Anda di halaman 1dari 0

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Apendisitis adalah infeksi bacterial pada apendiks vermiformis.
Dimana Apendiks merupakan organ sempit, berbentuk tabung yang
mempunyai otot dan mengandung banyak jaringan limfoid

(Snell,2000).
Organ yang tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah
kesehatan, yaitu peradangan pada apendiks (Pieter,2005). Apendisitis akut
adalah keadaan akut abdomen yang memerlukan pembedahan segera untuk
mencegah komplikasi yang lebih buruk. Komplikasi yang terjadi adalah
abses, perforasi, peritonitis.
Insiden apendisitis akut di Negara maju lebih tinggi daripada di
Negara berkembang (Pieter,2005). Kejadian ini mungkin disebabkan akibat
perubahan pola makan di Negara berkembang yang banyak mengkonsumsi
makanan berserat. Di Amerika Serikat populasinya 11 kasus per 10.000
populasi tiap tahun, dimana terjadi penurunan jumlah kasus dari 100 kasus
menjadi 52 kasus tiap 100.000 penduduk dari tahun 1975-1991(Jaffe dan
Berger, 2005). Di Indonesia insidens apendisitis akut jarang dilaporkan.
Insidens apendisitis akut pada pria berjumlah 242 sedangkan pada wanita
jumlahnya 218 dari keseluruhan 460 kasus (Ruchiyat dkk,1999). Tahun 2008,
insiden apendisitis mengalami peningkatan. Hal ini diakibatkan karena
peningkatan konsumsi junk food dari pada makanan berserat. Apendisitis
kronik insidennya hanya 1-5 %. Di RSPAD Gatot Soebroto pada tahun 2009,
menurut hasil patologi anatomi, tercatat dari 108 penderita apendisitis hanya
13 orang saja yang menderita apendisitis kronik.
Data epidemiologi apendisitis jarang terjadi pada balita, insidennya
hanya 1%. Apendisitis mengalami peningkatan pada masa pubertas, dan
mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan penderita
apendisitis mengalami penurunan menjelang dewasa (Pieter, 2005). Insiden
1
2

apendisitis sama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber,
sedangkan pada masa remaja ratio laki-laki : perempuan menjadi 3:2 dan
pada usia diatas 25 tahun ratio ini menjadi 1:1(Telford, Condon, 1996).
Insiden apendisitis pada laki laki tertinggi pada umur 10 14 tahun (27.6%
per 10.000 penduduk), sementara pada wanita insiden tertinggi pada umur 15
19 tahun (20,5% per 10.000 penduduk) (Bernard & David, 2005; douglas &
david, 2005).
Karena apendisitis akut merupakan keadaan akut abdomen yang
memerlukan tindakan segera maka kecepatan diagnosis sangat diperlukan.
Tingkat akurasi diagnosis apendisitis akut berkisar 76-92 %. Pemakaian
laparoskopi, ultrasonografi, dan computed tomography scanning (CT-scan),
adalah beberapa pemeriksaan untuk meningkatkan akurasi diagnosis
apendisitis akut. Beberapa pemeriksaan laboratorium dasar masih banyak
digunakan dalam diagnosis penunjang apendisitis akut. Pemeriksaan ini
sangat mudah, cepat, murah untuk rumah sakit di daerah. Jumlah leukosit,
dan hitung jenis leukosit (differential count) adalah penanda yang sensitive
proses inflamasi.
Jumlah leukosit bermanfaat dalam mendiagnosis apendisitis akut dan
kronik serta apendisitis komplikasi (sofie, 2006). Pada hasil laboratorium,
nilai leukosit pada apendisitis akut dan apendisitis kronik mengalami
perbedaan (Sarah,2000). Pada pasien dengan apendisitis akut, 70-90% hasil
laboratorium nilai leukosit meningkat >10.000/mm
3
dan hitung jenis leukosit
dengan pergeseran ke kiri yaitu peningkatan persentase neutrofil

(Burkit et al
,1994). Nilai ambang untuk leukosit pada apendisitis akut yaitu sekitar 10.000
sampai 18.000/mm3. jika nilai lebih dari nilai ambang yang di atas maka
kemungkinan terjadinya apendisitis yang perforasi dengan abses ataupun
tanpa abses (Bernard & david,2005) dan apabila terjadi peritonitis jumlah
leukosit antara 20.000 30.000/mm
3
(Ein, 2000). Sedangkan pada pasien
apendisitis kronik jumlah leukosit umumnya normal yaitu antara 4000
11.000/mm
3
(Bernard & david,2005).
3

1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, terdapat masalah
yang belum diketahui, yaitu
Apakah terdapat perbedaan jumlah leukosit pada pasien apendisitis
akut dan apendisitis kronik di RSPAD Gatot Subroto Jakarta periode januari
2010 desember 2010?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan jumlah leukosit pada pasien apendisitis akut
dan apendisitis kronik di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta periode januari
2010 desember 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi usia yang mengalami apendisitis akut di
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta periode januari 2010 desember
2010.
2. Mengetahui distribusi usia yang mengalami apendisitis kronik di
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta periode januari 2010 desember
2010.
3. Mengetahui jenis kelamin terbanyak menderita apendisitis akut di
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta periode januari 2010 desember
2010.
4. Mengetahui jenis kelamin terbanyak menderita apendisitis kronik di
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta periode januari 2010 desember
2010.
5. Mengetahui perbedaan jumlah leukosit pada pasien apendisitis akut
dan apendisitis kronik di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta periode
januari 2010 desember 2010.
4

1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. Penulis
1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang perbedaan jumlah
leukosit pada pasien apendisitis akut dan kronik.
2. Menambah pengetahuan tentang pemeriksaan penunjang diagnosis
apendisitis akut dan apendisitis kronik
1.4.2. Masyarakat Ilmiah
Data dan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah
satu penelitian selanjutnya.
1.4.3. Masyarakat
1. Sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat
tentang apendisitis atau radang usus buntu
2. Agar masyarakat dapat memahami dan mencegah penyakit
Apendisitis

Anda mungkin juga menyukai