Anda di halaman 1dari 5

Terkikisnya Kearifan Budaya Lokal Penggunaan Lesung Penumbuk Padi Oleh Mesin Perontok Padi Moderen.

Ajeng Widyaningrum 111510501111 Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember

Pendahuluan Kearifan lokal adalah kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia. Kearifan local tidak hanya berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang memedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh (Francis Wahono, 2005).Globalisasi akan menghilangkan sekat-sekat budaya satu dengan lainnya. Dalam era itu karakter budaya tertentu akan menjadi semakin samar dan tergantikan dengan budaya global yang bersifat umum. Kecenderungan warna budaya tertentu yang berbasis budaya etnis akan semakin luntur, termasuk perlakuan terhadap budaya Jawa. Budaya Jawa memiliki kearifan lokal yang sangat kaya. Kearifan lokal terdapat dalam semua aspek kehidupan budaya Jawa. Saat ini sudah saatnya konsep globalisasi dimaknai ulang agar budaya Jawa dapat berdiri kukuh bersanding dengan budaya lain baik di tingkat nasional, regional, bahkan pada tingkat internasional. Kearifan lokal budaya Jawa pada umumnya dapat dilihat melalui pemahaman dan perilaku masyarakat Jawa. Pemahaman dan perilaku itu dapat dilihat melalui (1) norma-norma lokal yang dikembangkan, seperti laku Jawa, pantangan dan kewajiban, (2) lagu-lagu rakyat, legenda, mitos, dan cerita rakyat Jawa yang biasanya mengandung pelajaran atau pesan-pesan tertentu yang hanya dikenali oleh masyarakat Jawa, (3) alat dan bahan yang dipergunakan untuk kebutuhan tertentu, dan (4) kondisi sumber daya alam atau lingkungan yang biasa dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (Supriatna, 2008).

Pekerjaan menumbuk padi saat ini tinggal menjadi sejarah pertanian bagi generasi era kini. Namun, di beberapa wilayah pedesaan masih dapat dijumpai peralatan penumbuk padi berupa lesung dan alu. Sebagian petani juga masih ada yang melestarikan tradisi ini. Salah satunya petani di daerah Jawa. Kemajuan teknologi pertanian menjadikan pekerjaan petani semakin mudah dan cepat. Salah satunya hadirnya mesin giling padi yang mampu menghasilkan beras secara cepat. Namun dibalik kemajuan teknologi ini sebenarnya telah menggeser budaya petani dari tradisi menumbuk padi secara kolektif yang sarat dengan kebersamaan.

Pembahasan Lesung memiliki berbagai macam bentuk, ada yang terbuat dari kayu dan ada yang terbuat dari batu. Biasanya berukuran sedang dengan tinggi 40 cm, dan diameter lingkarannya berukuran 35 cm berkapasitas 1 kg dan dilengkapi alu dengan panjang 1 m. Alu sendiri terbuat dari kayu pohon lamtoro yang sudah tua dengan bagian tengah mengecil untuk pegangan. Kayu yang memiliki kualitas bagus untuk alu adalah kayu sono, karena kayu ini kuat jika digunakan menumbuk. Dahulu ketika ibu ibu menumbuk padi dengan lesung, tampah diletakkan untuk
Gambar 1. Lesung dan tampah

disampingnya.

Fungsinya

adalah

membersihkan beras yang masih kotor karena kulit ari pada padi dengan cara menngayak lagi dengan pelan. Selain berfungsi untuk menumbuk padi, lesung juga digunakan untuk kesenian dan komunikasi. Contohnya ketika seorang keluarga mempunyai hajatan pernikahan, lesung dibunyikan keras keras oleh ibu ibu dengan menggunakan alu agar para tetangga atau warga kampung sebelahnya segera datang untuk menghadiri acara tersebut. Para ibu-ibu melakukan pekerjaan menumbuk padi dengan memotong tangkai bulir padi terlebih dahulu dengan alat yang disebut ani-ani. Ani-ani biasa di gunakan oleh masarakat jawa saat panen dan konon ini untuk menghormati dewi sri yang berjiwa halus dan lemah lembutakan ketakutan melihat senjata

tajam besar seperti arit atau golok . selain itu ada kepercayan bahwa padi yang akan di panen adalah perwujudan Dewi Sri sehingga tidak boleh di potong secara kasar atau di babat begitu saja. Setelah padi di jemur maka akan di olah menjadi beras, yang (dulu disebut Nutu , )dengan menggunakan alat yang di sebut lesung. Suara hentakan alu menimbulkan irama bunyi tersendiri yang biasanya diikuti dengan tembang-tembang yang

menggambarkan pertanian, misalnya lumbung desa, kanca tani, bangun desa dan lesung jumengglung. Alunan tembang yang keluar
Gambar 2. Para wanita menumbuk padi

dari mulut para penumbuk padi ternyata

mampu menghibur dan menghilangkan rasa lelah. Kegiatan menumbuk padi juga mengandung nilai kebersamaan dan menjauhkan dari sifat individualistis. Selain memupuk nilai kebersamaan, menumbuk padi menghasilkan beras berkualitas bagus untuk kesehatan. Proses pembuatannya yang tidak instant menjadikan beras yang dihasilkan tidak terlalu bersih karena masih ada sisa kulit ari yang tertempel. Para wanita desa mengaku lebih senang membuat beras sendiri. Alasannya, beras yang dijual di pasar lebih kasar karena diproses dengan mesin dan ayakannya tidak sempurna. Aktivitas menumbuk beras ini memang sudah lama dilakukan. Disamping itu, proses menumbuk beras juga diyakini lebih memiliki nilai gizi dibandingkan menggunakan mesin. Nutrisi-nutrisi yang masih tetap ada adalah aleuron dan thiamin atau B1, serat, lemak, vitamin dan mineral alami tersebut merupakan asupan yang gizi yang penting bagi tubuh. Kondisi fisik masyarakat pedesaan zaman dahulu dan sekarang tampak jauh berbeda. Ia mencontohkan, jaman dahulu orang desa segar bugar, tahan banting dan jarang terkena penyakit. Kini banyak dari mereka menderita penyakit masyarakat kota, yakni penyakit degeneratif seperti diabetes, melitius, kolesterol, hipertensi, serangan jantung dan banyak lagi. Seiring dengan perkembangan teknologi, dengan munculnya hueller atau penggilingan, sedikit demi sedikit kebiasaan menumbuk itu ditinggalkan. Mereka menggilingkan padi atau gabahnya ke tempat penggilingan karena proses pembersihan lebih cepat dan murah. Semenjak mesin penggilingan menggantikan

alu dan lesung penumbuk padi, bisa dipastikan tidak ada sama sekali bekatul yang tersisa atau menempel pada beras yang dihasilkan. Sehingga masyarakat pedesaan sama seperti masyarakat di perkotaan dimana mereka mengonsumsi beras yang putih bersih dan bebas dari bekatul. Padi sebagai tanaman yang dibudidayakan dengan pola tanam serentak, pada saat dipanen membutuhkan tenaga kerja yang sangat banyak agar panen dapat dilakukan tepat waktu. Kebutuhan tenaga kerja yang besar pada saat panen ini menjadi masalah pada daerah-daerah tertentu yang penduduknya sedikit. Kebutuhan akan mekanisasi pertanian semakin meningkat seiring dengan makin langkahnya tenaga kerja pertanian dan adanya kenaikan upah yang nyata di pedesaan terutama didaerah dengan intensitas tinggi. Indikator paling sederhana untuk mengukur bahwa mekanisasi pertanian makin dibutuhkan dapat dilihat dari meningkatnya jumlah alsintan yang digunakan terutama di daerah intensifikasi Dalam usaha tani padi, thresher merupakan alat untuk merontokkan padi menjadi gabah. Alat ini

merupakan alat bantu bagi tenaga kerja untuk memisahkan gabah dengan
Gambar 3. Pedal thresher

jeraminya,sehingga penggunaan pedal thresher menjadi satu kesatuan dengan tenaga kerja panen.Terdapat dua jenis thresher berdasar alat penggeraknya yaitu (1) Secara manual dengan

menggunakan pedal (pedal thresher) dan (2) digerakkan dengan mesin


Gambar 4. Powerthresher

(power threser).Penggunaan threser untuk merontok padi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan varietas unggul baru berumur pendek dan mudah rontok.Mesin perontok padi dikenal juga dengan Power Thresher adalah jenis mesin perontok yang telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai jenis lahan persawahan diIndonesia. Mesin perontok jenis ini telah banyak digunakan oleh petani di seluruh nusantara karena keunggulannya yang praktis dan mudah

dipindahkan dari lahan satu lainnya serta digerakkan dengan mesin bertenaga diesel. Alat dan Mesin Pertanian (mesin perontok padi) dapat memberi kontribusi yang cukup berarti dalam rangka meningkatkan keuntungan usaha tani padi

sawah. Unsur-unsur yang mendukung peningkatan keuntungan adalah kecepatan proses perontokan dan pembersihan sehingga menghemat waktu. Kekurangan dari penggunaan mesin perontok padi ini adalah biaya yang dikeluarkan lebih mahal, biaya perawatan yang mahal dan dapat membuat kita menjadi makhluk individualistis. Agar generasi muda tidak lupa akan budaya menumbuk padi dengan menggunakan lesung ada beberapa cara yang dapat kita tempuh agar budaya tersebut masih melekat pada diri kita sebagai wujud nasionalisme bahwa kita tidak boleh melupakan sejarah. Hal ini dapat dilakukan dengan pola pendidikan yang baik, oleh karena itu pemerintah harus juga memberi perhatian yang cukup terhadap bidang ini, memperkuat dan mempertahankan jati diri bangsa. Contoh konkrit yang dapat dilakukan adalah adanya program wisata desa yang akan menunjukkan pada masyarakat luas tentang kebiasaan atau kebudayaan setempat. Secara tidak langsung masyarakat desa setempat akan tetap mempertahankan kegiatan nutu dengan lesung tersebut.

Kesimpulan Teknologi yang tradisional maupun moderen memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk mensinergiskan keduanya maka diperlukan suatu promotor seperti wisata desa dengan tujuan memperkenalkan sejarah dari perkembangan alat pengolahan padi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Francis Wahono, 2005. Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. Supriatna, 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Anda mungkin juga menyukai