Anda di halaman 1dari 3

1. Dosis digoksin untuk anak ?

Digoksin adalah salah satu glikosida jantung (digitalis), suatu kelompok senyawa yang
mempunyai efek khusus pada miokardium. digoksin diekstraksi dari daun Digitalis lanata.
Anak : Untuk digitalisasi cepat : 25 mcg/kg berat badan dengan selang waktu tertentu
sampai kompensasi tercapai. Pemeliharaan : 10-20 mcg/kg berat badan/hari.
2. Dosis OMZ untuk anak ?
0,7-3,5 mg / kg / hari dengan dosis maksimum 80 mg / hari
3. Dosis Ranitidin untuk anak ?
4. Dosis untuk anak-anak ialah 2-4 mg/kg berat badan dua kali sehari. Dosis maksimal untuk
anak-anak ialah 300 mg sehari.
5. Penyebab kejang ?
Klasifikasi kejang
I. Kejang parsial (fokal, lokal)
A. Kejang fokal sederhana
B. Kejang parsial kompleks
C. Kejang parsial yang menjadi umum
II. Kejang umum
A. Absens
B. Mioklonik
C. Klonik
D. Tonik
E. Tonik-klonik
F. Atonik
III. Tidak dapat diklasifikasi
Etiologi
1. Intrakranial\
Asfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemik
Trauma (perdarahan) : Perdarahan subaraknoid, sub dural atau intra ventricular
Infeksi : Bakteri virus dan parasite
Kelainan bawaan : Disgenesis, korteks serebri
2. Ekstra cranial
Gangguan metabolic :Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat
Kelainan yang diturunkan: Gangguan metabolism asam amino, ketergantungan dan
kekurangan asam amino
3. Idiopatik
Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5
6. Pemeriksaan penunjang pada demam ?
Pemeriksaan penunjang dilakukan pada anak yang mengalami demam bila secara klinis
faktor risiko tampak serta penyebab demam tidak diketahui secara spesifik. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan yaitu:

1. Pemeriksaan awal
Darah rutin, urin dan feses rutin, morfologi darah tepi, hitung jenis lekosit
2. Pemeriksaan atas indikasi
Kultur darah, urin atau feses, pengambilan cairan serebro spinal, toraks foto.6
7. Pasien anak 15 tahun berat 40 kg dengan diagnosis status epileptikus, bagaimana pemberian
aminophilin dan nebulisernya ?
Pada serangan asma akut yang berat
Berikan oksigen
Nebulasi dengan -agonis antikolinergik dengan oksigen dengan 4-6 kali
pemberian.
Koreksi asidosis, dehidrasi dan gangguan elektrolit bila ada
Berikan steroid intra vena secara bolus, tiap 6-8 ja
Berikan aminofilin intra vena :
Bila pasien belum mendapatkan amonifilin sebelumnya, berikan aminofilin dosis awal 6
mg/kgBB dalam dekstrosa atau NaCl sebanyak 20 ml dalam 20-30 menit. Bila pasien telah
mendapatkan aminofilin (kurang dari 4 jam), dosis diberikan separuhnya. Bila mungkin
kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml Selanjutnya berikan aminofilin
dosis rumatan 0,5-1 mg/kgBB/jam.
Bila terjadi perbaikan klinis, nebulasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam, dan pemberian
steroid dan aminofilin dapat per oral. Bila dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat
dipulangkan dengan dibekali obat -agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam
selama 24-48 jam. Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik rawat
jalan dalam 24-48 jam untuk reevaluasi tatalaksana.
8. Pasien anak 15 tahun berat 50 kg dengan diagnosis DSS, Ht 55%, Trombosit 50.000/mm 3.
Pemeriksaan apa saja yg dilakukan dan penatalaksanaannya ?
Pada penderita DSS anak-anak
1. Cairan Cairan yang diberikan bisa berupa
Kristaloid :
Ringer Laktat
5 % Dextrose di dalam larutan Ringer Laktat
5 % Dextrose di dalam larutan Ringer asetat
5 % Dextrose di dalam larutan setengah normal garam faali, dan
5 % Dextrose di dalam larutan normal garam faali.
Koloidal :
Plasma expander dengan berat molekul rendah (Dextran 40)
Plasma.
1. RL / D 5 % dalam RL / D 5 % dalam Ringer Asetat / larutan normal garam faali
----> diberikan 10 20 ml/kg BB/ 1 jam.
2. Pada kasus yang berat dapat diberikan bolus 10 ml/kg BB (1 x atau 2 x).

3. Jika renjatan berlangsung terus (HCT tinggi) diberikan larutan koloidal (Dextran
atau Plasma) sejumlah 10 20 ml/kg BB/ 1 jam.
2. Tranfusi darah Diberikan pada :
Kasus dengan renjatan yang sangat berat atau renjatan yang berkelanjutan.
Gejala perdarahan yang nyata, misal : hematemesis dan melena.
3.
Pemberian darah dapat diulang sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan. Jika jumlah
thrombocyte menunjukkan kecenderungan menurun < 100.000/mm3
Antipiretika : yang diberikan sebaiknya Parasetamol (mencegah timbulnya Efek samping
pedarahan dan asidosis)
Obat penenang : diberikan pada kasus yang sangat gelisah. Dapat diberikan Valium 0,3
0,5 mg/kgBB/kali (bila tidak terjadi gangguan system pernapasan) atau Largactil 1
mg/kgBB/kali. Bila penderita kejang dapat diberikan kombinasi Valium (0,3 mg/kgBB)
i.v. dan diikuti Dilantin (2 mg/kgBB/jam 3 kali sehari).
4. Oksigen diberikan 2-4 Lpm
5. Koreksi asidosis Nabic dapat diberikan 1 2 mEq/kgBB, diberikan dengan kecepatan 1
mEq/menit, atau jumlah Nabic dapat dihitung dengan rumus : Kebutuhan Nabic : 0,5 x
BB x Defisit HCO3- atau 0,3 x BB x Base deficit
6. Koreksi kelainan-kelainan yang terjadi
7. Kortikosteroid Penggunaannya masih controversial pada pengobatan DSS Bisa diberikan
dengan dosis :
Hidrokortison 6 8 mg/kgBB/ 6 8 jam i.v.
Methyl prednisolon 30 mg/kgBB/hari i.v.
Dexamethazon 1 2 mg/kgBB sebagai dosis awal, kemudian 1 mg/kgBB/hari i.v.
8. Dopamine.
Bayi dan Anak :
1-20 mcg/kgBB/menit (dosis maksimum 50 mcg/kgBB/menit) infus kontinyu,titrasi
hingga

diperoleh

respons

yang

diinginkan.

Bila

diperlukan

dosis

>

20-30

mcg/kgBB/menit, lebih baik menggunakan epinefrin atau norepinefrin. Pemberian


kecepatan infus (ml/jam) = dosis (mcg/kgBB/menit) x BB (kg) x 60 menit/jam kadar
(mcg/ml). Berikan ke vena besar untuk mencegah kemungkinan terjadinya ekstravasasi.

Anda mungkin juga menyukai