Anda di halaman 1dari 12

A.

Partai dan Pelembagaan Demokrasi Partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan (role) yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi, seperti dikatakan oleh Schattscheider (19 !), Political parties created democracy". #arena itu, partai merupakan pilar yang sangat penting untuk diperkuat dera$at pelembagaannya (the degree of institutionalization) dalam setiap sistem politik yang demokratis. Bahkan, oleh Schattscheider dikatakan pula, % Modern democracy is unthinkable save in terms of the parties". &amun demikian, banyak $uga pandangan kritis dan bahkan skeptis terhadap partai politik. 'ang paling serius di antaranya menyatakan bahwa partai politik itu sebenarnya tidak lebih daripada kendaraan politik bagi sekelompok elite yang berkuasa atau berniat memuaskan (na)su birahi* kekuasaannya sendiri. Partai politik hanya lah ber)ungsi sebagai alat bagi segelintir orang yang kebetulan beruntung yang berhasil memenangkan suara rakyat yang mudah dikelabui, untuk memaksakan berlakunya kebi$akan-kebi$akan publik tertentu at the expense of the general will (+ousseau, 1,-!) atau kepentingan umum (Perot, 199!). .alam suatu negara demokrasi, kedudukan dan peranan setiap lembaga negara haruslah sama-sama kuat dan bersi)at saling mengendalikan dalam hubungan %checks and balances". /kan tetapi $ika lembaga-lembaga negara tersebut tidak ber)ungsi dengan baik, kiner$anya tidak e)ekti), atau lemah wibawanya dalam men$alankan )ungsinya masing-masing, maka yang sering ter$adi adalah partai-partai politik yang rakus atau ekstrim lah yang mera$alela menguasai dan mengendalikan segala prosesproses penyelenggaraan )ungsi-)ungsi pemerintahan. 0leh karena itu, sistem kepartaian yang baik sangat menentukan beker$anya sistem ketatanegaraan berdasarkan prinsip checks and balances dalam arti yang luas. Sebaliknya, e)ekti) beker$anya )ungsi-)ungsi kelembagaan negara itu sesuai prinsip checks and balances" berdasarkan konstitusi $uga sangat menentukan kualitas sistem kepartaian dan mekanisme demokrasi yang dikembangkan di suatu negara. Semua ini tentu berkaitan erat dengan dinamika pertumbuhan tradisi dan kultur berpikir bebas dalam kehidupan bermasyarakat. 1radisi berpikir atau kebebasan berpikir itu pada gilirannya mempengaruhi tumbuh-berkembangnya prinsip-prinsip

kemerdekaan berserikat dan berkumpul dalam dinamika kehidupan masyarakat demokratis yang bersangkutan. 1entu sa$a, partai politik adalah merupakan salah satu sa$a dari bentuk pelembagaan sebagai wu$ud ekspresi ide-ide, pikiran-pikiran, pandangan, dan keyakinan bebas dalam masyarakat demokratis. .i samping partai politik, bentuk ekspresi lainnya ter$elma $uga dalam wu$ud kebebasan pers, kebebasan berkumpul, ataupun kebebasan berserikat melalui organisasi-organisasi non-partai politik seperti lembaga swadaya masyarakat (2S3), organisasi-organisasi kemasyarakatan (0rmas), organisasi non pemerintah (&40*s), dan lain sebagainya. &amun, dalam hubungannya dengan kegiatan bernegara, peranan partai politik sebagai media dan wahana tentulah sangat menon$ol. .i samping )aktor-)aktor yang lain seperti pers yang bebas dan peranan kelas menengah yang tercerahkan, dan sebagainya, peranan partai politik dapat dikatakan sangat menentukan dalam dinamika kegiatan bernegara. Pertai politik betapapun $uga sangat berperan dalam proses dinamis per$uangan nilai dan kepentingan (values and interests) dari konstituen yang diwakilinya untuk menentukan kebi$akan dalam konteks kegiatan bernegara. Partai politik lah yang bertindak sebagai perantara dalam proses-proses pengambulan keputusan bernegara, yang menghubungkan antara warga negara dengan institusi-institusi kenegaraan. 3enurut +obert 3ichels dalam bukunya, %Political Parties, / Sociological Study o) the 0ligarchical 1endencies o) 3odern .emocracy", organisasi merupakan satu!satunya sarana ekonomi atau politik untuk membentuk kemauan kolektif"1. #esempatan untuk berhasil dalam setiap per$uangan kepentingan sangat banyak tergantung kepada tingkat kebersamaan dalam organisasi. 1ingkat kebersamaan itu terorganisasikan secara tertib dan teratur dalam pelaksanaan per$uangan bersama di antara orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama yang men$adi anggota organisasi yang bersangkutan. #arena itu, dapat dikatakan bahwa berorganisasi itu merupakan prasyarat mutlak dan hakiki bagi setiap per$uangan politik. .engan begitu, harus diakui pula bahwa peranan organisasi partai sangat penting dalam rangka dinamika pelembagaan demokrasi. .engan adanya organisasi, per$uangan kepentingan bersama men$adi kuat

