Anda di halaman 1dari 11

OBJEK P ETRI

III OTENSIOM

potensiometri dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan mempunyai kenaikan yang tajam disekitar titik kesetaraan.

I;

TUJUAN

Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam larutan yang keruh dalam atau bila daerah kesetaraan sangat pendek dan tidak cocok untuk menetapkan titik akhir titrasi dengan indikator.

0* Mengenalkan pola titrasi potensiometri


bagi penentuan titik ekivalensi

1* Menentukan konsentrasi

Fe+2

larutan dengan metoda potensiometri

II; DASAR DASAR TEORI


Potensiometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran beda potensial yang terjadi antaraPotensiometris merupakan salah satu cara pemeriksaan fisiko kimia yang mengunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indikator. Besarnya potensial elektroda tersebut bergantung pada kepekatan ion ion tertentu dalam larutan. Karena itu, dengan memakai persamaan Nerst, kepekatan ion dalam larutan dapat dihitung langsung dari harga potensial yang diukur itu. Suatu analisa yang didasarkan pada pengukuran beda potensial yang terjadi pada sepasang elektroda dalam larutan elektrolit, dimana salah satu elektroda merupakan elektroda indikator dan elektroda pembanding dalam hal ini dikenal dengan potensiometri. Pada dasarnya setiap titrasi ( titrasi asam basa, titrasi kompleksometri, titrasi pengendapan atau titrasi redoks ) dapat diikuti secara

Untuk titrasi redoks, biasanya digunakan elektroda platina sebagai elektroda indikator dan elektroda kalomel jenuh sebagai elektroda pembanding. Dengan memakai pasangan elektroda ini, kurva titrasi yang diperoleh dari percobaan akan bergeser 0,24 V dari kurva teoritis. Pada metoda potensiometri, elektroda merupakan penghantar atau sistem yang memungkinkan pengaliran elektron atau interaksi kimia dari komponen tertentu dalam larutan elektrolit sehingga dapat dilakukan pengukuran potensial. Elektroda menurut penggunaannya dibagi sbb:

1; Elektroda pembanding,
Adalah elektroda yang telah tertentu harganya serta dapat dipertahankan konstan pada pemakaiannya, mempunyai ketepatan ulang yang tinggi dan koefisien temperatur yang rendah. Elektroda ini dapat dicelupkan langsung kedalam

larutan cuplikan atau melalui suatu larutan elektrolit penghubung ( liquid junction electrolyte ). Penggunaan elektroda ini secara langsung bila pada larutan cuplikan tidak terdapat komponen yang dapat menimbulkan interaksi kimia,

5* EKJ 6* EKN

KCl

jenuh KCl KCl 0,1 M 1,0 M

E E E

0,2415 volt. = 0,3338 Volt.

7*

EKD

sedangkan bila dikhawatirkan terjadi interaksi kimia maka dibutuhkan sistem elektrolit penghubung yang ditempatkan diantara elektroda pembanding dengan larutan dan dibuat hubungan sedemikian rupa sehingga tidak terdapat antaraksi langsung antara elektroda pembanding dengan cuplikan dan proses difusi ion tidak boleh diganggu. Macam - macam elektroda pembanding: Ag

= 0,2800 Volt.

c; Elektroda Perak (Ag/AgCl).


Penulisan Reaksi + ClPotensial elektroda tergantung pada suhu. : AgCl (jenuh) , KCl (x M) | Ag. : AgCl + e -------

d; Talium talor klorida.


Persis sama dengan elektroda perak, tapi menggunakan logam talium.
+

a; Elektroda Hidrogen.
Penulisan ) Reaksi E = 0,0 V Elektroda hidrogen memiliki sifat sbb : : 2 H+ + 2 e -------H2
(g)

: Pt , H2 (1 atm) | H

(a = 1M

Elektroda

pembanding

yang

banyak

digunakan adalah elektroda kalomel jenuh, karena kekompakkan dan kemudahan pemeliharaannya, namun sangat dipengaruhi oleh suhu.

