Anda di halaman 1dari 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Kabupaten Banjarnegara 4.1.1. Geografis Kabupaten Banjarnegara termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah bagian Barat, membujur dari Barat ke Timur. Secara astronomi, terletak diantara 7o 12' 7o 31 Lintang Selatan dan 109o 29 109o 4550 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 1.069,71 Km2 atau sebesar 3,10% dari luas seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah, terdiri dari 20 wilayah kecamatan, 12 kelurahan, 266 desa.

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Adiministrasi Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006


No Sub Wilayah Pertumbuhan
(1) (2) (3) (4)

Kecamatan

Desa

Kelura han
(5)

Jum Lah
(6)

1.

Banjarnegara

1. Bawang 2. Sigaluh 3. Banjarnegara 4. Pagedongan

18 14 4 9 15 8 16 13 11 17 11 8

1 9 -

18 15 13 9 15 8 16 13 11 17 11 8

2.

Purwareja Klampok

1. Susukan 2. Pwj. Klampok 3. Mandiraja 4. Purwanegara

3.

Wanadadi

1. Rakit 2. Punggelan 3. Wanadadi 4. Pandanarum

26

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

4.

Batur

1. Batur 2. Wanayasa 3. Pejawaran 4. Kalibening

8 17 17 16 13 17 16 18

8 17 17 16 13 17 16 20

5.

Karangkobar

1. Karangkobar 2. Banjarmangu 3. Pagentan 4. Madukara

Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2006

Tabel 4.2 Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan Kecamatan Tahun 2006
No
(1)

Kecamatan
(2)

Luas (km2)
(3)

Persentase (%)
(4)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Susukan Purwareja Klampok Mandiraja Purwanegara Bawang Banjarnegara Pagedongan Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran

52,66 21,87 52,62 73,86 55,21 26,24 80,55 39,56 48,20 46,36 28,27 32,44 102,84 39,07 46,19 52,25

4,923 2,044 4,919 6,905 5,161 2,453 7,530 3,698 4,506 4,334 2,643 3,033 9,614 3,652 4,318 4,884

27

(1)

(2)

(3)

(4)

17. 18. 19. 20.

Batur Wanayasa Kalibening Pandanarum Jumlah

47,17 82,01 83,77 58,56 1.069,71

4,410 7,667 7,832 5,474 100,00

Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2006 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa wilayah kecamatan paling luas adalah Kecamatan Punggelan yaitu 102,84 Km2 atau 9,6% dari seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara, yaitu 1.069,71 Km2. Dan wilayah kecamatn paling kecil adalah Kecamatan Purworejo Klampok yaitu 21,87 Km2 atau 2,04% dari luas keseluruhan. Secara administratif wilayah KabupatenBanjarnegara berbatasan dengan beberapa kabupaten, antara lain: Sebelah Utara : Kabupaten Pekalongan,dan Kabupaten Batang Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Kabupaten Wonosobo : Kabupaten Kebumen : Kabupaten Purbalingga,dan Kabupaten Banyumas. Berdasarkan bentuk topografi dan geografisnya dapat digolongkan menjadi : - Bagian Utara yang terdiri dari daerah pegunungan dengan relief bergelombang dan curam, bagian ini meliputi wilayah

Kecamatan Kalibening, Pandanarum, Wanayasa, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Madukara dan Banjarmangu. - Bagan Tengah terdiri dari wilayah dengan relief datar, merupakan lembah sungai Serayu yang subur, mencakup sebagian Kecamatan Banjarnegara, Purwareja Madukara, Klampok, Bawang, sebagian

Purwanegara,

Mandiraja,

Kecamatan Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu.

28

- Bagian Selatan terdiri dari wilayah dengan relief curam, merupakan bagian dari pegunungan Serayu Selatan. Bagian ini meliputi Kecamatan Sigaluh, Sebagian Kecamatan

Banjarnegara, Pagedongan, Bawang, Mandiraja dan Sebagian Kecamatan Susukan. Ditinjau dari segi ketinggian, terbagi menjadi 4 (empat ) wilayah ketinggian, yaitu : - Kurang dari 100 m dari permukaan air laut, meliputi luas 9,82% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi Kecamatan Susukan dan Purwareja Klampok, Mandiraja, Purwanegara dan Bawang. - Antara 100 500 m dari permukaan air laut, meliputi luas 37,04% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi Kecamatan Punggelan, Wanadadi, Rakit, Madukara, sebagian Kecamatan Susukan, Mandiraja, Purwanegara,

Bawang, Pagedongan, Banjarmangu dan Banjarnegara. - Antara 500 1.000 m dari permukaan air laut, meliputi luas 28,74% dari seluruh luas wilayah kabupaten Banjarnegara, meliputi Kecamatan Sigaluh, sebagian Banjarnegara,

Pagedongan dan Banjarmangu. - Lebih dari 1.000 m dari permukaan air laut, meliputi luas 24,40% dari seluruh wilayah kabupaten Banjarnegara meliputi Kecamatan Pejawaran, Batur, Wanayasa, Kalibening,

Pandanarum, Karangkobar dan Pagentan. Ditinjau dari segi kemiringan, dapat dibedakan menjadi 3 ( tiga ) kemiringan yaitu : - Antara 0 15% meliputi luas 24,61% dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan, Purwareja Klampok, Mandiraja, Purwanegara, Pagedongan, Bawang dan Rakit. - Diatas 15 40% meliputi luas 45,04% dari luas wilayah

29

Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Madukara, Banjarmangu, Wanadadi, Punggelan, Karangkobar, Pagentan, Wanayasa dan Kalibening. - Lebih dari 40% meliputi luas 30,35% dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan, Banjarnegara, Sigaluh, Banjarmangu, Pejawaran dan Batur. Menurut data yang dikeluarkan Dinas Pemukiman dan Prasarana Daerah (Diskimprasda) Kabupaten Banjarnegara tahun 2006, wilayah ini beriklim tropis, musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun. Musim penghujan umumnya lebih banyak dari musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Madukara sebanyak 3.505 mm per tahun dengan Hari Hujan 124. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di Kecamatan Pejawaran sebesar 822 mm per tahun dengan 132 Hari Hujan. Temperatur udara berkisar antara 20 26 oC dengan temperatur terdingin pada musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng dapat mencapai 180C 30C dengan kelembaban udara berkisar antara 84 85%.

4.1.2. Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2005 sampai dengan akhir Juni 2006 tercatat sebanyak 899.915 jiwa yang terdiri atas 449.692 laki-laki dan 450.223 perempuan. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2005 sebesar 899.225 maka terjadi pertambahan sebesar 0.08%. Berdasarkan struktur umur yang ada, penduduk usia produktif ( 15 59 tahun ) sebanyak 644.123 jiwa dan usia non produktif ( 0 14 tahun dan diatas 60 tahun ) sebanyak 255.792 jiwa. Sehingga Angka Ketergantungan ( Dependency Ratio ) sebesar 0.39 yang berarti bahwa setiap 100 jiwa usia produktif harus menanggung 39 jiwa usia non produktif. Penyebaran penduduk di tiap Kecamatan tidak merata, dimana Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Punggelan

30

yaitu sebanyak 69.980 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Pandanarum dengan jumlah penduduk 21.694 jiwa.

Sementara untuk tingkat kepadatan penduduk tahun 2006 adalah sebesar 841 jiwa per km2, dengan kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Banjarnegara yaitu sebanyak 2.298 jiwa per Km2, sedang kepadatan penduduk terendah terdapat di wilayah Kecamatan Pandanarum 370 jiwa per Km2. Berdasarkan struktur penduduk menurut mata pencaharian terbagi dalam beberapa bidang antara lain, pertanian, perdagangan dan jasa. Sesuai dengan kondisi pemanfaatan lahan sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah pada sektor pertanian yaitu 207.255 jiwa, sektor perdagangan 70.546 jiwa, sektor industri 42.963 jiwa dan sektor jasa 34.448 jiwa sedang sisanya bermata pencaharian lainnya. Jumlah keluarga miskin tahun 2006 sebanyak 112.984 KK atau sekitar 50.21% dari jumlah keluarga yang ada di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 225.023 KK. Bila dibandingkan dengan jumlah keluarga miskin tahun 2005 sebanyak 95.357 KK, maka terjadi peningkatan sebesar 15,60%. Peningkatan jumlah keluarga miskin ini antara lain disebabkan daya beli dan tingkat kesejahteraan masyarakat menurun. Namun demikian, jumlah peningkatan keluarga miskin tersebut masih dibawah angka peningkatan kemiskinan Nasional yang mencapai 17,75%.

4.1.3. Agama Struktur penduduk berdasarkan pemeluk agama, sebagian besar penduduk adalah pemeluk agama Islam. Data selengkapnya dapat dilihat dibawah ini: 1. Islam 2. Katolik 3. Protestan 4. Hindu 5. Budha : 912.093 orang : : : : 3.319 orang 2.346 orang 90 orang 562 orang

31

Prasarana

keagamaan

meliputi:

masjid

1483

buah,

langgar/mushola 3.074 buah, gereja 24 buah dan vihara/pura 7 buah.

4.1.4. Pemuda dan Olahraga Dari struktur penduduk tampak bahwa penduduk di kabupaten Banjarnegara didominasi oleh pemuda. Oleh karena itu, pembinaan, penyediaan fasilitas untuk pengembangan kreativitas dan olahraga dan pengendalian menjadi agenda utama dalam pengembangan pemuda. Berkat pembinaan dan semangat para pemuda, maka di kabupaten Banjarnegara telah banyak prestasi-prestasi kepemudaan yang telah diperoleh baik tingkat daerah, nasional bahkan tingkat internasional. Prestasi internasional, seperti (1) Chris John, juara tinju versi IBF, (2) Lutfan Budi Santoso, peraih medali emas pencak silat pada SEA GAMES XXXIII di Vietnam, dan (3) Sugiri Sasono, peraih medali perunggu untuk cabang tinju di SEA GAMES XXXIII di Vietnam. Prestasi di tingkat nasional meliputi, mengarang, sastra, olahraga, karya tulis, Indonesian Tour Science Foundation. Prestasi di tingkat daerah (provinsi) meliputi: K3 dalam Jambore Bhakti Husada, majalah dinding, karya ilmiah remaja, beberapa cabang olahraga, karang taruna berprestasi, pidato bahasa inggris, macapat ,dll. Fasilitas atau prasarana yang tersediakan untuk kegiatan kepemudaan dan olahraga serta kesenian, meliputi: 1. Stadion dan lapangan olahraga 2. Lapangan Tenis 3. Lapangan Bulu Tangkis 4. Kolam Renang 5. Padepokan Pencak Silat 6. Arena Tinju 7. Gedung Olahraga : : : : : : : 268 tempat 15 tempat 157 tempat 3 tempat 7 tempat 2 tempat 1 gedung

32

4.1.5. Kebudayaan Kegiatan kebudayaan yang telah dilakukan di daerah ini meliputi pengembangan dan pelestarian. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan adalah kegiatan seni budaya kuda lumping, karawitan, pedalangan,dll.

