Anda di halaman 1dari 3

BIOETANOL Etanol (C2H5OH) adalah zat organik dalam kelompok alkohol dan banyak digunakan untuk berbagai keperluan.

Ethanol dapat digunakan oleh industri kimia, dan industri farmasi. Selain digunakan untuk keperluan industri, ethanol dapat digunakan sebagai bahan bakar. Pada umumnya etanol diproduksi dengan cara fermentasi dengan bantuan mikroorganisme oleh karenanya sering disebut sebagai bioetanol. Bahan yang dapat digunakan untuk produksi etanol dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu : (1) Bahan yang mengandung gula seperti gula tebu, gula beet, sweet sorghum, nira kelapa, nira aren, nira siwalan dan buah (2) Bahan yang mengandung pati seperti jagung, ubi kayu, kentang, beras dan ganyong. (3) Bahan yang mengandung lignoselulosa seperti kayu, jerami, ampas tebu dan rumput. Lignoselulosa adalah polimer karbohidrat kompleks dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lignoselulosa diproses untuk produksi bioethanol melalui tiga tahap, yaitu: a. pretreatment untuk delignifikasi yang diperlukan untuk membebaskan selulosa dan hemiselulosa b. hidrolisis selulosa dan hemiselulosa untuk menghasilkan gula seperti glukosa, xilosa, arabinosa, galaktosa, mannose c. fermentasi gula Pretreatment Pretreatment dilakukan dengan tujuan untuk membuka struktur lignoselulosa agar selulosa menjadi lebih mudah untuk dihidrolisis menjadi monomer gula dengan cara memecah lignin dan merusak struktur kristalin selulosa. Perubahan yang diharapkan terjadi pada proses pretreatment adalah peningkatan luas permukaan bahan, dekristalisasi selulosa, penghilangan hemiselulosa, penghilangan lignin dan membuka struktur lignin. Pretreatment dapat dilakukan dengan perlakuan fisik, fisikokimia, kimia dan biologi. Perlakuan fisik 1. Pengecilan ukuran : milling, grinding dan chipping. Pengecilan ukuran dapat meningkatkan luas permukaan dan menurunkan kristalisasi selulosa. 2. Pirolisis pada suhu diatas 300oC menyebabkan dekomposisi selulosa menjadi gas dan residual char. Leaching dari residual char menghasilkan cairan yang mengandung sumber karbon (glukosa) yang cukup tinggi. 3. Microwave oven dan irradiasi elektron. Pemanasan dengan microwave oven menyebabkan rusaknya struktur lignoselulosa dengan adanya autohydrolysis oleh

asam asetat yang dibebaskan dari bahan lignoselulosa. Radiasi elektron menyebabkan peningkatan luas permukaan, penurunan derajat polimerisasi dan kristalisasi selulosa, hidrolisis hemiselulosa dan depolimerisasi lignin. Perlakuan fisikokimia 1. Steam explotion. Pemanasan menggunakan uap air bertekanan tinggi yang dihentikan dengan mendadak yang menyebabkan terjadinya pemisahan matrik lignoselulosa menjadi serat terpisah. 2. Liquid hot water menggunakan compressed hot liquid water yang menyebabkan terjadinya hidrolisis hemiselulosa menjadi oligomersnya. 3. Ammonia fiber explotion merupakan penggabungan penggunaan cairan ammonia dan steam explotion yang menyebabkan terjadinya peningkatan luas permukaan, penurunan kadar lignin, penghilangan sejumlah hemiselulosa dan dekristalisasi selulosa. 4. CO2 explotion dengan prinsip kerja seperti metode explotion yang lain. Perlakuan kimia 1. Perlakuan asam menggunakan asam seperti asam sulfat, asam klorida, asam nitrat, asam fosfat menyebabkan terjadinya hidrolisis hemiselulosa. 2. Perlakuan basa menggunakan NaOH menyebabkan rusaknya dinding sel melalui proses pelarutan hemiselulosa, lignin dan silika ; hidrolisis ester uronat dan asetat ; dan penggembungan (swelling) selulosa yang menurunkan kristalisasi selulosa. 3. Oksidasi basah dengan air dan oksigen pada suhu diats 120oC menyebabkan perubahan hemiselulosa dari wujud padat menjadi cair. 4. Perlakuan organosolv digunakan untuk delignifikasi. Pelarut organik yang dapat digunakan antara lain metanol, etanol, asam asetat dan aseton. Perlakuan biologi Degradasi lignoselulosa juga dapat dilakukan oleh mikroorgaisme seperti kapang brown rod, kapang white rot dan kapang soft rot. Kapang white rot mampu mendegradasi lignin dan hemiselulosa sedangkan kapang brown rot mendegradasi selulosa dan kapang white rot dan soft rot mendegradasi selulosa dan lignin. Umumnya delignifikasi biologi membutuhkan waktu yang lama. Hidrolisis Sakarifikasi merupakan proses konversi karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana. Selain hidrolisis asam, sakarifikasi juga dapat menggunakan hidrolisis enzimatis. Enzim yang digunakan adalah enzim selulase atau enzim hemiselulase. Selulosa dihidrolisis

menjadi glukosa sedangkan hemiselulosa dihidrolisis menjadi pentosa dan heksosa. Sejumlah mikroba mampu menghasilkan selulase maupun hemiselulase. Trichoderma dilaporkan mampu menghasilkan kedua enzim tersebut. Kondisi optimum selulase dilaporkan pada suhu 40-50oC dan pH 4-5. Fermentasi Fermentasi substrat hasil sakarifikasi dapat dilakukan menggunakan sejumlah mikroba antara lain S. cereviseae, dan Z. mobilis. Mikroorganisme yang berbeda

memperlihatkan kemampuan menghasilkan etanol dalam jumlah yang berbeda pula tergantung kemampuannya dalam menggunakan gula. Beberapa mikroba termo toleran seperti K. marxianus, Candida lusitanieae dan Z. mobilis dilaporkan mampu menghasilkan alkohol. Beberapa metode telah dikembangkan untuk produksi etanol dari bahan lignoselulosa seperti SHF (separate hydrolysis and fermentation) dan SSF (simultaneous saccharification and fermentation). Kelebihan SHF : tiap proses memiliki sistem operasi yang optimum, langkah yang satu dengan yang lainnya memiliki interaksi yang minimal. Kelemahan SHF :penggunaan xylose lambat selama fermentasi karena adanya senyawa beracun yang menghambat kegiatan pertumbuhan dan fermentasi mikroorganisme; adanya peluang kontaminasi disebabkan proses yang lama. Sedangkan kelebihan SSF : biaya rendah, hasil etanol tinggi, senyawa inhibitor lebih sedikit. Kelemahan SSF : kondisi suhu optimum saat hidrolisis berbeda dengan kondisi suhu optimum saat fermentasi. Penggunaan Kluyveromyces marxianus yang merupakan mikroba termo toleran dapat menanggulangi kelemahan SSF. Alternatif metode lain yang telah dikembangkan adalah CBP (consolidated bioprocessing) dan SSCF (simultaneous saccharification and co-fermentation). Pada CBP, produksi selulase, hidrolisis selulosa dan fermentasi dilakukan bersamaan dalam satu reaktor. Proses ini melibatkan mikroba yang mampu berperan dalam konversi selulosa menjadi etanol secara langsung seperti bakteri Clostridium thermocellum, kapang Neurospora crassia, Fusarium oxysporum dan Paecilomyces sp. Tetapi metode CBP tidak mampu menghasilkan etanol yang banyak dan membutuhkan waktu yang lama (3-12 hari). Pada SSCF, hidrolisis selulosa dan fermentasi dengan kultur campuran dilakukan pada satu reaktor. Kombinasi kultur campuran Candida shehatae dan S. cereviseae dilaporkan sesuai untuk SSCF. Untuk melengkapi proses produksi bioetanol, setelah proses fermentasi selesai dilakukan downstream process seperti distilasi untuk mendapatkan etanol dengan tingkat kemurnian yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai