Anda di halaman 1dari 44

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Tawas

2.1.1. Definisi Tawas merupakan senyawa berbentuk kristal putih berbentuk

transparan seperti gelatin dan mempunyai sifat yang dapat menarik partikelpartikel lain sehingga berat, ukuran dan bentuknya menjadi semakin besar, mudah larut dalam air, serta mudah mengendap. Tawas terbentuk dari proses pelapukan batuan yang mengandung mineral sulfida di daerah vulkanis yang mengandung pirit (Fe) dan markasit (FeS2). Di alam bebas tawas dapat ditemukan dalam dua bentuk yaitu bentuk padat dan cair. Tawas adalah nama lain dari aluminium sulfat yang memiliki rumus kimia Al2(SO4)3.11

Gambar 2.1. Aluminium Sulfate Al2(SO4)3

Kristal tawas ini cukup mudah larut dalam air, dan kelarutannya berbeda-beda tergantung pada jenis logam dan suhu. Juga merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari molekul air dan dua jenis garam, salah satunya biasanya Al2(SO4)3. Alum kalium, juga sering dikenal dengan alum, mempunyai rumus formula yaitu K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O.12 2.1.2. Manfaat Tawas Manfaat tawas secara signifikan paling sering ditemui pada pusat penjernihan air. Digunakan untuk menghasilkan produk air yang terlihat jernih terutama pada daerah dimana air tanah yang dihasilkan masih kotor. Prinsip penjernihan air adalah dengan menggunakan stabilitas partikel-partikel bahan pencemar dalam bentuk koloid.12 Tawas juga banyak diperuntukkan pada industri makanan yang memerlukan warna dan tekstur putih yang bersih seperti kerupuk. Perendaman makanan sebagaimana proses dari ammonium sulfat (Al2(SO4)3) sebagai berikut: Al2 (SO4)3 + 6(H2O) 2 Al (OH) 3 + 3 H2SO4 adalah

Peranan tawas diatas berfungsi mengumpulkan koloid dan menjernihkan air, pada pH 5,0 sampai dengan 7,5 kelarutan Al (OH)3 yang berada pada kelarutan sangat rendah sehingga membentuk gel dan dapat mengendapkan berbagai macam koloid.13 Ikan tongkol yang direndam dalam larutan tawas sebelum diasap, teksturnya menjadi lebih kompak, kesat dan keras. Ikan yang direndam terlebih dahulu pada larutan tawas 10% selama satu jam sebelum diasap, warnanya 6

lebih putih, konsentrasi senyawa nitrogen volatilnya menurun sehingga mengurangi bau amis, rasa pahit dan tidak berkurang kadar proteinnya. Adanya interaksi dengan tawas, maka nilai total volatile nitrogen yang berkaitan dengan bau amis ikan akan menurun.85 Prinsip penggunaan tawas pada proses perendaman ikan sebelum diasap, adalah mirip dengan penggunaan garam dapur, yang fungsinya selain menghambat pertumbuhan mikroba, juga untuk membuat ikan menjadi putih dan kenyal.13 Daging ikan yang direndam terlebih dahulu dengan tawas dengan konsentrasi mulai 4% sampai dengan 12% dan waktu perendaman yang berfariasi mulai dari 30 menit sampai dengan 150 menit sebelum diasap, konsentrasi aluminium per 10 gram daging ikan pada yang sudah dan sebelum diasap tidak berbeda yaitu sekitar 0,266 sampai dengan 0,413 ppm. Proses pengasap yang memakan waktu hampir 4 jam, ternyata tidak mengurangi konsentrasi alumunium di dalam daging ikan. Konsentrasi alumunium dalam daging ikan tidak bertambah walaupun konsentrasi tawas dan waktu kontaknya dinaikan. Dalam hal ini terjadi kejenuhan dalam pengikatan ion alumunium oleh daging ikan.13 2.1.3. Absorbsi Tawas Tawas mengandung alumunium yang merupakan logam toksik, dan masuk ke dalam tubuh manusia kebanyakan bersama makanan.1 Alumunium diserap dalam air dalam bentuk larutan, proses perpindahan cairan secara aktif dan membutuhkan ATP. Alumunium masuk ke dalam sel dalam bentuk ikatan komplek seperti ikatan molekul thiol seperti asam amino dan dalam bentuk 7

khusus.1 Alumunium dalam jaringan akan berikatan dengan protein pengikat


logam yaitu metalotionin pada gugus sulfidril dari protein tersebut.15 Metalotionin

adalah protein yang terkonservasi, yang ditemukan tidak hanya pada berbagai tingkat jaringan/organ (misalnya hati, ginjal, insang, testis, usus, otot, plasma, eritrosit, sel-sel epitelial dan urine) tetapi ditemukan juga pada sitoplasma dan nukleus.16 2.1.4 Distribusi Logam berat yang memasuki tubuh akan terdistribusi sesuai dengan afinitasnya. Logam berat menyerang secara spesifik organ hati dan ginjal yang berperan sebagai organ detoksifikasi.13 Efek logam berat terhadap hati sangat variatif karena hati merupakan organ terbesar di dalam tubuh yang menerima semua hasil absorbs usus lewat pembuluh vena porta. Vena porta tersebut berisi banyak nutrien dan bahan asing yang berasal dari usus. Selain menerima darah dari usus, hati juga menerima darah balik dari ginjal. Darah yang memasuki hati 70% berasal dari vena porta, sedangkan yang 30% datang dari aorta sebagai arteri terbesar di dalam tubuh. Akibat dari faal hati inilah maka hepatotoksik akan lebih toksik bagi hati jika masuk per-oral dibandingkan dengan masuk lewat inhalasi atau derma.18 2.1.5 Metabolisme Didalam hepar akan berlangsung proses detoksifikasi. Melalui proses ini terbentuklah ion O2- (Superoksida) yang bersifat reaktif, melalui beberapa cara diantaranya pada reaksi yang dikatalisis oleh NADPH oksidase yang terdapat dalam mitokondria dan reaksi yang melibatkan ion Fe2+ pada proses fosforilasi, 8

oksigenasi hemoglobin, hidroksilasi oleh enzim monooksigenase (sitokrom P450 dan sitokrom b4) serta ion Fe bebas. Radikal superoksida (O2-) akan berikatan dengan H+ (Hidrogen) membentuk H2O2 (Hidrogen perioksida). Senyawa ini akan berbahaya apabila bertemu secara langsung dengan O2(Superoksida) atau berikatan dengan Al (Aluminium), dan akan membentuk senyawa yang sangat reaktif yaitu OH-.2 Setelah melalui proses di dalam tubuh sisanya akan diekskresikan.19 Hasil metabolisme berupa OH- (Radikal hidroksil). Ion OH- (Radikal hidroksil) kemudian akan ikut aliran darah menuju jantung untuk

didistribusikan ke paru selanjutnya menuju sel pada paru (goblet, sel clara, sel alveoli dan sel makrofag), Radikal hidroksil (OH-) ini akan bereaksi dengan PUFA(Poliunsaturated fatty acid) membentuk perioksidasi lipid terjadilah proses yang dinamakan inisiasi, propagasi, hingga terminasi yang menghasilkan tiga produk yaitu; Malondialdehyde, 4-hydroxy-2-alkena, dan 2-alkana. Produk ini salah satunya adalah MDA (Malondyaldehida). MDA

