Anda di halaman 1dari 12

STUDI PEMISAHAN KATION PADA FASA DIAM SILIKA GEL YANG DIMODIFIKASI DENGAN 3-GLYCIDYLOXYPROPYL TRIMETHOXYSILANE DAN TAURIN

Aulia Indah Pratiwi*, Rahmiana Zein, Hamzar Suyani

Program Studi Kimia Pascasarjana Universitas Andalas


*

Email: aulia.indah@gmail.com

Abstract Modification of Silica using 3-glycidyloxypropyltrimethoxysilane as spacer and Taurine as sulfonic group donor was propose to make novel stationary phase which is separating cations by Ion Chromatography system. The reaction consist in two steps whereas first reaction is silica with 3glycidyloxypropyltrimethoxysilane (result was called Si-GLY) and second reaction is Si-GLY with taurine. This final result was called Si-GLY-SO3. Elemental analysis was used to make sure that reaction was success or not. After reaction, Ion chromatography would be used to separating cations which is the ions are Na+, K+, Ca2+, dan Mg2+. From some mobile phase that used in this research
such as CuSO4, phenyltrimethylammoniumchloride, benziltrimethylammoniumchloride, and H2SO4 + L-Histidin, CuSO4 5 mM is suitable as mobile phase for Si-GLY-SO3. The

concentration of ions were 1 mM in 210 nm wavelength as indirect UV method.

From this research we can conclude that Silica can react with 3-glycidoxypropyl trimethoxysilane and taurine and can separate monovalen ions (Na+ and K+) but not
separate divalent ions (Mg2+ and Ca2+) yet.

Keywords: Ion chromatography, cation, mobile phase, stationary phase, indirect UV detection.

1. Pendahuluan Kromatografi ion telah berkembang menjadi metoda yang dipilih untuk penentuan banyak senyawa-senyawa anorganik kation dan anion dalam larutan sejak diperkenalkannya oleh Small et al. (1975). Sehingga metoda kromatografi ion banyak diaplikasikan dalam penentuan komponen kimia dalam larutan. Parameter utama dimana selektivitas pemisahan yang sangat mempengaruhi adalah sifat grup penukar ion dimana dia akan terikat (Nesterenko et al., 2009). Sebelumnya Ponchel et al. (2004), telah membuat material berbahan dasar silika menggunakan -cyclodextrin dan berhasil melakukan karakterisasinya dengan

