GAMBARAN UMUM
Kota Bekasi secara geografis terletak pada posisi antara 10604828 10702729
Bujur Timur dan 60106 60306 Lintang Selatan. Kota Bekasi merupakan daerah
dengan iklim panas, suhu berkisar antara 280-320C dan kelembaban antara 80%-90%.
Kota Bekasi yang letaknya tidak jauh dari laut secara tidak langsung dipengaruhi angin
Muson Barat pada Bulan Nopember sampai Bulan April dan Angin Muson Timur pada
Bulan Mei sampai Bulan Oktober.
Wilayah Kota Bekasi pada umumnya tergolong pada iklim kering dengan tingkat
kelembaban yang rendah. Kondisi cuaca sehari hari Kota Bekasi relatif panas, namun
hal tersebut lebih dipengaruhi oleh tata guna lahan yang terus mengalami perubahan
terutama untuk sektor industry dan perumahan. Curah hujan yang terjadi di Kota Bekasi
relatif tidak stabil. Data curah hujan Kota Bekasi diperoleh dari data hujan yang tercatat
dari statsiun hujan di wilayah perairan Jatiluhur, dan masuk ke dalam Daerah Aliran
Sungai Citarum.
Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanik facies
namun terdapat dua kecamatan yang memiliki karakteristik struktur lainnya yaitu:
Bekasi Utara : Struktur Aluvium
Bekasi Timur : Struktur Miocene Sedimentary Facies
selain itu di Kota Bekasi juga terdapat sumur gas JNG-A (106o 55 8,687 BT; 06o
2054,051) dan Sumur JNGB (106o 55 21,155 BT; 06o 21 10,498
(http://www.siidkotabekasi.com, 2010).
Kota Bekasi terletak pada ketinggian 19 meter dari permukaan laut (m dpl), yang
memiliki kondisi topografi yang relatif datar oleh karena itu daerah Kota Bekasi termasuk
dalam satuan dataran rendah yang memiliki potensi banjir cukup tinggi (SLHD Kota
Bekasi dari BPS Kota Bekasi, 2010). Morfologi regional Kota Bekasi relatif datar dengan
kemiringan antara 0 2 %, dengan bentuk miring ke utara, dan menempati daerah yang
paling luas di bagian tengah dan utara sampai ke pantai. Struktur lahan di Kota Bekasi
mayoritas terdiri dari daerah datar yang berawa.
Gambar II.1 Peta Tata Guna Lahan Wilayah Bekasi dan Sekitarnya
Kondisi sungai yang terdapat di Wilayah Kota Bekasi sebagian besar sudah
mengalami kerusakan. Pendangkalan, erosi akibat dari sampah dan penyalah gunaan
fungsi sungai menjadi faktor penyebab kerusakan tersebut. Tebing dan tanggul sungai
banyak yang mengalami erosi akibat penambangan pasir di sungai, dari gambar di
bawah ini dapat kita lihat tata guna lahan wilayah Bekasi dan sekitarnya. Dari peta dapat
Gambar II.2 Peta Genangan Banjir 2010 (Sumber Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi)
2.2 Administratif
Kota Bekasi mulai terbentuk sejak tahun 1997. Pada awalnya tahun 2001
sampai 2004 Kota Bekasi terbagi dalam 10 Kecamatan dan 52 kelurahan, akan tetapi
pada tahun tahun 2005 sesuai dengan Perda Kota Bekasi Nomor 04 Tahun 2004 tentang
pemekaran Wilayah Administrasi Kecamatan dan kelurahan, Kota Bekasi terbagi menjadi
12 kecamatan dengan 56 kelurahan dengan luas secara keseluruhan sekitar 21.049.000
Km2. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas di Kota Bekasi yaitu Kecamatan Mustika
Jaya atau sekitar 11,75% dari luas keseluruhan Kota Bekasi. Sedangkan kecamatan
Jakarta
Tangerang BEKASI
Ke Serang
Ke Bandung Via
Purwakarta
Depok Cibinong
Sist. Sekunder
Ke Bandung
Toll dalam Kota
Gambar II- 4 . Ilustrasi Kedudukan Strategis Kota Bekasi terhadap Kota Sekitar
Dari Ilustrasi diatas dapat kita lihat bahwa aspek ekonomi Kota Bekasi sangat
strategis dan potensial. Selain berkembang menjadi wilayah pemukiman, Kota Bekasi
juga berkembang menjadi kota perdagangan, jasa dan Industri pengolahan. Tingginya
potensi yang dimiliki Kota Bekasi, memerlukan pengembangan fasilitas fasilitas yang
mendukung aktifitas masyarakat, seperti perumahan,sarana air bersih, limbah padat dan
cair, sarana drainase, pasar tradisional dan Modern, Tempat Ibadah, sarana pendidikan,
dan kesehatan.
