Anda di halaman 1dari 14

Kasus Seorang perempuan, Nn.A, 28 tahun, datang dengan keluhan kedua mata berair.

7 Langkah Diagnosis Okupasi Adalah 7 langkah untuk menentukan suatu diagnosis penyakit yang terjadi diakibatkan oleh kerja ataupun yang bukan diakibatkan oleh kerja. Tujuh langkah tersebut mencangkup diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan penyakit, pajanan cukup besar, faktor individu, faktor lain diluar pekerjaan, dan diagnosis okupasi. Ke 7 langkah tersebut akan membantu menentukan diagnosis okupasi dalam suatu kasus. Langkah 1 : Diagnosis Klinis Anamnesis1,2 Anamnesis adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.2 Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau sistematika yang baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama melakukan anamnesis seorang dokter tidak kehilangan arah, agar tidak ada pertanyaan atau informasi yang terlewat. Sistematika ini juga berguna dalam pembuatan status pasien agar memudahkan siapa saja yang membacanya. Sistematika tersebut terdiri dari data umum pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, serta riwayat kebiasaan/sosial. Data yang didapatkan berasal dari anamnesis yang sistematis terhadap kasus adalah sebagai berikut : 1. Idenditas Nama : Nn. A
1

Usia Pekerjaan Alamat TTL Status Agama Suku Pendidikan

: 28 Tahun : Pegawai Bagian Keuangan : Pasar Rebo : Bandung, 4-8-1985 : Belum Menikah : Kristen : Sunda : Serjana S1

2. Riwayat Penyakit Sekarang Untuk riwayat penyakit sekarang didapatkan informasi bahwa pasien mengalami keluhan mata berair pada kedua matanya sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat perjalanan penyakit ialah 3 hari pertama pasien mengalami keluhan mata terasa berat namun membaik setelah diteteskan obat mata insto. 3 hari belakangan keluhan tersebut semakin memburuk dan tidak membaik meskipun diberikan obat tetes mata. Keluhan lain berupa mata terasa lelah, pegal dan penglihatan menjadi kabur. Pasien tidak mengeluh gatal, merah, nyeri dan rasa menggajal pada matanya. Sekret mata dalam keadaan normal. Pasien tidak memiliki kebiasaan mengucek-ngucek mata. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Pada riwayat penyakit dahulu pasien tidak pernah mengalami penyakit yang berat ataupun kronis. Pasien menyatakan bahwa memang memiliki penglihatan yang buruk yaitu myopia semenjak kecil dan telah menggunakan kacamata. Untuk myopianya pasien tidak pernah lakukan control secara teratur. Keluhan yang sama ini pernah terjadi sebelumnya pada pasien namun keadaanya membaik jika dia beristirahat selama beberapa hari.

4. Riwayat Penyakit Keluarga dan Sosial Pasien tinggal bersama seorang ibunya dan adiknya. Pada keluarga pasien tidak memiliki keluhan serupa dan juga tidak ditemukan penyakit-penyakit yang bersifat kronis ataupun berat. Riwayat sosial pasien baik. Pasien tidak merokok, mengkonsumsi
2

minuman beralkohol, dan tidak memiliki hobi bergadang. Pasien tidak kebiasaan memasak dan hanya membeli makan diluar. 5. Riwayat Pekerjaan Pasien bekerja sebagai pegawai bagian keuangan disuatu perusahaan besar. Pasien menyatakan bahwa tugasnya sangat berhubungan dengan komputer. Pasien bekerja dengan komputer kantor dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore dan terkadang tanpa istirahat. Posisi komputer yang terlalu rendah dan pencahayaan yang kurang pada ruangan kerja pasien dikeluhkan. Pasien juga mengeluhkan adanya beban kerja yang meningkat sehingga sering bekerja lembur. Sampai saat ini teman sekantor pasien tidak ada memiliki keluhan yang sama. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan Fisik Umum Tanda-tanda vital Tanda-tanda vital yang dapat diukur dan hasil yang didapatkan ialah sebagai berikut ; Nadi 80x/menit Nafas 18x/menit Tekanan Darah 110/70 mmHg Suhu 36,7 oC

