Anda di halaman 1dari 4

Madkhol fi al-Falsafah

Allah menciptakan manusia. Memulyakannya dengan segudang keistimewaaan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Adalah akal anugrah yang paling agung yang diamanatkan kepada manusia. sebagaimana disitir dalam Alquran (al-isro: 70) Dengan akal itu manusia bisa mencari hakekat benda disekitarnya. Kerena memang inilah fungsi akal dari awal mula penciptaannya sampai kemudian Allah manjadikan manusia kholifah dibumi wa ma baina huma. Selalu berfikir adalah fitrah manusia. Mulai dari kenapa jari kita lima sampai mengapa ketika kita bersedih air mata itu menetes? Lalu siapa sebenarnya yang menciptakan semua ini? Dan mangapa diciptakan? Dan dari mana dimulai penciptaannya? Dan sampai kapan akan berakhir? Jawaban dan presepsi manusia atas pertanya diatas pasti berbeda tingkat pencapaiannya. Bahkan tidak jarang kita temui sebagian mereka kadang terujerumus dalam ranah TBC (tahayul, bidah, Khurofat), sebagian lain menemukan jawabannya sesuai dengan akal sehatnya, adapula yang menjadikan agama sebagi stimulant untuk mencapai jawaban yang memuaskan. Dari fenomena diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa sesungguhnya manusia yang melakukan aktifitas tersebut pada hakekatnya meraka sedang berfilsafat entah itu disadari atau tidak. Maka dapat kita katakan bahwa sebenarnya filsafat itu munculo dalam diri manusia secara alami. Karena manusia dalam kontek ruang dan waktu akan selalu berusaha mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang terbersit dalam fikirannya. Kesimpulannya adalah bahwa filsafat itu sebenarnya suatu hal yang alamiyah.

Adapun yang dimaksud dengan alamiah disini adalah suatu hal yang berhubungan dengan manusia dari segi kemanusiannya tanpa dibatasi waktu, tempat, agama atau hal-hal lain yang manghambat eksistensi manusia Kalau kita lihat sebenarnya hubungan antara filsafat dengan peradaban modern ibarat dua sisi mata uang yang tak mungkin dapat dipisahkan. Maka tidak heran kemudian jika kaum muslimin bisa menciptakan filsafatnya secara independent, karena mereka juga bagian dari peradaban tersebut. Tidak ada yang bisa menghalangi mereka untuk menciptakan apa yang kita kenal dengan al-Falsafah al-Islamiyah. Akan tetapi jika kita telisik labih dalam, akan kita temukan beberapa persoalan mendasar terkait dengan al-Falsafah alIslamiyah itu sendiri. ambil contoh diskursus para ulama tentang apa yang disebut dengan al-Falsafah al-Islamiyah? Dari mana asalnya? Disamping itu mereka juga memperdebatkan orisinilitas al-Falsafah al-Islamiyah, sebagaimana mereka bersilang sengketa apa sebenarnya definisi al-Falsafah al-Islamiyah dan darimana diambil istilah alFalsafah al-Islamiyah itu? Dari fenomena diatas selayaknya kita mengenal terlebih dahulu beberapa poin dibawah ini: 1. Eksistensi al-Falsafah al-Islamiyah 2. Definisi al-Falsafah al-Islamiyah 3. Apa yang menjadi ciri khas al-Falsafah al-Islamiyah 4. Orisinilitas al-Falsafah al-Islamiyah 5. Dari mana penamaan al-Falsafah al-Islamiyah 6. Factor-faktor yang menjadi penopang berkembangnya alFalsafah al-Islamiyah

7. Kemana arah al-Falsafah al-Islamiyah 8. Apa fungsi dan manfaat yang kita dapat dari al-Falsafah alIslamiyah Setelah kita mengetahui hal-hal diatas barulah kita bisa yakin bahwa al-Falsafah al-Islamiyah -khususnya bagi filosuf timurtelah menjadi temuan baru yang kita anggap sebagai pendiri pemikiran islam di timur khususnya- Diantara filosuf tersebut adalah : a. Alkindy: yang dikemudian hari lebih dikenal sebagai filosuf arab., mengenai biografi dan pemikiran akan kita bahas lebih delatail dalam bab khusus. b. Abu Nasr Alfaroby yang dikenal sebagai Guru besar kedua al-Falsafah al-Islamiyah di dunia timur yang nanti juga akan kita bahas dalam bab tersendiri. c. Kemudian datang setelah itu Syaikh Abu Ali Ibnu Sina. Dia nantainya yang akan menjadi pembanding dari dua pendahulunya. Tentunya pada pembahasan yang akan kita bahas secara terperinci dalam babnya. Oleh keran itu pembahasan ini meliputi prolog yang dimuat dalam empat bab: 1. Bab pertama: seputar permasalah mendasar al-Falsafah alIslamiyah 2. Alkindi (sang filosuf arab) 3. Alfaroby (Sang Guru ke II) 4. Ibnu Sina (Sang Maestro) Mudah-mudahan Allah menjadikan tulisan ini amal solih, ihlas karena Allah swt. Hasbunallah wanimal wakil Nimal maula wanima an-nasir

Anda mungkin juga menyukai