Anda di halaman 1dari 24

Working Paper Series No.

5 Januari 2008, First Draft

Penanggulangan Gizi Buruk


Studi Keterlibatan Puskesmas dan Ninik Mamak Alim Ulama Cerdik Pandai di Nagari Sungai Dareh

Gesman, Mubasysyir Hasanbasri, Lutfan Lazuardi

Tidak untuk disitasi

Daftar Isi
Daftar Isi ..............................................................................................................ii Daftar Tabel.......................................................................................................iii Daftar Gambar .................................................................................................iii Abstract ...............................................................................................................iv Latar Belakang .................................................................................................. 1 Metode ................................................................................................................ 2 Hasil dan Pembahasan..................................................................................... 4 Kinerja Program Gizi ................................................................................... 4 Strategi Penanggulangan Gizi Buruk ....................................................... 5 Pemahaman Terhadap Strategi Penanggulangan Gizi Buruk........ 6 Keterwakilan, Peranan dan Dukungan Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai dalam Penanggulangan Gizi Buruk............ 7 Langkah-langkah Langkah-langkah intervensi ....................................... 9 Pengumpulan data................................................................................... 9 Analisa data.............................................................................................. 9 Perumusan Masalah ...............................................................................10 Penetapan Kegiatan..............................................................................10 Implementasi............................................................................................10 Monitoring dan Evaluasi........................................................................11 Siklus Keterlibatan Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai dalam Penanggulangan Gizi Buruk. .......................................................11 Kesimpulan........................................................................................................17 Saran..................................................................................................................18 Daftar Pustaka.................................................................................................19

ii

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Daftar Tabel
Tabel 1. Pemetaan Potensi Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai dalam Penanggulangan Gizi Buruk pada Awal Kegiatan.................................................................................13 Tabel 2. Pemetaan Potensi Lanjutan Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai dalam Penanggulangan Gizi Buruk.................15

Daftar Gambar
Gambar 1. Flow Chart Keterlibatan Antara Puskesmas dan Ninik Mamak Alim Ulama dan Cerdik Pandai dalam Penanggulangan Gizi Buruk...................................................... 9

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

iii

Abstract
The Involvement Between Primary Health Care and Ninik Mamak Alim Ulama Cerdik Pandai in Controlling Malnutrition in The Village Of Sungai Dareh Gesman1, Mubasysyir Hasanbasri2, Lutfan Lazuardi3
Background: Malnutrition is a public health problem that could not be controlled with, merely, medical approach and health service. Ironically, 54% of children under five years old mortality was related with malnutrition. The main problem in the community was lack of familys empowerment and lack of communitys resources utilization that closely related with various factors. In the year of 2005, there was 3,6% of children under five years old who suffered from malnutrition in the district of Dharmasraya and 3,4% was in Pulau Punjung. Aim: This research was aimed to find out the description of involvement between Primary Health Care and ninik mamak alim ulama cerdik pandai in controlling malnutrition in the sub district of Pulau Punjung district of Dharmasraya Method: This was a case study with explorative design. The subject was malnutrition control, involvement between Primary Health Care and ninik mamak alim ulama cerdik pandai in Nagari Sungai Dareh sub district of Pulau Punjung district of Dharmasraya. Result and discussion: The subjects were not understood the malnutrition program appropriately by considering subjects knowledge on malnutrition. The involvement of ninik mamak, alim ulama and cerdik pandai in controlling malnutrition in Nagari Sungai Dareh was not yet exist. Ninik mamak, alim ulama and cerdik pandai were willing to assisst the Primary Health Care and agreed that rumah gadang became the place for malnutrition control. The Primary Health Care was referred to the guidance from the health office in controlling the malnutrition and yet it was not developed its function so that the existing resources was not yet optimally used and the role of related sector in controlling malnutrition was not yet exist, however, their potential role for further involment in controlling malnutrition are identified. Conclusion: Primary Health Care was not yet involving ninik mamak, alim ulama and cerdik pandai in controlling malnutrition. It was not yet utilized the related sector in controlling malnutrition, ninik mamak, alim ulama and cerdik pandai were assisting the Primary Health Care in controlling malnutrition in Nagari Sungai Dareh, however, their potential role for further involment in controlling malnutrition are identified. Keyword: Malnutrition control, nutrition status, involvement understanding, ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai.

