Anda di halaman 1dari 23

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Geografis, Topografis dan Geohidrologi

2.1.1 Kondisi Geografis

Kota Bekasi secara geografis terletak pada posisi antara 10604828 10702729
Bujur Timur dan 60106 60306 Lintang Selatan. Kota Bekasi merupakan daerah
dengan iklim panas, suhu berkisar antara 280-320C dan kelembaban antara 80%-90%.
Kota Bekasi yang letaknya tidak jauh dari laut secara tidak langsung dipengaruhi angin
Muson Barat pada Bulan Nopember sampai Bulan April dan Angin Muson Timur pada
Bulan Mei sampai Bulan Oktober.
Wilayah Kota Bekasi pada umumnya tergolong pada iklim kering dengan tingkat
kelembaban yang rendah. Kondisi cuaca sehari hari Kota Bekasi relatif panas, namun
hal tersebut lebih dipengaruhi oleh tata guna lahan yang terus mengalami perubahan
terutama untuk sektor industry dan perumahan. Curah hujan yang terjadi di Kota Bekasi
relatif tidak stabil. Data curah hujan Kota Bekasi diperoleh dari data hujan yang tercatat
dari statsiun hujan di wilayah perairan Jatiluhur, dan masuk ke dalam Daerah Aliran
Sungai Citarum.
Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanik facies
namun terdapat dua kecamatan yang memiliki karakteristik struktur lainnya yaitu:
Bekasi Utara : Struktur Aluvium
Bekasi Timur : Struktur Miocene Sedimentary Facies
selain itu di Kota Bekasi juga terdapat sumur gas JNG-A (106o 55 8,687 BT; 06o
2054,051) dan Sumur JNGB (106o 55 21,155 BT; 06o 21 10,498
(http://www.siidkotabekasi.com, 2010).

2.1.2 Kondisi Topografi

Kota Bekasi terletak pada ketinggian 19 meter dari permukaan laut (m dpl), yang
memiliki kondisi topografi yang relatif datar oleh karena itu daerah Kota Bekasi termasuk
dalam satuan dataran rendah yang memiliki potensi banjir cukup tinggi (SLHD Kota
Bekasi dari BPS Kota Bekasi, 2010). Morfologi regional Kota Bekasi relatif datar dengan
kemiringan antara 0 2 %, dengan bentuk miring ke utara, dan menempati daerah yang
paling luas di bagian tengah dan utara sampai ke pantai. Struktur lahan di Kota Bekasi
mayoritas terdiri dari daerah datar yang berawa.

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-1


Peta Topografi Kota Bekasi selain di dominasi oleh daerah berawa juga memiliki
beberapa aliran sungai yang bersifat dendritik, berkelok kelok. Dilihat dari sifat
alirannya dapat terus ditelusuri jalur sungai utamanya. Aliran tersebut terpecah menjadi
beberapa cabang teranyam.

2.1.3 Kondisi Hidrologi


Kondisi Hidrologi di Kota Bekasi lebih di dominasi oleh sistem aliran sungai
sungai besar yang relatif tenang. Permukaan dan badan sungai relatif datar hingga landai
dan tidak terjal. Secara keseluruhan terdapat 7 (tujuh) aliran sungai yang melalui wilayah
Kota Bekasi yaitu Sungai Sunter, Sungai Buaran, Sungai cakung, Sungai Cileungsi,
Sungai Bekasi, Sungai Sasak Jarang dan Sungai Cibitung. Rata rata ukuran panjang
dan lebar sungai cukup sempit sehingga kapasitas dan daya tampung debit air juga
terbatas. Sebagian besar hulu sungai yang melewati wilayah Kota Bekasi adalah berasal
dari Bogor dan Purwakarta, dan berhilir menuju wilayah Bekasi Utara serta berakhir
hingga ke laut Utara. Jika dilihat dari segi sensitifitasnya, sungai sungai yang melalui
wilayah Kota Bekasi relatif tidak membahayakan.

Gambar II.1 Peta Tata Guna Lahan Wilayah Bekasi dan Sekitarnya

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-2


Sistem sungai yang melewati Bekasi termasuk dalam wilayah sistem aliran banjir
CBL (Cikarang - Bekasi - Laut Floodway). Sistem CBL terdiri dari aliran banjir, sistem
CBL tersebut telah dibangun sejak tahun 1985 melalui proyek pelebaran saluran irigasi
jatiluhur yang berfungsi untuk mengatasi banjir di Wilayah Kota Bekasi, Cisadang dan
Cikarang. Aliran ini memiliki daerah tangkapan (cathman area) seluas 1.135 km2 dengan
panjang + 29 km. Kota Bekasi juga memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) yang cukup.
Terdapat 9 DAS di Kota Bekasi beserta Titik Siphon dan pompa sebagai berikut:
1. Das Kali Cakung (Per.Wahan Pondok Gede, Puri Gading, Taman Permata Cikunir,
Kali Jati Kramat/Prum Harapan Baru Regency). Sub das Kali Buaran(2900 x 3 7 );
Sub das Kali Jti Kramat ( 3000 x 6 ) sub das Kali Cakung (600 x 7).
2. Das Kali Buaran (komplek kodam Jatiwarna,Kp. Rawa lele, Komp. Jatibening). Sub
das (29000 x 3 7 ).
3. Das Kali Jati Kramat. Sub das (3000 x 6 ).
4. Das Kali Bekasi ( Rawa Gede, Cipendawa ). Sub das Kali Baru Bekasi ( 2900 x 4
5 ); Sal. Jati luhur Bekasi Barat ( 2400 x 6 ); saluran Bulevar raya; Sal. Bumi satria
permai, Kali Pekayon; Sal. Rawa Tembaga, Sal. Rawa lumbu.
5. Das Kali Baru Bekasi ( Rawa Pasung, Situ Uwong). Sub das ( 2900 x 4 5 ).
6. Das Sasak Jarang ( Pengasinan, Taman Narogong, Jatimulya, Pondok Hijau
Permai). Sub das Kali Sasak jarang
7. Das Kali Jambe. Sub das Kali Siluman; Kali Bawang.
8. Das Rawa Lumbu ( Perumahan 4, Bumi Bekasi Baru ).
9. Das Cikeas ( Bandung Cikeas, Rawa polu).
TITIK SIPHON YG TERDAPAT DI KOTA BEKASI
1. Tol Jakarta Cikampek ( 8 titik Box laluvert )
2. Bekasi Jakarta ( 2 Titik Siphoin )
3. Kereta api ( 6 titik Siphon )
4. Kali malang ( 8 Titik Siphon )
POMPA YANG TRDAPAT DI KOTA BEKASI ( 2010 )
1. 2 Buah Kap. 1500 lt/dt di Rawa Tembaga.
2. 2 Buah x 1500 lt/dt Saluran Kartini.
3. 1 buah x 500 lt/dt Kali Lenggah.

Kondisi sungai yang terdapat di Wilayah Kota Bekasi sebagian besar sudah
mengalami kerusakan. Pendangkalan, erosi akibat dari sampah dan penyalah gunaan
fungsi sungai menjadi faktor penyebab kerusakan tersebut. Tebing dan tanggul sungai
banyak yang mengalami erosi akibat penambangan pasir di sungai, dari gambar di
bawah ini dapat kita lihat tata guna lahan wilayah Bekasi dan sekitarnya. Dari peta dapat

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-3


kita lihat di beberapa titik di wilayah Kota Bekasi hampir 90% lahan digunakan sebagai
pemukiman, sedangkan di bagian yang lain wilayah pemukiman hanya sekitar 20%.
Dapat dilihat tata lahan yang tidak terstruktur berdampak pada aliran sungai yang
melintasi Kota Bekasi beberapa titik ada yang mengalami pendangkalan dan di bagian
lain mengalami erosi (Masterplan Jaringan Air Bersih Perkotaan,2008).

Gambar II.2 Peta Genangan Banjir 2010 (Sumber Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi)
2.2 Administratif
Kota Bekasi mulai terbentuk sejak tahun 1997. Pada awalnya tahun 2001
sampai 2004 Kota Bekasi terbagi dalam 10 Kecamatan dan 52 kelurahan, akan tetapi
pada tahun tahun 2005 sesuai dengan Perda Kota Bekasi Nomor 04 Tahun 2004 tentang
pemekaran Wilayah Administrasi Kecamatan dan kelurahan, Kota Bekasi terbagi menjadi
12 kecamatan dengan 56 kelurahan dengan luas secara keseluruhan sekitar 21.049.000
Km2. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas di Kota Bekasi yaitu Kecamatan Mustika
Jaya atau sekitar 11,75% dari luas keseluruhan Kota Bekasi. Sedangkan kecamatan

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-4


yang memiliki luas wilayah terendah adalah kecamatan Bekasi Timur dengan luas
wilayah 1.349 Ha (1.349.000 km2) atau sekitar 6,41% dari luas keseluruhan Kota Bekasi.

Tabel II.1 Pembagian wilayah Administrasi Kota Bekasi


LUAS LUAS
KECAMATAN KECAMATAN
No KECAMATAN KELURAHAN (Ha) No KECAMATAN KELURAHAN (Ha)
MARGAHAYU CIKETINGUDIK
BEKASI BEKASI JAYA BANTAR SUMUR BATU
TIMUR DUREN JAYA GEBANG CIKIWUL
1 AREN JAYA 1349 7 BANTARGEBANG 1704
BINTARA JATIWARINGIN
KRANJI JATIBENING
BEKASI KOTA BARU PONDOK JATIMAKMUR
BARAT GEDE JATIBENING
BINTARA JAYA BARU
2 JAKASAMPURNA 1889 8 JATICEMPAKA 1629
KALIABANG
TENGAH JATIMEKAR
PERWIRA JATIASIH
BEKASI
HARAPAN BARU JATIASIH JATIKRAMAT
UTARA
TELUK PUCUNG JATIRASA
MARGAMULYA JATILUHUR
3 HARAPAN JAYA 1965 9 JATISARI 2200
PEKAYON JAYA JATISAMPURNA
MARGAJAYA JATIKARYA
BEKASI JAKAMULYA JATI JATIRANGGON
SELATAN JAKASETIA SAMPURNA JATIRANGGA
KAYURINGIN
4 JAYA 1496 10 JATIRADEN 1449
BOJONG
RAWALUMBU MUSTIKAJAYA
PENGASINAN MUSTIKASARI
RAWA MUSTIKA
SEPANJANG
LUMBU JAYA
JAYA PEDURENAN
BOJONG
5 MENTENG 1567 11 CIMUNING 2473
MEDAN SATRIA JATIRAHAYU
HARAPAN
MEDAN PONDOK
MULYA JATIWARNA
SATRIA MELATI
PEJUANG JATIMELATI
6 KALIBARU 1471 12 JATIMURNI 1857
Sumber: Kota Bekasi dalam angka tahun 2008

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-5


Secara Administratif, Kota Bekasi berbatasan dengan beberapa wilayah administratif
lainnya yaitu :
Sebelah Utara berbatasan l angsung dengan Kabupaten Bekasi
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok
Sebelah Barat dengan Provinsi DKI Jakarta
Sebelah Timur dengan Kabupaten Bekasi
Ilustrasi mengenai pembagian wilayah dapat dilihat pada gambar peta administrasi di
bawah ini

Gambar II.3 Peta Administrasi Kota Bekasi


Kota Bekasi memiliki letak yang sangat strategis karena berbatasan langsung
dengan Ibu Kota Jakarta, selain itu Kota Bekasi juga termasuk dalam Kawasan
JABODETABEKJUR (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur). Kawasan
JABODETABEKJUR tersebut dihubungkan dengan sistem jaringan Primer maupun
Sekunder yang meningkatkan nilai aksesibilitas terhadap kota-kota disekitarnya. Mudah
nya akses terhadap Kota Bekasi mengakibatkan pengaruh eksternal menjadi hal yang
signifikan dalam perkembangan kota, selain pengaruh internal kota itu sendiri.

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-6


Tingginya mobilitas penduduk membuat mobilitas perkotaan juga tinggi. Dalam
RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 2029 Kota Bekasi ditetapkan kedalam Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) Metropolitan Bogor Depok Bekasi. Sebagai ilustrasi letak
Kota Bekasi terhadap kota sekitar dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:.

