Anda di halaman 1dari 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PERILAKU DAN SIKAP Definisi perilaku menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud digerakkan (sikap), tidak saja badan atau ucapan (Kaunang, 2009). Perilaku diartikan sebagai suatu aksi reaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu . Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku terentuk melalui suatu proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktorfaktor yang memegang peranan didalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi 2 faktor intern dan ekstern (Notoadmodjo, 2003). Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang atau organism terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sitem ppelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Syanrilaode, 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Perilaku merupakan respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Factor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. Factor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi,politik dan sebagainya. Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau resultrane antara berbagai factor, baik factor internal maupun eksternal. Dengan kata lain perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas (Notoadmojo, 2003).

Menurut Ghana (2008) perilaku manusia dipengaruhi oleh factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor yang ada dalam dirinya yaitu ras/ keturunan, jenis kelamin,sifat fisik, kepribadian, bakat dan intelegensia. Sedangkan factor eksternalnya antara lain pendidikan, agama, kebudayaan, lingkungan dan social ekonomi. Menurut Anderson R (1968) dalam behavioural model of families use of health services, perilaku orang sakit berobat ke pelayanan kesehatan secara bersama-sama dipengaruhi faktor predisposisi (usia,jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), faktor pemungkin (ekonomi keluarga, akses terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada dan penanggung biaya berobat) dan faktor kebutuhan (kondisi individu yang mencakup keluhan sakit). (Supardi dkk, 2011) Menurut J. Winardi (2001), perilaku tidak hanya dideterminasi oleh keinginan saja, akan tetapi perilaku juga dipengaruhi juga oleh lingkungan, pengetahuan, persepsi, norma-norma social, sikapsikap dan mekanisme-mekanisme pertahanan.

Ruang Lingkup Perilaku Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya 3 bidang perilaku yaknikognitif, afektif dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi 3 tingkat yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. 9wikipedia, 2011) a) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. (Notoadmodjo, 2003). Menurut WHO, pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. (Bascom, 2009). Notoatmodjo (2003), membagi pengetahuan dalam 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

i.

Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajarinya, seperti mengingat kembali seseuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsanagan yang telah diterima.

ii.

Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

iii.

Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.

iv.

Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi/suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

v.

Sintesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

vi.

Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek.

b) Sikap Menurut Wikipedia (2011) sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang melibatkan factor pendapat yang bersangkutan. Sikapmenggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek , sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat (Bascom, 2009). Newcomb, salah seorang ahli psikologis social, menyatakan bahwa sikap itu merupakan pelaksanaan motif-motif tertentu (Notoadmojo, 2003). Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: i. Menerima Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. ii. Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. iii. Menghargai Menajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah. iv. Bertanggung jawab Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan secara langsung atau tidak langsung. Menurut Azwar (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap: i. Pengalaman pribadi Pengalaman yang telah lalu maupun yang sedang kita alami ternyata memiliki pengaruh pada penghayatan kita terhadap suatu obyek psikologis tertentu (dalam Azwar, 2003) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali terhadap objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negative terhadap objek tersebut. Selanjutnya dikatakan oleh Azwar (2003) bahwa pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses yang kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan tersebut terbentuk, dan ciri.-ciri objektif yang dimiliki stimulus. Oleh karena itu sebagai dasar pembentukan sikap, maka pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karenanya sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan ii. Kebudayaan Kebudayaan yang berkembang dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Sebagai contoh, misalnya sikap orang desa dengan orang kota terhadap kebebasan dalam pergaulan antara muda-mudi barangkali memiliki perbedaan yang amat tajam. Orang kota cenderung memiliki sikap yang lebih permisif dibandingkan orang desa yang masih memegang teguh norma-norma. Di lain pihak apabila seseorang tinggal di dalam lingkungan yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka akan sangat mungkin apabila ia memiliki sikap yang negatif terhadap

kehidupan yang individualistis yang mementingkan perorangan. Tanpa kita sadari bersama, kebudayaan ternyata telah menanamkan pengaruh yang kuat terhadap sikap terhadap berbagai macam hal. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan tersebut yang berperan di dalam memberi corak pengalaman-pengalaman individu yang menjadi anggotanya.Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan. Contoh pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan. iii. Orang lain yang dianggap penting (significant others) Yaitu: orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus. Misalnya: orangtua, pacar, suami/isteri, teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting. iv. Media masa Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu. v. Institusi/ lembaga pendidikan dan agama Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang. vi. Faktor emosional Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego. Dapat bersifat sementara ataupun menetap (persisten/tahan lama). Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair)