spektroskopi UV-vis difusi pantulan. Berdasarkan penelitiannya, Ponchel et al. berhasil menggabungkan 3-glycidoxipropyltrimethoxysilane dengan silika yang telah diaktivasi. Reaksinya menggunakan toluene yang telah didistilasi. Penelitian Ponchel et al. yang menggunakan toluen sebagai pereaksi akan digunakan sebagai dasar pembuatan reaksi dalam penelitian modifikasi silika gel dengan taurin yang akan dilkakukan ini. Perubahan hasil reaksi yang diinginkan akan ditentukan dengan menggunakan analisa elemental. Setelah diketahui adanya perubahan pada jumlah elemen C, O, N, dan H dalam silika yang telah dimodifikasi, selanjutnya akan diujikan dengan menggunakannya sebagai fasa diam untuk penentuan kation pada kromatografi ion. Telah banyak berkembang penelitian mengenai modifikasi fasa diam untuk pemisahan anion maupun kation dengan ion kromatografi. Sebelumnya Zein et al. pada tahun 1996, telah menggunakan bovine serum albumin (BSA) sebagai fasa diam untuk pemisahan anion (Iodat, bromida, nitrat, dan tiosianat) menggunakan asam tartarat sebagai eluen dan dideteksi dengan menggunakan UV pada panjang gelombang 210 nm. BSA merupakan senyawa amfoter dan anion-anion yang digunakan dalam penelitian tersebut dilakukan pada kondisi asam. Selain itu, Munaf et al. pada tahun 1996 telah melakukan penelitian menggunakan silika gel sebagai fasa diam untuk pemisahan kation dengan menggunakan metoda deteksi fotometer tak langsung. Pemisahannya dilakukan dengan menggunakan fasa gerak benziltrimetilamoniumklorida dalam asetonitril. Dapat dipisahkan lima macam senyawa kation monovalen dan divalen yakni litium, ammonium, kalium, rubidium, dan cesium yang dipisahkan selama 10 menit dan deteksi tak langsung dengan menggunakan panjang gelombang 208 nm. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan maka pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi fasa diam dengan menggunakan spacer (3glycidoxypropyl) trimethoxysilane dan taurin sebagai pemberi gugus sulfonat agar dapat melakukan penukaran kation. Hasil dari modifikasi silika dengan taurin ini disingkat dengan Si-GLY-SO3. Deteksi pemisahan akan dilakukan secara tak langsung dengan detektor UV pada panjang gelombang 210 nm dan 4 standar kation, yakni natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Fasa gerak yang akan dicobakan adalah CuSO4. 2. Eksperimen a. Peralatan Analisis Elemen Merek alat adalah CHN Corder (MT-6), Yanaco. Wadah sampel disebut dengan Ceramic Board. Standar sampel yang digunakan adalah Antipyrine. Bahan pereduksi adalah Copper Reduced (Cu). Berat sampel yang ditimbang untuk analisis adalah 2 mg. Sampel adalah fasa diam silika yang telah dimodifikasi dengan taurin. b. Peralatan membuat reaksi modifikasi fasa diam Alat-alat yang digunakan untuk membuat reaksi modifikasi fasa diam adalah kolom stainless, volume 4 mL, panjang kolom 30 cm; oven (Eyela WFO-400, Tokyo Rikakikai, Co. LTD, Jepang); magnetik stirer (Inchi, Mini Magnetik Stirer HS-4 DC, Tokyo Rikakikai, Co.LTD, Jepang);

magnetik bar; sentrifus (IEC 61010-2-020, Kubota, Jepang); vial 2 mL dan 5 mL c. Sistem Peralatan Ion Kromatografi Sistem peralatan ion kromatografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microfeeder, LTEX Corp., Tokyo Japan yang menggunakan gastight syringer (0.5 mL, Ito-Fuji, Jepang); kolom mikro, 100 mm (0,32 mm I.D. x 0,45 mm O.D., GL Science, Tokyo, Jepang); Detektor UV, Jasco Corp. Tokyo, Jepang; Syringe 0,25 mL, 0,5 mL, dan 1 mL; Data Prosessor, CDS. 3. Hasil dan Diskusi a. Analisis elemen fasa diam yang telah dimodifikasi Alat CHN Corder (MT-6), Yanaco yang terdapat di Universitas Gifu hanya terbatas pada analisa elemen C, H, dan N saja. Sehingga tidak dapat dipastikan jumlah komponen Sulfur (S) didalam sampel fasa diam yang telah dimodifikasi. Berdasarkan hasil analisa didapatkan jumlah unsur C : H : N secara berturut-turut pada fasa diam yang telah dianalisa adalah 5,66 : 1,23 : 0,00. Sedangkan hasil analisa untuk sampel Silika sebelum modifikasi adalah 0,00 : 0,70 : 0,00 secara berurutan. Setelah dilakukan kalkulasi elemen, didapatkan perbandingan elemen C dan H adalah 6 : 15 yang terdapat dalam fasa diam yang telah dimodifikasi dengan 3glycidoxypropyl trimethoxysilane. b. Kapasitas penukar ion dari fasa diam yang telah dimodifikasi dengan taurin Dalam penelitian ini, perlu diketahui berapa kapasitas pertukaran ion dari fasa diam yang telah dimodifikasi. Untuk mendapatkan nilai kapasitas pertukaran ion, dilakukan perhitungan melalui kurva breakthrough yakni terjadinya perubahan baseline pada waktu retensi tertentu.
3 5 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 2 5 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0

[u V]

1 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 -0

0 2 4 6 8 1 0 1 2 1 4 1 6 1 8 2 0 2 2 2 4 2 6 2 8 3 0 3 2 3 4 3 6 3 8 4 0 [m in] Gambar 1. Kurva breakthrough fasa diam silika yang telah dimodifikasi (SiGLY-SO3) dengan CuSO4 sebagai fasa gerak, detektor: UV 210 nm, 1000 mV=1 Absorban

c.