Jakarta
Tangerang BEKASI

Ke Serang
Ke Bandung Via
Purwakarta

Depok Cibinong

Sist. Primer Bogor

Sist. Sekunder

Ke Bandung
Toll dalam Kota

Gambar II- 4 . Ilustrasi Kedudukan Strategis Kota Bekasi terhadap Kota Sekitar

Dari Ilustrasi diatas dapat kita lihat bahwa aspek ekonomi Kota Bekasi sangat
strategis dan potensial. Selain berkembang menjadi wilayah pemukiman, Kota Bekasi
juga berkembang menjadi kota perdagangan, jasa dan Industri pengolahan. Tingginya
potensi yang dimiliki Kota Bekasi, memerlukan pengembangan fasilitas fasilitas yang
mendukung aktifitas masyarakat, seperti perumahan,sarana air bersih, limbah padat dan
cair, sarana drainase, pasar tradisional dan Modern, Tempat Ibadah, sarana pendidikan,
dan kesehatan.

2.3 Kependudukan
Letak Kota Bekasi yang strategis dan berdekatan dengan Ibu Kota Jakarta
mengakibatkan Kota Bekasi menjadi alternatif tempat tinggal yang potensial sehingga
berdampak kepada pertambahan jumlah pendududuk. Kota Bekasi selalu mengalami
peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Sebagian besar merupakan penduduk
komuter yang datang untuk bekerja di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan Provinsi DKI
Jakarta. Jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2004 adalah 1.914.316 jiwa dan
jumlah tersebut terus meningkat sampai akhirnya menjadi 2.584.427 jiwa di tahun 2008.
Jumlah penduduk pertahunnya dapat terlihat lebih jelas pada tabel di bawah ini:

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-7


Tabel. II.2 Trend Jumlah Penduduk Kota Bekasi Tahun 1998 2008
TAHUN
No KECAMATAN
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Pondok Gede 147.028 196.318 210.999 224.176 209.285 298,539
2 Jati Sampurna 108.507 69.759 71.75 73.744 65.333 110,751
3 Jati Asih 182.461 168.210 168.896 165.52 150.378 220,989
4 Bantar Gebang 74.156 72.114 77.68 78.224 75.46 104,720
5 Bekasi Timur 214.074 243.552 270.256 276.496 209.000 281,617
6 Rawa Lumbu 178.765 185.64 174.205 184.380 144.876 200,641
7 Bekasi Selatan 196.99 185.776 200.790 207.744 163.266 222,333
8 Bekasi Barat 229.772 259.308 276.897 287.989 214.693 331,376
9 Medan Satria 149.811 147.03 150.628 160.152 137.282 177,159
10 Bekasi Utara 245.804 274.968 268.673 273.512 314.567 328,029
11 Pondok Melati 95.026 101.456 111.056 118.935 105.105 163,662
12 Mustika Jaya 91.922 97.768 89.632 92.932 100.926 144,611
KOTA BEKASI 1.914.316 2.001.899 2.071.444 2.143.804 2.238.717 2,584,427
Sumber : BPS Kota Bekasi, 2009 dalam Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota
Bekasi 2009

Selama 1 dekade terakhir jumlah penduduk di Kota Bekasi terus mengalami


peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan
penyebaran yang merata, sehingga tingkat kepadatan di tiap kecamatan berbeda-beda.
Walaupun termasuk Kota dengan tingkat kepadatan yang tinggi, Berdasarkan survey
EHRA 2010, kepemilikan lahan dan rumah masyarakat Kota Bekasi umumnya telah
berstatus milik sendiri yaitu diatas 80%.

Tabel II.3 Status Kepemilikan Rumah dan Lahan berdasarklan hasil survey EHRA 2010

Jawaban Responden Status Status


Rumah Lahan
Milik Sendiri 86.60% 85.10%
Milik Orang Tua / Keluarga 4.60% 6.20%
Kontrak / Sewa Harian 0.40% 0.20%
Kontrak / Sewa Bulanan 4.40% 4.30%
Kontrak / Sewa Tahunan 3.10% 3.00%
Dinas / Instansi /Jabatan 0.70% 0.90%
Lainnya 0.20% 0.30%
Total 100.00% 100.00%
Sumber : Survey EHRA 2010

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-8


Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh BPS Kota Bekasi, persebaran penduduk
berdasarkan administrasi kependudukan tidak merata. Peningkatan penyebaran
penduduk lebih cenderung terjadi di kecamatan Bekasi Barat yang berbatasan langsung
dengan DKI Jakarta yaitu sebesar 13,43 % sedangkan di kecamatan lainnya berkisar
antara 5- 10% dan yang paling kecil distribusi terjadi di kecamatan Jatisampurna yang
berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan letaknya relatif jauh dari DKI Jakarta yaitu
sebesar 3,4%. Untuk lebih jelasnya peta persebaran atau distribusi penduduk dapat
dilihat pada gambar.

Gambar II.5 Distribusi Penduduk Kota Bekasi Tahun 2008 (%) Sumber : Olahan BPS Kota Bekasi, 2008

Selain tingkat kepadatan dan persebaran penduduk juga perlu dilihat kondisi
komposisi penduduk di Kota Bekasi berikut sebagai mana digambarkan dalam diagram
pyramid berdasarkan kelompok umur jenis kelamin di Kota Bekasi. Diagram disamping
memperlihatkan kesetaraan antara jumlah penduduk laki laki dan perempuan. Secara
keseluruhan diagram terlihat di Kota Bekasi jumlah paling tinggi untuk kelompok umur
ada pada usia produktif yaitu 5 sampai 45 tahun. Sedangkan untuk usia yang belum atau
tidak produktif persentase-nya cukup kecil.

Gambar II.6 Diagram pyramid berdasarkan kelompok umur jenis kelamin Sumber : Olahan BPS Kota Bekasi,
2008

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-9


2.4 Pendidikan

Gambar II.7 Diagram Chart Tingkat Pendidikan di Kota Bekasi (sumber: Profil Pendidikan Kota Bekasi 2008-
2009)

Dari grafik dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kota Bekasi masih dalam
kategori standar cenderung rendah, lulusan SMU dan SD masih mendominasi. Tingkat
pendidikan mayoritas penduduk di Kota Bekasi adalah SLTA yaitu sebanyak 510.199
orang disusul oleh lulusan SD yaitu sebanyak 320. 739 orang dan lulusan SLTP
295.254, sedangkan untuk angka tingkat pendidikan paling rendah adalah tamatan
Diploma berjumlah 17.613 orang, S2 4.839 orang dan S3 33.302 orang. Kondisi deperti
ini dapat di sebabkan oleh fasilitas fasilitas pendidikan yang ada di Kota Bekasi lebih
terkonsentrasi untuk tingkat dasar seperti SD dan TK sedangkan untuk perguruan tinggi
dan SMK masih sangat rendah. Tabel jumlah sekolah di Kota Bekasi dapat kita lihat di
bawah ini :
Tabel II- 4 Jumlah Sekolah di Wilayah Kota Bekasi
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
TK SD SLTP SMU
Pondok Gede 93 59 18 7
Jati Asih 55 57 21 10
Bantar Gebang 34 20 5 3
Bekasi Timur 53 96 33 12
Bekasi Selatan 58 70 18 11
Bekasi barat 49 71 21 7
Bekasi Utara 102 77 25 14
Jati Sampurna 21 39 7 3
Medan Satria 23 46 21 11
Rawa Lumbu 64 59 19 8
Pondok Melati 53 26 8 6
Mustika jaya 53 25 14 6
Jumlah 658 645 210 97
(sumber Profil Pendidikan Kota Bekasi 2008-2009)

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-10


Jumlah unit sekolah TK dan SD di wilayah Kota Bekasi masih menduduki peringkat yang
paling tinggi yaitu 658 dan 645 unit sekolah, sedangkan Jumlah SLTP hanya +1/3 jumlah
sekolah SD dan TK dan SMU menduduki urutan yag paling rendah untuk tingkat lanjutan
yaitu hanya berjumlah 98 penduduk. Sehingga tidak mengherankan jika semakin tinggi
jenjang pendidikan jumlah lulusannya akan semakin sedikit.

2.5 Kesehatan
Secara umum kondisi kesehatan masyarakat di Kota Bekasi berkaitan erat
dengan sanitasi, hal ini dapat dilihat dari jenis penyakit yang diderita masyarakat Kota
Bekasi. Terdapat 10 penyakit berbasis lingkungan teratas yang paling banyak ditemukan
pada tahun 2009 yaitu Diare, ISPA (Insfeksi Saluran Pernafasan Atas), Demam Tipod,
Asma, Infeksi saluran Pernafasan Bawah Akut, Tuberkulosis paru klinis dan DBD
(demam Berdarah Dengue), Pnemonia, Tubekulosa paru dan scabies. Dari grafik Dapat
dilihat bahwa kasus penyakit diare di Kota Bekasi sampai dengan tahun 2009 mencapai
36.399 kasus. Kasus penyakit diare dapat meluas bila kondisi lingkungan (ketersediaan
jamban, air bersih, dan penanganan sampah) tidak memadai. Penyakit berbasis
lingkungan yang menempati peringkat kedua adalah penyakit ISPA, jumlah kasus sampai
dengan 2009 mencapai 30.635 kasus. Penyakit ini dapat disebabkan karena kualitas
udara baik indoor maupun outdoor yang kurang baik.

Gambar II.8 Data 10 besar penyakit berbasis lingkungan di puskesmas Kota Bekasi tahun 2009
Sumber: Profil Kesehatan Kota Bekasi 2009

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-11


Penderita diare banyak terjadi di kelurahan Bantar Gebang dan kali abang
tengah. Bantar gebang merupakan daerah yang memiliki TPA yang sangat luas dan
berfungsi menampung sampah dari Kota Bekasi dan Jakarta. Banyaknya sampah
membuat kondisi lingkungan menjadi tidak kondusif. Pengolahan yang tidak optimal
membuat kondisi lingkungan tidak baik untuk kesehatan. Hal ini dapat memicu timbulnya
penyakit penyakit yang berbasis lingkungan seperti Diare. Rata rata kasus diare yang
terjadi di dua daerah tersebut adalah 9 kasus perhari. penyakit ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut) merupakan penyakit kedua yang paling tinggi menjangkit Warga Kota
Bekasi. Biasanya penyakit ISPA diakibatkan oleh kondisi udara yang kurang baik. Kasus
ISPA banyak terjadi di Kecamatan Bintara dan Pondok Gede yaitu 22 dan 21 kasus
perhari nya. Kecamatan Bintara dan Pondok Gede merupakan jalur alternatif untuk
mencapai Kota Jakarta, dimana sebagian besar warga Kota Bekasi beraktifitas di siang
hari, sehingga kedua kecamatan tersebut sangat padat oleh lalu lalang kendaraan
bermotor. Hal ini di tambah oleh vegetasi yang kurang memenuhi standar membuat
kondisi udara di kedua kecamatan tersebut terus menurun dan berakibat pada tingginya
kasus penyakit ISPA di kedua daerah tersebut.

Gambar II.9 Grafik rata-rata kasus diare (Kiri) dan ISPA (kanan) per hari di puskesmas Kota Bekasi tahun
2009

Kondisi kesehatan sangat dipengaruhi Oleh kondisi lingkungan, namun


selain itu kondisi kesehatan juga di pengaruhi oleh pola hidup atau perilaku hidup
masyarakat itu sendiri. Semakin baik dan bersih perilaku hidup di suatu daerah maka
akan semakin kecil kasus penyakit yang terjadi, terutama penyakit yang berbasis
lingkungan seperti diare atau ISPA. Dari tabel dibawah ini dapat kita lihat persentase
rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. Kelurahan yang memiliki persentase
rumah tangga berperilaku hidup sehat terendah antara lain adalah Kelurahan
Bantargebang sebesar 13,75% disusul oleh Kelurahan Jatimurni 16,33%.