2.3 Kependudukan
Letak Kota Bekasi yang strategis dan berdekatan dengan Ibu Kota Jakarta
mengakibatkan Kota Bekasi menjadi alternatif tempat tinggal yang potensial sehingga
berdampak kepada pertambahan jumlah pendududuk. Kota Bekasi selalu mengalami
peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Sebagian besar merupakan penduduk
komuter yang datang untuk bekerja di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan Provinsi DKI
Jakarta. Jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2004 adalah 1.914.316 jiwa dan
jumlah tersebut terus meningkat sampai akhirnya menjadi 2.584.427 jiwa di tahun 2008.
Jumlah penduduk pertahunnya dapat terlihat lebih jelas pada tabel di bawah ini:
Tabel II.3 Status Kepemilikan Rumah dan Lahan berdasarklan hasil survey EHRA 2010
Gambar II.5 Distribusi Penduduk Kota Bekasi Tahun 2008 (%) Sumber : Olahan BPS Kota Bekasi, 2008
Selain tingkat kepadatan dan persebaran penduduk juga perlu dilihat kondisi
komposisi penduduk di Kota Bekasi berikut sebagai mana digambarkan dalam diagram
pyramid berdasarkan kelompok umur jenis kelamin di Kota Bekasi. Diagram disamping
memperlihatkan kesetaraan antara jumlah penduduk laki laki dan perempuan. Secara
keseluruhan diagram terlihat di Kota Bekasi jumlah paling tinggi untuk kelompok umur
ada pada usia produktif yaitu 5 sampai 45 tahun. Sedangkan untuk usia yang belum atau
tidak produktif persentase-nya cukup kecil.
Gambar II.6 Diagram pyramid berdasarkan kelompok umur jenis kelamin Sumber : Olahan BPS Kota Bekasi,
2008
Gambar II.7 Diagram Chart Tingkat Pendidikan di Kota Bekasi (sumber: Profil Pendidikan Kota Bekasi 2008-
2009)
Dari grafik dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kota Bekasi masih dalam
kategori standar cenderung rendah, lulusan SMU dan SD masih mendominasi. Tingkat
pendidikan mayoritas penduduk di Kota Bekasi adalah SLTA yaitu sebanyak 510.199
orang disusul oleh lulusan SD yaitu sebanyak 320. 739 orang dan lulusan SLTP
295.254, sedangkan untuk angka tingkat pendidikan paling rendah adalah tamatan
Diploma berjumlah 17.613 orang, S2 4.839 orang dan S3 33.302 orang. Kondisi deperti
ini dapat di sebabkan oleh fasilitas fasilitas pendidikan yang ada di Kota Bekasi lebih
terkonsentrasi untuk tingkat dasar seperti SD dan TK sedangkan untuk perguruan tinggi
dan SMK masih sangat rendah. Tabel jumlah sekolah di Kota Bekasi dapat kita lihat di
bawah ini :
Tabel II- 4 Jumlah Sekolah di Wilayah Kota Bekasi
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
TK SD SLTP SMU
Pondok Gede 93 59 18 7
Jati Asih 55 57 21 10
Bantar Gebang 34 20 5 3
Bekasi Timur 53 96 33 12
Bekasi Selatan 58 70 18 11
Bekasi barat 49 71 21 7
Bekasi Utara 102 77 25 14
Jati Sampurna 21 39 7 3
Medan Satria 23 46 21 11
Rawa Lumbu 64 59 19 8
Pondok Melati 53 26 8 6
Mustika jaya 53 25 14 6
Jumlah 658 645 210 97
(sumber Profil Pendidikan Kota Bekasi 2008-2009)
2.5 Kesehatan
Secara umum kondisi kesehatan masyarakat di Kota Bekasi berkaitan erat
dengan sanitasi, hal ini dapat dilihat dari jenis penyakit yang diderita masyarakat Kota
Bekasi. Terdapat 10 penyakit berbasis lingkungan teratas yang paling banyak ditemukan
pada tahun 2009 yaitu Diare, ISPA (Insfeksi Saluran Pernafasan Atas), Demam Tipod,
Asma, Infeksi saluran Pernafasan Bawah Akut, Tuberkulosis paru klinis dan DBD
(demam Berdarah Dengue), Pnemonia, Tubekulosa paru dan scabies. Dari grafik Dapat
dilihat bahwa kasus penyakit diare di Kota Bekasi sampai dengan tahun 2009 mencapai
36.399 kasus. Kasus penyakit diare dapat meluas bila kondisi lingkungan (ketersediaan
jamban, air bersih, dan penanganan sampah) tidak memadai. Penyakit berbasis
lingkungan yang menempati peringkat kedua adalah penyakit ISPA, jumlah kasus sampai
dengan 2009 mencapai 30.635 kasus. Penyakit ini dapat disebabkan karena kualitas
udara baik indoor maupun outdoor yang kurang baik.