1 District Health Office of Dharmasraya 2 Master of Health Service Management and Policy, Gadjah Mada University 3 Public Health Department, Postgraduate Program, Gadjah Mada University

iv

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Latar Belakang
Penanggulangan gizi buruk dapat dilakukan di tingkat individu ataupun kelompok melalui penimbangan berat badan balita secara rutin tiap bulan dan mencatat hasilnya pada kartu menuju sehat atau buku kesehatan ibu dan anak. Upaya penanggulangan gizi buruk dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya yaitu pelaksanaan tanggap darurat atau program jangka pendek dengan kegiatan, penggerakan masyarakat melalui penimbangan bulanan balita di Posyandu, tata laksana gizi buruk di rumah tangga, puskesmas dan rumah sakit, bantuan makanan pendamping air susu ibu bagi balita dari keluarga miskin. Program jangka panjang dengan kegiatan revitalisasi psyandu, pndidikan dan pomosi gzi untuk keluarga sadar gizi (Kadarzi), penyuluhan dan pendidikan gizi tentang makanan sehat bergizi dan integrasi kegiatan lintas sektor dalam program pengentasan kemiskinan Otonomi daerah kebijakan pemerintah beralih terjadi perubahan, peran stakeholders lokal sangat berpengaruh terhadap kebijakan pembangunan daerah terutama dalam pembangunan di bidang kesehatan. Pemerintah Daerah Sumatera Barat menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat No.9 tahun 2000 tentang PokokPokok Pemerintah Nagari, pemerintah desa kembali ke pemerintah nagari, Dinas Kesehatan sebagai fasilitator dan puskesmas sebagai ujung tombak pemerintah lini terdepan dalam pelayanan penanggulangan gizi buruk di tingkat kecamatan diharapkan mampu melakukan pemberdayaan ataupun melakukan kemitraan dengan stakeholders non formal seperti ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai dalam penanggulangan gizi buruk. Ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai sangat berperan dalam menentukan kebijakan pembangunan nagari dan tanggungjawab anak cucu kemenakannya. Dinas kesehatan dan puskesmas diharapkan mampu mendisain program penanggulangan gizi buruk melalui pendekatan budaya setem-

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

pat secara sistimatis sehingga menjangkau keluarga, dengan pendekatan reorientasi paradigma baru puskesmas yaitu melakukan kemitraan dengan sumberdaya sesuai dengan budaya setempat. Upaya penanggulangan kekurangan gizi secara khusus mempunyai tujuan untuk meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan balita di Posyandu. Posyandu dapat melaksanakan fungsi sebagai unit pemantau tumbuh kembang anak, serta menyampaikan pesan kepada ibu sebagai agen pembaharuan. Posyandu merupakan pos terdepan dalam mendeteksi gangguan kesehatan masyarakat, posyandu memiliki posisi strategis sebagai penyedia layanan kesehatan paling dekat dengan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut diatas memunculkan pertanyaan mengenai bagaimanakah gambaran keterlibatan puskesmas dan ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dalam penanggulangan gizi buruk di Nagari Sungai Dareh Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya yang selama ini. Untuk mendalami masalah perlu diketahui gambaran kinerja puskesmas melalui pendekatan partispasi masyarakat, capaian program gizi dan keberhasilan program gizi, pemahaman ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai tentang gizi buruk dan keterlibatan dalam penanggulangan gizi buruk. Tujuan penelitian adalah memperoleh gambaran keterlibatan puskesmas dan ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dalam penanggulangan gizi buruk. Secara khusus mengetahui kinerja program gizi puskesmas yang berkaitan dengan program gizi, keterwakilan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program gizi, peran ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dan peran puskesmas dalam melibatkan ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dalam program penanggulangan gizi buruk di Nagari Sungai Dareh.

