Anda di halaman 1dari 2

1.

Arsen merupakan logam berat yang memiliki bentuk organic dan an organic, dalam bentuk yang berbeda ini Arsen memiliki sifat dan toksisitas berbeda. Terbukti dari hasil penelitian bahwa Arsen an organic lebih bersifat racun daripada Arsen organic. Dalam kasus ini, Arsen pada kerang hijau di perairan teluk Jakarta memiliki kadar 14,6 ppm dimana kadar ini melebihi LD50 Arsen. Tetapi Arsen dalam kerang hijau ini tidak berbahaya (toksik) apabila dikonsumsi oleh manusia karena Arsen ini merupakan Arsen organic yang berasal dari makhluk hidup di perairan tersebut. LD50 Arsen digunakan sebagai tolok ukur dosis maksimal untuk Arsen an organic seperti Arsenite (AsIII) yang dapat menyebabkan keracunan pada manusia jika dikonsumsi melebihi LD50. Sedangkan Arsen organic seperti pentavalent arsenic organic dan arsonium tidak berbahaya karena berasal dari makhluk hidup laut. Oleh karena itu, diperlukan spesiasi yaitu upaya penggolongan bentuk spesifik unsur berdasarkan struktur molekul, biloks, bentuk kompleks, maupun bentuk nuklir (isotope). Dengan diketahuinya spesi kimia dari sampel, maka dapat dipersiapkan tindakan penanganan dari masing-masing spesi kimia tersebut Arsen merupakan logam berat yang memiliki bentuk organic dan an organic, dalam bentuk yang berbeda ini Arsen memiliki sifat dan toksisitas berbeda. Terbukti dari hasil penelitian bahwa Arsen an organic lebih bersifat racun daripada Arsen organic. Dalam kasus ini, Arsen pada kerang hijau di perairan teluk Jakarta memiliki kadar 14,6 ppm dimana kadar ini melebihi LD50 Arsen. Tetapi Arsen dalam kerang hijau ini tidak berbahaya (toksik) apabila dikonsumsi oleh manusia karena Arsen ini merupakan Arsen organic yang berasal dari makhluk hidup di perairan tersebut. LD50 Arsen digunakan sebagai tolok ukur dosis maksimal untuk Arsen an organic seperti Arsenite (AsIII) yang dapat menyebabkan keracunan pada manusia jika dikonsumsi melebihi LD50. Sedangkan Arsen organic seperti pentavalent arsenic organic dan arsonium tidak berbahaya karena berasal dari makhluk hidup laut. Oleh karena itu, diperlukan spesiasi yaitu upaya penggolongan bentuk spesifik unsur berdasarkan struktur molekul, biloks, bentuk kompleks, maupun bentuk nuklir (isotope). Dengan diketahuinya spesi kimia dari sampel, maka dapat dipersiapkan tindakan penanganan dari masing-masing spesi kimia tersebut.

2. a) Perlu. Analisis spesiasi ini perlu dilakukan karena mineral-mineral tembaga dalam bijih tersebut memiliki sifat yang berbeda misalnya polaritas, kelarutan, toksisitas, maupun kemagnetan sehingga jika akan dilakukan ekstrasi maka perlakuan untuk setiap spesi tembaga ini berbeda pula. Contoh : Berdasarkan sifat kelarutan dan kepolaran, mineral Cu2O, CuCO3.Cu(OH)2, dan 2 CuCO3.Cu(OH)2 bersifat polar karena dapat larut dalam air (minera;-mineral oksida bersifat larut dalam air). Sedangkan mineral CuFeS2, Cu5FeS4, dan Cu2S bersifat non polar karena tidak dapat larut dalam air. Dengan adanya perbedaan sifat kepolaran dan kelarutan tersebut, maka ketika dilakukan ekstraksi mineral yang bersifat polar akan tertinggal di fasa aqueous dan mineral non polar akan terbawa ke fasa organic. b) Untuk memisahkan mineral tembaga dapat dilakukan metode flotasi yaitu pemisahan padatan dari padatan dengan prinsip perbedaan sifat kepolaran (hidrofobilitas dan hidrofilitas). Tahap awal flotasi ialah dengan melarutkan padatan sampel dalam air agar berbentuk cairan (lumpur) kemudian dialirkan gelembung secara merata di atas permukaan lumpur tersebut. Dalam proses ini, mineral Cu2O, CuCO3.Cu(OH)2, dan 2 CuCO3.Cu(OH)2 yang bersifat hidrofilik (suka air/polar) akan tetap tinggal dalam lumpur. Sedangkan mineral CuFeS2, Cu5FeS4, dan Cu2S yang bersifat hidrofobik(tidak suka air/non polar) akan terbawa dan terdispersi dalam gelembung gas yang dialirkan tadi sehingga mineral yang ingin diekstraksi dapat diambil dari gelembung dengan pemisahan gelmbung atau busa tersebut dari lumpur.

Anda mungkin juga menyukai