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-12


Tabel II.5 Persentase rumah tangga ber perilaku hidup bersih sehat (PHBS) Kota Bekasi tahun 2008
RUMAH TANGGA
JUMLAH
NO KECAMATAN PUSKESMAS BER
DIPANTA %
PHBS *
U
1 2 3 4 5 6
1 Pondokgede Pondokgede 600 374 62.33
Jatimakmur 300 64 21.33
Jatibening 600 369 61.50
2 Pondokmelati Jatirahayu 300 139 46.33
Jatiwarna 900 147 16.33
3 Jatisampurna Jatisampurna 1,500 504 33.60
4 Jatiasih Jatiluhur 600 110 18.33
Jatiasih 1,200 1,120 93.33
5 Rawalumbu Bojong Rawalumbu 300 84 28.00
Pengasinan 600 557 92.83
Bojongmenteng 300 273 91.00
6 Bekasi Timur Karangkitri 300 207 69.00
Wismajaya 200 188 94.00
Arenjaya 200 238 119.00
Durenjaya 300 189 63.00
7 Bekasi Selatan Pekayonjaya 300 137 45.67
Jakamulya 300 197 65.67
Margajaya 300 237 79.00
Perumnas II 300 244 81.33
8 Bekasi Utara Seroja 600 544 90.67
Kaliabangtengah 300 232 77.33
Margamulya 300 287 95.67
Telukpucung 600 461 76.83
9 Bekasi Barat Rawatembaga 300 210 70.00
Bintarajaya 300 57 19.00
Bintara 300 256 85.33
Kranji 300 261 87.00
Kotabaru 300 265 88.33
10 Medansatria Pejuang 1,200 1,154 96.17
11 Bantargebang Bantargebang I 1,200 165 13.75
12 Mustikajaya Bantargebang II 1,200 275 22.92
JUMLAH KOTA BEKASI 16,300 9,545 58.56
(Sumber: Seksi Promosi Kesehatan Dinkes Kota Bekasi)
Kasus Penderita diare dan ISPA masih cukup banyak dan kondisi kesehatan di
Kota Bekasi relatif menurun pada beberapa tahun belakangan. Hal ini dapat dilihat dari
menurunnya angka harapan hidup (AHH). Dari grafik dapat kita lihat, AHH cenderung
terus menurun dari 73,97 di tahun 2004 terus menurun menjadi 69,1 pada tahun 2005.
Walaupun dalam jumlah yang retatif kecil AHH dari tahun 2005 sampai 2008 cenderung
meningkat. AHH adalah suatu perkiraan untuk mengetahui perkiraan berapa lama orang
dapat hidup dari lahir. Peningkatan nilai AHH dapat di sebabkan beberapa hal
diantaranya adalah kemampuan penduduk lanjut usia untuk menolong dirinya sendiri,
karena AHH berkaitan dengan penyakit non-infeksi atau degeneratif. Tinggi atau
rendahnya AHH menunjukan taraf hidup di suatu daerah.

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-13


Gambar II.10 Grafik Angka Harapan Hidup Kota Bekasi 2004 2008 (sumber: profil kependudukan 2009)

Indikator lain untuk menilai status kesehatan suatu daerah adalahAngka Kematian
balita atau Infant Morality Rate (IMR) dan angka kematian ibu atau Maternal Morality
Rate (MMR). Seringkali indikator IMR disebut sebagai indikator terbaik untuk menilai
status kesehatan suatu daerah. Melalui IMR dan MMR kita dapat melihat aspek
kesehatan lainnya seperti gambaran tingkat pelayanan antenatal,status gizi ibu hamil,
tingkat kebehasilan KIA dan KB serta kondisi lingkungan sosial ekonomi. IMR dan MMR
juga merupakan indikator sensitif terhadap persediaan, pemanfaatan dan kualitas
pelayanan kesehatan, terutama pelayanan perinatal.

/1000 Kematian

Gambar II-11 Grafik Angka Kematian Ibu (MMR) dan Balita (IMR) di Kota Bekasi 2000 2004
(sumber: Profil Kesehatan Kota Bekasi)

Grafik diatas merupakan gambaran IMR dan MMR yang terjadi di Kota Bekasi.
IMR dan MMR semakin menurun dari tahun ketahun. Pada tahun 2004 terjadi 63 kasus
IMR per 1000 kematian dan 17 kasus MMR per 1000 kematian, dan terus menurun
sampai mencapai 45 kasus IMR per 1000 kematian dan 9 kasus MMR per 1000
kematian. Angka MMR sempat meningkat di tahun 2006 yaitu 24 kasus per 1000
kematian tapi kemudian menurun kembali di tahun 2007.

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-14


2.6 Sosial Masyarakat
Pola pertumbuhan permukiman di Kota Bekasi dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
pertumbuhan penduduk alami, urbanisasi penduduk dari desa ke kota atau demobilisasi
dari kota sekitarnya, dan adanya perubahan fungsi lahan dari semula pesawahan yang
berkarakter perdesaan menjadi kawasan terbangun yang berkarakter perkotaan.
Penggunaan lahan di wilayah Kota Bekasi sebagian besar didominasi oleh lahan
terbangun. Penggunaan lahan terbangun sebagian besar digunakan sebagai lahan
permukiman (44,94 %) yang lokasinya sebagian besar berada pada wilayah pusat Kota
Bekasi dan wilayah utara, sedangkan lahan tak terbangun sebagian besar berada di
bagian wilayah selatan kota dan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian berupa tegalan,
kebun campuran, dan sawah. Pengembangan permukiman saat ini dihadapkan pada
kendala terbatasnya ketersediaan lahan sebagai akibat pesatnya kawasan terbangun
kota untuk kegiatan industri, jasa dan perdagangan, serta meningkatnya jumlah
penduduk Kota Bekasi. Saat ini kebutuhan perumahan terus meningkat, sementara
jumlah rumah yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan. Beberapa permasalahan
terkait dengan pola pertumbuhan dan penyebaran permukiman di Kota Bekasi adalah:
Belum adanya konsep pengembangan permukiman yang dapat mengakomodir
berkembangnya budaya multikultur.
Masih banyaknya permukiman yang belum layak huni ditinjau dari segi
kesehatan, keindahan, sosial, budaya dan lingkungan hidup.
Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana dasar permukiman seperti; drainase,
sarana pengolahan air limbah, sarana air bersih, jalan lingkungan dan listrik.
Meningkatnya bangunan liar dan permukiman kumuh
Meningkatnya alih fungsi lahan tanpa izin dan pembangunan yang melanggar tata
ruang
Kebijakan tata ruang yang sulit untuk diimplementasikan dan belum dapat
mengakomodir perkembangan permukiman.
Konsekuensi dari pesatnya perkembangan Kota Bekasi sebagai Kota Metropolitan,
diindikasikan semakin terbatasnya lahan untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan
permukiman penduduk. Munculnya permasalahan permukiman kumuh timbul seiring
dengan tumbuhnya ketidakseimbangan antara masyarakat berpenghasilan tinggi dan
rendah dalam pemenuhan kebutuhan diperkotaan.
Beberapa dimensi persoalan kawasan kumuh di Kota Bekasi mencakup:
Tidak memadainya sarana dan prasarana dasar permukiman yang berkualitas
seperti; air bersih, drainase, listrik, sekolah, pelayanan kesehatan, dll,
Rendahnya tingkat pendapatan karena terbatasnya akses terhadap lapangan kerja,

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-15


Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan, serta terbatasnya akses penduduk
miskin kepada kapital komunitas terbangun, individu, sosial dan lingkungan alam.
Terdapat beberapa tipologi kawasan kumuh perkotaan yang dijumpai di Kota Bekasi
sebagai berikut:
(1) Permukiman kumuh di dekat pusat kegiatan sosial ekonomi, seperti kawasan industri,
pusat perdagangan, pendidikan, dan pusat jasa serta ekonomi lainnya
(2) Permukiman kumuh di pusat kota.
Kawasan ini merupakan permukiman kumuh yang terletak di tengah kota yang
merupakan permukiman lama atau lingkungan permukiman yang diindikasikan
mempunyai nilai warisan budaya yang tinggi dalam bentuk sebuah kota lama.
Penyebab menurunnya kualitas lingkungan kawasan ini adalah karena adanya
penurunan kondisi sosial ekonomi akibat perkembangan dari kota itu sendiri, dan
adanya perencanaan yang kurang tepat sehingga kawasan ini mengalami degradasi
status, dari kawasan pusat aktifitas menjadi kawasan mati karena tidak ada investasi.
(3) Permukiman kumuh di pinggiran kota, yaitu permukiman kumuh yang berada di luar
pusat kota (urban fringe) yang tumbuh dan berkembang sebagai konsekuensi dari
perkembangan kota, pertumbuhan penduduk yang cepat serta tingkat urbanisasi
yang tinggi.
(4) Permukiman kumuh di tepi sungai, yaitu permukiman yang berada di luar Garis
Sempadan Sungai (GSS).
Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Bekasi tahun
2007, potensi besar dijumpai kawasan kumuh terdapat dibeberapa wilayah kecamatan
seperti; Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Medan Satria dan
Bantargebang. Berdasarkan tinjauan RDTR Kota Bekasi untuk tahun 2006-2007
Kecamatan Bekasi Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berpotensi besar
meningkatnya pertumbuhan kawasan kumuh karena merupakan pusat pengembangan
permukiman, pusat perdagangan dan jasa, industri serta sebagai pusat pelayanan sosial.
Dalam konteks perkembangan kawasan kumuh di Kota Bekasi, dijumpai
beberapa lokasi yang dominan tumbuh bangunan kumuh yaitu di Kelurahan Margajaya
(10,05 Ha), dan Kelurahan Pekayon Jaya (6,8 Ha) di Kecamatan Bekasi Selatan, dan
Kelurahan Jaka Setia (6 Ha) di Kecamatan Bekasi Selatan (Distarkim Kota Bekasi, 2006).
Beberapa identifikasi permasalahan pada kegiatan permukiman di Kota Bekasi dewasa
ini adalah a) ketidakseimbangan supply-demand, b) terbatas lahan untuk permukiman, c)
masih banyaknya kawasan/bangunan kumuh, serta d) sarana dan prasarana yang masih
banyak belum memadai.
Apabila dilihat dari mata pencahariannya jumlah penduduk tertinggi berada di sektor
jasa yaitu 233.457 jiwa atau 27.77% dari jumlah keseluruhan, disusul oleh industry

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-16


pegolahan sebesar 210.336 jiwa atau 25,02% dan perdagangan yaitu sebanyak 186.323
jiwa atau 22,16 %. Selebihnya tersebar dalam berbagai lapangan kerja namun yang
menempati urutan paling rendah dari jumlah angkatan kerja adalah pertambangan
sebesar 0,63% (5.318 jiwa) dan sektor pertanian sebesar 1,17% (9.854). Hal tersebut
dikarenakan pusat perekonomian Kota Bekasi terletak di industry dan perdagangan,
sedangkan untuk tambang dan pertanian selain SDM nya kurang SDA nya juga kurang
memadai. Hal ini dapat kita lihat lebih jelas pada Tabel Penduduk Usia Diatas 15
TahunYang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Kota Bekasi Tahun 2007 di bawah
ini :
Tabel II.6 Penduduk Usia Diatas 15 TahunYang Bekerja Menurut Lapangan Usaha UtamaKota Bekasi
Tahun 2007
No Tingkat Lapangan Kerja Populasi %
1 Pertanian 9.854 1,17
2 Pertambangan penggalian 5.318 0,63
3 Industri Pengolahan 210.366 25,02
4 Listrik, Gas, dan Air Minum 8.542 1,02
5 Bangunan/Konstruksi 32.106 3.82
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 186.323 22,16
7 Pengangkutan 74.819 8,90
8 Bank dan Lembaga Keuangan 53.180 6.33
9 Jasa-jasa 233.457 27.77
10 Lainnya 26.682 3,17
Jumlah 840.647 100,00
Sumber : Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Bekasi 2009

Dari Tabel diatas dapat kita lihat bahwa sekitar 864.647 jiwa bekerja di Kota
Bekasi atau 91.26% dari total angkatan kerja yang terdaftar, sedangkan sisanya 8.74%
atau 80.534 berstatus sebagai pencari kerja sehingga tidak salah apabila dikatakan
bahwa bekasi adalah kota yang produktif. Sisa populasi sebesar 650.467 jiwa bukan
termasuk angkatan kerja lebih jelasnya dapat dilihat bersama pada Tabel dibawah ini:

Tabel II.7 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan di Kota Bekasi Tahun 2007

No Tingkat Lapangan Kerja Populasi %


1 Angkatan Kerja
a. Bekerja 840.647 91,26
b. Mencari Kerja 80.534 8,74
2 Bukan Angkatan Kerja
a. Sekolah 177.723 27,32
b. Mengurus Rumah Tangga 408.544 62,81
c. Lainnya 64.191 9,87
Jumlah 1.571.639 100,00
(sumber : BPS Kota Bekasi, 2008)