4.1.6. Prasarana dan Sarana Daerah Prasarana dan sarana daerah dalam hal ini meliputi: prasarana jalan, sarana angkutan, prasarana pengairan, dan prasarana komunikasi.

4.1.6.1. Prasarana Jalan Prasarana jalan yang ada meliputi : 1. Jalan Nasional, panjang 57,673 km dengan kondisi baik sepanjang 12,470 km dan kondisi sedang 45,203 km 2. Jalan Provinsi, panjang 84,49 km dengan kondisi baik sepanjang 25,200 km, kondisi sedang 59,290 km 3. Jalan Kabupaten, panjang 834,690 km dengan kondisi baik sepanjang 602,740 km, kondisi sedang 48,660 km, kondisi rusak 100, 750 km dan kondisi rusak berat 82,540 km.

4.1.6.2. Sarana Angkutan Operasi angkutan yang ada hingga kini telah menjangkau hampir seluruh wilayah bahkan sampai pelosok desa. Di masa mendatang diharapkan jalur-jalur trayek akan bertambah, sehingga mempercepat pemerataan pembangunan dalam pertumbuhan ekonomi daerah.

4.1.6.3. Prasarana Irigasi Jaringan irigasi yang ada terdiri dari pengairan teknis dan non teknis dengan perincian sebagai berikut: 1. Jaringan Irigasi Primer sepanjang 131.142 m 2. Jaringan Irigasi Sekunder sepanjang 311.174 m

33

3. Jaringan Irigasi Pedesaan, tersebar di seluruh Kecamatan. Jaringan irigasi yang ada di kabupaten Banjarnegara termasuk ke dalam irigasi Singomerto, Kalisapi, Krikil, Piasa, Limbangan, Clangap, Siruken dan Banjarcahyana.

4.1.6.4. Komunikasi Komunikasi pada saat ini merupakan kebutuhan pokok. Dari data yang ada tercatat di daerah ini telah terlayani telepon manual 6361 Sistem Sambungan Telepon (SST), sedangkan yang lain menggunakan telepon seluler (nirkabel).

4.1.7. Pemerintahan Umum Pelayanan Catatan Sipil, yang diselenggarakan Pemadam oleh kabupaten meliputi: dan

Perijinan,

Kebakaran,

Ketentraman

Ketertiban umum, PDAM, Perbankan, Sosial dan sebagainya. Pelayanan yang diselenggarakan di tingkat Kecamatan dan desa meliputi:

administrasi pembangunan dan administrasi kemasyarakatan. Badan usaha yang telah dibentuk adalah PDAM, BPR, BPR BKK, Perusda Percetakan dan Perusda Pertambangan. Prasarana Pemerintahan yang ada secara umum masih layak dan dapat difungsikan terutama dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat.

4.2. Upaya Pemerintah Daerah Dalam Melaksanakan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara 4.2.1. Penataan Kawasan 1. Kawasan Lindung Undang Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang mendefinisikan kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan

34

sumber daya buatan. Tujuan ditetapkannya kawasan lindung adalah untuk terjaganya kelestarian sumber daya alam tanah, air, flora, fauna demi tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara, Kawasan Lindung terbagi menjdi tiga kawasan, antara lain: Hutan Lindung, Kawasan Sempadan dan Kawasan Rawan Bencana. a. Hutan lindung yang berupa hutan suaka, hutan wisata, dan hutan produksi. Di wilayah ini tidak diperkenankan adanya budi daya kecuali yang tidak merusak kelestarian hutan lindung tersebut dan pada kurun waktu tertentu diadakan rehabilitasi dan reboisasi. Kawasan ini terdapat di wilayah utara antara lain Kecamatan Batur, Pejawaran, Wanayasa, Karangkobar, Pandanarum, Pagentan dan Madukara bagian utara serta di wilayah selatan antar lain Kecamatan Pagedongan, Sigaluh bagian selatan, Bawang bagian selatan, Purwonegoro bagian selatan, Mandiraja bagian selatan, dan Susukan bagian selatan. b. Kawasan sempadan sungai, danau/waduk dan mata air. Kawasan ini terdapat di kiri-kanan sungai Serayu dan anak sungainya, Sudirman seputar dan di Waduk tiap Panglima air di Besar seluruh Jenderal wilayah

mata

Banjarnegara. Kawasan ini dimanfaatkan untuk persawahan, perkebunan, budidaya perikanan dan pariwisata. c. Kawasan rawan bencana. Di wilayah area kabupaten sering

Banjarnegara

terdapat

beberapa

yang

mengalami bencana alam, seperti erosi tingkat tinggi, tanah longsor, dan gas beracun. Hal ini tentu akan sangat merugikan masyarakat dan mengganggu pelaksanaan

pembangunan. Untuk pengamanan di kawasan ini dilakukan beberapa langkah, yaitu: 1) Pengembangan kawasan suaka alam

35

2) Pembuatan talud pada titik-titik bencana untuk mencegah kelongsoran, terutama di wilayah Utara yang berbukitbukit 3) Isolasi pada daerah rawan bencana gas beracun, seperti di areal kawah Sikidang, agar tidak mengganggu

masyarakat. 2. Kawasan Budidaya Undang Undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang mendefinisikan Kawasan Budidaya sebagai wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Secara umum kawasan ini terletak di bawah kawasan penyangga yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten Banjarnegara, antara lain: 1) Wilayah Kecamatan Madukara bagian Tengah sampai Barat 2) Sebagian kecil wilayah Kecamatan Pagedongan bagian Barat dan sebagian besar wilayah Tengah 3) Wilayah Kecamatan Wanadadi bagian Timur dan Utara 4) Wilayah Kecamatan Bawang bagian Utara dan bagian Tenggara 5) Wilayah Kecamatan Banjarmangu bagian Barat 6) Wilayah Kecamatan Punggelan Bagian Tengah sampai Selatan 7) Seluruh wilayah Kecamatan Rakit 8) Wilayah Kecamatan Purwonegoro bagian Selatan, bagian Tengah dan bagian Tenggara. 9) Sebagian besar wilayah Kecamatan Mandiraja bagian Utara serta sebagian kecil bagian Tengah 10) Sebagian wilayah Kecamatan Susukan bagian Utara dan Tengah, dan

36

11) Sebagian besar wilayah Kecamatan Purworejo Klampok bagian Utara. Menurut Perda Kabupaten Banjarnegara nomor 1 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banjarnegara, Kawasan Budidaya terdiri dari: a. Kawasan Hutan Produksi, kawasan ini wilayahnya

merupakan bagian dari Hutan Lindung dan sebagian Kecamatan Sigaluh, baik yng merupakan hutan produksi tetap, terbatas maupun konservasi. b. Kawasan Pertanian, kawasan ini terdiri dari: 1) Kawasan pertanian tanaman pangan, antara lain: - Kawasan Pertanian Lahan Basah yang terletak di Kecamatan Sigaluh, Kecamatan Madukara, Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Wanadadi, Kecamatan

Bawang, Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Rakit, Kecamatan Kecamatan Susukan. - Kawasan Pertanian Lahan Kering yang terletak di Kecamatan Batur, Kecamatan Pejawaran, Kecamatan Kalibening, Kecamatan Punggelan, Kecamatan Bawang dan Kecamatan Purwonegoro. 2) Kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan Purwonegoro, Purworejo Kecamatan dan Mandiraja, Kecamatan

Klampok

terletak di Kecamatan Batur, Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Kecamatan Kalibening, Karangkobar, Kecamatan Kecamatan Pandanarum, Banjarmangu,

Kecamatan Madukara, dan Kecamatan Punggelan. 3) Kawasan perikanan adalah merupakan kawasan

perikanan darat yang terletak di Kecamatan Bawang dan Kecamatan Wanadadi yaitu di Waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman, Kecamatan Banjarmangu,

37

Kecamatan Rakit, Kecamatan Purwonegoro, Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Mandiraja, dan Kecamatan Purworejo Klampok. 4) Kawasan Peternakan Kecamatan Kecamatan terletak di Kecamatan Kecamatan Kecamatan

Karangkobar, Pejawaran,

Pagentan, Wanayasa,

Kalibening, dan Kecamatan Pandanarum. c. Kawasan Industri, kawasan ini terletak di: 1) Desa Kalibenda Kecamatan Sigaluh 2) Desa Purworejo, Desa Klampok, Desa Kalimandi, dan Desa Kaliwinasuh Kecamatan Purworejo Klampok. 3) Desa Panggisari Kecamatan Mandiraja d. Kawasan Pariwisata, kawasan ini antara lain: 1) Kawasan Dieng sebagai wisata alam dan wisata budaya. 2) Desa Klampok dan Desa Kalimandi sebagai Desa Wisata binaan kerajinan keramik. Kawasan Waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman sebagai wisata air. 3) Taman Rekreasi Marga Satwa Seruling Mas e. Kawasan Pertambangan, kawasan ini antara lain: 1) Pertambangan Dorit terletak di Kecamatan Wanayasa dan Karangkobar. 2) Pertambangan Banjarmangu, Lempung Kecamatan terletak di Kecamatan Kecamatan

Mandiraja,

Sigaluh, dan Kecamatan Karangkobar. 3) Pertambangan Andesit terletak di Kecamatan Kalibening, Kecamatan Sigaluh, dan Kecamatan Banjarmangu. 4) Pertambangan Fieldspar/Pasir Kwarsa terletak di

Kecamatan Purwonegoro, Kecamatan Bawang, dan Kecamatan Pandanarum.