Metode
Penelitian menggunakan metode kualitatif untuk mengkaji secara mendalam permasalahan penelitian. Lokasi penelitian di Nagari Sungai

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Dareh Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya Propinsi Sumatera Barat, dengan pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian tersebut adalah tingginya kasus gizi buruk di Kecamatan Pulau Punjung, masih kental tradisi adat istiadat dan komunitas penduduknya masih homogen suku minangkabau. Subjek penelitian dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Tahap penentuan subjek mencari informasi melalui wali nagari tentang ninik mamak, alim alama dan cerdik pandai yang ada di Nagari Sungai Dareh. Informasi yang didapat adalah jumlah suku sebanyak 4 kelompok suku yaitu melayu, caniago, piliang dan patopang. Subjek berjumlah 12 orang terdiri dari 4 ninik mamak, 4 alim ulama, 4 cerdik pandai. Disamping itu melakukan koordinasi dengan wali nagari guna mendapatkan pendamping dalam penelitian sebagai pemberi informasi alamat subjek penelitian. Peneliti dan pendamping melakukan pendekatan nonformal kepada ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai, tentang kesediaan menjadi subjek penenelitian dan untuk kesepakatan peneliti dengan subjek tentang waktu dan tempat, subjek bersedia diwawancarai. Wawancara dilakukan malam hari, jumlah subjek yang bisa diwawancarai adalah sebanyak 11 orang dengan rincian ninik mamak 4 orang, alim ulama 3 orang dan cerdik pandai 3 orang. Subjek tidak bisa diwawancarai berjumlah 4 orang dengan alasan 1 orang sakit, 2 orang tidak berada di tempat selama penelitian dan 1 orang lagi tidak bersedia diwawancarai. Tahapan berikutnya adalah transkrip serta diberi kode sesuai dengan peruntukannya. Analisis dilakukan setiap kali hasil wawancara diperoleh dan dibandingkan dengan hasil wawancara sebelumnya untuk mengkaji tingkat kematangan data (trianggulasi sumber) jenis sumber yang sama). Pengambilan data kinerja puskesmas dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap responden petugas puskesmas. Data sekunder diambil dari SKDN bulanan Posyandu Nagari Sangai Dareh selama tahun 2006 dan dokumen keterlibatan puskesmas, ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dalam penanggulangan gizi buruk. Tahapan analisis data, meliputi mengumpulkan data

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

mereduksi data, Koding selektif atau aksial, kategori, memeriksa keabsahan, menyajikan data dan kesimpulan hasil temuan dengan menggunakan teori serta hasil penelitian terdahulu.

Hasil dan Pembahasan


Kinerja Program Gizi Pelaksanaan program gizi di Puskesmas Sungai Dareh yang berkaitan dengan penemuan balita menderita gizi buruk masih tergantung pada program pemerintah yaitu penimbangan massal, balita yang berstatus gizi buruk melebihi dari standar maksimal nasional 16,3% malahan ada satu dari lima posyandu status gizi burknya (BGM/D) mencapai 37,5%, ini membuktikan bahwa deteksi dini gizi buruk tidak terlaksana sebagaimana mestinya di posyandu. Hasil pemantauan pertumbuhan balita di posyandu belum dimanfaatkan untuk memonitoring kemungkinan-kemungkinan terjadinya peningkatan gizi buruk. Tingkat kejadian gizi buruk disesuaikan dengan tingkat kehadiran balita ke posyandu, semakin banyak balita yang datang ke posyandu semakin tinggi temuan balita yang menderita gizi buruk. Berarti pentingnya kedatangan ke posyandu, pentingnya kegiatan mencegah ketidakmampuan (Disability Limitation) masyarakat dalam menghadapi gizi buruk di rumah tangga. Dengan karena balita yang datang ke posyandu hanya untuk mendapatkan imunisasi dan balita banyak datang ke posyandu apabila ada kegiatan seromonial seperti pekan imunisasi nasional (PIN), penimbangan massal dan lain-lain. Membawa balita ke posyandu secara rutin orangtua balita tidak mau karena kegiatan inovatif tidak ada, kader hanya melakukan penimbangan pemberian paket gizi (vitamin A dosis tinggi, kapsul iodium dan pemberian tablet besi untuk ibu hamil) untuk pemeriksaan kesehatan dasar jarang sekali didapatkan. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk penanggulangan gizi buruk karena kehadiran balita ke posyandu (46,2%), maka sebali-