+obert 3ichels, Partai Politik5 #ecenderungan 0ligarkis dalam Birokrasi, Penerbit +a$awali, 6akarta, 197 , hal.!8.

kedudukannya dalam menghadapi pihak lawan atau saingan, karena kekuatankekuatan yang kecil dan terpecah-pecah dapat dikonsolidasikan dalam satu )ront. Proses pelembagaan demokrasi itu pada pokoknya sangat ditentukan oleh pelembagaan organisasi partai politik sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem demokrasi itu sendiri. #arena itu, menurut '9es 3eny and /ndrew #napp !, %" democratic system without political parties or with a single party is impossible or at any rate hard to imagine Suatu sistem politik dengan hanya 1 (satu) partai politik, sulit sekali dibayangkan untuk disebut demokratis, apalagi $ika tanpa partai politik sama sekali. 1ingkat atau dera$at pelembagaan partai politik itu sendiri dalam sistem demokrasi, menurut '9es 3eny dan /ndrew #napp, tergantung kepada 8 (tiga) parameter, yaitu (i) its age, (ii) the depersonalization of organization", dan (iii) %organizational differentiation".8 Setiap organisasi yang normal tumbuh dan berkembang secara alamiah menurut tahapan waktunya sendiri. #arena itu, makin tua usianya, ide-ide dan nilai-nilai yang dianut di dalam organisasi tersebut semakin terlembagakan (institutionalized) men$adi tradisi dalam organisasi. 0rganisasi yang berkembang makin melembaga cenderung pula mengalami proses %depersonalisasi". 0rang dalam maupun orang laur sama-sama menyadari dan memperlakukan organisasi yang bersangkutan sebagai institusi, dan tidak dicampuradukkannya dengan persoalan personal atau pribadi para indi9idu yang kebetulan men$adi pengurusnya. Banyak organisasi, meskipun usianya sudah sangat tua, tetapi tidak terbangun suatu tradisi dimana urusan-urusan pribadi pengurusnya sama sekali terpisah dan dipisahkan dari urusan keorganisasian. .alam hal demikian, berarti dera$at pelembagaan organisasi tersebut sebagai institusi, masih belum kuat, atau lebih tegasnya belum terlembagakan sebagai organisasi yang kuat. 6ika hal ini dihubungkan dengan kenyataan yang ter$adi di :ndonesia, banyak sekali organisasi kemasyarakatan yang kepengurusannya masih sangat personalized". 0rganisasi-organisasi besar di bidang keagamaan, seperti &ahdhatul ;lama, 3uhammadiyah, dan lain-lain dengan dera$at yang berbeda-beda, masih menun$ukkan ge$ala personalisasi yang kuat atau malah sangat kuat. 0rganisasiorganisasi di bidang kepemudaan, di bidang sosial, dan bahkan di bidang pendidikan, banyak sekali yang masih (personalized, meskipun dera$atnya berbeda-beda. Bahkan,
!