c) Praktik atau tindakan Tindakan ini merujuk pada perilaku yang dideskripsikan dalam bentuk tindakan yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki (Wikipedia, 2011) Untuk mewujudkan sikap mejadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor-faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, anatara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2003). i. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. ii. Respon terpimpin Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. iii. Mekanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupkan kebiasaan iv. Adopsi Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2. PERILAKU PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN (HELP SEEKING BEHAVIOUR) Menurut Notoatmodjo, (2007) masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut: 1. Tidak bertindak/kegiatan apa-apa (no action). Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Anggapan bahwa tanpa bertindak gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya, fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsive, dan sebagainya, akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya.

2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment) Alasan orang atau masyarakat percaya kepada diri sendiri, dan karena pengalaman yang lalu usaha-usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan. 3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy).

Masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat teratas dibanding masih menduduki tempat teratas disbanding dengan pengobatanpengobatan yang lain. Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah lebih bersifat budaya dari pada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada sosial-budaya masyarakat dari pada hal-hal yang dianggapnya masih asing. Dukun yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian masyarakat, berada ditengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat dari pada dokter, mantri, bidan, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka seperti juga pengobatan yang dilakukan dan obatnya juga merupakan kebudayaan mereka. 4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk ketukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. 5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh

pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan kedalam balai pengobatan, Puskesmas, dan Rumah Sakit. 6. Mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh

dokter praktek (private medicine). Dari uraian-uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehatsakit sangat berbeda pada setiap individu, kelompok dan masyarakat. Persepsi

masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan, berdasarkan perbedan persepsi mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit kita, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan, Notoatmodjo (2007).

Faktor-faktor penentu (determinan) penggunaan pelayanan kesehatan. dan model-model penggunaan pelayanan kesehatan dikembangkan antara lain Notoatmodjo (2007:210214) a. Model Demografi (kependudukan) Model demografi yang dipakai adalah umur, seks, perkawinan, besarnya keluarga. Variabel ini digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator yang berbeda, dengan asumsi perbedaan derajad kesehatan dan kesakitan dalam penggunan pelayanan kesehatan dipengaruhi variabel demografi. b. Model Struktur Sosial (Sosial Struktur models) Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan,dan kebangsaan. Variabel ini mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga dimasyarakat. Penggunaan pelayanan kesehatan adalah salah satu dari aspek gaya hidup, yang ditentukan lingkungan sosial, fisik,psikologis. Dengan kata lain pendekatan sruktur sosial dIdasarkan pada asumsi orang dengan latar belakang struktur sosial yang bertentangan akan mengunakan pelayanan kesehatan dengan cara yang tertentu. c. Model Psikologis ( Psycological models) Model yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan keyakinan individu, variabel psikologs meliputi kerentanan terhadap penyakit, keseluruhan penyakit, keuntungan yang diharapkan, pengambilan tindakan. d. Model sumber keluarga ( family Resousce models) Variabel yang dipakai adalah pendapatan keluarga, cakupan asuransi keluarga, model ini adalah kesanggupan individu untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi anggotanya berdasarkan model ekonomis. e. Model Sumber daya masyarakat ( Comunity Resousce models) Penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber yang ada didalam masyarakat memindahkan pelayanan dari tingkat individu ke tingkat masyarakat f. Model Organisasi (Organization models) Model ini adalah perncerminan perbedaan bentuk sistem pelayanan kesehatan meliputi gaya praktik pengobatan, sifat pelayanan (membayar langsung atau tidak) letak pelayanan ( tempat pribadi, klinik, RS) Petugas kesehatan. g. Model Sistem Kesehatan Model yang menggabungkan atau atau mengintegrasikan keenam model terdahulu kedalam model yang lebih sempurna.

h. Model Kepercayaan Kesehatan (Health belief model) Model yang menjabarkan dari model sosio psikokogis i. Model Sistem Kesehatan ( health sistem model) Anderson (1974) Model kepercayaan kesehatan terbagi dalam 3 kategori 1. Predisposisi bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda 1) ciri demografi (jenis kelamin, dan umur 2) struktur sosial (pendidikan, pekerjaan ras suku) 3) Manfaat kesehatan, keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan. 2. Karakteristik pendukung (enabling charakteristics) kemampuan konsumen untuk membayar 3. Karakteristik kebutuhan ( need charakterstics) dirasakan sebagai satu kebutuhan untuk mencari pengobatan

Anda mungkin juga menyukai