Indeks tubuh Indeks tubuh pasien ialah pasien memiliki berat badan 56 Kg, tinggi badan 160 cm, IMT yaitu 21,60. Bentuk tubuh pasien digolongkan sebagai atletikus. Inspeksi Pada inspeksi secara umum kita wajib memperhatikan setiap tubuh pasien secara detail untuk menemukan adanya suatu kelainan pada pasien. Hal yang dapat di perhatikan yaitu ekspresi wajah penderita apakah menderita karena penyakitnya, adanya penurunan gerak, adanya gerak yang abnormal, adanya otot yang spasme, adanya kelainan bentuk tulang belakang, adanya tanda-tanda radang, adanya atropi anggota gerak bawah, dll. Untuk pertama kali ialah keadaan umum pasien, kita dapat melihat dari wajah pasien dan bagaimana pasien berinteraksi. Pada kasus ditemukan keadaan umum pasien ialah kompos mentis dengan sakit ringan. Tidak ditemukan kelainan pada wajah selain
3

pada mata yang sedikit membengkak dan berair. Perlu diperhatikan juga posisi tubuh pasien apakah adanya keterbatasan gerak ataukah gangguan dalam berjalan yang mungkin diakibatkan terlalu lama duduk. Pada kasus tidak ditemukan kelainan dalam berjalan dan tubuh dalam keadaan normal. Palpasi dan Perkusi Palpasi dan perkusi bertujuan menentukan kelaianan pada tubuh baik daerah yang memiliki keluhan ataupun daerah yang normal. Pada pemeriksaan ini untuk menentukan apakah adanya daerah tubuh yang sakit, benjolan, membengkak, dan lainnya. Pada kasus tidak ditemukan kelainan fisik lain selain pada mata dan semua dalam batas normal. Auskultasi Auskultasi bertujuan untuk mendengarkan apakah adanya kelainan fungsi dalam kerja organ tubuh terutama organ tubuh mayor seperti jantung, paru dan pencernaan. Dalam kasus tidak ditemukan kelainan dan semua organ tersebut masih dalam batas normal. 2. Pemeriksaan Fisik Khusus3 Pemeriksan Visus Pemeriksaan visus yaitu pemeriksaan jarak pandang terhadap mata pasien. Disini pemeriksaan bisa menggunakan snellen chart dalam jarak yang sesuai yaitu 6 meter. Hasil pemeriksaan visus pasien ialah 6/21 pada mata kanan dan mata kiri. Pemeriksaan Tekanan Bola Mata Pemeriksaan tekanan bola mata bisa menggunakan cara palapasi untuk menentukan apakan tekanan pada bola mata pasien tinggi seperti pada kasus glaukoma. Dan pemeriksaan ini tidak ditemukan tekanan bola mata yang tinggi.

Pemeriksaan Reflek Pupil Pemeriksaan reflek pupil cukup gampang dilakukan dengan hanya menggunakan senter. Pupil disinari dengan tujuan untuk melihat reflek pupil untuk mengecil dengan baik atau tidak. Working Diagnosis
4

Working diagnosis yang dapat diambil yaitu pasien mengalami komputer vision sindrom. Komputer vision sindrom pada pasien disebabkan karena pasien memiliki myopia atau rabun jauh sejak kecil. Komputer vision sindrom adalah suatu keadaan dimana mata menjadi lelah akibat konsentrasi terhadap komputer yang terlalu lama. Gejala klinis dari komputer vision sindrom yaitu penglihatan buram, penglihatan ganda mata kering dan merah, iritasi pada mata, sakit kepala, dan sakit leher, mata berair, adanya rasa mengantuk berlebihan. 3 Defferential Diagnosis Myopia adalah suatu keadaan rabun jauh yang menjadi kelainan akibat kelengkungan kornea atau lensa yang tidak normal atau indeks bias abnormal didalam mata. Beberapa myopia bisa disebabkan karena ukuran panjang bola mata anteroposterior yang terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi yang terlalu lemah. Myopia memiliki gejala klinis kesulitan melihat gambaran-gambaran dalam keadaan jauh, sakit kepala disertai juling dan juga kelopak mata yang sempit. Seseorang dengan myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pin hole. Pasien myopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam kedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap maka pasien akan terlihat juling kearah dalam atau esoptropia. Pada pemeriksaan fundukopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fundus mata myopia, sclera oleh koroid. Pada mata myopia tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenarasi macula dan degenarasi retina bagian perifer.3

Langkah 2 : Pajanan yang Dialami1,2 Pajanan yang dialami adalah bagian dalam langkah diagnosis okupasi yang membahas tentang kemungkinan terpaparnya individu terhadap suatu agent dalam keadaan sehari-hari ataupun saat bekerja. Agent yang dapat menjadi pajanan bisa berupa fisik, biologis, kimia, ergonomic, dan psikososial. Pajanan tersebut meningkatkan resiko terjadinya kelainan pada
5

tubuh atau secara langsung menimbulkan kejadian yang merugikan bagi individu. Pada kasus diatas pajanan dibagi menjadi 3 yaitu saat berangkat, saat bekerja, dan setelah kerja.

AKTIFITAS FISIK Berangkat kerja Panas, bising, Getaran KIMIA Debu, asap kendaraan , polutan Obat pembersih , debu kantor

PAPARAN BIOLOGI ERGONOMI Bakteri, virus, jamur, parasite, binatang Bakteri, virus, jamur, parasite, binatang Posisi statis,

PSIKOSO SIAL Malas, lelah, stress, emosi Stress, malas, bosan, lelah, emosi

Ggn. Kesehatan Paru-paru, kulit, daluran nafas, mata Kram otot, sakit pinggang

Resiko Kec. Kerja Kecelakaan kendaraan

Selama Kerja

Pulang Kerja

Cahaya komputer, Suhu AC dingin, lembab/ke ring Bising, dingin, getaran

Posisi statis, posisi kerja tidak baik

Jatuh dari kursi, kesetrum

Debu, asap kendaraan , polutan

Bakteri, Posisi statis, Lelah, virus, takut jamur, parasite, Binatang Tabel 1. Paparan yang Dialami

Paru-paru, kulit, daluran nafas, mata

Kecelakaan kendaraan

Langkah 3 : Hubungan Pajanan dengan Penyakit1 Berdasarkan kondisi pasien dengan pekerjaan yang dijalani sebagai manajer bagian keuangan yang terus bekerja dengan komputer terdapat beberapa bagian yang sangat berhubungan dan dapat menjadi factor atas keluhan pasien yaitu : Kontak dengan paparan kimia dan biologi dalam perjalanan menuju ataupun kantor dapat membuat iritasi pada mata. Pekerjaan pada ruangan yang berAC atau bersuhu dingin dan kering meningkatkan kekeringan mata yang dapat menhyebabkan gangguan pada mata. Posisi monitor komputer yang rendah mengakibatkan mata harus menatap keatas dalam posisi statis yang lama akan membuat lelah otot mata dan juga menyebabkan kelainan pada leher.

Kerja tanpa istirhat akibat kesibukan kantor memperberat kerja otot mata dan kekeringan mata mengakibatkan kelelahan pada mata. Cahaya yang kurang pada ruang kerja meningkatkan beban kerja pada mata karena mata akan berusahan menangkap cahaya lebih banyak. Pekerjaan ataupun kegiatan dalam rumah seperti menonton dan membaca membuat kondisi mata lebih lelah.

Langkah 4 : Pajanan yang Dialami Cukup Besar1,2 Patofisiologi CVS Mekanisme terjadinya CVS belum sepenuhnya diketahui, tetapi diduga merupakan gabungan dari faktor permukaan mata, akomodasi, faktor lain di luar mata, karakteristik komputer, serta penataan ruangan kerja. Permukaan mata yang selalu basah karena dilapisi lapisan air mata (tear film) pada CVS dapat mengalami gangguan oleh lingkungan, seperti penggunaan air conditioner (AC), kipas angin, serta penurunan refleks kedip saat bekerja. Selain itu, permukaan mata dapat mengalami gangguan akibat menurunnya produksi air mata dengan bertambahnya usia, adanya perubahan hormon pada wanita, adanya penyakit tertentu atau konsumsi obat tertentu (misalnya antihistamin atau obat anti-hipertensi), serta penggunaan lensa kontak.3,4 Akomodasi atau perubahan struktur mata dapat melihat secara fokus untuk melihat jarak dekat. Huruf pada layar komputer sangat berbeda pada teks di kertas karena tersusun atas pixels, atau titik-titik yang tersusun membentuk huruf atau angka. Untuk melihat huruf/angka pada layar komputer, mata terus-menerus berakomodasi sehingga menimbulkan kelelahan ataueyestrain. Untungnya, biasanya perubahan pada akomodasi bersifat reversible pada akhir hari atau pada hari libur. Beberapa pakar menganggap bahwa akomodasi akibat penggunaan komputer dapat merangsang miopisasi, tetapi belum dibuktikan dengan penelitian.3,4 Nyeri atau kekakuan otot leher, bahu, dan punggung terjadi akibat pergerakan kepala, leher, dan bahu ke depan, yang cenderung dilakukan pengguna komputer untuk melihat lebih jelas. Keluhan nyeri otot juga terjadi pada pengguna kacamata bifokal atau progresif (pada pekerja yang sudah membutuhkan kacamata plus untuk membaca), di mana mereka cenderung

menggerakkan kepala ke belakang saat membaca teks pada kertas, lalu memajukan kepala saat memfokuskan kembali penglihatannya ke layar komputer. Kualitas display, di mana kontras kurang, akan mempersulit melihat huruf atau angka pada layar komputer. Selain itu, makin tinggi resolusi layar komputer, batas gambar akan makin tegas sehingga mata dapat melihat tanpa akomodasi berlebihan. Karakter tulisan warna gelap pada dasar yang lebih terang juga menambah kenyamanan dan mengurangi eyestrain. Refresh rate (beberapa kali layar komputer berusaha membentuk gambar per menit, yang dinyatakan dalam satuan Hz) juga memengaruhi: pada refresh rate rendah layar akan berkedip (flicker), yang menimbulkan ketidaknyamanan dan merangsang sakit kepala. Liquid crystal displays (LCD) dinilai mempunyai refresh rates yang lebih baik daripada cathode ray tube (CRT).3,4 Pencahayaan yang kurang baik pada ruangan kerja tentu mengurangi kenyamanan pengguna komputer, tetapi cahaya yang terlalu terang juga menimbulkan glare atau silau pada layar komputer sehingga image pada layar komputer akan kabur. Sinar alfa, beta, dan sinar X yang dipancarkan layar komputer juga dicurigai dapat mengganggu kesehatan. Namun, beberapa kepustakaan menyatakan memerlukan penelitian lanjut untuk membuktikan hal tersebut. Bukti Epidemiologis Penggunaan komputer di lingkungan kerja dan perumahan merupakan salah satu revolusi di bidang teknologi. Instrumen tersebut sudah menjadi bagian dari kehidupan kita serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja. Pada tahun 2000 dianggap bahwa 75 persen pekerjaan manusia melibatkan komputer. Salah satu dampak negatif pemakaian komputer yang ekstensif bagi kesehatan adalah gangguan mata yang disebut sebagai computer vision syndrome (CVS). Menurut The American Optometric Association, CVS adalah kumpulan gejala okuler (mata) maupun non-okuler yang timbul setelah bekerja di depan layar komputer atau video display terminal (VDT).4

CVS ditemukan pada 75 persen pekerja yang menggunakan komputer selama 6-9 jam setiap hari. Di Amerika Serikat dan Inggris, CVS dilaporkan terjadi pada 12,4 persen dan 9 persen dari semua pasien yang datang ke dokter mata. Gejala CVS meliputi mata lelah (astenopia atau eyestrain), mata terasa kering, berpasir, atau terasa berat, penglihatan buram, yang dapat disertai sakit kepala (terutama daerah dahi dan bagian kanan atau kiri kepala), nyeri otot leher, dan punggung. Kualitatif Cara atau Proses Pasien bekerja sebagai karyawan bagian keuangan disuatu perusahaan dan bertugas memasukan data-data menggunakan komputer. Pekerjaan pasien menggunakan komputer berlangsung selama 8 jam. Pasien bekerja dalam ruangan yang penerangan kurang dan posisi alat kerja yaitu komputer yang tidak baik. Posisi komputer membuat pasien harus melakukan gerakan yang menunduk terus menerus. Pasien sering tidak beristirahat saat bekerja dikarenakan kesibukan kantor. Akibat beberapa factor pajanan ini pasien mengalami kelehan mata yang mengakibatkan mata berair dan mengakibatkan penurunan penglihatan. Lama kerja Pasien bekerja selama 8 jam kerja dalam sehari yaitu dimulai dari pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore. Namun tidak terdapat keterangan hari kerja dalam seminggu. Observasi Tempat dan Lingkungan Kerja Tempat kerja atau lingkungan kerja termasuk faktor yang ada pada patofisiologi pada CVS. Tempat kerja yang baik ialah tempat kerja yang penerangan cukup dalam syarat tidak terlalu gelap dan terlalu terang. Hal yang paling berpengaruh pada suatu penerangan ialah intensitas suatu cahaya. Syarat pencahayaan diperlukan untuk pekerjaan yang akan membedakan barang- barang yang sangat halus dan kontras dala waktu yang lama, seperti pekerjaan dengan mesin-mesin yang halus dan pemotongan kaca, mengukir kayu, mengetik, pekerjaan akuntansi, memerlukan kekuatan antara 500-1000 lux. Sedangkan pada kasus tidak diberikan keterangan secara spesifik tingkat keterangan ruangan oleh sebab itu bisa dilakukan pengukuran tingkat intensitas cahaya dengan menggunakan alat lux meter. Pada kasus pasien mengeluhkan

keadaan ruangan yang gelap dan hal itu menjadi salah satu factor penyebab beban kerja terutama pada mata.7 Perlu juga memperhatikan posisi komputer dimana agar setiap karyawan dapat berkerja dengan posisi yang sesuai. Posisi penggunaan komputer yang baik ialah sebagai gambar berikut :

Gambar 1. Posisi Duduk dan Komputer yang Baik Langkah 5 : Faktor Individu1,2 Status Kesehatan Pasien Perlu diketahui riwayat sakit pasien seperti riwayat infeksi, riwayat dalam keluarga, kebiasaan olahraga, apakah pernah mengalami trauma kepala atau sekitar daerah mata. Perlu ditanyakan juga apakah dulu ada riwayat gangguan penglihatan juga yang sama seperti saat ini atau dalam keluarga juga ada yang mengalami hal yang sama. Penting juga menanyai riwayat pengobatan pasien karena perlu dicurigai adakah pemakaian obat-obatan yang toksik bagi mata.
10

Dalam skenario tidak disebutkan adanya riwayat sakit lainnya pada keluarga, tidak ada riwayat pengobatan ataupun trauma pada pasien. Pasien hanya memiliki riwayat myopia yang telah dimiliki semenjak kecil dan tidak terkontrol hingga saat ini. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama namun membaik setelah beristirahat dan pemberian obat tetes mata.5 Status Kesehatan Mental Tidak diketahui secara jelas. Tetapi pasien yang mengalami pajanan di tempat kerja biasanya lama-lama akan menimbulkan stress kerja dikarenakan pajanan tersebut telah mengurangi efisiensi kinerjanya, bisa sering mengalami kesalahan saat bekerja ataupun kesulitan dalam komunikasi saat bekerja. 5 Higiene Perorangan Ini berguna untuk mengetahui apakah ada riwayat infeksi yang bisa menjadi faktor penyebab sakit pasien. Misalnya infeksi mata yang dapat menyebabkan kerusakan kornea dan lainnya.5 Langkah 6 : Faktor Lain Diluar Kerja1,2 Hobi Berdasarkan anamnesis didapatkan informasi bahwa pasien tidak memiliki kebiasaan menonton televisi secara lama namun pasien memiliki kesenangan atau hobi membaca buku. Kebiasaan Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman keras, tidur larut malam, dan lainnya. Pajanan yang ada di rumah Tidak diketahui. Pajanan di rumah bisa berupa ke psikisnya yakni stres bila ada permasalahan di rumah. Pekerjaan sambilan Tidak diketahui. Diduga membantu orang tua untuk mungkin menyebabkan terpapar beberapa faktor.

Langkah 7 : Diagnosis Okupasi1,2

11

Diagnosis okupasi berdasarkan hubungan dengan kausalnya, terbagi menjadi 4 tipe yakni A) PAK atau PAHK (penyakit akibat hubungan kerja); B) penyakit yang diperberat pajanan di tempat kerja; C) belum dapat ditegakkan informasi tambahan; D) bukan PAK. Diagnosis okupasi untuk pasien skenario ini adalah penyakit akibat kerja (tipe A) yakni CVS (Computer Visual Syndrom). Diagonis CVS ditegakan berdasarkan informasi yang didapatkan dari pasien mengenai multifactorial lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap keluhannya.1.2 Efek penglihatan buram sementara atau menetap. Pengaruh pajanan fisik seperti suhu yang dingin, posisi monitor yang tidak baik, dan juga pencahayaan ruangan kerja yang tidak baik menjadi factor utama terjadinya keluhan terhadap pasien. Pada pasien, yang merupakan seorang karyawan bagian keuangan bekerja dengan komputer hingga lembur menjadi penyebab utamanya. Selain itu, stres psikososial di pekerjaan yang dialami setiap pekerja, dapat mempengaruhi tonus otot dan dapat menyebabkan keluhan musculoskeletal yang juga menyebabkan keluhan mata pasien yang terasa berat. Hal lain yang mungkin mempengaruhi adalah aktivitas pribadi karyawan di luar jam kerja.1,2

Penatalaksanaan Pengobatan terhadap CVS bergantung terhadap keluhan yang terjadi. Nyeri dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan anti nyeri seperti NSAID dan lainnya. Istirahat dan modalitas merupakan cara yang paling baik untuk mengurangi dampak dari CVS. Istirahat atau terapi yang baik untuk CVS disebut sebagai terapi 20-20-20-20 yaitu berarti setiap bekerja selama 20 menit diwajibkan untuk mengistirhatkan mata selama 20 detik. Istirahat mata dengan melakukan pandangan terhadap warna-warna yang menyegarkan mata seperti warna hijau pada daun dengan jarak maksimal 20 meter, namun yang normal digunakan ialah 6 meter. Dilakukan juga pengedipan mata sebanyak 20 kali bertujuan agar membantu membasahi mata yang kering dan membantu mengeluarkan air mata sehingga menyegarkan mata.6,7 Penjelasan singkat penatalaksanaan perlu diberikan dan hindari penggunaan istilah yang tidak banyak dimengerti oleh awam atau dapat menimbulkan rasa takut seperti kata nyeri skiatik, artritis, spasme, penyakit diskogenik dan sebagainya. Perlu diberikan juga edukasi mengenai halhal yang tidak seharusnya dilakukan seperti mengucek-ngeucek mata yang beresiko melukai mata sehingga akan memperburuk keadaan mata dan penglihatan. 7
12

Pencegahan Penccegahan pada okupasi terebagi menjadi 3 yaitu primer, sekunder dan tersier. Masingmasing tingakatan pencegahan memiliki tempat kerja dan metode berbeda sebagai berikut : Primer : Cara yang paling efektif untuk mencegah CVS adalah mengistirahatkan mata.6 Olahraga aerobik, seperti berenang dan berjalan, memperbaiki kesehatan umum, mengurangi kegemukan, dan melepaskan beban stress pikiran. Tidur dalam posisi yang nyaman pada kasur sangat dianjurkan. Telah diketahui istiraht atau tidur yang berkualitas mampu memperbaiki keadaan ataupun kelelahan tubuh. Hal ini dapat memberikan dampak positif saat bekerja dan mempertahankan kesehatan tubuh.
6,7

Disarankan untuk tidak membaca buku berlebihan, menonton televisi terutama untuk jangka waktu yang panjang dan pada posisi yang ataupun kondisi lingkungan yang tidak mendukung karena hanya akan memperberat juga memperburuk keadaan mata.

Sekunder Lakukan perbaikan terhadap penataan lokasi kerja dan alat kerja pada kantor agar memiliki tatanan dan lingkungan yang sesuai dan kondusif mendukung pekerjaan juga menghindari terjadinya cedera. Gunakan juga selalu alat-alat pelindung diri yang sesuai dengan baik sehingga membantu mengurangi pajanan terhadap setiap karyawan.7 Tersier Kontrol terhadap kelainan mata yang ada kepada dokter untuk membantu menjaga keadaan mata agar tidak bertambah parah jika pada dasarnya memiliki suatu kelainan pada mata.

Prognosis Prognosis baik. Pada penyakit CVS sebenarnya hanya terjadi akibat kelelahan akibat kerja sehingga istirahat yang cukup dapat membantu memperbaiki keadaan mata dan mengurangi keluhan yang terjadi.

13

Daftar Pustaka 1. Ridley J. Ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga;2004. 2. Jeyaratnam, J. Buku praktik kedokteran kerja / J. Jeyaratnam, David Koh ; alih bahasa, Suryadi ; editor edisi bahasa Indonesia, Retna Neary Elseria Sihombing, Widyastuti. Jakarta: EGC;2009.h.206 14. 3. Ilyas H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas kedokteran universitas Indonesia:2004.h.14-51 4. Safitri A, penyunting. Lecture notes: oftalmologi. Dalam: James B, chew C, Bron A. Lecture notes on ophthalmology. 9th ed. Jakarta:Erlangga; 2006.h.65. 5. J Jeyaratnam, K David. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta : EGC; 2010. 6. Mata dan Penglihatan. Diunduh dari : http://medicastore.com/penyakit/1001/Mata_&_Penglihatan.html . 2013 7. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys general ophthalmology. 17 edition. USA: McGraw-Hill companies; 2008. Ch. 5
th

Palupi

14

Anda mungkin juga menyukai