'9es 3eny and /ndrew #napp, 4o9ernment and Politics in <estern =urope5 Britain, >rance, :taly, 4ermany, third edition, 0?)ord ;ni9ersity Press, 1997, hal. 7-. 8 :bid. hal. ,.

saking bersi)at (personalized*nya organisasi yang dimaksud, banyak pula di antaranya yang segera bubar tidak lama setelah ketuanya meninggal dunia. 4e$ala %personalisasi" $uga terlihat tatkala suatu organisasi mengalami kesulitan dalam melakukan suksesi atau pergantian kepemimpinan. .ikatakan oleh 3onica dan 6ean @harlot, %#ntil a party $or any association% has surmounted the crisis of finding a successor to its founder& until it has drawn up rules of succession that are legitimate in the eyes of its members& its institutionalization will remain precarious". Selama suatu organisasi belum dapat mengatasi krisis dalam pergantian kepemimpinannya, dan belum berhasil meletakkan dasar pengaturan yang dapat diakui dan dipercaya oleh anggotanya, maka selama itu pula pelembagaan organisasi tersebut masih bermasalah dan belum dapat dikatakan kuat. /palagi $ika pergantian itu berkenaan dengan pemimpin yang merupakan pendiri yang ber$asa bagi organisasi bersangkutan, seringkali timbul kesulitan untuk melakukan pergantian yang tertib dan damai. &amun, dera$at pelembagaan organisasi yang bersangkutan tergantung kepada bagaimana persoalan pergantian itu dapat dilakukan secara %impersonal" dan %depersoanlized". 6ika kita menggunakan parameter %personalisasi" ini untuk menilai organisasi kemaysrakatan dan partai-partai politik di tanah air kita dewasa ini, tentu banyak sekali organisasi yang dengan dera$at yang berbeda-beda dapat dikatakan belum semuanya melembaga secara %depersonalized. Perhatikanlah bagaimana partaipartai seperti Partai 4olongan #arya (402#/+), Partai /manat &asional (P/&), Partai .emokrasi :ndonesia Per$uangan (P.:P), Partai #ebangkitan Bangsa (P#B), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), dan sebagainya. /da yang diiringi oleh perpecahan, ada pula yang belum sama sekali berhasil mengadakan )orum #ongres, 3usyawarah &asional atau 3uktamar. .i samping kedua parameter di atas, dera$at pelembagaan organisasi $uga dapat dilihat dari segi %organizational differentiation". 'ang perlu dilihat adalah seberapa $auh organisasi kemasyarakatan ataupun partai politik yang bersangkutan berhasil mengorganisasikan diri sebagai instrumen untuk membolisasi dukungan konstituennya. .alam sistem demokrasi dengan banyak partai politik, aneka ragam aspirasi dan kepentingan politik yang saling berkompetisi dalam masyarakat
3onica and 6ean @harlot, (2es 4roupes PolitiAues dans leur =n9ironement* in 6. 2eca and 3. 4rawitB (eds.), 1raite de Science PolitiAue, iii (Paris5 P;>, 197C), 8,D dalam :bid., hal. 79.

memerlukan penyalurannya yang tepat melalui pelembagaan partai politik. Semakin besar dukungan yang dapat dimobilisasikan oleh dan disalurkan aspirasinya melalui suatu partai politik, semakin besar pula potensi partai politik itu untuk disebut telah terlembagakan secara tepat. ;ntuk men$amin kemampuannya memobilisasi dan menyalurkan aspirasi konstituen itu, struktur organisasi partai politik yang bersangkutan haruslah disusun sedemikian rupa, sehingga ragam kepentingan dalam masyarakat dapat ditampung dan diakomodasikan seluas mungkin. #arena itu, struktur internal partai politik penting untuk disusun secara tepat. .i satu pihak ia harus sesuai dengan kebutuhan untuk mobilisasi dukungan dan penyaluran aspirasi konstituen. .i pihak lain, struktur organisasi partai politik $uga harus disesuaikan dengan )ormat organisasi pemerintahan yang diidealkan menurut 9isi partai politik yang dimintakan kepada konstituen untuk memberikan dukungan mereka. Semakin cocok struktur internal organisasi partai itu dengan kebutuhan, makin tinggi pula dera$at pelembagaan organisasi yang bersangkutan. B. Fungsi Dan Peran Partai Politik Pada umumnya, para ilmuwan politik biasa menggambarkan adanya (empat) )ungsi partai politik. #eempat )ungsi partai politik itu menurut 3iriam Budiard$o, meliputi saranaC5 (i) sarana komunikasi politik, (ii) sosialisasi politik (political socialization), (iii) sarana rekruitmen politik (political recruitment), dan (i9) pengatur kon)lik (conflict management). .alam istilah '9es 3eny dan /ndrew #napp -, )ungsi partai politik itu mencakup )ungsi (i) mobilisasi dan integrasi, (ii) sarana pembentukan pengaruh terhadap perilaku memilih (voting patterns)D (iii) sarana rekruitmen politikD dan (i9) sarana elaborasi pilihan-pilihan kebi$akanD #eempat )ungsi tersebut sama-sama terkait satu dengan yang lainnya. Sebagai sarana komunikasi politik, partai berperan sangat penting dalam upaya mengartikulasikan kepentingan (interests articulation) atau %political interests" yang terdapat atau kadang-kadang yang tersembunyi dalam masyarakat. Berbagai kepentingan itu diserap sebaik-baiknya oleh partai politik men$adi ide-ide, 9isi dan kebi$akan-kebi$akan partai politik yang bersangkutan. Setelah itu, ide-ide dan kebi$akan atau aspirasi kebi$akan itu diad9okasikan sehingga dapat diharapkan mempengaruhi atau bahkan men$adi materi kebi$akan kenegaraan yang resmi.
C -

3iriam Budiard$o, Pengantar :lmu Politik, 4ramedia, 6akarta, !EEE, hal. 1-8-1- . '9es 3eny and /ndrew #napp, 4o9ernment and Politics in <estern =urope5 Britain, >rance, :taly, 4ermany, third edition, 0?)ord ;ni9ersity Press, 1997.

1erkait dengan komunikasi politik itu, partai politik $uga berperan penting dalam melakukan sosialisasi politik (political socialization). :de, 9isi dan kebi$akan strategis yang men$adi pilihan partai politik dimasyarakatkan kepada konstituen untuk mendapatkan feedback berupa dukungan dari masyarakat luas. 1erkait dengan sosialisasi politik ini, partai $uga berperan sangat penting dalam rangka pendidikan politik. Partai lah yang men$adi struktur-antara atau intermediate structure* yang harus memainkan peran dalam membumikan cita-cita kenegaraan dalam kesadaran kolekti) masyarakat warga negara. 3isalnya, dalam rangka keperluan memasyarakatkan kesadaran negara berkonstitusi, partai dapat memainkan peran yang penting. 1entu, pentingnya peran partai politik dalam hal ini, tidak boleh diartikan bahwa hanya partai politik sa$a yang mempunyai tanggung$awab eksklusi) untuk memasyarakatkan ;;.. Semua kalangan, dan bahkan para pemimpin politik yang duduk di dalam $abatan-$abatan publik, khususnya pimpinan pemerintahan eksekuti) mempunyai tanggung$awab yang sama untuk itu. 'ang hendak ditekankan disini adalah bahwa peranan partai politik dalam rangka pendidikan politik dan sosialisasi politik itu sangat lah besar. >ungsi ketiga partai politik adalah sarana rekruitmen politik (political recruitment). Partai dibentuk memang dimaksudkan untuk men$adi kendaraan yang sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara pada $en$ang-$en$ang dan posisiposisi tertentu. #ader-kader itu ada yang dipilih secara langsung oleh rakyat, ada pula yang dipilih melalui cara yang tidak langsung, seperti oleh .ewan Perwakilan +akyat, ataupun melalui cara-cara yang tidak langsung lainnya. 1entu tidak semua $abatan yang dapat diisi oleh peranan partai politik sebagai sarana rekruitmen politik. 6abatan-$abatan pro)esional di bidang-bidang kepegawainegerian, dan lain-lain yang tidak bersi)at politik (poticial appointment), tidak boleh melibatkan peran partai politik. Partai hanya boleh terlibat dalam pengisian $abatan$abatan yang bersi)at politik dan karena itu memerlukan pengangkatan pe$abatnya melalui prosedur politik pula (political appointment). ;ntuk menghindarkan ter$adinya percampuradukan, perlu dimengerti benar perbedaan antara $abatan-$abatan yang bersi)at politik itu dengan $abatan-$abatan yang bersi)at teknis-administrati) dan pro)esional. .i lingkungan kementerian, hanya ada 1 $abatan sa$a yang bersi)at politik, yaitu 3enteri. Sedangkan para pembantu 3enteri di lingkungan instansi yang dipimpinnya adalah pegawai negeri sipil yang tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang kepegawaian. -

