untuk masa layan 10 tahun dan


Pemeliharaan Jalan, untuk jangka 5 tahun.

Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan,

jalan dibagi dalam beberapa kelas yang


didasarkan pada kebutuhan transportasi,

Adapun kelas-kelas jalan tersebut terdiri dari : Jalan Kelas I Jalan Kelas II Jalan Kelas III A Jalan Kelas IIB Jalan Kelas III C

yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton

yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 10 ton

yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton

yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton

yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton

Anda mungkin juga menyukai