Pada fasa diam silika-3-glycidoxypropyl trimethoxysilane yang telah dimodifikasi dengan taurin, didapatkan kurva breakthrough seperti pada Gambar 1. Baseline naik pada menit ke-22 sehingga diperoleh volume fasa gerak yang melewati kolom adalah 66 L. Perhitungan ini dapat dilihat lebih detail pada lampiran 2. Jumlah mol equivalen yang bereaksi dengan fasa gerak adalah 0,165 mol. Sehingga kapasitas pertukaran ion didapatkan 0,206 mol/cm3 dalam 10 cm panjang kolom. Pemisahan kation dengan sistem peralatan kromatografi ion menggunakan fasa diam yang telah dimodifikasi (Si-GLY-SO3) (1) Pengaruh variasi jenis fasa gerak terhadap pemisahan kation Setelah membuat modifikasi fasa diam dengan taurin, perlu dicobakan kemampuan pemisahan kation dengan menggunakan metoda kromatografi ion. Perlu diketahui metoda pemisahan yang tepat untuk penggunaan fasa diam yang telah dimodifikasi dengan taurin ini karena setiap fasa diam akan memiliki metoda pemisahan dan kondisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pada penelitian ini dicobakan beberapa jenis fasa gerak yang memiliki absorban pada daerah UV dan dapat melakukan pemisahan kation-kation dengan baik dengan menggunakan fasa diam yang telah dimodifikasi Si-GLY-SO3. Berikut ini adalah beberapa jenis fasa gerak yang telah dicobakan untuk mencari metoda pemisahan yang tepat dengan menggunakan fasa diam silika-GLY-SO3 : a. H2SO4 1 mM + L-Histidin 1 mM L-His menyerap sinar UV dan penggunaannya sebagai fasa gerak bersamaan dengan H2SO4 1 mM dapat meningkatkan resolusi pemisahan kation dengan sistem kromatografi ion pada daerah serapan 208 nm sampai dengan 215 nm (Karim, 2003)
O C H2N H C CH2 OH

Gambar 2. Struktur kimia L-His

NH

b. phenyltrimethylammoniumchloride (PTAC) 1 mM PTAC meyerap sinar UV dan dapat digunakan sebagai fasa gerak untuk deteksi tak langsung pada panjang gelombang 208 nm (Takeuchi, 2001).

H3C N-

CH3

ClCH3

c. benzyltrimethylammoniumchloride (BETMAC) 1 mM BETMAC telah digunakan oleh Munaf et al. tahun 1996 sebagai fasa gerak untuk memisahkan kation dengan metoda deteksi UV tak langsung.
H3C CH3 NCH3

Gambar 3. Struktur kimia L-His phenyltrimethylammoniumchloride

Cl-

d. CuSO4 5 mM CuSO4 merupakan jenis fasa gerak yang umum digunakan sebagai fasa gerak dalam metoda deteksi UV secara tak langsung karena dapat menyerap pada daerah UV pada panjang gelombang 210 nm (Umemura, 2008). Hasil pemisahan kation-kation dengan menggunakan fasa diam SiGLY-SO3 pada 4 jenis fasa gerak tersebut dapat dilihat pada Gambar 12 berikut :
50 0 - 50

Gambar 4. Struktur kimia benzyltrimethylammoniumchloride

Na+
O,1 Abs.

[ mV ]

- 100 - 150 - 200 - 250 - 300 - 350 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Mg2+

Ca2+

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 [ min ]

100 50 0

air

O,1 Abs.