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

knya makin banyak balita datang ke posyandu maka makin tinggi yang dapat dideteksi gizi buruk. Kualitas dan kuantitas penyuluhan gizi oleh petugas kesehatan diperlukan peningakatannya, baik intensitas maupun materi bisa dimengerti oleh masyarakat. Balita yang tidak datang ke posyandu sebesar 57,3% berarti masyarakat belum memanfaatkan posyandu sangat banyak, hal ini disebabkan pihak puskesmas melakukan kegiatan revitaslisasi posyandu belum sesuai dengan petunjuk yang ada. Program melibatkan masyarakat dengan cara kolaborasi akan menekan kejadian kasus gizi buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Dareh. Peningkatan partisipasi masyarakat akan lebih baik apabila adanya komitmen antara puskesmas dengan masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam peningkatan peran masyarakat secara keseluruhan diawali dengan penyusunan, perencanaan kegiatan dan meningkatkan peran tokoh masyarakat dan kader, serta meningkatkan penyuluhan dan penyebaran informasi oleh puskesmas kepada masyarakat1. Puskesmas sebagai ujung tombak dinas kesehatan yang bertanggungjawab dalam meningkatkan status gizi masyarakat diwilayah kerjanya, tetapi dalam implementasinya hanya sebatas penanganan kasus pada saat tertentu, langkah-langkah untuk menekan peningkatan kasus gizi buruk masih diabaikan. Strategi Penanggulangan Gizi Buruk Strategi penanggulangan gizi buruk yang dilaksanakan oleh puskesmas masih sebatas penanganan kasus atau strategi jangka pendek, penanganannya bersifat kuratif. Program untuk mencegah balita yang berstatus gizi kurang akan terjun ke gizi buruk sangat kurang, strategi yang ada hanya penanganan gizi buruk, cenderung bersifat dalam kerangka kondisi darurat (emergency), yang sama sekali tidak menyentuh konteks/akar masalah. Penanggulangan gizi buruk jangka menengah atau jangka panjang, oleh pihak puskesmas perlu lebih ditingkatkan melalui keterlibatan tokoh adat karena wilayah kerja puskesmas masih memiliki tatanan budaya adat yang kuat, sehingga masalah gizi buruk yang ada di Nagari Sungai Dareh

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

bisa menjadi tanggung jawab bersama. Idealnya puskesmas dapat melaksanakan berbagi dengan ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai karena mereka mempunyai peran sangat utama dalam seluruh kebutuhan anak, cucu dan kemenakannya, penyelesaian masalah yang menyangkut harkat hidup orang banyak dalam kelompok persukuannya2. Puskesmas dapat melakukan kemitraan dengan anggota masyarakat karena posyandu merupakan tanggung jawab kolektif dari keluarga, masyarakat dan pemerintah, karena posyandu memiliki posisi strategis sebagai penyedia layanan yang paling dekat dengan masyarakat3. Padahal masalah gizi buruk merupakan tanggung jawab bersama sebagaimana menurut Taslim4, bahwa masalah gizi buruk merupakan tanggung jawab bersama yang perlu melibatkan banyak sektor yang terkait, antara lain pelayan kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya maupun pertanian yang menyangkut ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga. Pemahaman Terhadap Strategi Penanggulangan Gizi Buruk Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran bahwa pemahaman ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai terhadap strategi penanggulangan gizi buruk di Nagari Sungai Dareh masih rendah. Namun tindakan yang akan dilakukan pada balita gizi buruk adalah membawa ke rumah sakit dan memperhatikan makanannya, sementara itu mereka harus memusyawarahkan dan berharap pemerintah daerah dan dinas kesehatan memberikan perhatian khusus terhadap balita yang menderita gizi buruk dengan mengikutsertakan ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai. Langkah yang harus ditempuh pemerintah adalah pembentukan keseimbangan dan fungsi dalam sistem pemerintahan dan pembangunan dengan mendudukkan masyarakat pada posisi yang penting. Pemerintah posisinya hanya fasilitator atau katalisator, sedangkan masyarakat dan dunia usaha bertanggungjawab tehadap pembangunan5. Pendapat ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai pada istilah kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka pengulu, pangulu

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

barajo ka mufakat, mufakat berdiri ka nan bana, dan Tungku tigo sajarangan, tali tigo sapalin. Ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai menjelaskan bahwa segala urusan individu (orang perorangan) menjadi tanggung jawab kelompok. Ini membuktikan bahwa tatanan budaya masih kuat, sebagaimana pendapat Bandura (1997) dalam Undri6, bahwa pemimpin informal merupakan orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat, komit, mau bekerjasama, mengayomi, memberikan rasa aman dan mampu meyelesaikan masalah yang ada dilingkungannya. Didukung oleh pendapat Amir7, bahwa penderitaan yang diderita anak cucu kemenakan merupakan penderitaan mereka juga, fenomena ini sudah menjadi aturan yang tidak tertulis (hukum adat) dalam kehidupan masyarakat minang kabau. Keterwakilan, Peranan dan Dukungan Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai dalam Penanggulangan Gizi Buruk Keterwakilan ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dalam penanggulangan program gizi buruk di Nagari Sungai Dareh belum terlihat nyata, namun berdasarkan hasil wawancara mendalam bahwa mereka akan memberikan kontribusi yang penuh dan mau ikut langsung dalam program menanggulangi gizi buruk apabila mereka diajak dan diberi tahu.. Tindakan dan bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, namun mereka berharap agar pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap kasus gizi buruk, sebagaimana diungkapkan oleh Wenger8, bahwa keterlibatan masyarakat mempunyai kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pembangunan, keterlibatan tersebut meliputi ide, tenaga, dan dana, sekaligus masyarakat dilibatkan dalam proses yang meliputi penetapan masalah, menetapkan rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan bersama masyarakat dan kegiatan pemeliharaan sehingga masyarakat terikat akan tanggung jawab. Sehingga semua kelompok masyarakat dan sektor publik mempelajari kesulitan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Secara tradisional, ketiga tokoh tersebut mempunyai peran dan wewenang dalam stabilitas nagari sehingga anak nagari jauh dari kegelisahan, kebingungan dan ketidakpuasan pelbagai budaya, ekenomi, pendidikan, politik dan lain sebagainya9. Strategi tersebut dapat dicapai dengan memobilisasi segenap potensi dan sumberdaya masyarakat yang ada, maka strategi dan pendekatan kebijakan sosial perlu difokuskan pada upaya-upaya peningkatan kerberdayaan rakyat dengan orientasi menjunjung tinggi semangat pemberdayaan10. Suparmanto11, berpendapat bahwa pengembangan kesehatan berbasis masyarakat, bentuk kemitraan perlu dikembangkan, masyarakat perlu ditempatkan sebagai subjek dan bukan objek, sehingga membuat masyarakat lebih berdaya dan mengetahui hak serta kewajibannya. Keterlibatan Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai Dalam Penanggulangan Gizi Buruk Berdasarkan pernyataan diatas maka program penanggulangan gizi buruk melalui keterlibatan ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai secara paripurna dapat dilaksanakan dengan pola penanggulangan gizi buruk di Rumah Gadang. Bentuk keterlibatannya adalah ninik mamak sebagai penghulu mengkoordinir rumah gadang sebagai sarana penanggulangan gizi buruk untuk kelompok masing-masing suku/kaumnya sedangkan puskesmas hanya sebagai mediator dalam pelaksanaannya.