2; Elektroda Indikator.
sulit Merupakan elektroda yang harga potensialnya dipengaruhi oleh aktivitas ion atau konsentrasi dari larutan. Elektroda indikator untuk dan pengukuran potensiometri terdiri dari dua jenis, yaitu : elektroda indikator logam elektroda indikator selaput.

2* Nilai

dari

H+

1,00

dipertahankan.

3* H2 ( 1 atm ) sulit dibuat dan mudah


meledak.

4* Potensial elektrodanya mudah diganggu


oleh beberapa senyawa misalnya : oksidator, reduktor, koloid, ion sulfida dan sebagainya.

a; Elektroda indikator logam.


Terdiri dari empat macam tipe : | 2

b; Elektroda Kalomel.
Penulisan Hg. Reaksi Hg + 2 Cl
-

Hg2Cl2 (jenuh) , KCl (x M) + 2e --------

1; Keseimbangan antara logam dengan ionnya.


Contoh : Zn+2 + 2e ------Zn

: Hg2Cl2

2; Logam memberikan respon terhadap anion


membentuk endapan atau kompleks. Contoh : Ag untuk Cl-

Elektroda kalomel ada 3 yaitu :

Hg untuk EDTA.

Potensial akan naik secara perlahan - lahan terhadap volume pentiter yang ditambahkan. Pada daerah sekitar titik ekivalen, potensial akan naik dengan tajam, kemudian lewat titik ekivalen potensial akan naik perlahan lagi. Pada kondisi yang sesuai akan didapatkan kurva hubungan yang linear antara besaran potensial dengan aktivitas atau konsentrasi komponen tertentu didalam larutan. Ini dapat dinyatakan dalam persamaan Nerst : Esel = Eosel

3; Logam untuk logam lain.


Contoh : Hg untuk Ca.

4; Logam inert untuk redoks (Pt). b; Elektroda indikator selaput / elektroda ion
selektif/ elektroda khas ion. Mempunyai sifat sbb:

8* Kelarutan kecil 9* Penghantar listrik 10* Mempunyai kereaktifan selektif terhadap


analit. Seperti : penukar ion, pembentukan kristal, dan pembentuk kompleks. Elektroda indikator membran terdiri dari:

RT - nF

a red ln a oks

Dimana : Esel = potensial sel Eosel = potensial sel standar R 8,314 J mol-1 K-1 F 96500 C = konstanta tetapan gas = = bilangan faraday =

1; Ion selektif. a; Kristal


: yaitu kristal tunggal dan kristal campuran.

a; Ion kristal : yaitu gelas, cair bergerak dan


cair dalam polimer. Pada larutan encer pada suhu 25 oC aktivitas dari larutan dapat disamakan dengan konsentrasi sehingga persamaan dapat menjadi :

2; Molekul selektif.
Yaitu seperti : sensor gas dan enzim. Titrasi potensiometri secara langsung telah digunakan terutama pada pengukuran pH larutan dalam air. Cara langsung yang digunakan untuk pengukuran ion - ion lain digunakan elektroda ion selektif. Titrasi potensiometri digunakan secara tidak langsung dari kation yang akan ditentukan, dikomplekskan dengan suatu ion yang ditambahkan berlebihan tak terukur. Lalu kelebihan anion yang tidak terkompleks dititrasi dengan ion lain tang juga dapat membentuk kompleks dengan ion tersebut. Titik potensiometri ekivalen diukur dari suatu titrasi

Esel = Eosel

red - 0,0592 log oks

Selama titrasi berlansung terjadi perubahan potensial titrasi dilakukan sampai melewati titik ekivalen ditentukan. Grafik dari titrasi potensiometri : 1. E sehingga titik ekivalen dapat

berdasarkan

perubahan

potensial. Makin besar perubahan potensial pada titik ekivalen makin sempurna reaksi berlangsung. V

Grafik yang merupakan hubungan antara beda potensial dengan volume pentiter. Volume pada titik kesetaraan didapat dengan menarik garis vertikal lewat titik potongnya dengan sumbu volume.

(V)

Grafik ini merupakan turunan kedua dari harga potensial dengan perubahan volume. Pada grafik ini ditunjukkan suatu alur dari perubahan arah lereng suhu kurva titrasi, ( 2E/ 2V ) lawan titran dimana titik akhir dicari letaknya dengan

2. E / V

menarik garis vertikal adalah nol, ke sumbu volume. Kegunaan Titrasi Potensiometri :

11* Menentukan aktivitas larutan.