38

5) Pertambangan

Marmer

terletak

di

Kecamatan

Pandanarum, Kecamatan Mandiraja, dan Kecamatan Bawang. 6) Pertambangan Trass terletak di Kecamatan Punggelan, Kecamatan Sigaluh, dan Kecamatan Wanayasa. 7) Pertambangan Asbes terletak di Kecamatan

Pandanarum dan Kecamatan Purwonegoro. f. Kawasan Perkotaan/Permukiman, kawasan ini terdiri dari: 1) Kawasan permukiman perkotaan terletak di kota ibukota kabupaten dan kota-kota ibukota kecamatan. 2) Kawasan permukiman perdesaan terletak menyebar pada setiap Kecamatan Fungsi kawasan budidaya, antara lain: 1. Terdapat area kawasan budidaya sebagai lahan yang dapat diusahakan sebagai sumber pencaharian masyarakat

setempat untuk meningkatkan kesejahteraan 2. Terdapat fungsi budidaya yang sesuai dengan kondisi alam setempat 3. Terdapat cadangan pengembangan area terbangun 3. Kawasan Penyangga Dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara tahun 2003 disebutkan adanya Kawasan Penyangga. Kawasan Penyangga adalah kawasan yang berada diantara kawasan lindung dan kawasan budidaya. Wilayah Kabupaten Banjarnegara yang termasuk dalam kawasan penyangga yaitu: 1. Sebagian wilayah Kecamatan Madukara bagian Selatan 2. Sebagian wilayah Kecamatan Banjarmangu bagian Selatan 3. Sebagian wilayah Kecamatan Wanadadi bagian Tengah 4. Sebagian wilayah Kecamatan Bawang bagian Utara 5. Sebagian wilayah Kecamatan Rakit bagian Utara dan Barat 6. Sebagian wilayah Kecamatan Purwonegoro bagian Tengah

39

7. Sebagian wilayah Kecamatan Mandiraja bagian Utara dan Tengah 8. Sebagian wilayah Kecamatan Purworejo Klampok bagian Tengah, dan 9. Sebagian wilayah Kecamatan Susukan bagian Tengah Kawasan penyangga memiliki fungsi, antara lain: 1. Sebagai area transisi antara kawasan lindung dan kawasan budidaya 2. Sebagai penunjang kawasan lindung 3. Sebagai area pengembangan kawasan budidaya. Selanjutnya kawasan ini dimanfaatkan untuk budidaya tanaman perdagangan berupa pohon berbatang tinggi dan tanaman perdu. 4. Daerah Terbangun (built up area) Daerah terbangun adalah kawasan yang boleh digunakan untuk mendirikan bangunan atau mengusahakan lahan tertentu sebagai mata pencahariannya. Daerah terbangun termasuk dalam kawasan budidaya. Daerah terbangun di Kabupaten Banjarnegara seluas 165,39 km2 atau sekitar 15% dari luas keseluruhan. Adapun kriteria daerah terbangun antara lain: - Daerah dengan kemiringan maksimal 40% - Bukan merupakan lahan sawah irigasi teknis yang subur dengan produktivitas tinggi - Bukan merupakan daerah labil dan rawan longsor - Bukan merupakan daerah banjir rutin - Bukan merupakan kawasan lindung atau penyangga Daerah ini terdapat hampir di seluruh wilayah kabupaten Banjarnegara. Daerah terbangun memungkinkan masyarakat mendirikan bangunan maupun digunakan sebagai lahan pertanian dan para investor dapat juga mendirikan usahanya di

40

lahan ini tanpa harus takut bermasalah dengan konservasi lahan maupun bencana alam yang mungkin terjadi. 5. Daerah Perkotaan Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, yang dimaksud daerah perkotaan adalah daerah yang mempunyai kegiatan bukan pertanian dengan susunan perkotaan, fungsi kawasan sebagai tempat permukiman jasa

pemusatan

dan

distribusi

pelayanan

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Tujuan ditetapkannya kawasan daerah perkotaan dimaksudkan untuk memberikan pengarahan sehubungan dengan adanya

perbedaan yang cukup mencolok antara daerah perdesaan dan perkotaan. Disadari pula semakin besar daerah perkotaan dimungkinkan semakin kompleks permasalahan yang akan dihadapi. Dari perhitungan, daerah perkotaan di wilayah kabupaten Banjarnegara tahun 2008 mencakup area seluas 4.399.600 Ha sedang tahun 2013 akan menjadi seluas 5.043.657 Ha. Hirarki kota-kota Ibukota Kecamatan (IKK) di Kabupaten Banjarnegara, adalah: - Kota Banjarnegara sebagai ibukota kabupaten ditetapkan sebagai kota jenjang (hirarki) pertama. - Kota-kota IKK Purworejo Klampok dan IKK Karangkobar ditetapkan sebagai kota jenjang kedua. - Kota-kota IKK Susukan, IKK Mandiraja, IKK Purwonegoro, IKK Bawang, IKK Sigaluh, IKK Madukara, IKK Banjarmangu, IKK Wanadadi, IKK Rakit, IKK Punggelan, IKK Kalibening, IKK Wanayasa, IKK Batur, IKK Pejawaran dan IKK Punggelan ditetapkan sebagai kota jenjang ketiga. - Kota-kota IKK Pagedongan dan IKK Pandanarum ditetapkan sebagai kota jenjang keempat.

41

Pengembangan daerah pedesaan menjadi perkotaan akan membuka peluang usaha yang lebih luas. Namun dengan semakin luasnya wilayah perkotaan akan menimbulkan

masalah yang lebih kompleks, hal ini yang perlu menjadi perhatian pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas

keamanan dan ketertiban di Kabupaten Banjarnegara. Kota Banjarnegara sebagai ibukota kabupaten merupakan pusat kegiatan administrasi dan perdagangan dan menjadi induk dari kota-kota ibukota kecamatan. 6. Kawasan Cagar Budaya Karya Budaya yaitu segala sesuatu yang dihasilkan manusia dalam memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupannya serta bangunan tempat ibadah, perumahan, sistem mata pencahariaan dan sebagainya yang memiliki filsafat dan nilai sejarah. Derdasarkan data dan informasi yang diperoleh penulis dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Banjarnegara, diketahui bahwa wilayah Banjarnegara banyak tersebar benda-benda peninggalan pra sejarah maupun peninggalan sejarah yang bernilai tinggi sebagai karya budaya. Benda-benda peninggalan tersebut antara lain, candi-candi di pegunungan Dieng, kawasan Alun-alun kota Banjarnegara, Sipon Banjarcahyana, peninggalan pra sejarah di dukuh Slepa desa Karangmiri Kecamatan Wanadadi, Batu Lembu di desa Banjar Kulon Kecamatan Banjarmangu dan Batu yoni di Kecamatan Rakit. Dengan melihat persebarannya maka peninggalan-peninggalan sejarah dan pra sejarah di wilayah kabupaten Banjarnegara yang layak sebagai kawasan Cagar Budaya adalah: a. Kawasan Candi Dieng sebagai peninggalan Zaman Hindu yang meliputi Candi Pandawa Lima, Candi Dwara Wati, Candi Gatotkaca, dan Candi Bima

42

b. Kawasan Alun-alun kota Banjarnegara, dengan unsur Pendopo dan Dalem Kabupaten, Masjid Agung, dan Alunalun sebagai bukti sejarah berdirinya Kabupaten

Banjarnegara yang bernuansa tradisional jawa. c. Sipon Banjarcahyana di wilayah Kecamatan Banjarmangu, dengan Jaringan irigasinya sebagai bukti peningalan sejarah politik balas budi pemerintah kolonial Belanda dalam bidang irigasi dan pertanian. d. Peninggalan-peninggalan pra sejarah di dukuh Slepa desa Karangmiri Kecamatan Wanadadi. Pembangunan kawasan Cagar budaya difokuskan pada pemeliharaan aset-aset budaya sehingga dapat menjadi tujuan pariwisata sehingga akan menarik wisatawan baik domestik maupun asing.

4.2.2. Pengembangan Pusat Pusat Produksi Menurut Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banjarnegara, Drs. Waluyo, perekonomian di kabupaten Banjarnegara sudah baik namun ada beberapa kekurangan dalam pengelolaan hasil-hasil produksi. Hasil yang diperoleh masyarakat kurang optimal karena kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat belum terkoordinir dengan baik. Oleh karena itu perlu diadakan

pengkoordinasian lokasi pusat-pusat produksi. Dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara tahun 2003,

pengembangan pusat-pusat produksi tersebut dibagi dalam beberapa sektor, antara lain: sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor industri dan sektor pariwisata. 1. Sektor Pertanian a. Pertanian pangan Subsektor pertanian pangan yang dikembangkan di daerah dengan kemiringan maksimal 20%, yang umumnya di daerah

43

bawah sebagai terlihat dalam peta kesesuaian lahan. Wilayah Kecamatan yang memenuhi kriteria tersebut antara lain wilayah Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Banjarnegara,

Pagedongan, Sigaluh, Madukara, Banjarmangu, Wanadadi, Punggelan, dan Rakit. Jenis tanaman yang dikembangkan disini mengutamakan jenis tanaman musiman seperti padi, palawija, sayur mayur, dengan mengurangi jenis tanaman umbi-umbian. Untuk menghindari erosi tanah dengan pengikisan lapisan humus dikembangkan pertanian model terasering. Kemudian juga dilaksanakan sosialisasi program konsolidasi tanah untuk mempermudah perjalanan dan pengangkutan, disamping juga untuk menaikkan harga lahan. b. Perkebunan Subsektor perkebunan dikembangkan di daerah dengan kemiringan maksimal 40%, yang juga berfungsi sebagai kawasan penyangga. Area tersebut terletak pada wilayah Kecamatan-Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok,

Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Pagedongan, Sigaluh, Madukara, Banjarmangu, Karangkobar, Wanayasa, Batur, Kalibening, dan Pandanarum. Jenis tanaman yang dikembangkan di sini merupakan tanaman tahunan seperti melati gambir, nilam, teh, murbei, dan buah salak yang disesuaikan dengan kondisi setempat atau tanaman perdagangan lainnya sebagai kebun

campuran seperti kelapa, bambu, sengon, kalba, dan buahbuahan dengan menghindarkan tanaman yang merusak tanah (umbi-umbian). Juga dikembangkan sistem terasering baik dengan teknik sipil maupun vegetasi untuk mencegah terjadinya erosi tanah.

