Anda di halaman 1dari 11

Bab V Pembahasan

5.1 Masalah Menurut Variabel Keluaran


Variabel 1. Angka penjaringan suspek 2. Proporsi pasien TB BTA positif di antara suspek 3. Proporsi pasien TB paru baru BTA positif di antara semua pasien TB paru 4. Proporsi pasien TB anak di antara semua pasien TB paru 5. Angka (conversion rate) 6. Penyuluhan kelompok 7. Pencatatan dan Pelaporan Ada Ada dan lengkap Tidak ada Untuk pencatatan ada tetapi tidak lengkap (+) (+) konversi 80 74,7 5,3 (+) 15 25,8 10,8 (+) 65 43,3 21,7 (+) Tolok Ukur (%) 80 5 15 Pencapaian (%) 38,4 30,7 Masalah (%) 41,6 (+) 15,7 (+)

5.2 Masalah Menurut Variabel Data Umum


Variabel 1. Jumlah penduduk Tolok Ukur Dari Sumber Data Pencapaian Riil Dari Sumber Data oleh yang Dines Masalah (+)

Puskesmas Jatisari 2012 didapatkan

jumlah penduduk adalah Kesehatan Kabupaten jumlah 54.233 orang penduduk Jatisari untuk tahun 2012 adalah 59.442 orang

37

5.3 Masalah Menurut Masukan


Variabel A) Tenaga Petugas P2TB Puskesmas mempunyai petugas P2TB 1 Jatisari Mempunyai seorang petugas P2TB orang yang juga merangkap sebagai (+) Tolok Ukur Pencapaian Masalah

petugas P2M, petugas pencatatan dan pelaporan, serta petugas bagian mata dan THT. Selain di Klinik TB (Kamis, Jumat, Sabtu) petugas

tersebut juga harus bertugas di Balai Pengobatan Umum (Selasa, Rabu).

B) Sarana Alat-alat penyuluhan Puskesmas memiliki Jatisari Tidak ada sarana alat penyuluhan alat-alat baik brosur, poster, maupuin papan (+)

penyuluhan baik untuk tulis. perseorangan/kelompok. Formulir pencatatan TB 09, TB 10 Pada setiap klinik TB Tidak ada buku pencatatan TB 09 memiliki buku TB 09, TB dan TB 10 10

5.4 Masalah Menurut Variabel Proses Variabel A) Pelaksanaan Penemuan tersangka Penemuan penderita dilakukan Penemuan tersangka penderita (+) Tolok ukur Pencapaian Masalah

secara pasif dengan cara pasien TB hanya dilakukan secara dengan cara pasien

penderita TB datang untuk berobat di Puskesmas pasif paru serta dengan penemuan secara mendatangi

aktif datang berobat ke Puskesmas kontak Jatisari.

serumah pasien TB.

38

Penyuluhan kelompok

Perencanaan penyuluhan kelompok Tidak

dilakukan

penyuluhan

(+)

ada. Memandangkan tenaga kerja kelompok untuk bagian P2M adalah terbatas. Dilakukan perencanaan untuk melakukan penyuluhan kelompok sekurang-kurangnya sebulan sekali di UKS atau di UKM dengan cara lintas sektoral atau lintas program.

5.5 Masalah Menurut Variabel Lingkungan


Variabel A) Fisik Lingkungan Kepadatan lingkungan padat. Sebesar 44,8% rumah penduduk tidak memenuhi kriteria rumah sehat, dimana ventilasi, pencahayaan, serta sanitasi kurang baik B) Non Fisik Pendidikan Rata-rata penduduk Jatisari masih termasuk dalam kategori rendah. Ini menjadi faktor (+) (+) Pencapaian Masalah

hambatan dalam pelaksanaan P2TB.

5.6 Masalah Menurut Variabel Umpan Balik


Variabel Pencatatan kegiatan program Tolok Ukur Pencapaian Masalah (+)

Pencatatan ada secara rinci dan Pencatatan dilakukan tetapi dilakukan setiap hari kerja dari tidak 08.00 14.00. lengkap dan tidak

hari Senin hingga Kamis jam dilakukan setiap hari.

39

Bab VI Perumusan Masalah


Berikut ini adalah masalahmasalah yang ditemukan dalam Evaluasi Program Pencegahan Penyakit Tuberkulosis paru di Puskesmas Jatisari periode Januari 2012 Desember 2012. Masalah Menurut Keluaran A. Besar angka penjaringan suspek adalah 38,4% dari target 80%. Besar masalah adalah 41,6%. B. Besar angka penderita TB paru BTA positif di antara suspek yang diperiksa dahak adalah 30,7% dari target 5-15%. Besar masalah adalah 15,7%. C. Besar angka penderita TB paru BTA positif di antara semua penderita TB paru adalah 43,3% dari target minimal 65%. Besar masalah adalah 21,7%. D. Besar angka temuan pasien TB anak di antara semua pasien adalah 25,8% dari target 515%. Besar masalah adalah 10,8%. E. Besar angka konversi (Conversion Rate) adalah 74,7% dari target minimal 80%. Besar masalah adalah 5,3%. F. Penyuluhan kelompok tidak dilakukan sedangkan targetnya harus dilakukan. G. Pencatatan untuk pasien TB ada tetapi tidak lengkap. Masalah Menurut Sistem Lainnya 1. Data Umum a. Dari sumber data yang didapatkan oleh Dines Kesehatan Kabupaten jumlah penduduk Jatisari untuk tahun 2012 adalah 59.442 orang sedangkan berdasarkan Sumber Data Riil Puskesmas Jatisari 2012 jumlah penduduk adalah 54.233 orang. Perbedaan dari nilai penduduk ini akan mempengaruhi jumlah perkiraan suspek dan juga target BTA positif.

2. Masukan a. Dari segi tenaga kerja, kurangnya tenaga di Puskesmas dalam melaksanakan program ini, yang terlihat dari tugas seorang sebagai petugas P2M sekaligus sebagai petugas P2TB, petugas mata, petugas telinga, dan petugas pencatatan dan pelaporan program. Petugas ini juga turut memegang bagian lain seperti bagian mata dan THT. b. Dari segi sarana non medis, tidak adanya alat-alat penyuluhan (papan tulis, poster TB, brosur TB), ini berakibat minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB. Selain itu tidak adanya formulir rujukan (TB 09) serta 40

formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan (TB 10), menyebabkan kehilangan / tidak termonitornya pasien TB di wilayah kerja. 3. Proses a. Untuk pelaksanaan penemuan tersangka penderita TB paru hanya dilakukan secara Passive Case Finding dan ini merupakan salah satu sebab penemuan tersangka penderita TB paru menjadi tidak optimal. b. Untuk pelaksanaan penyuluhan kelompok tidak dilaksanakan sehingga informasi mengenai penyakit TB tidak dapat diberikan kepada masyarakat. Di samping itu tidak adanya kerjasama antara lintas program (Promkes dengan P2M) dalam melakukan penyuluhan masyarakat tentang penyakit menular.

4. Lingkungan a. Fisik Kondisi lingkungan perumahan yang kurang baik dari penduduk Jatisari karena ventilasi, pencahayaan, dan sanitasi lingkungan yang kurang baik, serta padatnya rumah penduduk mempermudah penyebaran penyakit.

b. Non fisik Sebagian besar penduduk Jatisari memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga menjadi faktor yang menghambat program karena kurangnya pengetahuan mengenai penyakit TB dan kurangnya daya tangkap dalam mencerna materi penyuluhan perorangan yang dilakukan oleh petugas P2TB.

5. Umpan Balik a. Pencatatan kegiatan program ada tetapi tidak lengkap dan tidak dilakukan setiap hari kerja yaitu dari hari Senin hingga Kamis dari jam 08.00 14.00, sehingga ditemukan beberapa angka yang berbeda antara data di Dinkes dengan data di puskesmas.

41

Bab VII Prioritas Masalah


Masalah menurut keluaran : A. Besar angka penjaringan suspek adalah 38,4% dari target 80%. Besar masalah adalah 41,6%. B. Besar angka penderita TB paru BTA positif di antara suspek yang diperiksa dahak adalah 30,7% dari target 5-15%. Besar masalah adalah 15,7%. C. Besar angka penderita TB paru BTA positif di antara semua penderita TB paru adalah 43,3% dari target minimal 65%. Besar masalah adalah 21,7%. D. Besar angka temuan pasien TB anak di antara semua pasien adalah 25,8% dari target 515%. Besar masalah adalah 10,8%. E. Besar angka konversi (Conversion Rate) adalah 74,7% dari target minimal 80%. Besar masalah adalah 5,3%. F. Penyuluhan kelompok tidak dilakukan sedangkan targetnya harus dilakukan. G. Pencatatan untuk pasien TB ada tetapi tidak lengkap. Prioritas Masalah : No Parameter A 1 2 3 4 5 Besarnya masalah Berat ringannya akibat yang ditimbulkan Keuntungan sosial yang diperoleh Teknologi yang tersedia Sumber daya yang tersedia Jumlah Keterangan derajat masalah: 5 = sangat penting 4 = penting 3 = cukup penting 2 = kurang penting 1 = sangat kurang 5 5 5 4 5 B 2 5 5 5 2 C 3 4 5 5 2 19 Masalah D 2 4 4 5 5 20 E 1 5 5 4 4 19 F 5 4 4 3 2 18 G 4 5 4 1 2 16

24 19

Yang menjadi prioritas masalah adalah : 1. Besar angka penjaringan suspek adalah 38,4% dari target 80%. Besar masalah adalah 41,6%. 2. Besar angka temuan pasien TB anak di antara semua pasien adalah 25,8% dari target 515%. Besar masalah adalah 10,8%. 42

Bab VIII Penyelesaian Masalah


Besar angka penjaringan suspek adalah 38,4% dari target 80%. Besar masalah adalah 41,6%.
Penyebab masalah : Kurangnya tenaga kerja di Puskesmas Jatisari karena satu orang petugas memegang jabatan sebagai petugas P2M, petugas P2TB, mata, telinga, dan bertugas untuk melakukan pencatatan dan pelaporan. Karenanya penemuan kasus secara aktif tidak dapat dilakukan karena banyaknya beban kerja petugas dan petugas tidak dapat meninggalkan puskesmas untuk melayani pasien TB yang datang berobat ke puskesmas. Buku pencatatan suspek TB terdapat di Laboratorium. Pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan dahak akan dicatat sebagai suspek. Pasien suspek TB yang diperiksa di Balai Pengobatan Umum tidak dicatat di buku tersebut.

Padahal kenyataannya kita tidak bisa memastikan apakah semua pasien suspke yang disuruh melakukan pemeriksaan dahak benar-benar datang ke laboratorium. Penjaringan suspek yang terlalu ketat juga menjadi masalah yaitu mutu diagnosis awal pasien itu sendiri. Karena banyak pasien di Puskesmas Jatisari dengan batuk 2 minggu tetapi petugas kesehatan hanya memberi pengobatan biasa dan tidak mengarahakan untuk pemeriksaan dahak. Terbatasnya jadwal pemeriksaan dahak yang hanya dibuka setiap hari senin, selasa, rabu, dan kamis. Sehingga pasien yang datang berobat tidak pada hari tersebut biasanya akan malas untuk datang lagi di hari lain.. Tidak adanya penyuluhan kelompok, bosur , atau poster menyebabkan minimnya pengetahuan dari masyarakat tentang penyakit TB. Dan beberapa orang di masyarakat malu untuk berobat TB karena takut dikucilkan dari masyarakat lainnya.

Penyelesaian masalah : Meminta kepada dinas untuk menambah tenga kerja di Puskesmas Jatisari agar setiap petugas tidak merangkap beberapa jabatan. Dengan ini diharapkan petugas dapat benar-benar fokus terhadap program dan tugas yang dipegang masing-masing dan dapat dilakukan pelacakan secara aktif ke tempat-tempat kontak serumah dengan penderita TB (active case finding). 43

Buku pencatatan suspek harus ada Balai Pengobatan Umum karena di sana merupakan pelayanan lini pertama untuk penemuan suspek secara Passive Case Finding. Selain itu, buku pencatatan suspek harus ada juga di bagian laboratorium dan juga klinik TB. Dengan adanya buku ini di ketiga bagian di fasilitas pelayanan yang berbeda, diharapkan dapat dilakukan pemeriksaan silang/ kroscek untuk memastikan bahwa benar pasien suspek TB yang datang dengan gejala TB dan disuruh untuk memeriksa dahaknya benar-benar datang ke laboratorium untuk melakukan pemeriksaan dahak.

Mutu diagnosis awal harus ditingkatkan dengan mensebarluaskan standar diagnosis suspek TB kepada semua dokter dan perawat yang bertugas di Balai Pengobatan sehingga akan didapatkan kesetaraan dalam penentuan suspek TB untuk pasien yang berobat ke Balai pengobatan.

Disarankan agar pemeriksaan dahak pasien dapat dilakukan untuk setiap hari kerja yaitu hari Senin hinggi Sabtu dari jam 08.00 14.00. Melakukan penyuluhan secara kelompok mengenai penyakit TB dengan cara memanggil bekas pasien TB yang sudah sembuh untuk memberikan penyuluhan dan secara tidak langsung memberikan motivasi kepada pasien TB yang masih dalam pengobatan bahwa mereka masih ada peluang untuk sembuh. Selain itu juga meningkatkan kerja sama baik lintas program (Promkes) dan juga lintas sector dalam mengadakan penyuluhan tentang penyakit TB di masyarakat.

Besar angka temuan pasien TB anak di antara semua pasien adalah 25,8% dari target 515%. Besar masalah adalah 10,8%.

Penyebab masalah : Rendahnya mutu diagnosis awal dokter dan perawat yang bertugas di Balai Pengobatan (BPU). Mengingat hanya 1 dokter dan 1 perawat saja yang mendapat pelatihan. Sehingga banyak anak yang datang ke puskesmas dengan batuk lama dan demam, tanpa dihitung skoring TB langsung diberi terapi TB (overdiagnosis). Tidak adanya penyuluhan yang menyebabkam minimnya pengetahuan

masyarakat tentang bagaimana cara penularan dan bagaimana cara mencegah terkenanya penyakit TB. Oleh karena itu, pasien TB aktif dewasa cenderung menularkan anaknya (orang yang rentan/ kontak serumah). Kepadatan tempat tinggal penduduk dan hanya 50% rumah warga di wilayah kerja Jatisari yang memenuhi kriteria rumah sehat. 44

Tidak adanya kerjasama lintas program dari P2TB dengan Promosi Kesehatan, KIA, dan Gizi, sehingga hanya 1 orang tenaga P2TB yang bekerja dalam seluruh kegiatan program Pencegahan Penyakit TB.

Penyelesaian masalah :

Mutu diagnosis awal harus ditingkatkan dengan mensebarluaskan standar diagnosis TB anak dengan menggunakan Skoring TB anak kepada semua dokter dan perawat yang bertugas di Balai Pengobatan sehingga akan didapatkan kesetaraan dalam penentuan diagnosis TB anak untuk pasien yang berobat ke Balai pengobatan.

Memberikan penyuluhan kelompok tentang bagaimana cara penularan dan bagaimana cara mencegah agar orang tidak terkena penyakit TB, yaitu dengan mensosialisasikan tentang: Pentingnya menerapkan 10 perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya memberikan imunisasi BCG pada bayi. Pentingnya meningkatkan asupan gizi agar tubuh fit sehingga tidak terinfeksi penyakit TB.

Melakukan penyuluhan secara kelompok tentang bagaimana cara memutus rantai penularan penyakit TB di lingkungan rumah yang padat penduduk, yaitu dengan cara: Untuk masyarakat yang rumahnya sudah memenuhi kriteria rumah sehat, hendaknya membuka pintu dan jendela rumah setiap pagi, agar sinar matahari dapat masuk, dimana kuman TB tersebut akan mati bila terkena sinar matahari. Untuk masyarakat yang rumahnya tidak memenuhi kriteria rumah sehat, hendaknya minimal seminggu sekali menjemur barang2 yang ada di rumah, seperti meja, kursi, tempat tidur, lemari di bawah sinar matahari langsung. Ini bertujuan supaya bila ada kuman TB yang menempel di barang-barang tersebut dapat mati.

Meningkatkan kerja sama lintas program (khusunya dengan Promosi kesehatan, KIA, gizi), sehingga program pencegahan penyakit TB ini dapat berjalan dengan baik, mengingat petugas P2TB hanya 1 orang dan merangkap menjadi petugas P2M.

45

Bab IX Kesimpulan
Telah dilakukan evaluasi program Pencegahan Penyakit Tuberkulosis (P2TB) yang dilakukan dengan pendekatan sistem di Puskesmas Jatisari periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. Ditemukan adanya 2 prioritas masalah yaitu besar angka penjaringan suspek dan besar angka temuan TB anak di antara semua pasien. Dan disarakankan kepada kepala Puskesmas setempat agar: Meminta data sensus dari Badan Pusat Statistik mengenai jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatisari karena ini berpengaruh pada angka target pencapaian suspek. Mengajukan usulan kepada dinas untuk penambahan tenaga kerja yang boleh membantu petugas P2TB. Melakukan pelatihan, minimal dalam penentuan suspek dan penegakkan diagnosis TB dewasa maupun anak kepada seluruh dokter dan perawat yang bertugas di Balai Pengobatan, sehingga memiliki standar yang sesuai dengan nasional Melatih kembali (ulangan) petugas laboratorium dan melakukan uji silang (cross cek) pemeriksaan dahak. Membuat perencanaan tertulis terkait jadwal waktu, tempat, dan pembagian tugas tentang kegiatan penyuluhan kelompok. Meningkatkan kerjasama antara lintas program (dalam hal ini Promkes, KIA, dan Gizi) ataupun lintas sektoral (sector perumahan) untuk sama-sama

menyelenggarakan penyuluhan masyarakat Melatih kader atau PMO setempat untuk membantu melakukan penyuluhan kelompok sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit TB. Memperbaiki sistem pencatatan kegiatan program.

Sehingga diharapkan dapat memutuskan rantai penularan penyakit Tuberkulosis yang akan berakibat menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit Tuberkulosis dan TB tidak menjadi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Jatisari.

46

Daftar Pustaka
1. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesi Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011. 2. Tuberculosis. World Health Organization. Diunduh dari

http://www.who.int/mediacentre, 24 September 2013. 3. Global Tuberculosis Report 2012. World Health Organization. Diunduh dari http://www.who.inttbpublicationsglobal, 24 September 2013. 4. Laporan Situasi Terkini Perkembangan Tuberkulosis di Indonesia Januari Disember 2012. DITJEN PP & PL Kementerian Kesehatan R.I. 2012. Diunduh dari http://www.tbindonesia.or.id, 24 September 2013. 5. Rencana Aksi Nasional Programmatic Management of Drug Resistance Tuberculosis Pengendalian Tuberkulosis Indonesia: 2011-2014. Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesi Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011: 3. 6. Daman U. Profil Tuberkulosis Regional Jawa Barat. Diunduh dari :

http://www.tbindonesia.or.id/tbnew, 24 September 2013. 7. Evaluasi Program dengan Pendekatan Sistem. Pedoman Epidemiologi.Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Universitas Kristen Krida Wacana, 2011. h.28-9. 8. Buku Laporan Tahunan Data Riil Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang, 2012. 9. Panduan Bagi Petugas Laboratorium. Pemeriksaan Mikroskopis Tuberkulosis. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCT). Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang 2009. 10. Pelatihan Tatalaksana TB bagi Pengelola Program TB di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Logistik Pengendalian Tuberkulosis di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan. Kementerian Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta 2012. 11. Pelatihan Tatalaksana TB bagi Pengelola Program TB di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Komunikasi, Informasi dan Edukasi Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

47

Anda mungkin juga menyukai