Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. Penyakit Jantung Koroner adalah penyempitan/penyumbatan

(arteriosclerosis) pembuluh arteri koroner yang disebabkan oleh penumpukan dari zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) yang makin lama makin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi. Ciri atau gejala dari penyakit jantung ini hanya bisa dirasakan ketika ada serangan tiba-tiba. Bagi orang yang memiliki faktor resiko penyakit jantung seperti diabetes dan hipertensi serta kebiasaan merokok, mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol, memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung, sebaiknya waspada dengan melakukan pemeriksaan medis secara dini. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan permasalahan kesehatan yang dihadapi di berbagai negara di dunia. Di Indonesia, penyakit jantung koroner adalah penyebab kematian ketiga dan setiap tahun angka penderita penyakit jantung koroner kian bertambah. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan pembuluh darah telah menggantikan peran penyakit tuberculosis paru sebagai penyakit epidemic di Negara-negara maju, terutama pada laki-laki. Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 1999 sedikitnya 55,9 juta atau setara dengan 30,3 % kematian diseluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60 % dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK). Di Indonesia, penyakit jantung juga cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Data survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Tahun 1975 kematian akibat penyakit jantung hanya 5,9 %, tahun 1981 meningkat sampai dengan 9,1 %, tahun 1986 melonjak menjadi 16 % dan tahun 1995

meningkat menjadi 19 %. Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4 %, dan sampai dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40 % dari sebab kematian laki-laki usia menengah. Banyaknya faktor yang mempengaruhi, menyebabkan diagnosis dan terapi penyakit tersebut terus berkembang. Di Indonesia kemajuan perekonomian menjadi salah satu factor dalam meningkatnya prevalensi penyakit jantung koroner. Kemajuan perekonomian yang terus berkembang maka pola hidup masyarakatpun berubah dan menyebabkan perubahan pola kesehatan masyarakat. Penyakit jantung jenis ini diperkirakan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Tentu saja, keadaan ekonomi yang membaik akan menambah konsumsi bahan makanan yang tinggi lemak dan kolesterol yang justru terbilang cukup mahal seperti aneka seafood, soto jeroan, dan makanan berlemak lainnya. Penyebab PJK secara pasti belum diketahui, meskipun demikian secara umum dikenal berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK yang disebut sebagai faktor risiko PJK. Menurut American Heart Associations, faktor risiko PJK dibagi menjadi faktor risiko mayor dan minor. Faktor risiko mayor kemudian dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah (nonmodifiable risk factor), dan yang dapat diubah (modifiable risk factor). Umur, jenis kelamin, dan keturunan (termasuk ras) merupakan factor risiko yang tidak dapat diubah. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah yaitu merokok, tinggi kolesterol dalam darah, hipertensi, kurang aktifitas fisik, berat badan lebih dan obesitas, dan diabetes. Metabolisme lipid juga dapat menjadi tolak ukur peran patogenesis dari PJK. Studi epidemologi mengidentifikasi angka faktor resiko mayor mengindikasikan metabolisme lipid yang abnormal termasuk peran langsung pada patofisiologi PJK.

B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang diperoleh melalui pembuatan paper ini, antara lain: 1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner? 2. Apa sajakah gejala dari penyakit jantung koroner?

3. Apa sajakah factor resiko dari penykit jantung koroner? 4. Bagaimanakah cara pencegahan penyakit jantung koroner?

C. Tujuan Adapun tujuan dalam pembuatan paper ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner. 2. Untuk mengetahui gejala dari penyakit jantung koroner. 3. Untuk mengetahui factor resiko dari penykit jantung koroner. 4. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit jantung koroner.

D. Manfaat Adapun manfaat yang diperoleh melalui pembuatan paper ini, antara lain: 1. Manfaat Teoritis Dengan pembuatan paper ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang penyakit jantung koroner yang merupakan salah satu jenis penyakit yang tidak menular namun memiliki resiko tinggi dalam menyebabkan kematian. 2. Manfaat Praktis Dengan pembuatan paper ini diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang penyakit koroner baik dari segi gejala, , factor resiko dan cara pencegahan, serta diagnosis laboratorium untuk penyakit jantung koroner.

BAB II ISI

1. Definisi Penyakit Jantung Koroner. Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya sumbatan pada pembuluh arteri koroner oleh endapan lemak (kolesterol, trigliserida) secara bertahap di dinding arteri. Sehingga menyebabkan berkurang bahkan terhentinya aliran darah yang menyuplai oksigen ke otot jantung. Bila otot jantung kekurangan suplai darah, maka jantung akan melemah dan fungsi jantung sebagai pemompa darah dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh akan terganggu (gagal jantung). Arteria koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Muara arteria koronaria ini terdapat di dalam sinus valsava dalam aorta, tepat di atas katup aorta. Sirkulasi koroner terdiri dari: arteria koronaria kanan dan kiri.

Gambar 1: Anatomi jantung Aterosklerosis (penyumbatan pembuluh koroner) merupakan

penyebab penyakit arteria koronaria yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteria koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan

meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan diikuti dengan perubahan vascular yang mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar. Dengan demikian keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen menjadi berkurang.

Gambar 2: Penyumbatan Arteri Koroner

2. Gejala Klinis Penyakit Jantung koroner Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan utama di negara maju., dimana penyakit ini termasuk ke dalam penyakit tidak menular namun dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Seorang anak dari penderita penyakit jantung koroner dapat memiliki resiko yang cukup tinggi untuk dapat mengalami hal yang sama dengan orang tuanya yang mengidap penyakit jantung koroner. Umumnya seseorang dapat dicurigai menderita penyakit jantung koroner apabila mengalami gejala gejala umum sebagai berikut ; 1. Rasa tidak nyaman pada bagian dada ( Angina ) Gejala umum dari PJK adalah angina. Angina adalah nyeri atau ketidaknyamanan di dada jika pada daerah otot jantung tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen. Angina mungkin terasa seperti tertekan atau seperti diremas di daerah dada.Rasa tidak nyaman pada bagian dada pada penderita jantung koroner juga disebabkan oleh adanya tekanan

emosional atau stress yang menyebabkan adanya rasa nyeri yang luar biasa pada bagian dada seperti ditekan oleh beban berat, konstriksi, mengerutnya pembuluh darah, serta kemudian dapat menimbulkan kesulitan bernafas. 2. Merasa cepat lelah Gejala umum lainnya adanya rasa tidak nyaman pada bagian dada membuat penderita penyakit jantung koroner merasakan sakit yang juga menjalar pada bagian dekat ulu hati ke rahang dan lengan kiri yang membuat penderita penyakit jantung koroner menjadi lemah dan merasa cepat lelah. Selain itu, penderita penyakit jantung koroner juga menjadi mudah berkeringat, mual, dan muntah. 3. Sesak Napas Gejala ini terjadi jika PJK menyebabkan gagal jantung. Bila memiliki gagal jantung, jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sehingga terbentuk cairan didalam paruparu, yang mengakibatkan sulit untuk bernapas. 4. Adanya kematian otot jantung Myokard infark atau kematian otot jantung akan menyebabkan penderita penyakit jantung koroner merasakan rasa nyeri dada yang hebat, berkeringat, mual, muntah, dan kehilangan kesadaran. Matinya otot jantung ini dapat menyebabkan kematian. Namun tak semua kerusakan otot jantung dapat menyebabkan kematian. Hal ini tergantung pada banyaknya otot jantung yang rusak sehingga gejala yang ditimbulkan pada penderita penyakit jantung koroner yang mengalami kematian otot jantung menunjukkan gejala yang berbeda beda. Tingkat keparahan gejala ini bervariasi. Mungkin bisa lebih parah jika penumpukan lemak terus menerus yang mempersempit arteri koroner. Beberapa orang yang memiliki PJK, biasanya tidak memiliki tanda-tanda atau gejala, suatu kondisi yang disebut Silent CHD. Penyakit ini tidak dapat

didiagnosis sampai seseorang tersebut memiliki tanda-tanda atau gejala serangan jantung, gagal jantung, atau aritmia (detak jantung tidak teratur). 1. Serangan jantung Sebuah serangan jantung terjadi jika aliran darah yang kaya oksigen ke bagian otot jantung tiba-tiba menjadi tersumbat. Hal ini dapat terjadi jika daerah plak dalam arteri koroner pecah. Gejala serangan jantung yang paling umum adalah nyeri dada atau rasa yang tidak nyaman. 2. Gagal jantung Gagal jantung adalah suatu kondisi di mana jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Gagal jantung tidak berarti bahwa jantung telah berhenti atau akan berhenti bekerja. Tanda-tanda dan gejala paling umum gagal jantung adalah sesak napas atau kesulitan bernapas, kelelahan, dan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, tungkai kaki, perut, dan vena di leher. 3. Aritmia Aritmia adalah sebuah masalah dengan irama detak jantung. Bila memiliki aritmia, jika diperhatikan jantung akan melewatkan ketukannya atau berdenyut terlalu cepat (palpitasi).

3. Faktor Resiko Penyakit jantung Koroner Penyakit jantung koroner ternyata tidak hanya disebebkan oleh adanya sumbatan . Penyakit penyakit tersebut antara lain: A. Faktor Risiko Mayor yang Tidak Dapat Dirubah (Non Modifiable) a. Usia Risiko penyakit jantung koroner akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Semakin tua, maka aktivitas organ tubuh akan semakin menurun, termasuk menurunnya system kardiovaskuler. data yang ada menyatakan bahwa lebih dari 80% berusia di atas 60 tahun. Jantung ketika usia tua cenderung tidak bekerja dengan baik. Dindingdinding jantung akan menebal dan arteri dapat menjadi kaku dan

mengeras, membuat jantung kurang mampu memompa darah ke otot-otot tubuh. Karena hormon seks mereka, perempuan biasanya dilindungi dari penyakit jantung sampai menopause, dan kemudian meningkatkan risiko mereka. Risiko aterosklerosis meningkat setelah usia 45 pada pria dan setelah usia 55 tahun pada wanita. Perempuan dengan umur 65 tahun atau lebih tua memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang sama dengan lakilaki dari usia yang sama b. Jenis Kelamin Secara keseluruhan, pria memiliki risiko lebih tinggi serangan jantung dibandingkan wanita. Tetapi perbedaan menyempit setelah perempuan menopause. c. Keturunan (Ras) Orang yang memiliki riwayat keluarga atau saudara dekat berpenyakit jantung cenderung lebih berisiko mengidapnya. Apalagi bila mulai mengidap di usia kurang dari 60 tahun.

B. Factor Risiko yang Dapat Diubah ( Modifiable ) a. Kadar Kolesterol Tinggi Tinggi kolesterol dalam darah adalah kondisi dimana terdapat banyak kolesterol di dalam darah. Semakin tinggi level kolesterol dalam darah, semakin besar risiko terjadinya PJK dan serangan jantung. Endapan lemak yang menyumbat dinding arteri koroner pada merupakan endapan lemak yang terdiri atas kolesterol dan zat buangan lainnya. b. Tekanan Darah Tinggi Tekanan darah yang tinggi menyebabkan kerja jantung menjadi bertambah berat sehingga dinding jantung menebal / kaku dan meningkatkan resiko penyakit jantung koroner.

c. Trombosis Trombosis merupakan gumpalan pada darah yang mengalir di dalam arteri atau vena. Apabila terjadi thrombosis pada pembuluh darah arteri koroner, maka gumpalan darah tersebut akan menyumbat dinding pembuluh darah arteri sehingga dapat menimbulkan resiko penyakit jantung koroner karena thrombosis biasanya berada pada dinding pembuluh yang menebal karena aterosklerosis. d. Kegemukan Kegemukan (diabetes) dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan diabetes. Penderita obesitas cenderung memiliki kadar HDL rendah/LDL tinggi. e. Diabetes Mellitus Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM memiliki risiko PJK 50% lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan pada perempuan risikonya menjadi 2x lipat. Pada penderita DM terjadi peningkatan tipe IV hiperlipidemi dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal dan DM yang disertai obesitas dan hipertensi. f. Aktivitas Fisik Orang yang aktivitas fisiknya kurang sedikitnya 2 kali lebih besar ditemukannya PJK daripada masyarakat yang aktif. Sedikit aktivitas fisik dapat memperburuk faktor risiko PJK lainnya, seperti tinggi kolesterol dalam darah dan trigliserid, hipertensi, diabetes dan prediabetes, dan obesitas.

C. Faktor Lain a. Stress Stress menjadi suatu penyeebab terjadinya PJK. Stress juga dapat menjadi pemicu penyempitan pembuluh darah arteri. Hal tersebut dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko dari serangan jantung.

b. Diet dan Nutrisi Diet (pola makan) yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko PJK. Misalnya, makanan yang tinggi lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol yang akan meningkatkan kolesterol LDL. c. Alkohol Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat

membahayakan jantung dan organ lainnya. Hal ini secara langsung dapat menyebabkan kerusakan otot jantung dan detak jantung yang irreguler dari jantung.

4. Diagnosis Penyakit Jantung Koroner Pemeriksaan terhadap penyakit jantung koroner meliputi : a. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik ini, antara lain : Tanda Tanda Vital (TTV) dan perfusi perifer (kulit dan pulsasi arteri). Tanda tanda vital pada jantung koroner, meliputi : terasa nyeri pada dada (seakan-akan ditusuk), merasa berdebar-debar, sering menjumpai sesak napas, dan kesemutan pada bagian tubuh disertai keluarnya keringat dingin. Sedangkan Perfusi perifer adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan pernapasan pada tingkat seluler perifer suatu penurunan dalam suplai darah kapiler.

b. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang meliputi : 1. EKG (Elektrokardiogram) Dengan pemeriksaan EKG dapat diketahui kemungkinan adanya kelainan pada jantung dengan tingkat ketepatan 40%. 2. Pemeriksaan radiologis thorax: Scanning Thalium

Scanning Thalium adalah pemeriksaan jantung yang bertujuan untuk menentukan daerah di jantung yang tidak mendapat suplai darah yang cukup. 3. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang lebih spesifik dalam menegakkan diagnosis jantung koroner, meliputi :
Darah

Tes darah juga digunakan dalam mendiagnosis serangan jantung. Ketika sel-sel di jantung mati, mereka melepaskan enzim ke dalam darah. Mereka disebut spidol atau biomarker. Mengukur jumlah tanda tersebut dalam darah dapat menunjukkan berapa banyak kerusakan dilakukan untuk jantung. Dokter sering mengulang tes untuk memeriksa perubahan.
Ekokardiografi

Tes Ekokardiografi atau USG jantung merupakan suatu alat penting untuk mengevaluasi struktur dan fungsi dari jantung dan pembuluh darah yang terkait.
Creatinin Kinase (CK) dan Creatinin Kinase Myocard Band (CKMB)

Kreatin kinase (CK) atau juga dikenal dengan nama kreatin fosfokinase (CPK) merupakan enzim yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada otot jantung dan otot rangka, dan dalam konsentrasi rendah pada jaringan otak.
Lactat Dehydrogenase (LDH)

LDH ditemukan di seluruh sel tubuh dan ada dalam 5 bentuk molekul (isoenzim). Perubahan isoenzim LD (LD1/LD2 flip)

mengindikasikan adanya AMI (Acute Miocard Infark), dan mencapai puncaknya setelah CK dan CK-MB. LDH terdapat pada semua jaringan, sehingga peningkatan kadar LDH dalam darah bisa disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti serangan jantung.

Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)

SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pancreas. Peningkatan kadar SGOT dari nilai normal (Laki-laki : 0 - 50 U/L ; Perempuan : 0 - 35 U/L) dapat mengindikasikan ke penyakit jantung koroner.
Cardiac Troponin T (cTnT) dan Cardiac Troponin I (cTnI)

Troponin adalah protein pengatur yang ditemukan di otot rangka dan jantung. Uji troponin menunjukkan hasil positif pada 4-8 jam setelah gejala terjadi, mirip dengan waktu pengeluaran CK-MB. Meski demikian, akan tetap tinggi selama kurang lebih 7-10 hari pasca Myocardial Infraction (MI). Cardiac troponin merupakan pemeriksaan yang sensitif, kardiospesifik, dan menyediakan informasi prognostik untuk pasien dengan ACS.
Myoglobin

Mioglobin adalah protein heme yang ditemukan pada otot rangka dan jantung. Berat molekulnya yang rendah menyebabkan pelepasannya yang cepat. Mioglobin biasanya meningkat pada 2-4 jam setelah terjadinya infark, puncaknya adalah pada 6-12 jam, dan kembali ke normal setelah 24-36 jam.
High Sensitivity C Reaktif Protein (hsCRP)

CRP, marker inflamasi nonspesifik, diperhitungkan terlibat secara langsung pada coronary plaque atherogenesis. Kadar CRP berguna untuk mengevaluasi profil risiko jantung pasien.

5. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat terutama di kota-kota besar. Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab dari tingginya peningkatan kasus PJK yang dapat

menyebabkan kematian. Naumn, PJK bisa dicegah dengan cara sebagai berikut: a. Pola Makan Sehat Hindari makanan yang banyak mengandung lemak atau yang mengandung kolesterol tinggi. Kurangi menyantap makanan yang digoreng yang banyak mengandung lemak, sebaliknya makanan dapat diolah dengan cara direbus, dikukus atau dipanggang. b. Hindari Makanan dengan Kandungan Gula Tinggi Hindari makanan dengan kandungan gula tinggi seperti soft drink, usahakan menggunakan gula jagung. Jangan pula tertalu banyak

mengkonsumsi karbohirat, karena dalam tubuh, karbohidrat akan dipecah menjadi lemak. Sebaiknya, konsumsi oat atau gandum yang dapat membantu menjaga jantung tetap sehat. c. Menjaga Tubuh Ideal dari Kegemukan Menjaga Tubuh ideal dari kegemukan karena seseorang yang

memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm, berisiko lebih besar terkena penyakit jantung koroner. d. Tidak Merokok Mengisap rokok sangat tidak baik untuk kesehatan jantung, maka kebiasaan merokok harus dihentikan agar jantung tetap sehat. e. Hindari Stres Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah. Maka, sangat baik untuk menghindari stres baik di kantor atau di rumah. f. Olahraga secara teratur Kegiatan olahraga yang bukan bersifat kompetisi seperti jalan kaki, jogging, dan jalan cepat yang tidak terlalu berlebihan dapat menguatkan kerja jantung dan melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh.

g. Konsumsi antioksidan Polusi udara, asap kendaraan bermotor atau asap rokok menciptakan timbulnya radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas dapat menyebabkan bisul atau endapan pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyumbatan. Untuk mengeluarkan kandungan radikal bebas dalam tubuh, perlu adanya antioksidan yang akan menangkap dan membuangnya. Antioksidan dapat diperoleh dari berbagai macam buah-buahan dan sayuran.

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang diperoleh melalui pembuatan paper ini, antara lain: 1) Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya sumbatan pada pembuluh arteri koroner oleh endapan lemak (kolesterol, trigliserida) secara bertahap di dinding arteri. Sehingga menyebabkan berkurang bahkan terhentinya aliran darah yang menyuplai oksigen ke otot jantung. Kekurangan suplai darah pada otot jantung menyebabkan jantung akan melemah dan fungsi jantung sebagai pemompa darah dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh akan terganggu (gagal jantung). 2) Gejala klinis dari penyakit jantung koroner antara lain rasa tidak nyaman pada bagian dada ( Angina ), merasa cepat lelah, sesak napas, adanya kematian otot jantung, serangan jantung, gagal jantung, dan aritmia. 3) Faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit jantung koroner antara lain faktor risiko mayor yang tidak dapat dirubah (non modifiable) meliputi usia, jenis kelamin, dan keturunan (ras), factor risiko yang dapat diubah (modifiable) meliputi kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, thrombosis, kegemukan, diabetes mellitus dan aktivitas fisik, serta faktor lain yang meliputi stress, diet dan nutrisi, serta alkohol. 4) Diagnosis untuk penyakit jantung koroner antara lain pemeriksaan fisik yang meliputi Tanda Tanda Vital (TTV) dan perfusi perifer (kulit dan pulsasi arteri) serta pemeriksaan penunjang yang meliputi EKG (Elektrokardiogram), pemeriksaan radiologis thorax: Scanning Thalium dan pemeriksaan

laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah,ekokardiografi, Creatinin Kinase (CK) dan Creatinin Kinase Myocard Band (CKMB), Lactat Dehydrogenase (LDH), Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT),

Cardiac Troponin T (cTnT) dan Cardiac Troponin I (cTnI), Myoglobin, dan High Sensitivity C Reaktif Protein (hsCRP). 5) Pencegahan penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan pola makan sehat, hindari makanan dengan kandungan gula tinggi, menjaga tubuh ideal dari kegemukan, tidak merokok, hindari stress, olahraga secara teratur dan konsumsi antioksidan.

3.2 Saran Adapun saran yang dapat disampaikan melalui pembuatan paper ini, yaitu disarankan kepada masyarakat pada umumnya untuk memulai pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan sehat serta rutin berolah raga untuk meminimalisir resiko penyakit jantung koroner yang dapat menyerang siapa saja.

Anda mungkin juga menyukai