44

c. Perikanan Dikembangkan di daerah terbuka dengan kemiringan

maksimal 20% sebagai usaha mina-padi, sehingga wilayah Kecamatan-Kecamatan yang potensial sebagai pusat

produksi padi sebagai tersebut diatas dapat dikembangkan budi daya perikanan. Tersedianya aliran air yang bersih merupakan pra-syarat, sehingga dapat dikembangkan di waduk atau sungai yaitu di waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman yang potensial untuk budi daya perikanan sistem keramba. d. Peternakan Subsektor peternakan dikembangkan di daerah dengan kemiringan maksimal 40% atau daerah penyangga yaitu Kecamatan Batur, Wanayasa, Kalibening, Pandanarum, Karangkobar dan Banjarmangu. Semua jenis hewan ternak besar maupun ternak kecil dapat dibudidayakan di sini. 2. Sektor Pertambangan dan Galian Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor penting sebagai sumber pendapatan di kabupaten Banjarnegara, terutama untuk bahan galian C. Sektor pertambangan dan galian dikembangkan di daerah kandungan barang tambang dan galian yang potensial dengan dampak lingkungan (baik lingkungan fisik maupun sosial) yang telah dikaji sebelumnya (AMDAL). Adapun wilayah Kecamatan yang potensial antara lain:

45

Tabel 4.3 Jenis Barang Tambang Dan Galian Yang Dikembangkan Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006 No. Jenis bahan 1. Dorit Bawang, Karangkobar 2. Lempung Banjarmangu, Karangkobar 3. 4. 5. 6. 7. Field Spar Andesit Marmer Trass Asbes Purwonegoro, Bawang, Pandanarum Kalibening, Sigaluh, Banjarmangu Pandanarum, Mandiraja, Bawang Punggelan, Sigaluh, Wanayasa Purwonegoro, Bawang Mandiraja, Sigaluh, Kecamatan Banjarmangu, Wanayasa,

Sumber : Bagian Perekonomian Setda Banjarnegara tahun 2006 Cadangan barang tambang dan galian di wilayah Kabupaten Banjarnegara masih melimpah. Namun dalam pengusahaannya masih terlalu sedikit. Permasalahan utama lebih bersumber pada manajemen dengan unsur-unsur: - Teknologi penambangan dan penggalian masih minim sehingga produksi rendah. - Kesulitan pemasaran produk penambangan dan galian. - Transportasi produk penambangan karena lokasinya di daerah perbukitan. Untuk mengatasi permasalahan ini pemda melaksanakan beberapa langkah, yaitu: - Mengajak investor untuk menanamkan modalnya di

Kabupaten Banjarnegara. Adapun investasi ini dalam bentuk pembuatan pengolahan batu alam dengan nilai investasi sebesar Rp.15.401.736.000,00. Selain itu, investor juga

46

dapat membeli langsung pada penambang dengan ukuran dan kualitas yang dikehendaki. - Peningkatan kelas jalan yang menghubungkan kabupaten Banjarnegara dengan wilayah pemasaran produk tambang dan galian di sepanjang wilayah pantai Utara dan pantai Selatan Pulau Jawa, yaitu melalui Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Kebumen. 3. Sektor Industri Sesuai Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 530/32/1987 tentang penetapan Lokasi Wilayah Industri Di daerah Tingkat II se Jawa Tengah wilayah pusat pertumbuhan industri Kabupaten Banjarnegara ditetapkan di desa Kalibenda Kecamatan Sigaluh, namun beberapa lokasi lain yang dapat ditetapkan sebagai wilayah pusat pertumbuhan industri, disamping lokasi industri yang menyebar hampir ke seluruh wilayah kabupaten. Wilayah tersebut adalah desa Panggisari di Kecamatan Mandiraja sebagai sentra industri batubata, desa Klampok dan Kalimandi sebagai sentra kerajinan keramik. 4. Sektor Pariwisata Secara umum wilayah Kabupaten Banjarnegara dengan kondisi alamnya ditunjang dengan kondisi sosial budaya tradisional potensial sebagai obyek kunjungan wisata. Potensi-potensi kunjungan wisata tersebut antara lain: a. Kawasan Dieng sebagai wisata alam dan wisata budaya Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateu) terletak disebelah Timur Laut Kota Banjarnegara 55km, merupakan daerah tujuan wisata nomor 2 di Jawa Tengah setelah Borobudur.Dataran Tinggi Dieng semula merupakan Gunung Berapi yang meletus dengan dahsyat, sekarang puncak gunung

terlempar, tinggallah sekarang suatu dataran yang terletak di

47

puncak gunung lebih dikenal dengan sebutan "DIENG PLATEU". Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu terdapat tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu tertua di Indonesia. Sebagai bangunan suci tersebut sampai sekarang dapat kita saksikan dengan adanya candi beserta puing-puing bekas Vihara. Dari obyek yang dapat kita saksikan saat ini terdapat 8 buah candi yaitu :1). Banowati, 2). Puntodewa, 3). Arjuna, 4). Sembodro 5). Sri Kandi 6). Gatot Kaca 7). Bima. Aset wisata lainnya tersebar di dataran tinggi Dieng antara lain: Kawah Sikidang, Kawah Si Banteng, Kawah Sileri, Kawah Candradimuka, Telaga Balaikumbang, Telaga

Medada, Telaga Siwi, Telaga Dringa, Telaga Sinila, Sumur Jala Tunda, Goa Jumut, Gangsiran Asmotoma. Adapun makanan khas Dieng antara lain: Kacang Dieng, Carica, Kentang, Asparagus, Jamur Dieng dan Ramuan Purwaceng sebagai penghangat badan. Bagi masyarakat setempat, sebutan Dieng sering diterjemahkan sebagai Kahyangan atau tempat bersemayamnya para Dewa. Obyek wisata pegunungan ini menjajikan pemandangan alam yang

memukau. Hamparan hutan jati, kawah-kawah yang masih aktif, serta udara yang sejuk membuat kawasan obyek wisata berkesan damai dan tenang. b. Taman Rekreasi Dan Marga Satwa Serulingmas TRMS Serulingmas terletak di Kota Banjarnegara, daya tarik wisata yang ada di sana adalah berupa Taman Satwa, Kolam Renang, taman bermain anak-anak, Makam Keramat Ki Ageng Selomanik. Beberapa satwa yang ditangkarkan adalah Singa, Gajah, Harimau, Ular, Orang Utan, berbagai jenis burung, dan lain-lain. Disediakan pula fasilitas wisata menunggang gajah keliling taman dengan dipandu seorang

48

pawang. Ada kolam renang yang memadai, terdiri dari 3 bagian kolam untuk anak-anak dan orang dewasa, serta fasilitas mandi/bilas. Makam Ki Ageng Selomanik yang merupakan keturunan Raja Mataram sering dikunjungi wisatawan yang percaya dengan kekeramatan Ki Ageng Selomanik.Taman rekreasi ini dilintasi oleh aliran Sungai Serayu yang menambah keindahan pemandangan taman. Taman rekreasi ini sangat diminati oleh anak-anak dan remaja, pada hari-hari libur atau liburan sekolah taman rekeasi ini selalu padat pengunjungnya. Untuk memeriahkan suasana di panggung hiburan diadakan pentas kesenian daerah dan pentas musik yang dapat dinikmati wisatawan sambil duduk-duduk di bawah pohon rindang di arena bawah panggung. Di taman ini pula dapat dinikmati minuman khas Banjarnegara, yaitu Dawet Ayu Banjarnegara. c. Kawasan Waduk Panglima Jenderal Sudirman sebagai wisata air. Waduk Panglima Jenderal Sudirman terletak di sebelah Barat sekitar 10 Km dari Kota Banjarnegara. Wisata air ini memanfaatkan Bendungan Panglima Besar Soedirman yang mempunyai fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik (PLTA). Bendungan yang mempunyai panjang 6,5 Km dan luas 1.250 Ha merupakan bendungan terbesar di Asia Tenggara dan mempunyai kapasitas tenaga listrik sebesar 184,5 MW. Wisata air yang ada di sana adalah berperahu/speedboat mengelilingi waduk, olah raga dayung, memancing dan naik kereta mini mengelilingi arena wisata. Juga tersedia taman bermain untuk anak dan panggung hiburan. Lokasi ini sangat menarik karena berbukit-bukit dan rimbun oleh pepohonan serta pemandangan bendungan yang indah dan asri. Di

49

dekat kompleks Wisata Mrica juga terdapat padang Golf dengan 9 hole yang dilengkapi segala fasilitasnya. d. Taman Rekreasi Anglir Mendung Taman Rekreasi Anglir MendungTerletak arah Utara 18 Km dari Kota Banjarnegara. Di daerah ini beriklim sejuk dan dikelilingi hutan lindung yang dapat dijadikan wisata alam berburu, cross country. Fasilitas yang tersedia yaitu kolam renang yang jernih dengan mata air asli dari pegunungan, taman bermain anak-anak, penginapan remaja dan bumi perkemahan yang dapat menampung 200 tenda. Jalan menuju obyek wisata ini berkelok-kelok dengan

pemandangan alam yang indah, berupa bukit, sawah, sungai dan hutan. Upaya untuk menarik wisatawan diantaranya dengan menggelar pertunjukkan musik pada hari minggu dan hari libur lainnya. e. Arung Jeram Sungai Serayu Wisata minat khusus arung jeram ini berada di Sungai Serayu Kabupaten Banjarnegara tepatnya dari Desa

Tunggoro ke Desa Singomerto, Kecamatan Sigaluh dengan panjang route tempuh 12 Km. Fasilitas akomodasi dan cinderamata khas desa ini tersedia di sepanjang jalan raya, dan Sungai Serayu ini mengalir berdekatan dengan jalan raya Tunggoro & Singomerto. Arung jeram ini dinilai sangat baik oleh para atlet Arung Jeram Nasional sehingga pada tahun 1997 di lokasi ini dijadikan sebagai lokasi Kejurnas I Arung Jeram. Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Banjarnegara, Drs. Setiawan, M. Hum, pariwisata di Kabupaten Banjarnegara sangat bagus dan potensial untuk berkembang baik dalam skala nasional maupun internasional.