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-17


2.7 Perekonomian
Kondisi perekonomian Kota Bekasi tidak terlepas dari letak Kota Bekasi sebagai
kota satelit DKI Jakarta. aktifitas perekonomian Kota Bekasi secara tidak langsung
dipengaruhi oleh hal tersebut. Kegiatan perekonomian di Kota Bekasi didominasi oleh
sector industry, perdagangan, hotel dan restoran. Industri sebagai salah satu kegiatan
perekonomian utama (44,41%)keberadaannya masih tersebar secara parsial di beberapa
titik di wilayah Timur Bekasi seperti, kecamatan bantar gebang, rawa lumbu, Bekasi
Utara dan Medan Satria. Berikut adalah peta persebaran industry di Kota Bekasi
(Sumber: Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan-BPLH Kota Bekasi, 2009)

Gambar II.12 Peta Penyebaran Industri Di Kota Bekasi (Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota
Bekasi 2009)

Perekonomian di Kota Bekasi dapat dikategorikan kedalam kondisi ekonomi


wilayah Urban, dimana distribusi sektor tertier dan sekundernya masih lebih tinggi
dibandingkan sektor primer. Distribusi sektor pertanian,listrik air dan Gas terus menurun
atau tidak meningkat selama 7 tahun terakhir. Sektor industri pada tahun 2002 2003
mengalami peningkatan namun pada tahun 2006 mengalami penurunan walaupun tidak

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-18


signifikan, akan tetapi persentase sektor industri tetap diatas 45%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel II.8 Distribusi kegiatan ekonomi Kota Bekasi atas dasar harga konstan (2000-2006)
Kegiatan Ekonomi 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Pertanian 1.13% 1.3% 1.15% 1.14% 1.11% 1.08% 0.99%


Pertambangan dan penggalian 0 0 0 0 0 0 0
Industri Pengolahan 44.41% 47.49% 47.14% 47.48% 46.82% 46.67% 45.71%
Listrik, gas dan air bersih 3% 3.04% 3.01% 2.06% 3.43% 3.39% 3.44%
Konstruksi 0.43% 5.66% 5.98% 3.51% 3.49% 3.47% 3.48%
Perdagangan, hotel dan restoran 28.51% 24.53% 25.42% 28.3% 27.48% 27.59% 28.18%
Pengangkutan dan Komunikasi 7.62% 5.76% 5.72% 7.52% 7.54% 7.59% 7.9%
Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 4.18% 4.38% 4.31% 3.5% 3.46% 3.44% 3.4%
Jasa - jasa 6.93% 7.37% 7.26% 6.48% 6.5% 6.47% 6.53%
(Sumber : Bekasi dalam angka 2006, BPS Kota Bekasi )

2.8 Visi Misi Kota


2.8.1 Visi

Visi kota Bekasi yaitu: KOTA BEKASI YANG CERDAS, SEHAT DAN IKHSAN

Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut :

BEKASI CERDAS, Bermakna pembangunan Kota Bekasi dalam kurun waktu 2008
2013 diarahkan untuk mewujudkan karakter masyarakat yang cerdas melaluipenuntasan
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan merintis wajib belajar pendidikan 12 tahun.
Bagi masyarakat luas makna meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian
pembangunan.

BEKASI SEHAT, bermakna pembangunan Kota Bekasi dalam kurun waktu 2008 2013
diarahkan untuk mewujudkan pemerataan dan perluasan akses memperoleh layanan
kesehatan bagi masyarakat miskin, melalui penerapan subsidi untuk pelayanan
Kesehatan bagi masyarakat miskin, korban wabah dan korban bencana. Makna sehat
bagi masyarakat luas adalah meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam mempromosikan hidup sehat, memelihara sanitasi lingkungan,
kewaspadaan atas potensi wabah, penyalah gunaan narkoba dan penyakit menular.

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-19


BEKASI IKHSAN, bermakna pembangunan Kota Bekasi dalam kurun waktu 2008 2013
diarahkan untuk mewujudkan karakter masyarakat yang ikhsan. Ikhsan berarti nilai, sikap
dan perilaku untuk berbuat baik dalam lingkungan individu, keluarga dan masyarakat.
Ikhsan berlaku bagi aparatur dalam menja;ankan pemerintahan yang baik ( Good
Governance) dan berlaku bagi warga masyarakat dalam mentaati peraturan /
perundangan yang berlaku.

2.8.2 Misi
Dalam rangka mencapai tujuan Pembangunan Daerah Kota Bekasi, maka ditetapkan
Misi :
1. Mengembangkan kehidupan sosial warga melalui penataan sistem
layanan,pendidikan, kesehatan dan layanan sosial lainnya.
2. Mengembangkan kehidupan ekonomi warga melalui pengembangan wirausaha
yang produktif dan komoditi unggulan daerah.
3. Membangun sarana dan prasarana kota yang serasi bagi perikehidupan warga
dan pertumbuhan usaha.
4. Menyelenggarakan tata pemerintahan yang baik yang dilandasi prinsip Good
Govenrnance
5. Mengembangkan dan mengolah implementasi system perencanaan tatakota dan
system perencanaan Pembangunan Kota Bekasi secara optimal untuk menjamin
keserasian pengembangan wilayah, daya dukung lingkungan dan antisipasi efek
perubahan iklim global.
6. Mengembangkan kualitas kehidupan beragama dan kerukunan hidup beragama.
7. Mengelola dinamika kehidupan perkotaan melalui penguatan ketahanan sosial,
budaya dan keamanan, daya tarik investasi dan kerjasama antar daerah /
wilayah.

2.9 Institusi dan Organisasi Pemuda


Pemerintahan Kota Bekasi terdiri dari 29 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
yang semuanya di koordinir oleh Sekretariat Daerah yang bertanggung jawab langsung
kepada Walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah ( DPRD). Bidang Sanitasi sendiri
merupakan kerjasama yang melibatkan banyak pihak agar dapat berjalan dengan baik.
Beberapa SKPD yang terkait secara langsung dengan bidang sanitasi terutama program
strategi sanitasi kota antara lain : Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, Dinas Binamarga
dan Tata Air serta Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ada pula pihak BUMN yang
terlibat dalam bidang sanitasi kota yaitu PDAM Kota Bekasi yang bertanggung jawab
terhadap penyediaan air bersih di Kota Bekasi.