(Malondyaldehida) akan merubah struktur membran sel yang menyebabkan hilangnya regulasi intraseluler Ca2+ oleh Ca2+ ATPase (Grotto, 2009). Hilangnya regulasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel lipid sehingga sel pada paru (goblet, sel clara, sel alveoli dan sel makrofag)

mengalami kematian dan mengakibatkan gangguan pada struktur dan fungsi sel tersebut diantaranya gangguan proses pertukaran gas, menurunnya produksi surfaktan, meningkatnya tegangan permukaan alveoli, menurunnya produksi protein matrik intraseluler, dan kegagalan merilis sitokin dan faktor pertumbuhan. Fungsi penting lainnya adalah kegagalan dalam proses perbaikan sel. Kondisi tersebut akan menurunkan fungsi paru.20 Apabila kadar SOD (Superoksida dismutase) cukup maka H2O2

(Hidrogen perioksida) akan segera diubah menjadi senyawa yang tidak berbahaya yaitu H2O. Didalam tubuh ada beberapa jenis enzim selain SOD yang berperan membantu kinerja dari SOD seperti Cat (Catalase), GPX (Glutation perioksidase) dan GSH (Glutation) , kesemua enzim ini saling ketergantungan satu dengan yang lainnya.5 2.1.6 Ekskresi Setelah terurai dalam tubuh maka ion-ion tersebut ikut terserap dalam usus halus kemudian menuju colon dan keluar melalui sekresi feses, sedangkan ginjal merupakan organ ekskresi utama bagi cairan yang tidak digunakan lagi oleh tubuh, dan disalurkan lewat pembuluh darah, seperti urea, kreatinin, asam urat dan lain-lain. Ginjal sangat peka terhadap logam berat, karena pada ginjal logam tersebut membentuk kompleks dengan ligan organik. Sebagai organ ekskresi, ginjal mudah terpapar zat-zat kimia asing seperti logam berat, yang mungkin saja merusak jaringannya.2

10

2.1.7. Mapping Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi

Al++ R1H

+ H2O2 +

Al+++ +
+

+ OH- + OH H2O

OH

R1

NADPH + O2 + NADP + H + O2 Fe2+ + O2 Fe3+ + O2-

11

(1, 14, 16, 17)

12

2.2. Pulmo (Organ Paru) 2.2.1. Struktur Anatomi Paru Fungsi pernafasan yang utama adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Oleh karena itu, baik anatomi maupun fisiologi paru disesuaikan dengan fungsi ini. Secara anatomi, fungsi pernafasan ini dimulai dari hidung sampai ke parenkim paru. Udara didistribusikan ke dalam paru melalui trakea, bronkus, bronkiolus. Trakea disebut generasi pertama saluran napas, dan dua bronkus kiri dan kanan adalah generasi kedua, tiap-tiap bagian itu disebut generasi tambahan. Terdapat 20-25 generasi sebelum udara akhirnya menapai alveoli.22

Gambar 2.2. Organ Paru23

Pada mediastinum, trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan yang tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek, lebar dan vertikal. Hal ini membuat partikel-partikel yang masuk lebih mudah tersangkut disini.24 Bronkus primer (ekstrapulmonal) kanan bercabang lagi sebelum memasuki

13

jaringan paru menjadi bronkus (sekunder) lobus atas dan lobus bawah. Bronkus lobus tengah kanan berasal dari bronkus lobus bawah yang terdapat dalam paru. Di dalam paru biasanya bronkus utama kiri bercabang menjadi bronkus lobus atas dan bawah. Jadi, tiga lobus kanan dan dua lobus kiri diisi oleh bronkus sekunder dan setiap bronkus lobaris bercabang lebih lanjut menjadi bronkius tersier, yang turut menyusun segmen bronkopulmonar. Jumlah segmen pada paru kanan adalah 10 segmen dan 8 segmen pada paru yang kiri, segmen paru ini sangat penting artinya dalam operasi.25 Di dalam tiap segmen bronkopulmonar terjadi percabangan lebih lanjut secara dikotom, dalam hal ini udara mengalir lebih lambat pada cabang-cabang yang lebih kecil. Setelah sembilan atau dua belas generasi percabangan, ukuran saluran makin kecil dengan penampang kira-kira 1 mm. saluran ini dikenal dengan bronkiolus yang turut menyusun suaru lobulus paru yang merupakan unit dasar paru. Sebuah lobulus mempunyai bentuk piramid, seringkali tidak teratur, dengan dasar 1-2 cm, tingginya sama dan puncaknya mengarah ke hilus. Bronkiolus memasuki suatu lobulus pada bagian puncaknya.26 2.2.2. Fisiologi Pernapasan Manusia Tujuan dari pernafasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbon dioksid.22 Sistem pernapasan dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu bagian konduksi yang meliuti : rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronki, bronkiolus, sampai dengan terminal bronkiolus, dan bagian respirasi (dimana terjadi pertukaran gas) meliputi : bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveoli.27 14

Bagian

konduksi

mempunyai

dua

fungsi

utama

yaitu

untuk

menyediakan dan memelihara saluran udara dari dan ke bagian respirasi paru, dan untuk memelihara udara yang dihirup. Untuk memastikan agark tidak terdapat gangguan pada suplai udara, terdapat kombinasi dari tulang rawan, serat elastin dan kolagen, serta otot polis yang membuat struktur bagian konduksi menjadi kaku. Tulang rawan ini terutama tulang rawan hialin. Ditemukan pada tepi dari lamina propria (pada bronkiolus tidak dijumpai lagi adanya tulang rawan). Tulang rawan ini berfungsi untuk menjaga agar lumen tetap terbuka (mencegah kolaps) dan menyalurkan udara ke dalam paru. Baik bagian konduksi maupun bagian respirasi, terdapat serat-serat elastin yang berfungsi agar paru dapat segera kembali setelah mengembang.27 Fungsi bagian konduksi adalah untuk memelihara keadaan udara yang dihirup agar tetap bersih, lembab dan hangat. Untuk mengadakan fungsi ini mukosa dari bagian konduksi dilapisi oleh epitel bersilia yang mengandung sel goblet (pada bronkiolus terminalis tidak didapatkan sel goblet), adanya kelenjar seruos-mukus dan pembuluh darah yang terdapat di jaringan ikat.27 Seluruh saluran napas, dari hidung sampai bronkiolus terminalis, dipertahankan agar tetap lembab oleh selapis mukus yang melapisi seluruh permukaan. Mukus ini disekresikan sebagian oleh sel goblet dalam epitel saluran napas, dan sebagian lagi oleh kelenjar submukosa yang kecil. Selain untuk mempertahankan kelembaban permukaan, mukus juga menangkap partikel-partikel kecil dari udara inspirasi dan menahannya agar tidak terus ke alveoli. 15

Sistem ventilasi paru terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus, alveolaris, kantong alveolus, dan alveoli. Fungsi dari bagian respirasi adalah terus menerus memperbarui udara dalam area pertukaran gas paru, dimana udara dan darah paru berdekatan. Udara dari bronkiolus terminalis akan berdifusi menuju alveoli, dimana gas bergerak hanya sepersekian detik.22 2.2.3. Histologi Sistem Pernapasan Epitel pada jalan napas di luar paru, yaitu trakea, bronkus dan bronkiolus yang lebih besar, adalah epitel bertingkat semu bersilia dengan banyak sel goblet. Diameter saluran napas dalam paru secara progresif mengecil. Begitu pula tinggi epitel pelapis yang makin memendek, jumlah silia, dan sel goblet makin berkurang. Pertukaran gas hanya terjadi di dalam alveolus, yaitu kantong udara terminal sistem pernapasan. Disini, epitel pelapisnya adalah epitel selapis gepeng tanpa sel goblet.28 Bagian superior rongga hidung mengandung epitel yang sangat khusus untuk mendeteksi dan meneruskan bebauan. Epitel ini adalah epitel olfaktorius yang terdiri atas tiga jenis sel: sel penyokong, sel blasal dan sel olfaktorius. Bagian kondiksi sistem pernapasan ditunjang oleh tulang rawan hialin untuk menjamin agar saluran napas yang lebih besar selalu terbuka. Trakea dilingkari oleh cincin-cincin tulang rawan hialin berbentuk C. setelah bercabang menjadi bronki, cincin hialin diganti oleh lempeng-lempeng tulang rawan hialin. Bagian kondiksi saluran napas terkecil adalah bronkiolus terminalis. Bronkhiolus yang lebih besar dilapisi epitel bertingkat semu bersilia, seperti pada trakea dan bronki, dan masing mengandung sel goblet yang berangsur berkurang sampai 16

tidak lagi pada bronkiolus terminalis. Bronkioli yang lebih kecil dilapisi epitel selapis kuboid.28 Bronkiolus terminalis menampakkan mukosa yang berombak dengan epitel silindris bersilia tanpa sel goblet. Bronkiolus terminalis bercabang menjadi bronkiolus respiratorius yang ditandai dengan mulai adanya kantongkantong udara (alveoli) berdinding tipis. Bronkiolus respiratorius adalah zona peralihan antara bagian konduksi dan respirasi. Epitel pada bronkiolus ini adalah selapis silindris renah atau kuboid dan dapat bersilia di bagian proksimal. Respirasi hanya dapat berlangsung di dalam alveoli karena sawar antara udara yang masuk ke dalam alveoli dan daerah vena dalam kapiler sangat tipis. Struktur intrapulmonal lain tempat berlangsung respirasi adalah duktus alveolaris, sakul alvleolaris, dan alveoli. 28 Alveoli terdiri dari dua tipe sel yaitu sel alveolar tipe I dan tipe II. Sel alveolar tipe I bentuknya pipih dan melapisi sekitar 90% permukaan alveolar saat difusi oksigen berlangsung. Sel alveolar tipe I berperan dalam memelihara pertukaran gas. Sel alveolar tipe II memiliki bentuk kuboid, meliputi 10% dari seluruh permukaan alveolar dan bersifat lebih tahan terhadap cedera. Sel alveolar tipe II berfungsi sebagai penghasil sintesis dan sekresi surfaktan yang merupakan zat lipoprotein yang berfungsi mengurangi tegangan permukaan alveoli, metabolisme xenobiotik melalui aktivitas enzim P450, pengatur transport ion tranepitelial, produksi protein matrik ekstraseluler seperti fibronektin, kolagen tipe IV, dan proteogycan, meriliskan sitokin dan faktor pertumbuhan, seperti IL-6, IL-8, monosit kemotaktik protein-1, TNFa, TGF, TGF, GM-CSF dan endhothelin-1. Fungsi 17

penting lain sel alveolar tipe II adalah berperan dalam proses perbaikan epitel dengan cara berproliferasi menjadi sel alveolar tipe I setelah mengalami cedera. Jadi unit fungsional paru adalah alveoli.4

Gambar 2.3. Struktur Alveolar29

2.2.4. Pengaruh Radikal Bebas Terhadap Paru Paru merupakan salah satu organ yang sangat vital dimana fungsi utamanya adalah sebagai tempat berpindahnya oksigen dari alveoli ke dalam darah, serta keluarnya karbondioksida dari darah ke alveoli, apabila mengalami paparan aluminium sulfat yang melebihi ambang batas akan menghasilkan

18

radikal bebas OH- melalui proses detoksifikasi. Radikal bebas ini akan didistribusikan ke sel-sel alveolar paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel alveolar paru melalui mekanisme radikal bebas sehingga terjadi peningkatan enzim oksidan MDA dan penurunan enzim antioksidan SOD, yang berakibat kematian sel sehingga menyebabkan gangguan pada struktur sel epitel alveolar dan fungsinya akan mengalami gangguan.20 Radikal bebas diduga berperan penting dalam patogenesis beberapa penyakit paru seperti emfisema, bronkitis kronis, asma dan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome).30,31

Gambar 2.4. Pengaruh radikal bebas terhadap jaringan paru32

2.2.5. Efek Tawas Pada kerusakan Selular Efek biologik merupakan resultan akhir dari sejumlah proses yang sangat kompleks, yakni interaksi antara fungsi homeostasis dengan zat-zat asing bagi tubuh termasuk logam berat. Logam berat yang memasuki tubuh akan terdistribusi sesuai dengan afinitasnya. Logam berat masuk ke dalam saluran pencernaan dan mengalami proses absorbs yang melibatkan bagian

19

bagian orgam pencernaan. Kemudian hasil absorbsi tersebut akan dimasukkan kedalam pembuluh darah yaitu vena porta masuk ke dalam hati untuk proses detoksifikasi.proses detoksifikasi yang melibatkan proses metabolisme, penyimpanan, konjugasi yang selanjutnya disalurkan melalui pembuluh darah ke ginjal sebagai organ sekresi. Semua bahan kimia dapat menyebabkan jejas sel. Bahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada tingkat seluler dengan mengubah permeabilitas membran, homeostasis osmotik, keutuhan enzim atau kofaktor dan dapat berakhir dengan kematian seluruh organ. Zat kimia menginduksi cedera sel secara langsung yaitu bergabung dengan komponen molekuler kritis atau organel seluler. Pada kondisi ini kerusakan terbesar tertahan oleh sel yang menggunakan, mengabsorpsi, mengekskresi, atau mengonsentrasikan senyawa. Banyak zat kimia lain yang tidak aktif secara intrinsik biologis, tetapi pertama kali harus dikonversi menjadi metabolit toksik reaktif yang kemudian bekerja pada sel target. Bahan kimia misalnya logam menerima atau mendonor elektron bebas selama reaksi intrasel sehingga mengkatalisis pembentukan radikal

bebas.Selain pembentukan radikal bebas cedera sel dapat mengaktifkan kerja siklooksigenase sehingga akan menyebabkan perubahan asam arakhidonat menjadi prostaglandin dan pembentukan ROS (Radikal Oxygen Species). Pembentukan ROS dapat meningkatkan modifikasi molekuler diberbagai jaringan sehingga menyebabkan terjadinya stress oksidatif. Stres oksidatif juga dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan endotel. Kerusakan endotel antara 20

lain dipicu oleh produksi O2 yang bereaksi cepat dengan NO dan menghasilkan ONOO-. Reaksi tersebut menyebabkan menurunnya bioaktivitas NO, yang berakibat pada kerusakan endotel.33,7

2.3.