50

Obyek wisata yang berpotensi skala internasional adalah Kawasan Candi Dieng yang memiliki wisata sejarah berupa candi-candi dan wisata alam berupa pemandangan dan kawahkawah di sekitar kawasan candi. Selain itu masih banyak obyek wisata yang masih belum dikelola dengan baik namun telah menjadi tujuan wisata masyarakat setempat, salah satunya adalah wisata alam air terjun Curug Pitu. Beliau menjelaskan bahwa pengelolaan pariwisata di

kabupaten Banjarnegara telah dilaksanakan dengan baik dan mendapat perhatian yang penuh dari pemerintah daerah, namun ada beberapa kendala dalam pengelolaan maupun penjaringan wisatawan, antara lain: 1) Akses jalan yang kurang baik dan rawan longsor dan bencana alam. 2) Jarak yang sangat jauh dari pusat kota sehingga

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapainya. 3) Sarana angkutan menuju kawasan obyek wisata yang ada masih terbatas. 4) Atraksi yang monoton sehingga membuat masyarakat bosan dan tidak berminat lagi untuk datang . Adapun langkah-langkah yang telah diambil Disparbud untuk meningkatkan potensi obyek wisata di Kabupaten Banjarnegara yaitu: 1) Menampilkan atraksi tambahan di kawasan wisata berupa hiburan musik pada hari minggu dan hari libur lainnya. 2) Mengadakan perawatan secara berkala dan memperbaiki fasilitas yang rusak. 3) Menawarkan pengelolaan pariwisata pada pihak ketiga serta mengundang investor untuk menanamkan modalnya. 4) Melakukan pemberitaan baik melalui media koran maupun radio.

51

4.2.3. Pengembangan Jaringan Transportasi Transportasi adalah sarana yang sangat penting dalam

mendukung kegiatan perekonomian, terutama dalam pendistribusian barang. Kelancaran distribusi barang ke suatu daerah tergantung dari kualitas jalan yang dilalui. Selain itu ketersedian sarana pengangkut juga sangat mempengaruhi kelancaran. Jaringan jalan utama di wilayah Kabupaten Banjarnegara direncanakan terdiri dari: 1. Jalur utama di Kabupaten Banjarnegara yang melalui

Kecamatan Susukan ke arah timur sampai dengan Kecamatan Sigaluh ke kabupaten Wonosobo, sepanjang 44 km. 2. Jalur jalan utama ke yang menghubungkan Pekalongan Kabupaten Kota

Banjarnegara

Kabupaten

melalui

Banjarnegara ke arah utara sampai dengan Kecamatan Kalibening, sepanjang 47 km. 3. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Wanadadi ke arah utara melalui Kecamatan Rakit, Kecamatan Punggelan, Kecamatan Pandanarum sampai dengan Kecamatan

Kalibening, sepanjang 47 km. 4. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kabupaten

Banjarnegara ke Kabupaten Kebumen melalui desa Panggisari Kecamatan Mandiraja ke arah selatan menuju Gombong kabupaten Kebumen, sepanjang 7 km. 5. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Sigaluh ke arah utara melalui Kecamatan Madukara, Kecamatan

Pagentan, Kecamatan Pejawaran sampai dengan Kecamatan Batur, sepanjang 57 km. 6. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan

Banjarmangu ke arah Barat

Laut melalui Kecamatan

Pandanarum sampai dengan Kecamatan Kalibening, 41 km.

52

7. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Wanayasa ke arah timur sampai dengan Kecamatan Batur, 15 km. 8. Jalur jalan lain yang menghubungkan antar wilayah Kecamatan se Kabupaten Banjarnegara, sepanjang 4 km. Pengembangan jaringan transportasi tersebut antara lain

dilakukan dengan (1) Peningkatan kelas jalan, (2) Pembangunan jalur jalan baru, (3) mengurangi titik-titik rawan kecelakaan, dan (4) mempertinggi frekuensi perjalanan. 1) Peningkatan Kelas Jalan Peningkatan kelas jalan di wilayah Kabupaten Banjarnegara antara lain: a. Jalur Banjarmangu-Pandanarum-Kalibening sepanjang 41 km, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperpendek waktu tempuh antara Kalibening-Banjarmangu-Banjarnegara sepanjang 47 km, untuk mendukung pengembangan lalulintas jalur Banjarnegara-Pekalongan. b. Jalur jalan yang menghubungkan Kecamatan BawangWanadadi-Punggelan-Kalibening sepanjang 53 km, menjadi jalur kolektor primer untuk pengembangan wilayah bagian barat. c. Jalur Karangkobar-Pejawaran-Batur sepanjang 15 km, hal ini dilakukan dengan tujuan memperpendek waktu tempuh antara Karangkobar-Dieng sepanjang 19 km sebagai

alternatif jalur wisata Banjarnegara-Dieng d. Jalur Sigaluh-Madukara-Pagentan-Pejawaran-Batur

sepanjang 45 km menjadi jalur kolektor primer dengan tujuan untuk mengembangkan wilayah bagian timur juga untuk memperpendek waktu tempuh jalur Banjarnegara-Dieng sepanjang 53. Jalur ini menjadi jalur wisata Banjarnegara.

53

e. Peningkatan jalur jalan dari Panggisari-Sempor sepanjang 7 km (kabupaten Kebumen) menjadi jalur kolektor primer sebagai jalur ekonomi bagi kedua wilayah. f. Jalur-jalur dengan status sebagai jalur lokal yang masih merupakan jalan batu ditingkatkan menjadi jalan aspal dan jalan tanah ditingkatkan secara bertahap sesuai usulan masyarakat setempat menjadi aspal. 2) Pembangunan Jalan Baru Pembangunan jalur jalan baru dimaksudkan sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah, menaikan harga lahan di sepanjang jalur jalan, di samping juga untuk membuka daerah terisolasi. Dengan adanya jalur jalan baru ini diharapkan terjadi peningkatan aktivitas masyarakat. Pelaksanan

pembangunan jalur jalan baru ini didasarkan pada: a. Hasil studi kelayakan atau perencanaan yang dilakukan sebelumnya, atau b. Usulan/proposal sesuai kebutuhan masyarakat setempat. Adapun pembangunan jalur jalan baru yang telah dilaksanakan adalah pembangunan jalan lingkar Kecamatan Kalibening sepanjang 6 km yang dimulai tahun 2006. Hal ini dimaksudkan untuk memperlancar lalu-lintas di kota Kecamatan Kalibening yang merupakan pusat kegiatan ekonomi dengan adanya pasar yang mengganggu lalu-lintas. Kecamatan merupakan pintu masuk kabupaten Banjarnegara dari Kabupaten Pekalongan dan merupakan kawasan perdagangan yang ramai di wilayah Utara. 3) Mengurangi titik-titik rawan kecelakaan Mengurangi titik-titik rawan kecelakaan yang dilakukan dengan cara memperlebar jembatan, memperbesar sudut tikungan jalan dan mengurangi blind spot. Kegiatan ini dilakukan

54

terutama pada jalur-jalur jalan di daerah perbukitan di bagian utara. a. Peningkatan Jalan Pagerpelah Karanggondang sepanjang 6 km b. Rehabilitasi Jembatan Karekan c. Peningkatan Jalan Karanggondang Pasuruhan sepanjang 5 km d. Pembangunan Jembatan K. Desel Desa Beji Pejawaran e. Peningkatan Jalan Kasimpar Penanggungan sepanjang 6 km. f. Perb. Badan Jalan Karangkobar - Pejawaran Batur sepanjang 15 km g. Pemb. Cekdam Pengaman Jembatan Watubelah h. Rehab. Jembatan K. Kadu pd batas Kec. Banjarmangu 4) Mempertinggi frekuensi perjalanan Mempertinggi frekuensi perjalanan antara lain dilakukan dengan cara: a. Menambah armada angkutan umum, khususnya angkutan perdesaan, b. Membuka trayek baru, yang pelaksanaannya dilakukan melalui studi kelayakan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan di dalam wilayah kabupaten Banjarnegara atau antar wilayah kabupaten atas hasil kesepakatan bersama. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Bina Marga Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah Kabupaten Banjarnegara (Kimprasda), M. Djamil B, B.Sc, pada tanggal 20 Februari 2008, menyatakan bahwa pembangunan dan perawatan jalan raya di Kabupaten Banjarnegara telah berjalan dengan baik. Perawatan jalan raya

dilaksanakan secara berkala dengan cara memperbaiki jalan-jalan yang rusak serta peningkatan kualitas jalan. Pembangunan jalan diprioritaskan pada wilayah-wilayah yang masih sulit dijangkau terutama daerah

55

pelosok.

Dinas

Kimprasda

telah

melaksanakan

langkah-langkah

pendukung diantaranya peningkatan kualitas jalan raya dari Kabupaten Banjarnegara menuju Kabupaten Pekalongan dan dari Kabupaten Banjarnegara menuju Kabupaten Kebumen. Adapun anggaran pembangunan jalan ini diambil dari APBD dan bantuan dari pemerintah provinsi. Namun pembangunan jalan ini masih kurang optimal karena anggaran yang diambil dari APBD masih kurang dan bantuan dari pemerintah provinsi sendiri masih sangat minim. Sehingga anggaran ini hanya cukup untuk memperbaiki jalan rusak serta pelapisan aspal jalan secukupnya agar layak untuk dipakai.

Pembangunan jalan ini hanya mencapai batas wilayah kabupaten kemudian diteruskan oleh pemerintah kabupaten bersangkutan untuk melaksanakan pembangunan sampai ke pusat kota. Dari data dan hasil wawancara diatas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa pembangunan sarana jalan raya di kabupaten Banjarnegara sudah bagus terutama pembangunan sarana jalan yang menghubungkan wilayah kabupaten Banjarnegara dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Kebumen sudah memadai. Namun ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Dinas Kimprasda, antara lain: - Anggaran pembangunan jalan dari APBD dan bantuan Pemerintah Provinsi yang masih kurang. - Pembangunan jalan terputus pada batas wilayah karena kabupaten tetangga belum melaksanakan pembangunan jalan.