[ mV ]

- 50 - 100 - 150 - 200 - 250 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Na+

4 kation

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 [ min ]

20000 15000 10000 5000

0,001 Abs. 4 kation

[ uV ]

0 - 5000 - 10000 - 15000 - 20000 - 25000 0 5 10 15 20 25 30 [ min ] 35 40 45 50 55

5000 2500 0 - 2500

[ uV ]

- 5000 - 7500 - 10000 - 12500 0 2 4 6

0,005 Abs. Na K+
+

Mg dan Ca

2+

2+

10

12

Gambar 5. Kromatogram pemisahan kation dengan menggunakan fasa diam Si-GLYSO3. Fasa gerak: (a) H2SO4 1 mM + L-His 1 mM, =208 nm; (b) phenyltrimethylammoniumchloride 1 mM, =208 nm; (c) benzyltrimethylammoniumchloride 1 mM, =208 nm; (d) CuSO4 5 mM, =210 nm, detektor: UV (deteksi tak langsung), konsentrasi masing-masing analit 1 mM, laju alir 3L/menit, volume analit 0,2 L; 1000 mV=1 Absorban

14 16 [ min ]

18

20

22

24

26

28

30

Dari Gambar 5 diatas dapat terlihat perbandingan kemampuan pemisahan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis fasa gerak. Gambar 10.d memberikan pemisahan yang lebih baik menggunakan fasa gerak CuSO4 yang telah berhasil memisahakan ion-ion monovalen (Na+ dan K+), namun belum dapat memisahkan kation divalen (Mg2+ dan Ca2+). Sehingga diperlukan studi lebih lanjut mengenai konsentrasi yang dapat memberikan pemisahan secara optimum.

L-His merupakan kation aditif yang dapat meningkatkan resolusi puncak kation-kation yang menggunakan UV sebagai detektor. Namun untuk fasa diam Si-GLY-SO3 ini tidak dapat digunakan sebagai fasa geraknya karena terjadinya kompetisi antara analit dengan fasa gerak L-His untuk memperebutkan gugus aktif (active site) pada fasa diam, yang dalam hal ini adalah gugus sulfonat. Hasil pemisahan yang menggunakan fasa gerak L-His dapat dilihat pada Gambar 12.a dimana yang muncul adalah sistem puncak (peak system) pada waktu retensi 4 menit dan analit yang keluar bersamaan pada waktu retensi 9 menit 10 menit. Demikian juga halnya dengan fasa gerak

phenyltrimethylammoniumchloride 1 mM pada gambar kromatogram 12.b dimana yang muncul hanya sistem puncak dan analit yang keluar bersamaan. Benzyltrimethylammoniumchloride (BETMAC) pun ternyata tidak dapat memberikan pemisahan kation yang lebih baik daripada fasa gerak L-His dan phenyltrimethylammoniumchloride, dilihat pada gambar kromatogram 12.c. Jika diperhatikan waktu retensi keluarnya analit adalah pada menit ke 30. Hal ini terjadi kemungkinan karena interaksi gugus sulfonat pada fasa diam Si-GLY SO3 dengan analit adalah sangat kuat daripada interaksi gugus amin kuarterner pada senyawa BETMAC. Sehingga diperlukan spacer jenis lain untuk mengurangi kekuatan interaksi antara fasa diam dengan analit.

Selanjutnya akan dipelajari pengaruh konsentrasi CuSO 4 terhadap pemisahan kation untuk mengetahui pada konsentrasi berapakan fasa gerak CuSO4 dapat digunakan secara optimum untuk memisahkan kation monovalen (Na+ dan K+) dan kation divalent (Mg+2 dan Ca+2). (2) Pengaruh variasi konsentrasi CuSO4 terhadap pemisahan kation Pada sistem kromatografi ion, fasa gerak juga sangat mempengaruhi optimasi pemisahan ion seperti halnya yang dilakukan oleh Munaf et al. dan Zein et al. pada tahun 1996. Gambar 6. berikut ini adalah beberapa variasi konsentrasi CuSO4 sebagai fasa gerak yang digunakan untuk pemisahan kation-kation monovalen dan divalen dengan menggunakan sistem kromatografi ion.
60 40 20 0

a
4 kation

[ mV ]

- 20 - 40 - 60 - 80 0 1 2 3 4 5 [ min ] 6 7 8 9 10

0,04 Abs.

60 40 20 0

b
4 kation

[ mV ]

- 20 - 40 - 60 - 80 0
5000 2500 0 - 2500

0,04 Abs.