Gambar II.8 Data 10 besar penyakit berbasis lingkungan di puskesmas Kota Bekasi tahun 2009
Sumber: Profil Kesehatan Kota Bekasi 2009
Gambar II.9 Grafik rata-rata kasus diare (Kiri) dan ISPA (kanan) per hari di puskesmas Kota Bekasi tahun
2009
Indikator lain untuk menilai status kesehatan suatu daerah adalahAngka Kematian
balita atau Infant Morality Rate (IMR) dan angka kematian ibu atau Maternal Morality
Rate (MMR). Seringkali indikator IMR disebut sebagai indikator terbaik untuk menilai
status kesehatan suatu daerah. Melalui IMR dan MMR kita dapat melihat aspek
kesehatan lainnya seperti gambaran tingkat pelayanan antenatal,status gizi ibu hamil,
tingkat kebehasilan KIA dan KB serta kondisi lingkungan sosial ekonomi. IMR dan MMR
juga merupakan indikator sensitif terhadap persediaan, pemanfaatan dan kualitas
pelayanan kesehatan, terutama pelayanan perinatal.
/1000 Kematian
Gambar II-11 Grafik Angka Kematian Ibu (MMR) dan Balita (IMR) di Kota Bekasi 2000 2004
(sumber: Profil Kesehatan Kota Bekasi)
Grafik diatas merupakan gambaran IMR dan MMR yang terjadi di Kota Bekasi.
IMR dan MMR semakin menurun dari tahun ketahun. Pada tahun 2004 terjadi 63 kasus
IMR per 1000 kematian dan 17 kasus MMR per 1000 kematian, dan terus menurun
sampai mencapai 45 kasus IMR per 1000 kematian dan 9 kasus MMR per 1000
kematian. Angka MMR sempat meningkat di tahun 2006 yaitu 24 kasus per 1000
kematian tapi kemudian menurun kembali di tahun 2007.
Dari Tabel diatas dapat kita lihat bahwa sekitar 864.647 jiwa bekerja di Kota
Bekasi atau 91.26% dari total angkatan kerja yang terdaftar, sedangkan sisanya 8.74%
atau 80.534 berstatus sebagai pencari kerja sehingga tidak salah apabila dikatakan
bahwa bekasi adalah kota yang produktif. Sisa populasi sebesar 650.467 jiwa bukan
termasuk angkatan kerja lebih jelasnya dapat dilihat bersama pada Tabel dibawah ini:
Tabel II.7 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan di Kota Bekasi Tahun 2007
Gambar II.12 Peta Penyebaran Industri Di Kota Bekasi (Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota
Bekasi 2009)
Visi kota Bekasi yaitu: KOTA BEKASI YANG CERDAS, SEHAT DAN IKHSAN
BEKASI CERDAS, Bermakna pembangunan Kota Bekasi dalam kurun waktu 2008
2013 diarahkan untuk mewujudkan karakter masyarakat yang cerdas melaluipenuntasan
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan merintis wajib belajar pendidikan 12 tahun.
Bagi masyarakat luas makna meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian
pembangunan.
BEKASI SEHAT, bermakna pembangunan Kota Bekasi dalam kurun waktu 2008 2013
diarahkan untuk mewujudkan pemerataan dan perluasan akses memperoleh layanan
kesehatan bagi masyarakat miskin, melalui penerapan subsidi untuk pelayanan
Kesehatan bagi masyarakat miskin, korban wabah dan korban bencana. Makna sehat
bagi masyarakat luas adalah meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam mempromosikan hidup sehat, memelihara sanitasi lingkungan,
kewaspadaan atas potensi wabah, penyalah gunaan narkoba dan penyakit menular.