4.2.4. Pengembangan Fasilitas Utilitas Lingkungan Fasilitas utilitas lingkungan merupakan fasilitas prasarana dasar lingkungan yang diadakan untuk menunjang atau meningkatkan

kondisi/kualitas lingkungan. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah: jaringan listrik, jaringan komunikasi dan informasi, jaringan air bersih, jaringan air hujan, jaringan pembuangan (air kotor), fasilitas pengolahan sampah, dan pengadaan hidran umum untuk pencegahan bahaya kebakaran.

56

1. Jaringan listrik Berdasarkan data yang dikeluarkan PT. PLN Ranting Banjarnegara, Wonosobo dan Banyumas, banyaknya

pelanggan Listrik di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2006 sebanyak 115.258 pelanggan meningkat 12,35% dari tahun 2005 yaitu 102.586 pelanggan. Sedangkan jumlah keluarga di Kabupaten Banjarnegara menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2006 adalah 230.254 KK sehingga masih ada 114.996 KK yang tidak terkena jaringan listrik atau sekitar 50% dari jumlah keluarga. 2. Jaringan air bersih Berdasarkan data yang dikeluarkan PDAM Kabupaten

Banjarnegara tahun 2006, banyaknya pelanggan air bersih di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2006 sebanyak 8.228 pelanggan meningkat 2,03% dari tahun 2005 yaitu 8.064 pelanggan. Banjarnegara Sedangkan menurut jumlah Badan keluarga Pusat di Kabupaten (BPS)

Statistik

Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2006 adalah 230.254 KK sehingga masih ada 222.026 KK yang belum terkena jaringan air bersih atau 96% dari jumlah keluarga. 3. Jaringan Telepon Penggunaan media komunikasi dan informasi di wilayah Kabupaten Banjarnegara, penggunaan pesawat telepon

sebagai media komunikasi jarak jauh masih kecil, dengan rasio penggunaan 1 : 73 KK atau sekitar 330 jiwa, Dengan kata lain bahwa arus informasi dan komunikasi yang masuk ke seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara masih terlalu kecil (terutama untuk daerah perdesaan). Sehubungan dengan hal tersebut maka untuk masa 10 tahun mendatang Pemerintah Kabupaten Banjarnegara akan melaksanakan

57

beberapa kegiatan untuk memperbanyak masuknya informasi terutama wilayah perdesaan, antara lain : a. Kerjasama dengan PT. Telkom untuk memperluas

jaringan telepon khusunya di daerah pusat-pusat kegiatan (pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan). b. Penyediaan televisi dan radio umum (melalui kegiatan perlombaan). c. Pengadaan koran masuk desa. d. Pengadaan perpustakaan keliling. e. Mempertinggi bidang/aspek, frekuensi melalui penyuluhan kerjasama untuk dengan berbagai berbagai

instansi termasuk perguruan tinggi atau LSM. 4. Jaringan irigasi Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Dinas Kimprasda Kabupaten Banjarnegara, Ir. Suyono P., BE.SE.MT.MSc, pada tanggal 22 Februari 2008, menyatakan bahwa fasilitas utilitas lingkungan di Kabupaten Banjarnegara telah direncanakan dengan matang namun belum mencapai target yang diinginkan. Pembangunan prasarana lingkungan masih di sekitar daerah perkotaan saja sehingga daerah perdesaan belum terkena pembangunan. Namun daerah perdesaan memiliki prasarana lingkungan alami terbentuk karena peristiwa alam, seperti sungai. Jaringan listrik sudah mencakup 50% dari seluruh penduduk, selebihnya ada yang menumpang dengan rumah lain dan ada pula yang memang belum memakai listrik. Jaringan telepon dan air bersih hanya mencapai wilayah perkotaan dan daerah sepanjang jalan regional, selebihnya belum dapat dicapai. Untuk wilayah yang belum ada jaringan teleponnya, masyarakat Adapun memanfaatkan untuk kebutuhan telepon air seluler untuk

berkomunikasi.

bersih,

masyarakat

perdesaan masih menggunakan mata air alami pegunungan maupun sumur.

58

4.2.5. Pengembangan Kawasan Prioritas Dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara tahun 2003, definisi kawasan prioritas adalah kawasan yang perlu diutamakan dalam pembangunan dan perhatian khusus karena tingkat perkembangan wilayah di masa mendatang akan berpengaruh terhadap perkembangan wilayah Kabupaten Banjarnegara. Kawasan prioritas ini terbagi menjadi tiga jenis kawasan prioritas, yaitu kawasan strategis (berkembang), kawasan stagnan (tidak berkembang) dan kawasan rawan bencana. Pemda Kabupaten Banjarnegara menentukan beberapa kawasan prioritas di wilayah Kabupaten Banjarnegara, antara lain: 1. Kecamatan Purworejo Klampok (kawasan strategis) Kawasan strategis Kecamatan Purworejo Klampok, selain posisinya dalam skala regional cukup strategis (pada simpang tiga jalur regional) juga merupakan sentra industri kecil yang potensial untuk dikembangkan yakni kerajinan keramik yang merupakan produk andalan bagi kabupaten Banjarnegara. Secara manajerial permasalahan utama dalam upaya

pengembangan kerajinan keramik di Kecamatan Purworejo Klampok adalah unsur-unsur: a. Sumber daya manusia, yakni para pelaku atau perajin, yang baik secara kuantitas maupun kualitasnya sangat terbatas. Secara kuantitas, jumlah perajin semakin lama semakin berkurang karena minat para remaja terhadap keramik relatif kecil. Secara kualitas relatif selain tingkat juga

pendidikan

formal

para

perajin

rendah,

ketrampilan dan kreativitas desain relatif kurang. b. Bahan baku, kualitas bahan baku yang tersedia masih belum memenuhi persyaratan untuk mendapatkan kualitas produk yang baik. Proses pencampuran dan penelitian laboratorium sangat diperlukan untuk memperoleh bahan baku yang berkualitas.

59

c. Teknologi/peralatan yang dipergunakan dalam proses produksi masih secara tradisional. Penggunaan tenaga manusia (manual) sangat dominan. Hal ini sangat

berpengaruh terhadap kemampuan produksi (kuantitas dan kualitas) terhadap tuntutan pasar. d. Sumber dana, karena masih menggunakan sumber

keuangan keluarga dan peran perbankan sangat kecil. e. Pemasaran masih didominasi pasar domestik. Pemasaran dan publikasi belum ditangani secara profesional. Secara keruangan (spasial) terlihat bahwa 50 unit perusahaan kerajinan keramik di Kecamatan Purworejo Klampok berada tersebar di 3 (tiga) desa, masing-masing di desa Klampok, Kalimandi dan Kalilandak. Antar unit perusahaan tidak ada akses. Pemasaran tersebar dalam beberapa unit kios yang terletak di jalur jalan regional. Sehubungan dengan hal-hal diatas maka untuk

pengembangan sentra industri kecil kerajinan keramik di Kecamatan Purworejo Klampok diperlukan upaya-upaya, antara lain: a. Penataan pengunaan ruang di pusat kerajinan keramik, khususnya perbatasan pada jalur jalan regional di mulai dari

Kecamatan

Purworejo

Klampok

dengan

Kecamatan Susukan (Kalisapi) sampai desa Winasuh. b. Mengadakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Keramik tingkat kabupaten untuk menyelesaikan permasalahan-

permasalahan internal yang ada/terjadi. c. Pengadaan pelatihan secara rutin bagi para perajin keramik dengan materi kreativitas desain, teknik proses produksi, dan manajemen perusahaan. d. Mengadakan program magang bagi setiap unit perusahaan, e. Memfasilitasi mudahnya akses perajin ke perbankan.

60

2.

Kawasan Wisata di Dieng dan sekitarnya (kawasan strategis) Kawasan wisata Dieng dengan beberapa aset wisata baik wisata alam (keindahan alam dan fenomena alam) dan wisata budaya (peninggalan sejarah) merupakan suatu kawasan wisata yang sudah cukup dikenal, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Aset wisata di kawasan Dieng adalah: a. Candi Peninggalan zaman hindu yang meliputi Candi Pandawa Lima, Candi Dwara Wati, Candi Gatotkaca dan Candi Bima. b. Kawah seperti kawah Sileri, Kawah Sikidang dan Kawah Candradimuka. c. Telaga yang antara lain telaga Swiwi dan Telaga Merdada. Beberapa permasalahan yang ada dalam pengembangan kawasan Dieng sebagai obyek kunjungan wisata antara lain: a. Permasalahan internal kawasan: - Tersedianya fasilitas penunjang yang belum memadai. - Tersedianya fasilitas pelayanan yang belum memadai. - Tersedianya atraksi yang monoton, kurang dinamis. b. Permasalahan eksternal: - Kawasan wisata Dieng belum terjalin dalam paket wisata sebagai jalur wisata mancanegara di Jawa Tengah DI Yogyakarta - Budaya pertanian tradisional dengan penumpukkan pupuk kandang di halam rumah dan/atau di tepi jalan, sangat tidak menunjang. - Jalur jalan ke kawasan Dieng di wilayah kabupaten Banjarnegara kurang daya tarik dan relatif banyak kecelakaan.

61

Kawasan Dieng merupakan daya tarik utama bagi wisatawan mancanegara oleh karena dalam pengembangannya

diperlukan upaya-upaya: a. Menilai potensi-potensi yang layak sebagai obyek wisata atau atraksi wisata saat ini, dan pengembangannya masa mendatang, yang sesuai dengan selera pasar atau wisatawan sasaran, antara lain yaitu menggelar

pertunjukkan wayang dan tari pada hari minggu dan hari libur lainnya. b. Menentukan situasi pariwisata yang diinginkan atau sesuai selera pasar, dan mengidentifikasikan langkah-langkah untuk mencapai situasi tersebut. c. Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dengan pemerintah Banyumas, Purbalingga, Wonosobo, Temanggung. Dan Magelang untuk membangun jalur dan paket wisata yang terpadu. d. Menciptakan jalur BanjarnegaraBanjarmangu atau jalur Sigaluh yang

Karangkobar-PejawaranBaturDieng, MadukaraPagentan-Batur menjadi

menarik/menyenangkan dengan penentuan titik-titk obyek penunjang dan kemudahan menikmati perjalanan. 3. Ibukota Kecamatan Karangkobar (kawasan penanganan) Kota Kecamatan Karangkobar dalam rencana struktur tata ruang direncanakan sebagai pusat pengembangan bagi Wilayah III yang juga sekaligus sebagai pusat pengembangan bagi wilayah utara. Wilayah Kabupaten Banjarnegara bagian utara cenderung stagnan sehingga membutuhkan suatu pusat pengembangan yang diharapkan dapat memacu

perkembangan wilayah tersebut.

62

Sebagaimana

diketahui

bahwa

bagian

utara

wilayah

kabupaten Banjarnegara dalam penggunaan lahan lebih didominasi oleh pertanian lahan kering, hutan produksi, perkebunan dan kebun campur, ditunjang dengan subsektor peternakan yang tersebar di daerah perbukitan. Kondisi penduduk pada umumnya dengan jenjang pendidikan yang relatif rendah (tamat SD) dengan sifat pola pikir yang tradisional. Kecamatan Karangkobar sebagai sub pusat pengembangan wilayah bagian Utara berarti bahwa Kecamatan Karangkobar harus mempunyai daya tarik bagi penduduk sekitar juga investor yang dapat menanamkan investasinya di bagian utara wilayah Kabupaten Banjarnegara pada umumnya dan

Kecamatan Karangkobar pada khususnya. Investasi tersbut diharapkan ditanamkan pada subsektor perkebunan, dan/atau sektor industri khususnya industri hasil hutan (perkayuan) dan hasil pertanian (penanganan pasca panen), serta peternakan. Untuk tercapainya harapan tersebut maka hal-hal yang perlu dilaksanakan terhadap Kecamatan Karangkobar adalah

adanya kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam RUTRK Kecamatan Karangkobar, antara lain: a. Penyediaan fasilitas pelayanan sosial yang relatif lebih dari pada daerah lain sebagai daya tarik. b. Kemudahan Karangkobar. c. Kemudahan untuk menanamkan investasi/modal. d. Kemudahan untuk mendapatkan lahan sebagai modal usaha. 4. Kawasan galian fieldspaar Sektor pertambangan dan khususnya galian di wilayah kabupaten Banjarnegara pada umumnya dilakukan dengan aksesibilitas dari dan ke Kecamatan

63

metode dan teknologi tradisional, sehingga hasil/produknya belum optimal. Disamping itu dampak lingkungan (baik fisik maupun sosial) yang ditimbulkan cenderung kearah negatif. Hal tersebut terlihat jelas pada lokasi penggalian field-spaar di wilayah Kecamatan Purwonegoro. Disadari pula bahwa lokasi pabrik keramik yang menggunakan fieldspaar sebagai bahan bakunya tidak berlokasi dekat dengan lokasi pengalian. Hal ini berdampak mempertinggi biaya produksi dengan adanya biaya transportasi bahan baku yang realtif tinggi. Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka beberapa hal yang harus segera ditangani antara lain: a. Menyusun rencana tata ruang kawasan pertambangan dan galian setempat sebagai acuan dalam mengelola dan mengembangkan kawasan tersebut. b. Menyusun AMDAL kawasan sebagai acuan pengendalian lingkungan c. Memberikan kemudahan bagi investor untuk menanamkan modal di sektor pertambangan dan galian. d. Meningkatkan aksesibilitas dari dan ke kawasan

pertambangan/galian. e. Mengefektifkan undang-undang perlindungan kerja bagi para buruh galian. 5. Lokasi sentra industri Wilayah kabupaten Banjarnegara memiliki beberapa jenis industri. Industri yang paling dominan adalah industri

pengolahan kayu dan industri batu bata, yang lokasinya tersebar hampir diseluruh wilayah, khususnya pada jalur jalan regional, mulai dari perbatasan sebelah barat (Kecamatan Susukan) sampai perbatasan sebelah timur (Kecamatan Sigaluh). Kondisi demikian dapat dimakumi karena lokasi yang

64

demikian akan mengurangi biaya transportasi di dalam proses produksi. Unit-unit industri pada umumnya tidak dilengkapi dengan gudang terbuka, tempat penumpukan berbagai material (bahan baku, bahan bakar, serta limbah produksi), maupun halaman parkir atau halaman bongkar muat, selain hal tersebut dimungkinkan terjadi pelanggaran terhadap

ketentuan sempadan bangunan pada regional tersebut. Dari hal-hal sebagaimana terurai diatas maka permasalahanpermasalahan utama yang timbul adalah: a. Terganggunya transportasi regional Pada titik-titik tertentu tempat perusahan industri berada, merupakan titik-titik gangguan lalu-lintas regional. Adanya tumpukan material maupun limbah, serta keluar-masuknya kendaraan (truk) pengangkut bahan baku maupun produksi industri merupakan faktor-faktor pengganggu lalu-lintas, baik memperlambat perjalanan amupun kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu-lintas. b. Pencemaran lingkungan oleh limbah industri. Limbah industri baik limbah padat yang berupa debu maupun limbah gas yang berupa asap merupakan pencemaran lingkungan. Selain itu dari aspek estetika atau keindahan lingkungan, dengan adanya limbah-limbah

industri tersebut keindahan lingkungan akan menurun. Berpangkal tolak dari hal-hal tersebut diatas maka Pemerintah Kabupaten Banjarnegara akan menata lokasi-lokasi industri tersebut melalui ketentuan hukum sebagai landasan untuk memberikan ijin usaha industri. Ketentuan tersebut antara lain mengatur tentang ijin lokasi, antara lain: a. Tidak berada pada kawasan pemukiman. b. Tidak berada pada lahan persawahan subur.

65

c. Tidak melanggar ketentuan garis sempadan bangunan. d. Tersedia halaman yang cukup luas sebagai gudang terbuka, maupun halaman bongkar muat. e. Penanganan limbah yang benar (sesuai ketentuan)

4.3. Analisis Pelaksanaan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara 4.3.1. Analisis Penataan Kawasan

Gambar 4.1 Analisis Penatan Kawasan

Sumber : Penulis Berdasarkan grafik diatas dapat kita lihat bahwa persentase kawasan konservasi yang terdiri dari Hutan Negara dan Hutan Rakyat sebesar 18% dan Kawasan Pembangunan persentasenya sebesar 15%. Selebihnya dialokasikan sebagai kawasan budidaya pertanian dan perkebunan yang nantinya dapat berkembang menjadi kawasan

pembangunan. Maka dapat disimpulkan bahwa penataan kawasan di

66

Kabupaten Banjarnegara sudah baik dan seimbang antara daerah konservasi dan daerah pembangunan serta tersedia lahan budidaya yang dapat dialihkan menjadi kawasan pembangunan. Hal ini akan memberi peluang bagi investor untuk mengembangkan usaha di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan bahwa langkah pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam penataan kawasan sudah bagus dan sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Penataan kawasan menjadi pedoman bagi para investor baik dari masyarakat setempat pada umumnya dan khususnya masyarakat dari kabupaten sekitar dalam menanamkan investasinya di wilayah Kabupaten Banjarnegara.

4.3.2. Analisis Pengembangan Kawasan Produksi Peta 4.1 Analisis Pengembangan Kawasan Produksi

Sumber : Penulis

67

Dari peta pengembangan kawasan produksi diatas dapat dilihat bahwa wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah wilayah agraris yang terdiri dari daerah pertanian dan perkebunan. Wilayah utara merupakan daerah pertanian lahan kering yang terdiri tanaman sayuran yang dipusatkan di Kecamatan Karangkobar. Kawasan industri berada di sepanjang jalur utama dari timur ke barat untuk memudahkan distribusi bahan baku dan pemasaran hasil produksi. Pengembangan perikanan air tawar dipusatkan di Waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman yang berada di wilayah tengah dan dekat dengan jalur regional. Maka penulis menyimpulkan bahwa pengembangan kawasan produksi sudah baik dan mencakup semua potensi yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara.

4.3.3. Analisis Jaringan Transportasi

Tabel 4.4 Analisis Jaringan Jalan Jaringan Jalan Sumber : Penulis Tabel 4.5 Analisis Kondisi Jalan Kondisi Jalan Baik Sedang Rusak/rusak Berat Jumlah Sumber : Penulis Panjang Jalan (km) 640,41 153,153 183,29 976,853 Persentase (%) 65,56 15,68 18,76 100,00 Panjang (km) 976,853 Luas Wilayah (km2) 1.069,71 Persentase (%) 91,32

68

Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa sarana jalan telah mencakup hampir seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara yaitu mencapai 91,32%. Hal ini akan memudahkan akses menuju wilayah-wilayah perdesaan sehingga pembangunan dapat mencapai wilayah pelosok. Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kondisi jalan sebagian besar masih baik yaitu 65,56% baik dan 15,68% sedang hal ini berpengaruh dalam kelancaran perjalanan dan distribusi barang serta mengurangi resiko kecelakaan. Jadi dapat disimpulkan sarana jalan di kabupaten Banjarnegara sudah mencukupi dan termasuk kategori baik.

4.3.4. Analisis Jaringan Utilitas Lingkungan Tabel 4.6 Analisis Jaringan Irigasi Jaringan Irigasi Sumber : Penulis Tabel 4.7 Analisis Jaringan Listrik, Air Bersih dan Telepon Jaringan Listrik Air Bersih Telepon Sumber : Penulis Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pengairan dengan irigasi di Kabupaten Banjarnegara telah mencakup sebagian besar persawahan dan ladang yaitu 73% dari luas area. Hal ini akan membantu peningkatan produktivitas hasil panen dan tentunya akan meningkatkan taraf hidup Pelanggan (KK) 115.258 8.228 4.654 Penduduk (KK) 230.254 230.254 230.254 Persentase (%) 50 8 2 Panjang (km) 166,57 Luas Lahan Sawah (km2) 106,28 Persentase (%) 73

69

petani pada khususnya dan perekonomian daerah pada umumnya. Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pemakaian listrik masih 50% dari jumlah penduduk. Hal ini terjadi karena pembangunan instalasi listrik yang masih kurang. Banyak penduduk yang memanfaatkan jatah listrik satu rumah untuk dimanfaatkan oleh beberapa rumah. Pemanfaatan jaringan air bersih dan telepon masih sangat kurang merata. Banyak masyarakat yang belum menikmati fasilitas ini terutama yang tempat tinggalnya berada jauh dari wilayah perkotaan. Sebagian besar

masyarakat di daerah-daerah pelosok memanfaatkan sumber mata air alami pegunungan untuk keperluan sehari-hari. Kemudian untuk

komunikasi sebagian besar menggunakan fasilitas telepon seluler. Dari analisis diatas penulis menyimpulkan bahwa pengembangan sarana irigasi sudah cukup. Adapun ketersediaan fasilitas listrik, telepon dan air bersih harus ditingkatkan lagi agar dapat lebih merata ke seluruh masyarakat di perdesaan.