6abatan dibedakan antara $abatan negara dan $abatan pegawai negeri. 'ang menduduki $abatan negara disebut sebagai pe$abat negara. Seharusnya, supaya sederhana, yang menduduki $abatan pegawai negeri disebut pe$abat negeri. .alam $abatan negeri atau $abatan pegawai negeri, khususnya pegawai negeri sipil, dikenal adanya dua $enis $abatan, yaitu $abatan struktural dan $abatan )ungsional. 6en$ang $abatan itu masing-masing telah ditentukan dengan sangat $elas hirarkinya dalam rangka pen$en$angan karir. 3isalnya, $en$ang $abatan struktural tersusun dalam mulai dari eselon C, , 8, !, sampai ke eselon 1. ;ntuk $abatan )ungsional, $en$ang $abatannya ditentukan berdasarkan si)at peker$aan di masingmasing unit ker$a. 3isalnya, untuk dosen di perguruan tinggi yang paling tinggi adalah guru besar. 6en$ang di bawahnya adalah guru besar madya, lektor kepala, lektor kepala madya, lektor, lektor madya, lektor muda, dan asisten ahli, asisten ahli madya, asisten. .i bidang-bidang lain, baik $en$ang maupun nomenklatur yang dipakai berbeda-beda tergantung bidang peker$aannya. ;ntuk pengisian $abatan atau rekruitmen pe$abat negaraFkenegaraan, baik langsung ataupun tidak langsung, partai politik dapat berperan. .alam hal ini lah, )ungsi partai politik dalam rangka rekruitmen politik ( political recruitment) dianggap penting. Sedangkan untuk pengisian $abatan negeri seperti tersebut di atas, partai sudah seharusnya dilarang untuk terlibat dan melibatkan diri. >ungsi keempat adalah pengatur dan pengelola kon)lik yang ter$adi dalam masyarakat (conflict management). Seperti sudah disebut di atas, nilai-nilai ( values) dan kepentingan-kepentingan (interests) yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat sangat beraneka ragam, rumit, dan cenderung saling bersaing dan bertabrakan satu sama lain. 6ika partai politiknya banyak, berbagai kepentingan yang beraneka ragam itu dapat disalurkan melalui polarisasi partai-partai politik yang menawarkan ideologi, program, dan altrernati) kebi$akan yang berbeda-beda satu sama lain. .engan perkataan lain, sebagai pengatur atau pengelola kon)lik (conflict management) partai berperan sebagai sarana agregasi kepentingan ( aggregation of interests) yang menyalurkan ragam kepentingan yang berbeda-beda itu melalui saluran kelembagaan politik partai. #arena itu, dalam kategori '9es 3eny dan /ndrew #napp, )ungsi pengeloa kon)lik dapat dikaitkan dengan )ungsi integrasi partai politik. Partai mengagregasikan dan mengintegrasikan beragam kepentingan itu dengan cara menyalurkannya dengan sebaik-baiknya untuk mempengaruhi kebi$akankebi$akan politik kenegaraan. ,

C. Kelemahan Partai Politik /danya organisasi itu, tentu dapat dikatakan $uga mengandung beberapa kelemahan. .i antaranya ialah bahwa organisasi partai cenderung bersi)at oligarkis. 0rganisasi dan termasuk $uga organisasi partai politik kadang-kadang bertindak dengan lantang untuk dan atas nama kepentingan rakyat, tetapi dalam kenyataannya di lapangan $ustru ber$uang untuk kepentingan pengurusnya sendiri. Seperti dikemukakan oleh +obert 3ichels sebagai suatu hukum besi yang berlaku dalam organisasi bahwa,, %'rganisasilah yang melahirkan dominasi si terpilih atas para pemilihnya& antara si mandataris dengan si pemberi mandat dan antara si penerima kekuasaan dengan sang pemberi (iapa sa)a yang berbicara tentang organisasi& maka sebenarnya ia berbicara tentang oligarki". ;ntuk mengatasi berbagai potensi buruk partai politik seperti dikemukakan di atas, diperlukan beberapa mekanisme penun$ang. Pertama, mekanisme internal yang men$amin demokratisasi melalui partisipasi anggota partai politik itu sendiri dalam proses pengambilan keputusan. Pengaturan mengenai hal ini sangat penting dirumuskan secara tertulis dalam anggaran dasar (constitution of the party) dan anggaran rumah tangga partai politik bersangkutan yang ditradisikan dalam rangka %rule of law". .i samping anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sesuai tuntutan perkembangan, perlu diperkenalkan pula sistem kode etika positi) yang dituangkan sebagai %*ode of +thics" yang di$amin tegaknya melalui dewan kehormatan yang e)ekti). .engan begitu, di dalam dinamika internal organisasi partai, berlaku tiga dokumen sekaligus, yaitu %*ode of ,aw" yang tertuang dalam anggaran dasar (constitution of the political party), %*ode of *onduct" (code of organizational good conducts) yang tertuang dalam anggaran rumah tangga, dan %*ode of +thics" dalam dokumen yang tersendiri. .engan demikian, norma hukum, norma moral, dan norma etika diharapkan dapat ber)ungsi e)ekti) membangun kultur internal setiap partai politik. /turan-aturan yang dituangkan di atas kertas, $uga ditegakkan secara nyata dalam praktek, sehingga prinsip rule of law, dan rule of ethics* dapat sungguhsungguh diwu$udkan, mulai dari kalangan internal partai-partai politik sebagai sumber kader kepemimpinan negara.

2ihat #ata Pengantar Seymour 3artin 2ipset, dalam +obert 3ichels, :bid., hal. ??9ii.

.i dalam ketiga kode normati) tersebut tersedia berbagai prosedur ker$a pengurus dan hubungannya dengan anggota, pengaturan mengenai lembaga-lembaga internal, mekanisme hubungan lembaga-lembaga, serta mekanisme penyelesaian kon)lik yang elegan dan dapat di$adikan pegangan bersama. .engan begitu setiap perbedaan pendapat dapat disalurkan secara baik dan kon)lik dapat diatasi agar tidak membawa kepada perpecahan yang tidak demokratis dan biasanya kurang beradab (uncivilised conflict). Kedua, mekanisme keterbukaan partai melalui mana warga masyarakat di luar partai dapat ikut-serta berpartisipasi dalam penentuan kebi$akan yang hendak diper$uangkan melalui dan oleh partai politik. Partai politik harus di$adikan dan men$adi sarana per$uangan rakyat dalam turut menentukan beker$anya sistem kenegaraan sesuai aspirasi mereka. #arena itu, pengurus hendaklah ber)ungsi sebagai pelayan aspirasi dan kepentingan bagi konstituennya. ;ntuk itu, diperlukan perubahan paradigma dalam cara memahami partai dan kegiatan berpartai. 3en$adi pengurus bukan lah segala-galanya. 'ang lebih penting adalah men$adi wakil rakyat. /kan tetapi, $ika men$adi status sebagai men$adi )aktor penentu terpilih tidaknya seseorang men$adi wakil rakyat, maka setiap orang tentu akan berlomba-lomba men$adi pengurus dan bahkan pimpinan puncak partai politik. /kibatnya, men$adi pengurus dianggap keharusan, dan kelak dapat sekaligus men$adi wakil rakyat. .ua-duanya dirangkap sekaligus, dan untuk seterusnya partai politik hanya akan ber)ungsi sebagai kendaraan bagi indi9idu para pengurusnya untuk terus mempertahankan posisi sebagai wakil rakyat atau untuk meraih $abatan-$abatan publik lainnya. #epengurusan partai politik di masa depan memang sebaiknya diarahkan untuk men$adi pengelola yang pro)esional yang terpisah dan dipisahkan dari para calon wakil rakyat. 3ungkin ada baiknya untuk dipikirkan bahwa kepengurusan partai politik dibagi ke dalam 8 (tiga) komponen, yaitu (i) komponen kader wakil rakyat, (ii) komponen kader pe$abat eksekuti), dan (iii) komponen pengelola pro)esional. #etiganya diatur dalam struktur yang terpisah, dan tidak boleh ada rangkap $abatan dan pilihan $alur. Pola rekruitmen dan promosi diharuskan mengikuti $alur yang sudah ditentukan dalam salah satu dari ketiga $alur tersebut. 6ika seseorang berminat men$adi anggota .P+., atau .P+, maka ia diberi kesempatan se$ak awal untuk men$adi anggota .ewan Perwakilan Partai atau yang dapat disebut dengan nama lain, yang disediakan tersendiri strukturnya dalam kepengurusan Partai. Sedangkan kader yang berminat duduk di lembaga eksekuti) 9

tidak duduk di .ewan Perwakilan, melainkan duduk dalam .ewan #abinet atau yang disebut dengan nama lain. .i luar kedua struktur itu, adalah struktur kepengurusan biasa yang di$abat oleh para pro)esional yang diga$i oleh partai dan tidak dimaksudkan untuk direkruit men$adi wakil rakyat ataupun untuk dipromosikan menduduki $abatan di lingkungan pemerintahan. #etiga kelompok pengurus tersebut hendaknya $angan dicampur aduk atau terlalu mudah berpindah-pindah posisi dan $alur. #alaupun ada orang yang ingin pindah $alur karena alasan yang rasional, maka hal itu dapat sa$a dimungkinkan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, sehingga tidak $ustru men$adi stimulus bagi kaum oportunis yang akan merusak rasionalitas kultur demokrasi dan rule of law* di dalam partai. ;ntuk mendorong agar mekanisme kepengurusan dan pengelolaan partai men$adi makin baik, pengaturannya perlu dituangkan dalam undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainya. Gal itu tidak cukup hanya diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai yang bersangkutan. 3ekanisme pertama dan kedua tersebut di atas, berkaitan dengan aspek internal organisasi partai politik. .i samping itu, diperlukan pula dukungan iklim eksternal yang tercermin dalam, yaitu5 Ketiga, penyelenggaraan negara yang baik dengan makin meningkatnya kualitas pelayanan publik (public ser9ices), serta keterbukaan dan akuntabilitas organisasi kekuasaan dalam kegiatan penyelenggaraan negara. .engan adanya pelayanan umum yang baik disertai keterbukaan dan akuntalitas pemerintahan dan penyelenggara negara lainnya, iklim politik dengan sendirinya akan tumbuh sehat dan $uga akan men$adi lahan subur bagi partai politik untuk berkembang secara sehat pula. Keempat, berkembangnya pers bebas yang semakin pro)esional dan mendidik. 3edia pers adalah saluran komunikasi massa yang men$angkau sasaran yang sangat luas. Peranannya dalam demokrasi sangat menentukan. #arena itu, pers dianggap sebagai %the fourth estate of democracy", atau untuk melengkapi istilah trias politica" dari 3ontesAuieu, disebut $uga dengan istilah %Auadru politica". Kelima, kuatnya $aminan kebebasan berpikir (freedom of thought), dan berekspresi (freedom of expression), serta kebebasan untuk berkumpul dan beorganisasi secara damai $freedom of peaceful assembly and association). Pada intinya kebebasan dalam peri kehidupan bersama umat manusia itu adalah bermula dari kebebasan berpikir (freedom of thought). .ari kebebasan berpikir itu lah selan$utnya berkembang prinsip-prinsip %freedom 1E of belief& freedom of

expression& freedom of assembly& freedom of association& feedom of the press", dan sebagainya dan seterusnya. 0leh sebab itu, iklim atau kondisi yang sangat diperlukan bagi dinamika pertumbuhan dan perkembangan partai politik di suatu negara, adalah iklim kebebasan berpikir. /rtinya, partai politik yang baik memerlukan lahan sosial untuk tumbuh, yaitu adanya kemerdekaan berpikir di antara sesama warga negara yang akan menyalurkan aspirasi politiknya melalui salah satu saluran yang utama, yaitu partai politik. .alam sistem representative democracy*, biasa dimengerti bahwa partisipasi rakyat yang berdaulat terutama disalurkan melalui pemungutan suara rakyat untuk membentuk lembaga perwakilan. 3ekanisme perwakilan ini dianggap dengan sendirinya e)ekti) untuk maksud men$amin keterwakilan aspirasi atau kepentingan rakyat. 0leh karena itu, dalam sistem perwakilan, kedudukan dan peranan partai politik dianggap sangat dominan7. D. Partai Politik Indonesia Pasca Reformasi Pada periode awal kemerdekaan, partai politik dibentuk dengan dera$at kebebasan yang luas bagi setiap warga negara untuk membentuk dan mendirikan partai politik. Bahkan, banyak $uga calon-calon independen yang tampil sendiri sebagai peserta pemilu 19CC. Sistem multi partai terus dipraktikkan sampai awal periode 0rde Baru se$ak tahun 19--. Padal pemilu 19,1, $umlah partai politik masih cukup banyak. 1etapi pada pemilu 19,,, $umlah partai politik mulai dibatasi hanya tiga sa$a. Bahkan secara resmi yang disebut sebagai partai politik hanya dua sa$a, yaitu PPP dan P.:. Sedangkan 4olkar tidak disebut sebagai partai politik, melainkan golongan karya sa$a. Baru di masa re)ormasi kebebasan berpartai kembali dibuka dan tiba-tiba $umlah partai politik meningkat ta$am sesuai dengan tingkat keanekaragaman yang terdapat dalam masyarakat ma$emuk :ndonesia. Sistem multi partai ini tentu sangat menyulitkan bagi penerapan sistem pemerintahan presidentil untuk beker$a e)ekti). Gal itu, terbukti dalam pemerintahan yang terbentuk di masa re)ormasi, mulai dari pemerintahan B6. Gabibie, pemerintahan /bdurrahman <ahid, dan pemerintahan 3egawati sampai ke pemerintahan SB' $iilid 1 maupun $ilid ! dewasa ini. #eperluan mengakomodasikan kepentingan banyak partai politik untuk men$amin dukungan

2ihat .awn 0li9er, @onstitutional +e)orm in the ;#, 0?)ord ;ni9ersity Press, !EE8, hal. 8C.

11

mayoritas di parlemen sangat menyulitkan e)ekti)itas pemerintahan, termasuk pemerintahan SB'-Boediono yang ada sekarang. &amun demikian, di masa depan, terutama mulai pemilu !E1 kelak, tentu keadaannya akan berubah semakin baik. Se$alan dengan tahap-tahap konsolidasi sistem politik yang dilakukan sebagai respons atas banyaknya pengalaman pahit selama periode sepuluh tahun re)ormasi, 3ahkamah #onstitusi telah memutuskan satu kebi$akan penting, yaitu pemilihan umum dengan sistem suara terbanyak sebagai sistem yang dianggap paling sesuai dengan maksud ;;. 19 C mengatur tentang pelaksanaan pemilihan umum. :mplikasi lebih lan$ut dari sistem suara terbanyak itu tentu di masa depan (mulai tahun !E1 ), peranan indi9idu wakil rakyat akan berkembang men$adi semakin penting. Sementara itu, peranan partai politik sebagai organisasi dalam penentuan nomor urut men$adi semakin kurang penting. .alam $angka pan$ang, siapa sa$a yang berkeinginan men$adi wakil rakyat haruslah lebih dekat kepada rakyat daripada menghabiskan waktu men$adi pengurus partai politik yang diharapkan dapat men$amin diperolehnya nomor urut calon dengan nomor kecil. /kibat positi)nya adalah (i) para wakil rakyat akan semakin dekat dengan rakyat dan karena itu akan lebih men$amin keterwakilan aspirasi rakyat di lembaga perwakilan rakyat, dan (ii) kepengurusan partai politik akan berkembang men$adi semakin pro)esional. 3en$adi pengurus partai politik tidak lagi menarik. 'ang $ustru lebih penting adalah bagaimana membuat diri anda dikenal oleh para calon pemilih sehingga pada saat pemilu nanti, anda dapat memperoleh kemungkinan yang lebih besar untuk terpilih. /kibat lebih lan$ut adalah bahwa partai politik akan lebih terurus dan diurus oleh pengurusnya, bukan sa$a pada saat men$elang pemilu tetapi sepan$ang lima tahun masa ker$a pengurus itu harus akti) men$adikan partai politik dekat kepada rakyat. .engan demikian, pelembagaan partai politik dalam sistem demokrasi kita di masa depan dapat diharapkan berkembang semakin kuat, dan dengan begitu masa depan demokrasi kita dapat diharapkan men$adi semakin tumbuh sehat.

1!

Anda mungkin juga menyukai