7 8 [ min ]

10

11

12

13

14

15

[ uV ]

- 5000 - 7500 - 10000 - 12500 0 2 4 6

0,005 Abs. Na K
+ +

Mg dan Ca

2+

2+

10

12

Gambar 6. Kromatogram pemisahan kation dengan menggunakan fasa diam Si-GLYSO3. Fasa gerak: CuSO4 (a) 2 mM; (b) 3 mM; (c) 5 mM, detektor: UV 210 nm (deteksi tak langsung), konsentrasi masing-masing analit 1 mM, laju alir 3L/menit, volume analit 0,2 L; 1000 mV=1 Absorban

14 16 [ min ]

18

20

22

24

26

28

30

Jika dibandingkan antara kromatogram gambar 6.c dengan kromatogram 6.a dan 6.b, terlihat bahwa kromatogram 6.b memberikan pemisahan yang lebih baik, yaitu fasa geral CuSO4 konsentrasi 5 mM. Dalam penelitian ini tidak digunakan konsentrasi CuSO4 lebih dari 5 mM karena akan memberikan penyerapan UV yang sangat besar dan melebihi limit deteksi detektor UV yang digunakan pada panjang gelombang 210 nm. CuSO4 dengan konsentrasi lebih kecil dari 5 mM tidak dapat memisahkan kation-kation dengan baik karena kekuatan interaksinya juga berkurang, sehingga interaksi analit dengan fasa diam menjadi lebih besar daripada interaksi analit dengan fasa geraknya. Jika demikian, maka akan menyebabkan sulitnya terpisah kation-kation ini. Kation-kation monovalen dapat dipisahkan tetapi kation-kation divalen masih belum dapat dipisahkan dengan menggunakan fasa gerak CuSO4 ini. Ada beberapa hal yang menyebabkan ini terjadi, salah satunya adalah pengaruh besarnya kekuatan kation divalen yang memiliki ion +2 lebih kuat daripada kation monovalen yang memiliki ion +1. Sehingga interaksi kation divalen dengan fasa diam menjadi lebih kuat dan lebih sulit berinteraksi dengan fasa gerak dibandingkan interaksi kation monovalen dengan fasa gerak CuSO4.

Diperlukan analisa lebih lanjut seperti untuk mengetahui struktur kimia fasa diam Si-GLY-SO3 secara tepat karena akan mempengaruhi bagaimana nantinya interaksi fasa diam dengan fasa gerak dan analit. (3) Kemampuan pemisahan kation dengan fasa diam dikomersialkan (IC Cation SW) Pemisahan kation dengan menggunakan fasa diam dikomersialkan dapat dilihat pada kromatogram Gambar 7.
1500 1000 500 0 - 500

yang yang

telah telah

x 10 Abs.

-9

[ uV ]

- 1000 - 1500 - 2000 - 2500 - 3000 - 3500 0 2 4 6

2,3 1 4 5

Gambar 7. Kromatogram pemisahan kation dengan menggunakan fasa diam IC Cation SW. Fasa gerak: CuSO4 konsentrasi 5 mM, detektor: UV 210 nm (deteksi tak langsung), Analit: (1)Na+, (2)K+, (3)NH4+, (4)Mg+, (5)Ca+ (konsentrasi masing-masing 1 mM), laju alir 3 L/menit, volume analit 0,2 L; 1000 mV=1 Absorban

8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 [ min ]

Fasa gerak komersial yang digunakan sebagai pembanding dengan fasa gerak yang dimodifikasi dalam penelitian ini adalah IC Cation SW yang memiliki gugus sulfonat yang sama, namun spacer yang berbeda. Metoda yang digunakan sama yakni dengan fasa gerak CuSO 4, laju alir 3L/menit deteksi tak langsung pada panjang gelombang UV 210 nm. Pada kromatogram terlihat pemisahan yang lebih baik daripada fasa gerak yang dimodifikasi dengan taurin, namun selektivitas dan resolusi yang dihasilkan pada kromatogram kurang baik daripada kromatogram gambar 6.c. Hal ini dikarenakan jenis atau metoda pemisahan dengan menggunakan fasa gerak CuSO4 dan metoda deteksi UV tak langsung tidak cocok dengan jenis fasa diamnya. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Jackson, P tahun 2000 didalam Ensiklopedia Kimia Analitik, untuk fasa diam komersial seperti yang dikeluarkan oleh Dionex corp., analisa kation-kation diakukan dengan menggunakan detektor hantaram (conductivity detector) dengan fasa gerak yang umumnya digunakan adalah dari senyawa organik seperti asam tartarat dan asam metanosulfat. (4) Perbandingan fasa diam yang telah dimodifikasi dengan fasa diam silika gel yang belum dimodifikasi

Pada tahun 1996, Munaf et al. telah menganalisa 6 kation dengan menggunakan silika yang belum dimodifikasi, tapi menggunakan metoda deteksi yang berbeda. Munaf et al. menggunakan benziltrimetilammonium klorida sebagai modifikasi pada fasa geraknya serta asetonitril. Dari kromatogram Gambar 15, terlihat bahwa resolusi serta selektivitas pemisahan kation sangat baik karena telah berhasil hanya dalam waktu kurang dari 15 menit saja. Berbeda halnya jika memodifikasi fasa diam pada penelitian ini (kromatogram Gambar 6.c), terdapat beberapa kesulitan dalam mencari fasa gerak yang cocok agar pemisahan dapat berlangsung sempurna. Dengan membandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munaf et al. pada tahun 1996, maka dapat dianjurkan untuk mencari kondisi optimum dari fasa gerak yang dapat digunakan untuk pemisahan menggunakan fasa diam yang dimodifikasi (Si-GLY-SO3) pada penelitian ini.

Gambar 8. Kromatogram pemisahan kation dengan menggunakan fasa diam silika yang belum dimodifikasi (Develosil 30-5,50 mmx0,35 mm i.d). Fasa gerak: BETMAC 2,0 mM 30% (v/v) asetonitril (pH 6,5), detektor: UV 208 nm (deteksi langsung), Analit: (1)litium; 0, 15 mM, (2)sodium; 0, 15 mM, (3)amonium; 0, 15 mM, (4)potasium; 0, 15 mM, (5)rubidium; 0, 375 mM, (6) cesium; 0, 375 mM, laju alir 4,2L/menit (Munaf, 1996)

Dengan jenis fasa gerak yang sama juga dilakukan pada fasa diam Si-GLY-SO3 yang dideteksi dengan metoda UV tak langsung pada panjang gelombang 208 nm. Dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini:

20000 15000 10000 5000

0,001 Abs.

[ uV ]

0 - 5000 - 10000 - 15000 - 20000 - 25000 0 5 10 15 20 25 30 [ min ] 35 40 45 50 55

Gambar 9. Kromatogram pemisahan kation dengan menggunakan fasa diam Si-GLYSO3. Fasa gerak: benzyltrimethylammoniumchloride 1 mM, detektor: UV (deteksi tak langsung), =208 nm, Ion: Na+, K+, Ca2+, dan Mg2+ ; konsentrasi masing-masing analit 1 mM, laju alir 3L/menit, volume analit 0,2 L; 1000 mV=1 Absorban