Radikal Bebas

2.3.1. Pengertian Radikal Bebas Dalam dunia kedokteran, pengertian oksidan dan radikal bebas sering dibaurkan karena aktifitas kedua senyawa ini sering memberikan hasil yang sama walaupun prosesnya berbeda.34 Namun, dipandang dari sudut ilmu kimia, pengertian oksidan adalah senyawa penerima elektron, yaitu senyawa yang dapat menarik elektron, misalnya ion ferri (Fe3+): Fe3+ + e Fe2+

Sementara, radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron tidak berpasangan. Radikal bebas adalah molekul dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital luarnya dan diproduksi selama metabolisme sel normal. Radikal derajat tinggi bisa merusak sel melalui reaksi dengan komponen sel (misal protein dan lipid). Bentuk kerusakan ini disebut oksidasi dan dapat menghasilkan trauma kematian pada sel. Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal.30 2.3.2. Tipe Radikal Bebas dalam Tubuh Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut kelompok oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species/

21

ROS), termasuk didalamnya adalah triplet (3O2), tunggal (singlet/ 1O2), anion superoksida (O2*), radikal hidroksil (OH), nitrit oksida (NO), peroksinitrit (ONOO), asam hipoklorus (HOCl), hidrogen peroksida (H2O2), radikal alkoxyl (LO), dan radikal peroksil (LO2). Radikal bebas yang mengandung karbon (CCL3) yang berasal dari oksidasi radikal molekul organik. Radikal yang mengandung hidrogen hasil dari penyerangan atom H (H). Bentuk lain adalah radikal yang mengandung sulfur yang diproduksi pada oksidasi glutation menghasilkan radikal thiyl (RS). Radikal yang mengandung nitrogen juga ditemukan, misalnya radikal fenyldiazine.35

Tabel 2.1 Radikal Bebas Biologis (Kelompok Oksigen Reaktif)30,35

O2* OH ROO* H2O2 1 O2 NO ONOO HOCl

Radikal Superoksida (Superoxide radical) Radikal hidroksil (Hydroxyl radical) Radikal peroksil (Peroxyl radical) Hydrogen peroksida (Hydrogen peroxide) Oksigen tunggal (Singlet oxygen) Nitrit oksida (Nitric oxide) Nitrit peroksida (Peroxynitrite) Asam hipoklor (Hypochlorous acid)

2.3.3. Pengaruh Radikal Bebas ke Sel Radikal bebas diproduksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non-enzimatik. Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi terhadap rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi fagosit dan reaksi katalisa seperti ribonukleotida reduktase.

22

Sedang pembentukan melalui rangsangan adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok ROS lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan fagosit teraktivasi. Radikal bebas bersifat sangat reaktif, dapat menimbulkan perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein, gugus tiol non-protein, lipid, karbohidrat, nukleotida. Terhadap protein, radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi dan cross-linking, sehingga mempercepat terjadinya proteolilis. Pengaruh radikal bebas pada gugus tiol enzim akan menyebabkan antara lain perubahan dalam aktifitas tersebut. Terhadap lipid menyebabkan reaksi peroksidasi yang akan mencetuskan proses otokatalitik yang akan menjalar sampai jauh dari tempat asal reaksi semula. Terhadap nukleotida radikal bebas akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur (DNA atau RNA) yang menyebabkan terjadinya mutasi atau sitotoksisitas. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan mengambil electron, zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai, yang akhirnya terjadi kerusakan sel tersebut.36 2.3.4. Radikal Bebas ke Membran Sel Tiga komponen penting dari membran sel adalah fosfolipid, glikolipid (Poliunsaturated fatty acid (PUFA)), dan kolesterol. PUFA ini (asam linoleat, arakidonat dan turunannya) sangat rawan terhadap serangan radikal terutama radikal hidroksil. Radikal hidroksil dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal dengan nama Peroksidasi Lipid (peroxidation lipid).34 23

Gambar 2.5. Sumber endogen dan eksogen radikal bebas 37

Pada kondisi stres oksidatif, radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel dan merusak organisasi membran sel. Membran sel ini sangat penting bagi fungsi reseptor dan fungsi enzim, sehingga terjadinya peroksidasi lipid membran sel oleh radikal bebas dapat

mengakibatkan hilangnya fungsi seluler secara total.38

2.4.

Reactive Oxygen Species Reactive Oxygen Species adalah suatu jenis senyawa yang memiliki satu

elektron yang tidak berpasangan. Senyawa ini sangat tidak stabil dan reaktif terhadap senyawa lainnya.39 Dimulai dari suatu proses fosorilasi dimana O2 menjadi O2- melewati proses seperti diberikut: 2O2 + NADPH 2O2- + NADP+ + H+
Reaksi 2.1 Terbentuknya Radikal bebas melalui proses fosforilasi oksigen

24

O2- selalu diikuti dengan reaksi yang menghasilkan senyawa H2O2 baik yang disebabkan spontan O2- dismutase atau adanya superoxide dismutase: 2O2- + 2H+ O2 + H2O2
Reaksi 2.2Terbentuknya hidrogen peroksida (H2O2) diperantarai superoxide dismutase

Ketika O2- dan H2O2 sudah terbentuk dan bertemu secara bersamaan, maka kedua senyawa akan bereaksi: H2O2 + O2- HO- + HO + O2
Reaksi 2.3 Reaksi Heber-Weiss

H2O2 dan O2- hasil reaksi diatas reaktifnya lambat, dan belum mampu merusak suatu senyawa, untuk menjadi reaktif H2O2 harus membentuk suatu senyawa singlet oksigen (1O2), Asam Hipoklorit (HOCl), Hyroxyl Radical (HO-) melalui reaksi: H2O2 + HOCl 1O2 + H2O + HCl
Reaksi 2.4 pembentukan singlet oksigen (1O2)

H2O2 + Cl- HO- + HOCl


Reaksi 2.5 pembentukan Asam hipoklorit (HOCl)

H2O2 + Fe2+ HO + HO-+ Fe3+


Reaksi 2.6 Pembentukan Hyroxyl Radical (HO-)