V Grafik yang menunjukkan suatu alur arah lereng suatu kurva titrasi yaitu berubahnya potensial dengan berubahnya volume (E/V) lawan volume titran. Volume pada titik kesetaraan dilihat dari puncak maksimumnya. . 3.

12* Menentukan pH larutan. 13* Untuk


mengkoreksi penyimpangan penyimpangan yang terjadi dalam larutan akibat antaraksi dari ion - ion dalam larutan itu.

14* Untuk reaksi pengkompleksan 15* Untuk reaksi redoks, dipakai elektroda Pt. 16* Dan lainnya, untuk sistem bukan air.

III; PROSEDUR PERCOBAAN


E/ V
2 2

31; Alat dan Bahan

32; Cara Kerja 1; Larutan Fe+2 0,1 N dipipet 20 mL, masukkan kedalam labu ukur 100 mL + 10 mL
larutan H2SO4 4 N, lalu encerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

1; Larutan Ce+2 dimasukkan kedalam mikroburet, usahakan jangan ada gelembung


udara dalam mikroburet.

2; Larutan standar Fe+2 yang telah diencerkan tadi dimasukkan 25 mL kedalam gelas
piala.

1; Untuk sampel yang diberikan, setelah diencerkan dalam labu ukur 25 mL, lalu
masukkan kedalam gelas piala. Pengukuran pemakaian alat :

1; Celupkan elektroda kedalam aquadest untuk membilas 2; Pindahkan dan celupkan elektroda kedalam larutan standar yang telah dipindahkan
kedalam gelas piala, lalu masukkan stirrer.

3; Pada saat penambahan 0 mL Ce +4 hidupkan stirrer selama 30 detik, matikan stirrer


dan tunggu 20 detik lalu baca potensial yang ditunjukan.

4; Lakukan penambahan 1 mL Ce+4, lakukan pengerjaan yang sama seperti pada


penambahan 0 mL.

5; Setiap penambahan, pengukuran ditentukan langsung E. Bila beda potensial besar


dari 20, maka lakukan penambahan Ce +4 dengan range 0,1 mL. Kalau E yang didapatkan masih besar dari 20, lakukan penambahan Ce +4 dengan range 0.02 mL.

6; Lakukan pengukuran yang sama untuk sampel. 7; Penghentian titrasi dilakukan enam titik setelah titik ekivalen.

IV; HASIL DAN DISKUSI 4.1; Hasil dan Perhitungan


a. Untuk Larutan standar: No. 1 2 3 4 5 6 V 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 4.1 E 318 323 335 351 378 383 V 0 1 1 1 1 0.1 E 0 5 12 16 27 5 E/V 0 5 12 16 27 50 (E/V) (E/V) /V

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.62 4.64 4.66 4.68 4.70 4.72 4.74 4.76

389 397 407 419 450 462 489 748 861 904 927 947 956

0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

6 8 10 12 31 12 27 259 113 43 23 20 9

60 80 100 120 310 600 1350 12950 5650 2150 1150 1000 450

b. Untuk Larutan sampel : N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.0 1.0 2.0 2.1 2.2 2.22 2.24 2.26 2.28 2.30 335 353 390 412 853 921 970 982 992 992 0 1.0 1.0 0.1 0.1 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0 18 37 22 441 68 49 12 10 0 0 18 37 220 4410 3400 2450 600 500 0 V E V E E/V (E/V) (E/V)/ V

42; Penentuan Konsentrasi fe+2 : a; Untuk Larutan standar :

0* Konsentrasi Ce+4 1* Volume Ce+4 titrasi 2* Volume Fe+2 =


Maka : V 1 . N1 4,66 mL x 0,05 N N2

= =

0,05 N. 4,66 mL.

25 mL. = = = V2 . N 2 25 mL x N2 9,32 x 10-3 N.

Jadi konsentrasi Fe+2 larutan standar adalah 9,32 x 10-3 N. b.Untuk Larutan sampel :

3* Konsentrasi Ce+4 4* Volume Ce+4 titrasi 5* Volume Fe+2 =


Maka ; V1 . N 1 3,94 mL x 0,05 N N2
+2

= =

0,05 N. 3,94 mL.

25 mL. = = = V2 . V2 25 mL x N2 0,00788 N.

Jadi konsentrasi Fe larutan sampel adalah 0,00788 N.

c; Penentuan Volume sebelum pengenceran dalam labu 25 mL :


V1 . N 1 V1 x 0,01366 N V1 = = = V2 . N 2 25 mL x 0,00788 N 14,421 mL.

Jadi volume sebelum pengenceran adalah 43,33 mL.

43; Diskusi
Dari percobaan yang telah dilakukan dibutuhkan 4,66 ml Ce +4 0,05 N untuk mencapai titik akhir dalam pentitrasian larutan standar, dan menghasilkan konsentrasi Fe+2 dari larutan standar yaitu sebesar 9,32 x 10 -3 N. Dan untuk larutan sampel dibutuhkan 3,94 mL Ce+4 0,05 N untuk mencapai titik akhirnya, dan menghasilkan konsentrasi Fe+2 sebesar 0,0078 N. Hasil yang diperoleh ini belum tentu tepat, kemungkinan terdapat kesalahan menyebabkan hasil yang diperoleh tidak sesuai. Penyebabnya antara lain yaitu :

0* Dalam pembuatan larutan standar tidak kuantitatif, sehingga mempengaruhi volume


Ce+4 yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir dalam pengukuran standar.

1* Pengenceran sampel yang tidak kuantitatif akan mempengaruhi konsentrasi sampel


yang diperoleh , hal ini sangat mungkin terjadi karena pengamatan yang berbeda beda dalam pengenceran dan kemungkinan adanya kotoran pada tangan saat pengenceran , karena tidak menggunaan tutup tabung saat menghomogenkan larutan

2* Dalam pentitrasian, pada waktu penambahan Ce +4 volume yang ditambahkan tidak


tepat sesuai dengan volume yang ingin ditambahkan, apalagi pada penambahan 0,01 mL , adakalanya larutan cerin hanya menggantung untuk sekian lama.

3* Pembacaan beda potensial yang tidak tepat pada detik ke-20 setelah stirrer dimatikan,
sehingga skala/angka yang ditunjukkan indikator berubah, karena angka yang ditunjukkan tidak pernah konstan untuk setiap detik. V. KESIMPULAN Pada percobaan titrasi potensiometris ini dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :

0* Titik ekivalen tercapai untuk larutan standar setelah penambahan 4,66 mL, dan untuk
larutan sampel 3,94 mL.

1* Konsentrasi Fe+2 dalam larutan standar yaitu 9,32 x 10-3 N , dan untuk larutan sampel
yaitu 0,000788 N.

2* Dalam titrasi ini digunakan elektroda pembanding yaitu elektroda kalomel, dan
elektroda indikator yaitu Platina.

3* Fungsi Ce+4 adalah sebagai pentiter dalam bentuk larutan berwarna kuning.

DAFTAR KEPUSTAKAAN Kusuma, Theresia, Elektrokimia , FMIPA Unand, Padang. Sunar, Hendaya, dkk, Kimia Analitik Instrumen, IKIP Semarang Press, Semarang, 1996 Underwood, A.L, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta, 1986.

Laporan Akhir Praktikum Cara Pemishan dan Elekro Analisis Titrasi Potensiometri Oleh Nama NO.BP Fakultas Jurusan Hari / Tgl.Praktikum Kelompok Rekan Kerja : Matlal Fajri Alif : 00 132 024 : MIPA : KIMIA : Rabu / 20 November 2002 : V (Lima) : 1. Syafranelly Zein 2. Fifi Ulfianti H. 3. Deki Asiska 4. Bedya Sisilia 5. Adistya Handayani Asisten : Dewi Shinta (00 132 012) (00 132 037) (00 132 042) (00 132 058) (00 132 069)

Laboratorium Instrumen Universitas Andalas Padang 2002

Anda mungkin juga menyukai