2.8.2 Misi
Dalam rangka mencapai tujuan Pembangunan Daerah Kota Bekasi, maka ditetapkan
Misi :
1. Mengembangkan kehidupan sosial warga melalui penataan sistem
layanan,pendidikan, kesehatan dan layanan sosial lainnya.
2. Mengembangkan kehidupan ekonomi warga melalui pengembangan wirausaha
yang produktif dan komoditi unggulan daerah.
3. Membangun sarana dan prasarana kota yang serasi bagi perikehidupan warga
dan pertumbuhan usaha.
4. Menyelenggarakan tata pemerintahan yang baik yang dilandasi prinsip Good
Govenrnance
5. Mengembangkan dan mengolah implementasi system perencanaan tatakota dan
system perencanaan Pembangunan Kota Bekasi secara optimal untuk menjamin
keserasian pengembangan wilayah, daya dukung lingkungan dan antisipasi efek
perubahan iklim global.
6. Mengembangkan kualitas kehidupan beragama dan kerukunan hidup beragama.
7. Mengelola dinamika kehidupan perkotaan melalui penguatan ketahanan sosial,
budaya dan keamanan, daya tarik investasi dan kerjasama antar daerah /
wilayah.
Kota Bekasi dibentuk pada tanggal 10 Maret 1997 dan dibentuk berdasarkan Undang
undang no 9 tahun 1996 tentang pembentukan Kota Madya DT II. Selama
pembentukannya yaitu dalam kurun waktu 10 tahun rata rata pembangunan lahan
terbangun di Kota Bekasi meningkat 10,36% dari 60 % pada tahun 1997 berkembang
menjadi 70,8% pada tahun 2007. Pemanfaatan lahan terbangun umumnya di gunakan
untuk 3 jenis pembangunan yaitu: lahan pemukiman, Pusat perdagangan dan jasa, serta
Industri.
Pembangunan lahan Pemukiman dibedakan menjadi dua jenis pemukiman yaitu
pemukiman teratur yang dikembangkan oleh pihak developer, sebagian besar
terkonsentrasi di daerah utara dan tengah, yang kedua adalah pemukiman yang tidak
teratur yang di bangun oleh masing masing individu. Pemanfaatan lahan untuk
Kegiatan Perdagangan berkembang secara linear di sepanjang jalan arteri Kota Bekasi
atau sering disebut Central Business Distrik (CBD), antara lain koridor Jl. Ir H. Juanda,
Jln. Kartini, Jln,. A. Yani, Jl. Pemuda, Jl. KH. Noer Ali, Jl. Cut Mutia Jl. Pengasinan, Jl.
Siliwangi, Jl. Pekayon dan Jl. Kalibaru. Wilayah Industri di Kota Bekasi berkembang pada
beberapa sektor secara konsentris baik kegiatan produksi maupun pengolahan
Tabel II.9 Kecenderungan Penggunaan Lahan di Kota Bekasi Tahun 1997 2007 (Ha)
Penggunaan Lahan (Ha) 1997 2006/2007 Penyusutan Lahan (Ha)
Bangunan 12718 14899 2181
Sawah 1123 667 -456
Tegalan/kebun 4638 4258 -380
Tidak diusahakan 31 0 -31
Lainnya 2453 1148 -1305
Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2009
Gambar II.13 Trend Penggunaan Lahan (A) dan Lahan Sawah (B) di Kota Bekasi Tahun 1997 2008
Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2009
Grafik diatas juga menerangkan laju pemanfaatan lahan yang ada di Bekasi. Dari
semua aspek yang terlihat mengalami penurunan konstan adalah areal persawahan.
Lahan persawahan terus menurun sejak tahun 1997 sampai 2007. Semakin menurunnya
pemanfaatan lahan untuk RTH akan menyebabkan area resapan semakin berkurang,
dengan topografi yang relative datar yaitu 0-2% secara teknis akan mengakibatkn makin
banyak area genangan apabila RTH semakin menyusut, sehingga akan berimplikasi
Gambar II.14 Peta Penggunaan Lahan Kota Bekasi Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2009
Saat ini Kota Bekasi menghadapi fenomena ketidak seimbangan penggunaan
lahan. Banyak lahan yang harusnya menjadi area resapan beralih fungsi menjadi
perumahan atau sector industri. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi
efektifitas pelaksanaan tata ruang kota dalam mengarahkan dan mengendalikan
pembangunan Kota Bekasi. Contoh nyata yang telah terjadi adalah dominasi perumahan
dan pemukiman pada pemanfaatan lahan terbangun karena letak Kota Bekasi yang
sangat strategis sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembang.