Anda di halaman 1dari 16

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1

TINJAUAN TEORITIS MEDIS

2.1.1 Definisi Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Artritis rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. AR adalah suatu penyakit kronis, seistemik, yang secara khas berkembang perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul-nodul rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan splenomegali. AR ditandai oleh periode-periode remisi dan bertambah parahnya penyakit.

2.1.2 Etiologi Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus. Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu : 1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus 2. Endokrin 3. Autoimun 4. Metabolik 5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.

Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

2.1.3 Patofisiologi Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002). Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996). 2.1.4 Manifestasi Klinis Pada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok.

Kelompok 1 adalah RA klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar terlibat.
Terdapat faktor rheumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.

Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi kriteria dari American Rheumatologic


Association untuk AR karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.

Kelompok 3, sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan penggul.
Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik. Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap. 1. Terapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan produksi cairan synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada.

2. Secara radiologis, keruakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi. 3. Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang. 4. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak sepewrti nodula-nodula mungkin terjadi.

Komplikasi Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

2.1.6 Kriteria Diagnostik Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar pada evaluasi dari sekelompok tanda dan gejala. Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut: 1. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam) 2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi 3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan 4. Arthritis yang simetris 5. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum 6. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang) Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurangkurangnya 6 minggu.

2.1.7 Penatalaksanaan Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agens antiinflamasi, obat yang dapat dipilih adalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet per hari, yang dapat menyebabkan gejala system gastrointestinal dan system saraf pusat. Obat anti-inflamasi non steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan untuk menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pabrik dan pemantauan efek samping secara hati-hati perlu dilakukan. Terapi kortikosteroid yang di injeksikan melalui sendi mungkin di gunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya, injeksi yang diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diulangi lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu. Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi,mereka harus pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu program aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sendi.

2.2

TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. 1. Aktivitas/ istirahat

Gejala Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan. Tanda

Malaise

Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi. 2. Kardiovaskuler

Gejala Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal). 3. Integritas ego

Gejala

Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, Faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ) Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang
lain).

4.

Makanan/ cairan

Gejala

Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah
Tanda Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa. 5. Hygiene

Gejala Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. 6. Neurosensori

Gejala Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. 7. Nyeri/ kenyamanan

Gejala

Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi ). 8. Keamanan

Gejala Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa. 9. Gejala Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi. Interaksi sosial

2.2.2 Diagnosa 1. Nyeri (akut )

Berhubungan dengan Agen pencedera : distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi destruksi sendi. Ditandai dengan

Keluhan nyeri atau ketidaknyamanan, kelelahan Berfokus pada diri/penyempitan focus Perilaku distraksi/respon autonomic Perilaku berhati-hati atau melindungi
Kriteria hasil/ kriteria evaluasi

Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan Mengikuti program farmakologis yang diresepkan Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program control/nyeri
Tindakan Keperawatan Tindakan/intervensi Rasional

Mandiri 1. Kaji keluhan nyeri, kukalitas, lokasi, intensitas (skala 0-10), dan waktu. Catat faktor yang mempercepat dan tanda rasa sakit nonverbal 2. Berikan matras/kasur lembut dan bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan Membantu menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program

Matras lembut dan bantal kecil mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, mengistirahatkan sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan sendi yang terinflamasi/nyeri Penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi Mengistirahatkan sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Catatan : penggunaan brace menurunkan nyeri, dan mengurangi kerusakan sendi. Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat hilang dan luka dermal. Dapat sembuh Meningkatkan relaksasi atau mengurangi ketegangan otot. Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa control, dan meningkatkan kemampuan koping.

3. Berikan posisi nyaman waktu tidur/duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi 4. Pantau penggunaan bantal, karung pasir, bebat, dan brace

5. Anjurkan mandi air hangat/pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi yang sakit beberapa kali.

6. Berikan massase yang lembut

7. Gunakan teknik manajemen stress, missal, relaksasi progresif dan distraksi, sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hipnotis diri dan pengendalian napas. 8. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai situasi individu

Memfokuskan kembali perhatian,memberikan stimulasi, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.

Kolaborasi

9. Berikan obat sesuai petunjuk Asetilsalisilat (Aspirin) ASA bekerja antiinflamasi dan efek analgesic ringan mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas. Digunakan bila tidak ada efek terhadap aspirin

- NSAID lainnya ; ibuprofen, naproksen, piroksikam, fenoprefen D-penisilamin ( cuprimine )

Mengontrol efek sistemik rematoid arthritis jika terapi lainnya tidak berhasil Diberikan dengan agen NSAID untuk meminimalkan iritasi atau ketidaknyaman lambung. Narkotik umumnya kontraindikasi karena sifat kronis dari kondisi.

Antasida

Produk kodein

10. Bantu dengan terapi fisik, missal sarung tangan parafin 11. Siapkan intervensi operasi ( sinovektomi )

Member dukungan panas untuk sendi yang sakit Penangkatan sinovium yang meradang mengurangi nyeri dan membatasi progresif perubahan degenerative.

2.

Kerusakan mobilitas fisik

Berhubungan dengan

Deformitas skeletal Nyeri, ketidaknyamanan Intoleransi terhadap aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Ditandai dengan

Keengganan untuk mencoba bergerak atau ketidakmampuan untuk bergerak dalam lingkungan
fisik

Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/kontroldan


massa (tahap lanjut). Kriteria hasil/kriteria evaluasi

Mempertahankan fungsi posisi dengan pembatasan kontraktur Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/atau kompensasi bagian tubuh Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

Tindakan Keperawatan Tindakan/intervensi Mandiri 1. Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi Tingkat aktivitas atau latihan tergantung dari perkembangan proses inflamasi Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina Menghilangkan tekanan jaringan dan meningkatkan sirkulasi Meningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi risiko cedera), mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktur. Mencegah fleksi leher Rasional

2. Pertahankan tirah baring.duduk. jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat terus-menerus dan tidur malam hari 3. Bantu rentang gerak aktif/pasif, latihan resistif dan isometrik 4. Ubah posisi dengan sering

5. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, bebat, dan brace

6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher

7. Dorong klien memeprtahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, serta berjalan 8. Berikan lingkungan aman, misal menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada bak/pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas atau kursi roda Kolaborasi 9. Konsul dengan ahli terapi fisik atau okupasi dan spesialis vokasional

Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas

Menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh

Memformulasikan program latihan berdasarkan kebutuhan individual dang mengindentifikasi bantuan mobilitas. Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah dan mengurangi risko imobilitas dan dekubitus.

10. Berikan matras busa atau pengubah tekanan

11. Berikan obat sesuai indikasi : - Agen antireumatik, misal emas, natrium tiomelat (myochrysin) atau auranofin (ridaura) Krisoterapi (garam emas) menghasilkan remisi terus-menerus, tetapi mengakibatkan inflamasi rebound bila terjadi penghentian/efek samping, mis pusing, penglihatan kabur, syok anafilaksis. Menekan inflamasi sistemik. - Steroid

3.

Gangguan Gambaran Diri

Berhubungan dengan

Perceptual kognitif Psikososial Perubahan kemampuan untuk melakukan tugas umum Peningkatan penggunaan energy, ketidakseimbangan mobilitas

Ditandai dengan

Respon verbal terhadap perubahan struktur atau fungsi dari bagian tubuh yang sakit Bicara negative tentang diri sendiri, focus pada kekuatan/fungsi masa lalu, dan penampilan Perubahan gaya hidup/kemampuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, dan
ketergantungan pada orang terdekat

Perubahan padea keterlibatan social, rasa terisolasi Perasaan tidak brdaya, putus asa
Kriteria hasil/kriteria evaluasi

Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan

Menerima perubahan gaya tubuh dan mengintegrasikan ke dalam konsep diri Menyusun tujuan/rencana realitas untuk masa depan Mengembangkan keterampilan perawatan diri agar dapat berfungsi dalam masyarakat.
Tindakan Keperawatan Tindakan/intervensi Mandiri 1. Dorong pengungkapan mengenai proses penyakit dan harapan masa depan Berikan kesempatan mengidentifikasi rasa takut/kesalahan konsep dan menghadapi secara langsung Isyarat verbal atau nonverbal keluarga berpengaruh pada bagaimana klien memandang dirinya Untuk mendapatkan dukungan proses berkabung yang adaptif Menunjukkan emosional/metode koping maladaptive sehingga membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis. Membantu mempertahankan control diri dan meningkatkan harga diri. Rasional

2. Diskusikan persepsi klien mengenai bagaimana keluarga menerima keterbatasan 3. Bantu klien mengekspresikan perasaan kehilangan 4. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal/terlalu memperhatikan tubuh

5. Bantu klien mengidentifikasi perilaku positif yang membantu koping

6. Ikutkan klien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas

Meningkatkan perasaan kompetisi atau harga diri, mendorong kemandirian, dan partisipasi terapi. Memungkinkan klien merasa senang terhadap dirinya; menguatkan perilaku positif;serta meningkatkan percaya diri

7. Berikan bantuan positif

Kolaborasi 8. Rujuk pada konselling psikiatri Klien/keluarga membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang Dibutuhkan saat munculnya depresi hebat sampai klien dapat menggunakan kemampuan koping efektif.

9. Berikan obat sesuai indikasi (missal antiansietas)

4.

Kurang Perawatan Diri

Berhubungan dengan

Kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, dan nyeri pada waktu bergerak Depresi Pembatasan aktivitas
Ditandai dengan

Ketidakmampuan mengatur aktivitas kehidupan sehari-hari (makan, mandi, berpakaian, dan


eliminasi). Kriteria hasil/kriteria evaluasi

Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual Mendemonstrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri Mengidentifikasi sumber pribadi atau komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Tindakan Keperawatan Tindakan/intervensi Mandiri Rasional

1. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul penyakit 2. Kaji respons emosional klien terhadap merawat kemampuan merawat diri yang menurun dan beri dukungan emosional.

Melanjutkan aktivitas dengan beradaptasi pada keterbatasan saat ini Perubahan kemampuan merawat diri dapat membangkitkan perasaan cemas dan frustasi, dimana dapat mengganggu kemampuan lebih lanjut Mendukung kemandirian fisik atau emosional Meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri

3. Pertahankan mobilitas, control terhadap nyeri dan program latihan 4. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi modifikasi lingkungan. 5. Beri dorongan agar berpartisipasi dalam merawat diri. Aktivitas yang terjadwal memungkinkan waktu untuk merawat diri. 6. Biarkan klien mengontrol lingkungan sebanyak mungkin, bantu klien hanya jika diminta. 7. Jelaskan berapa lama kemampuan merawat diri yang menurun diharapkan untuk bertahan, jika diketahui. Kolaborasi 8. Konsultasi dengan ahli terapi okupasi

Partisipasi klien dalam merawat diri meningkatkan harga diri dan menurunkan perasaan ketergantungan.

Memberi kesempatan mengontrol dapat meningkatkan harga diri dan menurunkan perasaan ketergantungan. Dapat mengurangi ketakutan akan ketergantungan jangka panjang atau permanen.

Menentukan alat bantu memenuhi kebutuhan individu.

5.

Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar), mengenai Kondisi, Prognosis, dan Pengobatan

Berhubungan dengan

Kurangnya pemajanan/mengingat Kesalahan interpretasi informasi


Ditandai dengan

Pertanyaan atau permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep

Tidak dapat mengikuti instruksi atau terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Kriteria hasil/kriteria evaluasi

Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/prognosis dan perawatan Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten
dengan mobilitas atau pembatasan aktivitas. Tindakan Keperawatan Tindakan/intervensi Mandiri 1. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan Memberikan pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. Tujuan control penyakit adalah untuk menekan inflamasi atau jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks. Rasional

2. Diskusikan kebiasaan klien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat, latihan dan istirahat.

3. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realitas, istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat, terapi fisik dan manajemen stress. 4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik

Keuntungan dari terapi obat tergantung pada ketepatan dosis, missal aspirin diberikan secara regular untuk mendukung kadar terapeutik darah 1825 mg. Preparat bersalut dicerna dengan makanan, meminimalkan iritasi gaster, mengurangi risiko perdarahan. Membatasi iritasi gaster. Pengurangan nyeri dapat meningkatkan tidur dan kadar darah serta mengurangi kekakuan pada pagi hari. Meningkatkan perasaan sehat dan perbaikan atau regenerasi jaringan.

5. Rekomendasikan penggunaan aspirin bersalut atau salisilat nonasetil

6. Anjurkan mencerna obat dengan makanan, susu, atau antasida pada sebelum tidur

7. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein, dan zat besi.

8. Dorong klien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan 9. Berikan informasi mengenai alat bantu, missal tongkat atau palang keamanan.

Penurunan berat badan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, dan telapak kaki. Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan klien ikut serta seecara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan. Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian. Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup klien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.

10. Diskusikan teknik menghemat energy, misal, duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi 11. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar pada saat istirahat dan waktu melakukan aktivitas, misal, menjaga agar sendi tetap meregang, tidak fleksi

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan

RA adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kroni yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oelh kerusakan dan poriliferasi membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormon sex, infeksi dan umur telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit ini.hingga etiologi AR yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti.

3.2

Saran

Penyakit musculoskeletal bukan merupakan suatu konsekuensi penuaan yang tidak dapat dihindari dan karenanya harus dianggap sebagai suatu proses penyakit spesifik, tidak hanay sebagai akibat penuaan. Sebagai seorang perawat , untuk mengatasi terjadinya cedera sebagai akibat efek perubahan postur tubuh sebagai seorang perawat kita harus dapat menjadi perawat yang terpercaya untuk meningkatkan kesehatan merekan sendiri dan melakukan latihan yang teratur, postur tubuh dan diet yang benar setiap hari dalam kehidupan mereka sendiri, kemudian dalam merawat lansia yang mengalami masalah musculoskeletal kita harus dapat memahami suatu pemahaman terkait masalah tersebut, agar asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Marifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011 http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/rheumatoid-artritis.html. Askep Muskuloskeletal. dipostkan Tyo di 07.56 PM ( Diakses tanggal 11 April 2012) Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010 Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba Medika. Jakarta. 2011 Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006 Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2011

Anda mungkin juga menyukai