Anda di halaman 1dari 32

Kelompok DK 5

Dede Ahmad Basofi Adela Brilian Christover Fistnando S. Yosep Andrianu Loren Hayati Aprindo Donatus Elsa Restiana Syf. Rizka MAulida Bimo Juliansyah Tia Aditya Rini Rahmidianty Arrany Rahmaning Safitri Agus Darmanto

I11112011 I11112020 I11112025 I11112050 I11112053 I11112055 I11112057 I11112059 I11112062 I11112082 I11108004 I11109092 I11108067

Seorang ibu berusia 50 tahun, mengeluh dengan ruam kulit yang gatal sejak 2 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan darah tepi ditemukan peningkatan eosinofil. Satu minggu kemudian ruam tersebut menjadi lebih parah, bernanah yang disertai rasa nyeri. Dilakukan pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium dari kelainan kulit yang bernanah.

Nanah/pus

: Cairan kaya protein hasil proses peradangan yang mengandung leukosit debris dan cairan. Eusinofil : Jenis sel darah putih yang diproduksi dalam sumsum tulang yang membentuk 1-3 % dari jumlah leukosit. Gatal : Sensasi tidak nyaman yang menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Ruam kulit : Bintil-bintil merah pada kulit. Nyeri : Rasa sakit seperti ditusuk-tusuk jarum atau dijepit pada bagian tubuh.

hari : ruam kulit, gatal, dan peningkatan eusinofil 1 minggu: bernanah dan nyeri

Ibu

50 th sejak dua hari yang lalu mengeluh dengan ruam kulit yang gatal, dari pemeriksaan darah didapatkan penigkatan eusinofil, setelah satu minggu menjadi parah, bernanah dan menimbulkan rasa nyeri.

Ruam pada ibu 50 th tersebut terjadi karena reaksi hipersensitivitas kulit tipe 1 dan semakin parah, bernanah, serta nyeri disebabkan infeksi sekunder akibat digaruk sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang

1.Ujud Kelainan Kulit Primer - adela Skunder -riska 2.Gatal Etiologi Klasifikasi Mekanisme Penatalaksanaan

3.Hipersensitivitas 4.Eusinofil 5.Pemeriksaan Penunjang 6.Nyeri Etiologi Klasifikasi Mekanisme Penatalaksanaan

UJUD KELAINAN KULIT (UKK)

Makula adalah perubahan warna kulit tanpa perubahan bentuk, Eritema adalah makula berwarna merah Papula adalah penonjolan padat di atas permukaan kulit, berbatas tegas, berukuran <1 cm Nodula sama seperti papula, tetapi diameternya >1cm, Vesikula adalah gelembung yag berisi cairan serosa dengan diameter <1cm Bula adalah vesikel dengan diameter >1cm

Pustula adalah vesikel berisi nanah. Urtika adalah penonjolan di atas kulit akibat edema setempat dan dapat hilang perlahan-lahan Tumor adalah penonjolan di atas permukaan kulit berdasarkan pertumbuhan sel maupun jaringan tubuh. Kista adalah penonjolan di atas permukaan kulit berupa kantong yang berisi cairan serosa atau padat atau setengah padat.

Skuama adalah pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit. Krusta adalah onggokan cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang sudah mengering di atas permukaan kulit Erosi adalah kerusakan kulit sampai stratum spinosum. Kulit tampak menjadi merah dan keluar cairan serosa. Ekskoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit tampak merah disertai bintik-bintik perdarahan. Ulkus adalah kerusakan kulit (epidermis dan dermis) yang memiliki dasar, dinding, tepi, dan isi. Rhagaden adalah belahan-belahan kulit dengan dasar yang sangat kecil/dalam Parut (sikatriks) adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang sudah hilang. Keloid:hipertrofi yang pertumbuhannya melampaui batas.

Abses adalah efloresensi sekunder berupa kantong berisi nanah didalam jaringan. Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan/relief kulit tampak lebih jelas. Guma adalah efloresensi sekunder berupa kerusakan kulit yang destruktif, kronik, dengan penyebaran serpiginosa. Hiperpigmentasi adalah penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit tampak lebih hitam dari sekitarnya. Hipopigmentasi adalah kelainan kulit yang menyebabkan kulit menjadi lebih putih dari sekitarnya

PRURITUS (GATAL)

1.Faktor eksogen antara lain: Penyakit dermatologik Dermatitis kontak (dengan pakaian, logam, serta benda asing) Rangsangan dari ektoparasit (misal: serangga, tungau skabies, pedikulus, larva migrans) Faktor lingkungan (menyebabkan kulit kering atau lembab)

2. Faktor Sistemik Kehamilan Penuaan Penyakit hepar Penyakit endokrin Penyakit lainnya

Menurut Twcross, jenis penyebab pruritus dapat digolongkan menjadi: (1) pruritoseptif; (2) neuropati; (3) neurogenik; dan (4) psikogenik.

HIPERSENSITIVITAS

Reaksi hipersensitivitas adalah reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respon imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. Reaksi yang terjadi dibawa, baik melalui imunitas humoral (antibodi) maupun CMI (limfosit-T yang sensitif).

WAKTU

KECEPATAN DAN MEKANISME IMUN

Reaksi cepat Terjadi dalam hitungan detik, serta hilang dalam waktu 2 jam. Antigen yang diikat IgE pada permukaan sel mast menginduksi pelepasan mediator vasoaktif. Reaksi intermediet Terjadi setelah beberapa jam dan hilang dalam 24 jam. Reaksi intermediet diawali oleh IgG yang disertai kerusakan jaringan pejamu oleh sel netrofil atau sel NK. Reaksi lambat Terlihat sampai sekitar 48 jam setelah pajanan dengan antigen.

Reaksi hipersensitivitas tipe I. Disebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi. Reaksi hipersensitivitas tipe II Disebut juga reaksi sitotoksik atau sitolitik, terjadi karena dibentuk antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. Reaksi hipersensitifitas tipe III Disebut juga reaksi kompleks imun. Terjadi bila kompleks antigenantibodi ditemukan dalam sirkulasi atau dinding pembuluh darah atau jaringan dan mengaktifkan komplemen Reaksi hipersensitivitas tipe IV Terjadi setelah 12 jam.

EOSINOFIL

Eosinofil terdapat 2-5 % dari sel darah putih orang sehat tanpa alergi. Seperti neutrofil, eusinofil juga berfungsi sebagai fagositosit. Eosinofil dapat pula dirangsang untuk degranulasi seperti halnya dengan sel mast dan basofil serta melepas mediator.

Eosinofil terjadi melalui 4 proses: diffrensiasi sel-sel progenitor dan proliferasi eosinofil pada sumsum tulang. intaraksi antara eosinofil dan sel endotel, termasuk: rolling, adhesi dan migrasi eosinofil. rangsangan kimia yang menarik eosinofil ke lokasi tertentu. aktivasi serta destruksi eosinofil

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lampu

Wood Kerokan/Guntingan Biopsi Kulit Tes Tempel

NYERI

Mekanisme timbulnya nyeri melibatkan empat proses, yaitu: tranduksi/ transduction, transmisi/transmission, modulasi/modulation, dan persepsi/ perception

KEMUNCULAN NYERI

MEKANISME NYERI

Nyeri Akut Nyeri Kronik

Nyeri Fisiologi Nyeri Inflamasi Nyeri Neuropatik

Hipotesis ditolak sehingga, hipotesis kami adalah : Ruam pada ibu 50 th tersebut terjadi karena faktor multimodal dan semakin parah, bernanah, serta nyeri disebabkan infeksi sekunder akibat digaruk sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan penunjang.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Siregar SR. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; 2004. p: 3-7 Baratawidjaja, Karnen Garna. Imunologi Dasar Edisi Tujuh. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006 Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta : EGC. 2012 Rahmawati I, Yunus F, Wiyono HW. Patogenesis dan Fatofisiologi Asma. Dalam: Cermin Dunia Kedokteran No. 141. Jakarta; 2003; 5-10. Narita I, Iguchi S, Omori K, Gejyo F. Uremic pruritus in chronic hemodialysis patients, J.Nephrol 2008; p. 21: 161-5; pada CDK-203/ vol. 40 no. 4, th. 2013 Crombleholme WR. Preeclampsia-eclampsia. In: Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis MA, eds. Current Medical Diagnosis & Treatment. USA: McGraw-Hill Companies, 2002 ; p.788-90 Underwood, J. C. E. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002 Brown, RG dan Tony Burns. Dermatologi ed 8. Jakarta : EMS; 2005 Suria Djuanda. Hubungan Kelainan Kulit dan Penyakit Sistemik. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008 Greaves MW. Recent advances in pathophysiology and current management of itch. Ann Acad Mes Singapore. 2007 Sep;36(9):788-92 untuk mengatasi nyeri. Di dalam: Asih Y, eds. Pemenuhan aktifitas istirahat pasien. Jakarta: EGC, 1996: 33-47.

12.

13.
14.

15.
16.

17. 18.

Burns T. Breathnach S. Cox N. Griffiths C. (editor). Rooks textbook of dermatology: volume 1, eight edition. Oxford: Wiley-Blackwell Publishers; 2010. p.931-48 Meliala L. Nyeri orofasial, mekanisme dan farmakoterapi. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi. 2003; 1(2): 123-8 Nuartha AABN. Nyeri kepala dan wajah. Di dalam: Harsono, eds. Kapita selekta neuralgia. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2003: 2378, 248 E Agostoni, R Frigerio, P Santoro. Atypical facial pain: clinical considerations and differential diagnosis. Neurol Sci. 2005; 10(26): S71-4 Isbagio H. Penatalaksanaan nyeri sebagai model pendekatan interdisiplin pada pasien geriatrik. Di dalam: Prodjosudjadi W, Setiati S, Alwi I, eds. Pertemuan Ilmiah Nasional I. 2003. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003: 168-79 Lumantobing SM. Neurogeriatry. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001: 135-57 Priharjo R. Asuhan keperawatan

KELOMPOK DK 5

Anda mungkin juga menyukai