Terlihat dengan jelas bahwa fasa gerak BETMAC tidak dapat digunakan untuk fasa diam Si-GLY-SO3. Diperlukan modifikasi fasa gerak yang tepat agar kation-kation monovalen dan divalen dapat terpisah dengan sempurna dan dalam waktu yang singkat. Selain daripada itu, jenis spacer yang digunakan dalam modifikasi silika dengan taurin ini sangat mempengaruhi kekuatan interaksi gugus penukar kation dengan analit dan fasa gerak, sehingga dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya mengenai jenis spacer yang lain dan yang juga dapat terimobilisasi dengan taurin. 4. Kesimpulan Silika gel dapat direaksikan dengan 3-glycidoxypropyl trimethoxysilane dan taurin untuk mendapatkan jenis fasa diam yang baru dengan menggunakan 2 tahapan reaksi, silika dengan 3-glycidoxypropyl trimethoxysilane dan reaksi silika-3-glycidoxypropyl trimethoxysilane dengan taurin yang disebut dengan SiGLY-SO3. Fasa gerak yang dapat digunakan untuk fasa diam yang telah dimodifikasi dengan 3-glycidoxypropyl trimethoxysilane dan taurin adalah CuSO4 5 mM dengan panjang gelombang 210 nm deteksi tak langsung untuk pemisahan kation monovalen (Na+ dan K+). Fasa gerak CuSO4 belum dapat digunakan untuk memisahkan kation-kation divalent (Mg+2 dan Ca+2). Fasa diam Si-GLY-SO3 memiliki daya pisah kation yang lebih baik daripada fasa diam komersial seperti IC Cation SW yang belum mengalami modifikasi. Daftar Pustaka Christian, G. D. 2003. Analytical Chemistry. 6 th ed. USA: Wiley. Corning, D. 2009. The Basic of Silane Chemistry. Silicones Simplified Xiameter. USA. Ettre, L.S. 1993. Nomenclature for Chromatography. Pure Appl. Chem. 65: 819. Jackson, P. E. 2000. Ion Chromatography in Environmental Analysis. Encyclopedia of Analytical Chamistry. R.A. Meyers (Ed): 2779-2801. Chichester: John Wiley & Sons Ltd.

Jiang, X. L., L.W. Lim, T. Takeuchi. 2009. Determination of trace anion in seawater samples by ion chromatography using silica columns modified with cetyltrimethylammonium ion. Anal. Bioanal. Chem. 393: 387-391. Karim, K.J.B.A., J.Y. Jin, T. Takeuchi. 2003. Simultaneous separation of inorganic anions and cations by using anion-exchange column connected in tandem in ion chromatography. J. Chromatogr. A. 995: 153-160. Meloan, C.E. 1999. Chemical Separations: Principles, Techniques, and Experiments. New York: Wiley. Munaf, E., R. Zein, T. Takeuchi, T. Miwa. 1996. Microcolumn ion chromatography of inorganic monovalent cations with indirect photometric detection and a silica gel column. Anal.Chim.Acta. 334 (1-2): 39-43. Munaf, E., R. Zein, J.Y. Jin, T. Takeuchi. 2002. Liquid Chromatographic Determination of Alcohols in Food and Beverages with Indirect Polarimetric Detection Using -Cyclodextrin Mobile Phase. Anal. Sci. 18: 903-906. National Institute of Standards and Technology (NIST). 2011. 3Glycidoxypropyltrimethoxysilane. Material Measurement Laboratory (MML). USA. Nesterenko, P.N., P.R. Haddad. 2000. Zwitterionic Ion-Exchangers in Liquid Chromatography. Anal. Sci. 16: 565-574. Ponchel, A., S. Abramson, J. Quartararo, D. Bormann, Y. Barbaux, and E.Monflier. 2004. Cyclodextrin silica-based materials: advanced characterizations and study of their complexing behavior by diffuse reflectance UV-Vis spectroscopy. Microporous and Mesoporous Materials. 75: 261-272. Small, H., T.S. Steven, W.C. Bauman. 1975. Novel Ion Exchange Chromatographic Method Using Conductimetric Detection. Anal. Chem. 47: 1801-1809. Takeuchi, T., E.S. Yeung. 1986. High-performance liquid chromatographic separation of inorganic anions on a silica gel column modified with quaternary ammonium salt. Journal of Chromatography A. 370: 83-92. Ueki, Y., T. Umemura, J. Li, T. Odake, K. Tsunoda. 2004. Preparation and Application of Methacrylate-Based Cation-Exchange Monolithic Columns for Capillary Ion Chromatography. Anal. Chem. 76: 7007-7012. Umemura, T., T. Kojima, Y. Ueki. 2008. Development of High-speed Separation Analysis Using Organic Polymer Monolith. Bunsekikagaku. 57(7):517529. Zein, R., E. Munaf, T. Takeuchi, T. Miwa. 1996. Microcolumn ion chromatography of inorganic UV-absorbing anions using bovine serum albumin as stationary phases. Anal. Chim. Acta. 335(3): 261-266.

Anda mungkin juga menyukai