4.3.5. Analisis Kawasan Prioritas Tabel 4.8 Analisis Kawasan Prioritas Kawasan 1. Kecamatan Purworejo Klampok 2. Dieng Plateau 3. Kecamatan Karangkobar 4. Kawasan Galian Fieldspaar 5. Lokasi Sentra Industri Sumber : Penulis Berdasarkan data diatas, penulis melihat bahwa kawasankawasan yang memiliki keunggulan ekonomi pembangunannya harus diprioritaskan. Kawasan-kawasan ini merupakan titik pusat kegiatan Keunggulan Industri Keramik Wisata Nasional dan Internasional Rawan Bencana Bahan Baku Keramik Investasi

70

ekonomi pada masing-masing wilayah. Pembangunan kawasan ini akan menimbulkan dampak positif bagi kawasan disekitarnya. Kawasankawasan ini diharapkan akan menghasilkan komoditas yang

menguntungkan dan nantinya menjadi modal dasar dalam pelaksanaan pengembangan wilayah. Kawasan yang merupakan daerah rawan bencana harus segera mendapat penanganan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan akan mengganggu pembangunan. Penulis menyimpulkan bahwa pengembangan kawasan prioritas merupakan langkah yang tepat sebagai fokus pembangunan untuk dapat memacu peningkatan pada daerah lainnya. 4.3.6. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara Setelah penulis menguraikan tentang kemungkinan persiapan pelaksanaan pengembangan wilayah di Kabupaten Banjarnegara yang diolah dari hasil analisis, maka terlihat ada beberapa kendala yang akan dihadapi ketika akan menerapkan : Pertama, anggaran APBD untuk pembangunan sarana jalan kecil. Kabupaten Banjarnegara memiliki potensi sumber daya yang melimpah namun belum optimal dikembangkan. Akibatnya pendapatan yang diterima daerah sangat kecil. Kabupaten Banjarnegara termasuk tiga kabupaten termiskin di Provinsi Jawa Tengah sehingga anggaran pembangunan dioptimalkan untuk usaha peningkatan taraf hidup dan perekonomian rakyat. Hal ini menyebabkan anggaran pembangunan jalan mendapatkan jatah yang sangat kecil dan akibatnya pembangunan berjalan lambat dan kurang optimal. Kedua, kondisi tanah di wilayah Kabupaten Banjarnegara sangat labil dan mudah bergerak. Hal ini sangat berpotensi terjadinya bencana tanah longsor dan memungkinkan timbulnya banyak korban jiwa. Daerah yang berpotensi rawan bencana adalah kecamatan Banjarmangu dan Kecamatan Karangkobar. Daerah rawan bencana berada di wilayah utara

71

yang merupakan daerah perbukitan. Hal ini akan sangat menganggu pelaksanaan pengembangan wilayah di Kabupaten Banjarnegara. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Banjarnegara harus segera mengambil langkah penanganan untuk mengatasi permasalahan ini. Ketiga, banyaknya lahan konservasi yang diubah penggunaannya menjadi lahan pertanian. Hal ini akan berdampak pada keseimbangan ekosistem alam. Karena pada saat hujan lebat tanah pertanian tidak mampu menahan air sehingga akan menimbulkan banjir. Disinilah pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga ekosistem alam sekitar. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Banjarnegara harus giat dalam memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga daerah konservasi dan keseimbangan ekosistem.

4.4. Dampak Pelaksanaan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara 1. Ekonomi Masyarakat Selama beberapa tahun ini sejak pelaksanaan program

pengembangan wilayah di Kabupaten Banjarnegara, sudah nampak adanya perbaikan perekonomian, kinerja ekonomi mulai merayap kearah peningkatan, walaupun besarnya masih di bawah laju pertumbuhan ekonomi nasional. Dari Pembangunan data yang dikeluarkan Badan Perencanaan laju dan

Daerah

Kabupaten

Banjarnegara,

petumbuhan

ekonomi kabupaten Banjarnegara dalam tahun 2006 mencapai 5,21%. Lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2005 sebesar 4,06%. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan

pengembangan wilayah telah memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Banjarnegara.

2. Pendidikan Masyarakat Beberapa dampak penting untuk mengetahui intensitas

72

pembangunan di bidang pendidikan antara lain, ialah angka partisipasi sekolah (baik kasar maupun murni) pada berbagai level sekolah, rasio guru-murid,rasio murid-kelas dan penurunan jumlah penduduk yang buta huruf. 1. Angka Partisipasi Kasar/Murni SD/MI: 105,05%/91,47% 2. Angka Partisipasi Kasar/Murni SLTP/MTs: 84,11%/74% 3. Angka Partisipasi Kasar/Murni SLTA/MA: 39,65%/32,14% 4. Ratio Guru-Murid untuk TK dan sederajatnya: 30 5. Ratio Guru-Murid untuk SD dan sederajatnya: 23 6. Ratio Guru-Murid untuk SLTP dan sederajatnya: 19 7. Ratio Guru-Murid untuk SLTA dan sederajatnya: 17 8. Jumlah TK dan sederajatnya 251 unit 9. Jumlah SD dan sederajatnya 862 unit 10. Jumlah SLTP dan sederajatnya 85 unit 11. Jumlah SLTA dan sederajatnya 25 unit 12. Jumlah PT dan sederajatnya 1 unit Kondisi angka buta huruf dari 35,760 orang (tahun 2001) menurun menjadi 16,670 orang (tahun 2005). Angka kelulusan pada tahun 2005 mencapai hampir 100% pada semua level sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pengembangan wilayah telah memberikan dukungan yang besar terhadap pelaksanaan pendidikan masyarakat di Kabupaten Banjarnegara. 3. Kesehatan Masyarakat Beberapa dampak pembangunan di bidang kesehatan dilaporkan sebagai berikut: 1. Angka Kematian Bayi (AKB) 11,04 per 1000 bayi hidup. 2. Angka Harapan Hidup (AHH) 65 tahun 3. Angka Kematian Ibu Melahirkan 100,81 4. Kondisi anak dengan kategori gizi buruk 0,4% cakupan desa UCI sebesar 100%.

73

5. Jumlah Pukesmas dan Pukesmas Pembantu 34 buah, dengan cakupan pelayanan rata-rata 26.288 orang tiap Puskesmas 6. Jumlah Rumah Sakit/Balai Pengobatan yang sejenis 4 buah 7. Jumlah Rumah Bersalin 139 8. Jumlah Posyandu 1,580 9. Jumlah Tenaga Medis 11.370 Jumlah Dukun Bayi/Persalinan 3.546 atau tiap desa tersediakan 13 tenaga dukun bayi. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pengembangan wilayah telah memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan kesehatan masyarakat di Kabupaten Banjarnegara.

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indek komposit yang terdiri dari elemen-elemen kesehatan, pendidikan dan ekonomi (daya beli). Elemen kesehatan ditentukan oleh indikator angka harapan hidup (AHH). Elemen pendidikan ditentukan oleh indikator angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Elemen ekonomi ditentukan oleh daya beli masyarakat. Data yang ada menunjukan bahwa IPM kabupaten Banjarnegara tahun 2005 sebesar 67,3 yang didukung oleh elemen AHH: 68,2 tahun, AMH: 85,0, RLS: 5,8 tahun dan Daya Beli Masyarakat: Rp. 620.800,perkapita per tahun. Dengan demikian angka IPM Kabupaten

Banjarnegara tahun 2005 masih dibawah angka rata-rata IPM Jateng yaitu 69,8 yang didukung oleh AHH 70,6 tahun; AMH 87,4; RLS: 6,6 tahun dan Daya Beli Masyarakat Rp. 621.400 per kapita per tahun.

74

Tabel 4.9 Indikator Makro Kabupaten Banjarnegara Tahun 2001- 2005

No.

Indikator Makro

2001

2002

2003

2004

2005

indeks 1. Pembangunan Manusia 2. 3. Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk PDRB berlaku ( triliun ) Laju Inflasi Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB Perkapita / berlaku Investasi Laju Investasi (%) Jumlah penduduk yang bekerja Proporsi 11. pend.yang bekerja thdp Jml Pend. Total Jumlah 12. Pengangguran Terbuka 13. Angka Melek Huruf Rata-Rata lama belajar Angka Harapan Hidup Pengeluaran Riil Perkapita 77,56 81,88 97,80 97,20 97,63 35.319 36.198 46,27% 48,73% 871,541 1.05 875,615 0.81 875,615 0.75 885,216 0.63 890,79 0.70 61 64,4 68,7 70,2 70,6

4. 5. 6.

2.138 13,64 0.12

2.568 11,64 0.81

2.874 7,34 2.81

3.185 7,82 3.59

3.688 15,80 4.33

7.

2.673.275 48.877.405.2 13 112,67 -

2.913.989 53.367.996.96 0 37,72 -

3.239.716 70.156.679.33 7 4,21 -

3.556.105 73.821.388.23 0 5,2 412.720

4.079.923 91.112.078.86 4 23,42 445.490

8. 9. 10.

14.

5,10

5,30

5,80

5,70

5,80

15.

68,9

67,7

68,3

68,1

68,3

16.

549.100

590.000

595.300

617.900

620.800

75

Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Kabupaten Banjarnegara 2006 2011(2007) Dengan melihat tabel diatas dapat dilihat bahwa angka IPM Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu 5 ( lima ) tahun mengalami peningkatan indeks mutu hidup yang cukup signifikan yaitu rata-rata meningkat 2,4 poin per tahun. Selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi

selama lima tahun juga terus mengalami peningkatan. PDRB Perkapita penduduk Kabupaten Banjarnegara mengalami peningkatan dan terakhir pada tahun 2005 mencapai Rp. 4.079.923 perkapita per tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pengembangan wilayah telah

memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan IPM di Kabupaten Banjarnegara.

76

Anda mungkin juga menyukai