Ketiga senyawa diataslah yang dapat mengakibatkan jejas pada sel, bahkan berakhir pada kematian sel.40

25

Gambar 2.6. Mekanisme antioksidan endogen41

Pembentukan spesies oksigen reaktif terjadi selama proses fagositosis oleh makrofag, neutrofil, dan eosinofil yang diaktifkan. Pengaktifan NADPH oksidase yang diperkirakan terjadi di sisi sebelah luar membran plasma, mencetuskan ledakan pernapasan disertai pembentukan superoksida. Selama fagositosis, membran plasma membentuk invaginasi, sehingga superoksida dibebaskan dalam ruang vakuol. Anion superoksida (baik secara spontan atau enzimatis melalui superoksida dismutase) menghasilkan spesies reaktif lain, termasuk H2O2 radikal hidroksil. Mieloperoksidase, suatu enzim yang

mengandung Fe-hem dan terdapat di dalam granula neutrofil, disekresikan kedalam vakuol, tempat enzim tersebut membentuk HOCL dan halida lainnya. Hasilnya adalah serangan terhadap membran dan senyawa lain dari sel bakteri, dan akhirnya lisis bakteri. Proses keseluruhan disebut sebagai ledakan pernapasan karena hanya berlangsung 30-60 menit, dan memerlukan O2.41

26

2.4.1. Efek Reactive Oxygen Species Terhadap Sel Reactive oxygen Species merusak suatu sel dengan mengoksidasi atau mengambil elektron-ikatan senyawa yang berada didekatnya. Target yang dapat dirusak oleh suatu reactive oxygen species adalah komponenkomponen protein atau enzim dalam tubuh, DNA, dan membran fosfolipid sel.42 Pada protein atau enzim yang mengalami stres oksidatif akan mengalami penurunan fungsi. Contoh enzim Na,K-ATPase, enzim yang berfungsi mengatur pompa keluar masuk Na dan K. Dalam keadaan telah teroksidasi, pompa Na,K-ATPase akan mengalami gangguan dan dapat menyebabkan edema sel yang apabila terjadi akut menyebabkan nekrosis sel.42 DNA yang teroksidasi akan mengalami mismatch ikatan basa, selanjutnya memicu suatu proses mutasi genetik. Proses alamiah sel pada saat terdapat sel yang mengalami mutasi adalah DNA repair. DNA repair gagal maka sel tersebut akan mengalami apoptosis, sel yang lolos dari proses tersebut dapat menjadi sel kanker.42
Protein Impairment in enzyme and other protein functions Reactive oxygen species Oxidation DNA Lipid Lipid Peroxidation
Gambar 2.7. Efek Reactive Oxygen Species terhadap sel42

DNA base pair mismatch

Mutation Tissue damage

27

.2.5.

MDA Malondialdehyde (MDA) merupakan produk utama hasil oksidasi

PUFA dan MDA merupakan salah satu yang paling sering digunakan sebagai indikator peroksidasi lipid. 2.5.1. Pembentukan MDA Radikal-radikal bebas, dengan adanya oksigen dapat menyebabkan peroksidasi dari lipid di dalam membran plasma dan organela. Kerusakan oksidatif terinisisasi pada saat ikatan ganda pada PUFA membran diserang oleh radikal bebas derifat oksigen, terutama OH. Seperti reaksi radikal bebas yang lain, peroksidasi lipid dibagi dalam tiga tahapan yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Tahap inisiasi adalah interaksi antara radikal bebas dengan PUFA dari membran fosfolipid. Yang berperan dalam proses ini antara lain adalah elektron hasil proses reduksi dari O2, anion superoksida, H2O2, dan radikal hidroksil. Interaksi lipid dengan radikal bebas akan menghasilkan peroksida yang bersifat tidak stabil dan reaktif, sehingga sebuah reaksi rantai autokatalitik terpicu dinamakan proses Propagasi. Proses ini yang akan menyebabkan kerusakan pada membran, organela, dan sel yang ekstensif. Pada tahap terminasi akan menghasilkan produk non radikal hasil kombinasi dari dua radikal. Terminasi ini terjadi saat radikal bebas ditangkap scavenger, seperti vitamin E, yang terdapat di membran sel, proses terminasi yang lebih menguntungkan akan terjadi (Kumar, 2005). Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai karbon asal lemak yang menghasilkan berbagai senyawa yang bersifat toksik, antara lain malondialdehyde (MDA), 9-hidroksi nonenal, 28

etana (berasal dari asam lemak omega-6) dan pentana (berasal dari asam lemak omega-3).34

Gambar 2.8. Reaksi pembentukan MDA oleh PUFA3

MDA merupakan produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas. Disamping itu, MDA juga merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas. Oleh sebab itu, konsentrasi MDA yang tinggi menunjukan adanya proses oksidasi dalam membran sel. Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA.43 MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektroifitas non spesifiknya, MDA dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein, asam nukleat, dan aminofosfolipid secara kovalen. MDA dapat menghasilkan polimer dalam berbagai berat molekul dan polaritas. Semua ini akan berakibat terjadinya kerusakan membran sel yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran, pembengkakan mitokondria, vesikula

29

retikulum endoplasmik, keluanya enzim dan koenzim, serta lisisnya sel darah merah.43 2.5.1. Maping pembentukan Malondehida (MDA)43

2.6. Antioksidan Antioksidan adalah senyawa atau bahan yang digunakan pada konsentrasi lebih rendah dari substratnya secara signifikan dapat menunda atau mencegah oksidasi.44 2.6.1. Antioksidan Endogen Antioksidan adalah senyawa atau bahan bioaktif yang berfungsi untuk mencegah, menurunkan reaksi oksidasi serta menghentikan reaksi radikal bebas. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Terpapar radikal bebas selama 30

metabolisme normal, menyebabkan sel membentuk antioksidan untuk mengurangi resiko kerusakan sel akibat radikal bebas.30 Sel akan membentuk antioksidan endogen sebagai pertahanan terhadap radikal bebas yang dihasilkan dalam proses metabolisme normal untuk mencegah kerusakan sel tersebut. Antioksidan endogen terdiri atas tiga jenis enzim yaitu superoksida dismuatase, katalase, glutation peroksidase.45

Gambar 2.9. Mekanisme antioksidan endogen45

1. Superoxide Dismutase (SOD) SOD merupakan salah satu antioksidan endogen yang sangat berperan dalam mengkatalisasi radikal bebas anion superoxide menjadi hidrogen peroksida dan molekul oksigen.46 Antioksidan enzimatis ini bekerja menkatalisis proses dismutasi anion superoksida (oksidan reaktif) manjadi hidrogen peroksida dan oksigen. SOD hampir ada pada setiap sel pada manusia, produksinya diatur oleh gen antioksidan yang berada pada nukleus sel. SOD mempunyai berbagai macam jenis dan lokasi, antara lain Mn-SOD yang terdapat dalam mitokondria, dalam sitosol terdapat Cu-Zn SOD dan Fe SOD, dan pada peroksisom terdapat Cu-Zn SOD dan Mn SOD. Cu-Zn SOD tersusun atas atom tembaga (Cu) dan zinc (Zn). Banyak penelitian yang melaporkan

31

bahwa Cu-Zn SOD merupakan senyawa protein yang terlarut dan berasosiasi dengan sitoplasma dan inti sel yang juga terdapat pada membran sel.47

Gambar 2.10. Struktur Cu,Zn-SOD, Mn-SOD, Ni-SOD, Fe-SOD48

Gambar 2.11. Mekanisme Peran SOD21

2. Katalase Hidrogen peroksida setelah terbentuk harus uraikan untuk mencegah pembentukan radikal hidroksil (OH). Rute utama untuk melaksanakan hal tersebut melibatkan dekomposisi hidrogen peroksida menjadi air oleh katalase

32

dan glutation peroksidase. Katalase terutama ditemukan didalam peroksisom, dalam fraksi sitosol dan mikrosom sel.41 3. Glutation peroksidase dan glutation reduktase Glutation peroksidase adalah satu cara utama yang digunakan oleh tubuh melindungi diri dari kerusakan oksidatif.enzim ini mengkatalisa reduksi hidrogen peroksida dan peroksida lemak (LOOH) oleh glutation (GSH) . Gugus sulfihidril pada GSH berfungsi sebagai donor elektron, dan dioksidasi menjadi bentuk disulfida (GSSG) selama reaksi tersebut. Sel memiliki dua jenis glutation peroksidase , salah satunya memerlukan selenium untuk aktifitasnya (selenium merupakan unsur essensial makanan harian kita). Glutation peroksidase yang bekerja terutama dengan hidroperoksida organik misalnya zat yang dihasilkan selama peroksidasi lemak di membran.41 Apabila disulfida telah terbentuk, disulfida harus direduksi kembali menjadi bentuk sulfihidril oleh glutation reduktase. Glutation reduktase memerlukan elektron dari NADPH, yang biasanya dihasilkan dari jalur pentosa fosfat.41 2.6.2. Maping pembentukan Superoksida Dismutase (SOD) pada paru Paru memiliki bagian anatomis antara lain ; bronchial epitelium yang terdiri dari sel clara, sel alveolar, pulmonary casculature, airway walls, interstitium dengan fiber kolagen sebagai strukturnya. Khusus sel alveolar memiliki ciri khas yang terbanyak dari sel alveoli memiliki struktrur sel kompleks yaitu mitokondria, sitoplasma, retikulum endoplasma, dan nukleus dimana faktor-faktor yang merusak struktur tersebut antara lain; hiperoksia, 33

eksogenus toksin, asap rokok, fiber, radiasi, ozon, karsinogenik, dan obatobatan. Sel-sel yang terkena tersebut oleh sitokin berespon inflamasi sehingga menghasilkan NO+. dalam kelanutnyannya bereaksi pada pembentukan H2O2. Terbentuklah ONOO- kemudian terpecah lagi menjadi OH++NO2 dan kelanjutannya akan terjadi toksisitas sel. hal ini dibantu oleh Fe. Nah apabila terdapat SOD yang terdiri dari Mn-SOD, Cu-SOD, dan Zn-SOD berproses dalam sel maka terbentuklah H2O2. Namun diingat terbentuknya H2O2 ini juga dibantu oleh CAT (catalase), GPXc classic (intracellular), glutathione peroxidase, GPXe (extracellular glutathione peroxidase), GR (glutathione reductase), GRXs (glutaredoxins), GSH (reduced glutathione), GSSG (oxidized glutathione), PRXs (peroxiredoxins atau thioredoxin peroxidase), dan TRXs ( thioredoxins). Begitu pula dengan EC SOD yang bekerja di ruang ekstraseluler (Extracelluler space) dengan bantuan GPXe dan PRXIV maka masing-masing H2O2 akan terbentuk H2O.21

34

(21, 14, 16, 17)

2.6.3. Antioksidan Eksogen 1. Obat-obatan Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam bentuk peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama hiperoksida dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk di dalamnya antibiotika kelompok quinoid atau berikatan logam untuk aktifitasnya (nitrofurantoin), obat kanker seperti bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate yang memiliki aktifitas pro-oksidan.49, 50

35

2. Radiasi Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang

disebabkan oleh radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal primer dengan cara memindahkan energinya pada komponen seluler seperti air. Radikal primer tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau bersama cairan seluler.36 3. Asap Rokok Oksidan dalam rokok mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya kerusakan saluran napas. Diperkirakan bahwa tiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar, meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli.36, 50 2.6.4. Riset sebelumnya tentang SOD dan MDA Penelitian tentang SOD dan MDA yang berkaitan seperti riset seperti ekstrak benalu teh yang berperan penting pada stress oksidatif dengan menurunkan kadar MDA paru pada tikus hipertensi.51 Kemudian pada penelitian lain didapatkan hasil konsumsi tempe dalam periode tertentu yang memiliki kandungan isoflavon ternyata membantu enzim SOD (Superoksida Dismutase) dalam memperbaiki profil lipid pada tubuh sehingga didapatkan hasil peningkatan aktivitas SOD sebesar 56,9%, dan menurunkan MDA sebesar 10,4%.52

36

2.7.

Cabai Rawit (Capsicum frutescens L var. Cengek ) Cabai rawit (Capsicum frutescens L var. Cengek ) adalah spesies yang

paling luas dibudidayakan dan paling penting secara ekonomis, dan meliputi buah manis dan pedas dengan berbagai bentuk dan ukuran. Bentuk yang didomistikasi diklasifikasikan sebagai Capsicum annuum varietas annuum; anggota liarnya adalah Capsicum. annuum varietas aviculare. Tampaknya, spesies ini didometikasi sekitar wilayahh Meksiko dan Guatemala.53 Cabai rawit (Capsicum frutescens L) adalah spesies semidomistikasi yang ditemukan di dataran rendah tropika Amerika. Selain itu, Asia Tenggara merupakan dikenal sebagai daerah keragaman sekunder.53

Gambar 2.12. Cabai Rawit (Capsicum frutescens)

2.7.1. Taksonomi Cabai Rawit (Capsicum frutescens L var. Cengek ) Klasifikasi tanaman cabai rawit tersebut adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

37

Classis Ordo Familia Sub Familia Genus Spesies

: Dicotyledonae : Solanales : Solanaceae : Solanaceae : Capsicum : Capsicum frutescens L var. Cengek.54

2.7.2. Zat Aktif Cabai Rawit (Capsicum frutescens L var. Cengek ) 1. Alkaloid Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung 1 atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari system siklik. Alkaloid sering bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya berwarna tetapi hanya sedikit yang bersifat cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai anti bakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut.55 2. Asam Askorbat (Vitamin C) Cabai rawit dapat digolongkan sebagai sumber vitamin C yang sangat baik (excellent). Vitamin C menjadi antioksidan yang penting di cairan ekstrasel, dan mempunyai aktivitas intraseluler yang baik. Resorbsi vitamin C di usus cepat dan sempurna (90%) tapi menurun pada dosis diatas 1 gram. 38