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-20


Salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat
adalah struktur Organisasi. Mulai dari lini terkecil yaitu tingkat RT sampai tingkat Kota
semua memiliki struktur Organisasi. Selain organisasi pemerintahan ada pula organisasi
luar pemerintahan yang biasa di sebut LSM (Lembaga Swadaya masyarakat) atau NGO
(Non-Government Organistation). Kedua jenis organisasi ini, baik pemerintahan maupun
diluar pemerintah kedua nya bersinergi untuk membentuk suatu tatanan masyarakat
yang ideal.
Kota Bekasi Sebagai kota dengan penduduk yang padat otomatis membuat tingkat
kebutuhan akan aspek-aspek kehidupan sangat beragam, kebutuhan akan aspek-aspek
tersebut yang kemudian membuat warga berinisiatif untuk membangun suatu organisasi
non pemerintah (LSM / NGO) . Ada bermacam-macam LSM yang terbentuk di Kota
Bekasi yang sifatnya local namun ada pula LSM yang sudah berskala nasional, namun
karena ada sebagian anggotanya berdomisili di Bekasi maka LSM tersebut juga ikut
dalam membangun Kota Bekasi. Sebagai contoh, LSM Sapulidi yang memiliki banyak
apokasi, LSM yang bergerak di bidang persampahan yang saat ini sedang melakukan
kegiatan perbaikan TPU atau TPA Kota Bekasi, atau BMP jati asih yang konsern
terhadap kondisi sanitasi Lingkungan.

2.10 Tata Ruang Kota

Kota Bekasi dibentuk pada tanggal 10 Maret 1997 dan dibentuk berdasarkan Undang
undang no 9 tahun 1996 tentang pembentukan Kota Madya DT II. Selama
pembentukannya yaitu dalam kurun waktu 10 tahun rata rata pembangunan lahan
terbangun di Kota Bekasi meningkat 10,36% dari 60 % pada tahun 1997 berkembang
menjadi 70,8% pada tahun 2007. Pemanfaatan lahan terbangun umumnya di gunakan
untuk 3 jenis pembangunan yaitu: lahan pemukiman, Pusat perdagangan dan jasa, serta
Industri.
Pembangunan lahan Pemukiman dibedakan menjadi dua jenis pemukiman yaitu
pemukiman teratur yang dikembangkan oleh pihak developer, sebagian besar
terkonsentrasi di daerah utara dan tengah, yang kedua adalah pemukiman yang tidak
teratur yang di bangun oleh masing masing individu. Pemanfaatan lahan untuk
Kegiatan Perdagangan berkembang secara linear di sepanjang jalan arteri Kota Bekasi
atau sering disebut Central Business Distrik (CBD), antara lain koridor Jl. Ir H. Juanda,
Jln. Kartini, Jln,. A. Yani, Jl. Pemuda, Jl. KH. Noer Ali, Jl. Cut Mutia Jl. Pengasinan, Jl.
Siliwangi, Jl. Pekayon dan Jl. Kalibaru. Wilayah Industri di Kota Bekasi berkembang pada
beberapa sektor secara konsentris baik kegiatan produksi maupun pengolahan

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-21


limbahnya. Wilayah wilayah tersebut antara lain Ciketing Udik, Bantar Gebang dan
daerah sekitarnya.

Tabel II.9 Kecenderungan Penggunaan Lahan di Kota Bekasi Tahun 1997 2007 (Ha)
Penggunaan Lahan (Ha) 1997 2006/2007 Penyusutan Lahan (Ha)
Bangunan 12718 14899 2181
Sawah 1123 667 -456
Tegalan/kebun 4638 4258 -380
Tidak diusahakan 31 0 -31
Lainnya 2453 1148 -1305
Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2009

Pemanfaatan Lahan Untuk Ruang Terrbuka Hijau selama 10 tahun terakhir


menyusut sampai 10,32 % dari 39% pada tahun 1997 menjadi 28.8 % pada tahun 2007.
Pembangunan RTH umumnya digunakan untuk pertanian (sawah), tegalan/ kebun dan
taman terbuka hijau. Pada Tabel di atas dapat kita lihat penyusutan yang terjadi di lahan
terbuka hijau. Area persawahan mengalami penyusutan sampai 456 Ha sedangkan
tegalan dan kebun masing masing menyusut 380 dan 31 Ha. Sedangkah RTH yang
lainya seperti taman kota hutan kota dan lain sebagainya menyusut sampai 1305 ha.
Laju pembangunan lahan di Kota Bekasi dapat kita lihat pada grafik di bawah ini.
Pemanfaatan lahan untuk bangunan meningkat sedangkan pemanfaatan lahan untuk
RTH makin menyusut terutama untuk area persawahan.

Gambar II.13 Trend Penggunaan Lahan (A) dan Lahan Sawah (B) di Kota Bekasi Tahun 1997 2008
Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2009

Grafik diatas juga menerangkan laju pemanfaatan lahan yang ada di Bekasi. Dari
semua aspek yang terlihat mengalami penurunan konstan adalah areal persawahan.
Lahan persawahan terus menurun sejak tahun 1997 sampai 2007. Semakin menurunnya
pemanfaatan lahan untuk RTH akan menyebabkan area resapan semakin berkurang,
dengan topografi yang relative datar yaitu 0-2% secara teknis akan mengakibatkn makin
banyak area genangan apabila RTH semakin menyusut, sehingga akan berimplikasi

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-22


pada meningkatnya resiko banjir. Aplikasi nyata dilapangan tentang pemanfaatan lahan
dapat kita lihat pada peta dibawah ini. Kota Bekasi dengan luas mencapai 21.049 ha,
pada tahun 2008 2009 sebagian besar di dominasi oleh lahan terbangun.

Gambar II.14 Peta Penggunaan Lahan Kota Bekasi Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2009
Saat ini Kota Bekasi menghadapi fenomena ketidak seimbangan penggunaan
lahan. Banyak lahan yang harusnya menjadi area resapan beralih fungsi menjadi
perumahan atau sector industri. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi
efektifitas pelaksanaan tata ruang kota dalam mengarahkan dan mengendalikan
pembangunan Kota Bekasi. Contoh nyata yang telah terjadi adalah dominasi perumahan
dan pemukiman pada pemanfaatan lahan terbangun karena letak Kota Bekasi yang
sangat strategis sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembang.

Buku Putih Kota Bekasi 2010 II-23

Anda mungkin juga menyukai