Distribusi ke semua jaringan baik, sebagian besar di kortek ginjal. Dalam darah sangat mudah dioksidasi secara reversible menjadi dehidroaskorbat yang hampir sama aktifnya. Sebagian kecil dirombak menjadi asam oksalat dengan jalan pemecahan ikatan C2 dan C3.56 Vitamin C merupakan antioksidan paling penting yang bekerja dalam cairan ekstraseluler karena vitamin ini mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air. Vitamin C mampu berperan sebagai scavenger radikal bebas dan dapat bereaksi dengan anion superoksida, radikal hidroksil dan peroksida lipid. Vitamin C mampu menghambat pembentukan radikal superoksida, radikal hidroksil, radikal peroksil, oksigen singlet dan hidrogen peroksida. Vitamin C juga mampu mempertahankan aktivitas enzim glutamat piruvat transaminase. Oleh karena vitamin C mampu menghambat radikal bebas maka peran vitamin C menjadi sangat penting dalam menjaga integritas membran sel.7 3. Capsaisin Capsaisin (capsaicin) dikenal memiliki aktivitas antikanker.

Berdasarkan penelitian oleh The American Association for Cancer Research, capsaisin diduga dapat membunuh sel kanker prostat dengan menyebabkan terjadinya apoptosis. Studi klinik di Jepang dan Cina, menunjukkan bahwa capsaisin dapat menghambat pertumbuhan sel leukemia secara

langsung.Penelitian lain yang dilakukan di Universitas Nottingham menduga bahwa capsaisin dapat merangsang terjadinya apoptosis pada sel kanker paru pada manusia.

39

Capsaisin memberikan rasa pedas pada cabai, berkhasiat untuk melancarkan aliran darah serta pemati rasa kulit. Rasa pedas di lidah menimbulkan rangsangan ke otak untuk mengeluarkan endofin yang dapat menghilangkan rasa sakit dan menimbulkan perasaan lebih sehat. Hasil penelitian terbaru, cabai rawit dapat mengurangi kecenderungan terjadinya penggumpalan darah (trombosis), menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengurangi produksi kolesterol dan trigliserida di hati.57 Kandungan capsaisin dalam Capsicum frutescens dalam kadar tertentu dapat bersifat toksik dan menimbulkan ancaman kesehatan. Ancaman kesehatan tersebut dapat berupa reaksi inflamasi, gangguan fungsi sel, bahkan sampai kematian sel. Selain capsaisin, beberapa senyawa yang terkandung dalam buah cabai rawit adalah alkaloid, flavonoid, dan sterol atau terpenoid. Biji cabai rawit mengandung beberapa senyawa golongan alkaloid yaitu solanine, solamidine, solamargine, solasodine, solasomine, serta mengandung capsacidin yang termasuk golongan steroid saponin. Pada kadar tertentu, senyawa tersebut di duga dapat bersifat toksik.58 4. Flavonoid Flavonoid sebagai antioksidan bekerja melalui mekanisme pemutusan rantai radikal bebas, detoksifikasi serta mengaktifkan enzim antioksidan. Flavonoid dapat menstabilkan ROS bereaksi dengan senyawa reaktif dari radikal bebas sehingga radikal bersifat tidak reaktif.59 Mekanisme flavonoid sebagai antioksidan bekerja dengan menekan pembentukan radikal bebas 40

melalui penghambatan enzim atau pengelatan ion logam yang terlibat dalam produksi radikal bebas, selain itu sebagai free radical scavenging. Flavonoid juga sebagai antiinflamasi bekerja dengan menghambat pembentukan mediator pro-inflamasi seperti TNF-, IL serta agen kemotaktik.7 5. Terpenoid Terpenoid adalah antioksidan yang efektif untuk inaktivasi radikal hidroksil dan peroksil. Aktivasi antioksidan suatu senyawa polifenol dipengaruhi oleh hidroksilasi dan terdapatnya gugus gula yang disebut glikosida. Antosianin dengan gugus hidroksi bebas mempunyai aktivitas dalam mengikat radikal dan adanya gugus lebih dari satu terutama cincin B akan meningkatkan aktivitas antioksidannya.60 Mekanisme kerja antioksidan senyawa polifenol berdasarkan atas kemampuannya dalam mendonorkan atom hidrogen dan mengkelat ion-ion logam serta menghambat inisiasi logam untuk melakukan oksidasi lipid. Setelah mendonorkan satu atom hidrogen, senyawa fenolik menjadi radikal yang kurang reaktif dibandingkan radikal bebas. Hal ini disebabkan radikal fenolik ini terstabilkan secara resonansi sehingga tidak mudah bereaksi kembali dengan radikal yang lain.61 Berikut ini adalah paparan dari kandungan cabai rawit (Capsicum frutescens L var. Cengek ) yang telah diringkas menjadi sebuah skema. Dari kelima kandungan tersebut nampak flavonoid dan terpenoid memiliki kemampuan anti inflamasi yang baik untuk menghambat asam arakidonat. Selain itu, kedua senyawa tersebut bermanfaat untuk segera memutus reaksi berantai dari radikal bebas, serta menghambat terjadinya autooksidari, sehingga 41

mengamankan sel-sel yang terancam dengan adanya akibat dari radikal bebas tersebut. Selain itu dengan tidak melupakan peranan dari antioksidan scavenger yaitu asam askorbat (vitamin C), begitupula dengan peranan - karoten yang signifikan untuk menekan radikal bebas. Masing-masing komponen saling mendukung satu dengan lainnya. Cabai Rawit (Capsicum frutescens L var. Cengek )

Alkaloid

Asam Askorbat (Vitamin C)

- karoten

Antioksidan scavenger radikal bebas

Oksidasi fenilalanin

plasma

Aktivitas as. Empedu

Repair enzim

tirosin Anion superoxide, radikal hidroksil, peroksida lipid

Lepaskan besi dr transferin

Kolesterol di usus >>

Feritin di jaringan >>

Kolesterol di ubah asam empedu

Hentikan pemb. Radikal bebas

Capsaisin

Hambat pembentukan : Radikal superoxide, radikal hidroksil, radikal peroxide dan hidrogen peroxide Flavonoid Radikal bebas tdk terbentuk Anti inflamasi Integritas sel membran terjaga Hambat :As. Arakidonat, pembentukan Prostaglandin, pelepasan histamin primer

Kolesterol

Pedas di lidah

Hancurkan bekuan darah

Rangsang otak Terpenoid Reseptor nyeri

Trombosis tdk tjd

Strroke tdk tjd

sekunder

endorfin

Pemutusan reaksi berantai radikal bebas

Hambat laju autooksidasi

Rasa nyeri

Senyawa antioksidan stabil dr radikal bebas

- AH + R* A* + RH -AH + ROO* A* + ROOH -AH + RO* A* + ROH

Radikal bebas menjadi stabil

Menghambat enzim pengoksidasi, Inisiasi enzim pereduksi, reduksi oksigen tanpa bentuk spesies radikal yg lebih aktif

Gambar 2.13 . Kandungan dan mekanisme cabe rawit.55, 56, 7, 57, 58, 61

42

2.8.

Tomat Ranti (Lycopersicon pimpinellifolium) Spesies ini disebut juga tomat anggur (currant tomato), sebab buahnya

kecil-kecil dan terletak dalam rangkaian seperti buah anggur. Tomat (Solanum lycopersicum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang.62

Gambar 2.14. Tomat Ranti (Lycopersicum pimpinellifolium Mill.)

2.8.1. Taksonomi Tomat Ranti (Lycopersicon pimpinellifolium) Sistematika kedudukan tomat secara botanis: Kingdom Divisi Subdivisi Klas Ordo Sub ordo : Plantae : Antophyta : Angiospermae : Dicotylodenae : Tubiflorae : Myrtales

43

Famili Genus Spesies

: Solanaceae : Lycopersium : Lycopersicon pimpinellifolium (L.) millcurant tomato.63

2.8.2. Zat Aktif Tomat Ranti (Lycopersicon pimpinellifolium) 1. Beta karoten (C40H56) Beta karoten merupakan karotenoid hidrokarbon dengan rantai ujung berstruktur sikloheksena. Beta karoten adalah produk dari reaksi siklisasi rantai ujung asiklik likopen. Penyerapan beta karoten dipengaruhi oleh cantasentin dan garam empedu. Pengangkutan beta karoten melalui misel meningkatkan penyerapan usus sedangkan garam empedu memperlambat penyerapan beta karoten. Beta karoten meningkatkan aktivitas reseptor kolesterol LDL di makrofag dan menurunkan sintesis kolesterol di hepar LDL.64, 65 2. Esculeogenin A Esculeogenin A merupakan senyawa sapogenol baru tomat.

Berdasarkan penelitian Yukio et al (2007), esculeogenin A merupakan bentuk aglikon dari esculoside A karena esculeogenin A merupakan senyawa spirosolane tipe glikosida.66 Kandungan senyawa tersebut 4 kali lebih tinggi daripada likopen tomat. Manfaat utama esculeogenin A adalah penurunan kolesterol. Esculeogenin A menghambat esterifikasi kolesterol di makrofag dengan mekanisme penghambatan enzim ACAT-1 dan ACAT-2.

Penghambatan ACAT menurunkan kadar kolesterol LDL.67

44

3. Flavonol Buah dan sayuran merupakan sumber utama flavonol. Flavonol menurunkan kolesterol LDL teroksidasi di makrofag. Ada lima macam flavonol yang penting menurunkan insidensi penyakit jantung, seperti quercetin, myricetin, kaemferol, rutin dan morin. Flavonol tersebut secara in vitro menurunkan kolesterol LDL terglikosilasi.68 Flavonol ditemukan di kulit dan daging tomat. Quercetin paling banyak ditemukan di kulit tomat. Kaemferol ditemukan di seluruh daging buah, terutama pericarp maupun collumela dan ditemukan di kulit tomat.68 4. Lycopene Lycopene atau yang sering disebut sebagai -carotene adalah suatu karotenoid pigmen merah terang, suatu fitokimia yang banyak ditemukan dalam buah tomat dan buah-buahan lain yang berwarna merah. Pada penelitian makanan dan phytonutrien yang terbaru, lycopene merupakan objek paling populer. Karotenoid ini telah dipelajari secara ekstensif dan ternyata merupakan sebuah antioksidan yang sangat kuat dan memiliki kemampuan anti-kanker. Nama lycopene diambil dari penggolongan buah tomat, yaitu Lycopersicon esculantum.69 Lycopene merupakan hidrokarbon poliena dengan rantai asiklik tak jenuh dan mempunyai 13 ikatan rangkap, 11 di antaranya ikatan rangkap yang tersusun linier.70 Lycopene mudah mengalami degradasi melalui proses isomerasi dan oksidasi karena pengaruh cahaya, oksigen, pemanasan, pengeringan, pengelupasan, penyimpanan dan pengasaman.71 45

Gambar 2.15. Struktur Kimia dan Metabolisme Likopen dalam Tubuh.72

Kemampuan lycopene mengendalikan single oxygen (oksigen dalam bentuk radikal bebas) 100 kali lebih efisien daripada vitamin E atau 12500 kali dari pada gluthation. Singlet oxygen merupakan prooksidan yang terbentuk akibat radiasi sinar ultra violet dan dapat menyebabkan penuaan dan kerusakan kulit. Selain sebagai anti skin aging, lycopene juga memiliki manfaat untuk mencegah penyakit cardiovascular, kencing manis, osteoporosis, infertility, dan kanker (kanker kolon, payudara, endometrial, paru-paru, pankreas, dan terutama kanker prostat). Ini semua diakibatkan banyaknya ikatan rangkap dalam molekulnya.73 Sebagai antioksidan, lycopene dapat melindungi DNA, di samping sel darah merah, sel tubuh, dan hati.71 Metabolisme likopen dalam tubuh terjadi bersamaan dengan

metabolisme lemak. Setelah lemak dicerna oleh enzim lipase pancreas di dalam duodenum dan diemulsi oleh garam empedu menjadi misel - misel, misel yang mengandung likopen memasuki mukosa sel usus melalui difusi pasif. Setelah

46

misel diserap oleh usus, likopen dibawa oleh kilomikron ke aliran darah melalui sistem limfatik. Lycopene didistribusikan ke jaringan terutama melalui kolesterol LDL.74 5. Narigenin (C15H12O5) Narigenin adalah flavonoid utama tomat. Kandungan kimia tersebut banyak ditemukan di kulit tomat. Narigenin secara simultan dibentuk bersamaan dengan pematangan buah. Selain itu, narigenin masih ditemukan di daging tomat berbentuk glikosida. Narigenin menurunkan sekresi ApoB dan kolesterol LDL melalui penghambatan enzim asil KoA transferase (ACAT). ACAT berfungsi mengubah kolesterol bebas di reticulum endoplasma menjadi ester kolesterol Penurunan ACAT menurunkan sintesis ester kolesterol. Penurunan ester kolesterol menurunkan kolesterol LDL.72, 74 6. Niasin (Vitamin B3) Niasin berpengaruh secara tidak langsung terhadap kadar kolesterol LDL. Niasin menekan sekresi kolesterol Very low Density Lipoprotein (VLDL) di hepar melalui penurunan inhibisi aliran asam lemak bebas di jaringan adiposa. Keadaan tersebut mengurangi pembentukan kolesterol VLDL, IDL dan LDL. Apabila kolesterol VLDL menurun, maka kolesterol LDL akan menurun. Selain itu, niasin menurunkan trigliserida.75

47

Gambar 2.16 . Kandungan dan mekanisme tomat ranti.65, 68, 72, 74, 75, 76

48

Anda mungkin juga menyukai