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Gambar 1. Flow Chart Keterlibatan Antara Puskesmas dan Ninik Mamak Alim Ulama dan Cerdik Pandai dalam Penanggulangan Gizi Buruk

Langkah-langkah Langkah-langkah intervensi penanggulangan gizi buruk di Rumah Gadang sebagai berikut: Pengumpulan data Puskesmas, bidan desa dan kader posyandu bersama bundu kandung melakukan pendataan, data yang dikumpulkan adalah jumlah balita yang ada di kelompok masing-masing suku, yang meliputi jumlah balita yang menderita gizi kurang dan gizi buruk serta jumlah kepala keluarga. Analisa data Selanjutnya data dianalis dengan indikator persentase jumlah balita status gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk, data ini dikelompok berdasarkan kelompok masing-masing suku dan data keluarga yang

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

rawan pangan perkelompok suku. Data ini nantinya disampaikan bersama ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai di Rumah Gadang Puskesmas pada tahap ini melakukan pendekatan dengan ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai masing-masing suku. Pendekatan ini puskesmas membekali ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dengan pengetahuan gizi buruk dengan mengikutsertakan lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) sehingga kegiatan pendekatan lebih efektif. Perumusan Masalah Perumusan masalah dilakukan di Rumah Gadang masing-masing suku, pada kegiatan ini yang hadir seluruh kepala keluarga, bundo kandung ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dan kegiatan dikoordinir oleh Ninik Mamak (penghulu). Langkah-langkah perumusan masalah adalah, Puskesmas menyampaikan hasil analisis data yaitu besaran masalah yang dihadapi, menjelaskan tujuan yang akan dicapai dan,

- mendiskusikan rancangan intervensi yang dilakukan.


Penetapan Kegiatan Kegiatan dilanjutkan dengan penetapan rencana kegiatan yang terdiri dari sumber dana dan penyumbang dana intervensi, bentuk bantuan yang akan diberikan untuk balita yang menderita gizi buruk, penetapan pengelola keuangan dan penetapan teknis pemberian bantuan. Puskesmas sebagai mediator mengarahkan kelompok masyarakat selama proses diskusi di Rumah Gadang. Implementasi Implementasi semua unsur yang terlibat apakah sudah melakukan tugasnya seperti mengumpulkan dana, pengadaan makanan tambahan, penyerahan bantuan. Puskesmas hanya menetapkan daftar menu sesuai dengan kebutuhan kalori proteinnya.

10

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Monitoring dan Evaluasi Puskesmas melakukan monitoring terhadap makanan tambahan yang dikomsumsi oleh balita, apakah makanan sesuai dengan kebutuhannya dan apakah makanan tersebut sudah diterima dan dimakan oleh balita gizi buruk. Selanjutnya puskesmas melakukan pemantauan berat badan balita mingguan dan bulanan serta melakukan pendataan apabila ada balita yang menderita gizi buruk baru. Evaluasi kegiatan penanggulangan gizi buruk berbasis rumah gadang ini dilakukan setiap 3 bulan sekali bertempat di Rumah Gadang, pada saat ini semua unsur terlibat melaporkan kepada ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai. Kegiatan yang dievaluasi adalah implementasi yang telah dilaksanakan yaitu mengenai dana yang terkumpul, pengeluaran dan balita yang mendapatkan bantuan makanan tambahan. Puskesmas memberikan input tentang perkembangan status gizi balita dan balita baru yang menderita gizi buruk. Dari hasil penelitian dapat diidentifikasi potensi peran keterlibatan ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dalam penanggulangan gizi buruk. Siklus Keterlibatan Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai dalam Penanggulangan Gizi Buruk. Dari hasil penelitian dapat diidentifikasi potensi peran keterlibatan ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dalam penanggulangan gizi buruk sebagai berikut :

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

11

Penanggulangan gizi buruk berbasis rumah gadang yang mempunyai peranan adalah ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai, puskesmas berfungsi sebagai mediator dan bekerja sama dengan ninik, alim ulama dan cerdik pandai dalam penanggulangan gizi buruk tersebut. Dari gambar diatas dapat dijelaskan pada tabel pemetaan potensi Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai dalam Penanggulangan Gizi Buruk sebagai berikut:

12

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Tabel 1. Pemetaan Potensi Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai dalam Penanggulangan Gizi Buruk pada Awal Kegiatan
Kegiatan Penemuan Kasus Gizi Buruk Puskesmas Kegiatan penemuan kasus secara aktif dilakukan oleh bidan desa, petugas pustu yang dibantu oleh kader posyandu Potensi ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai Ninik mamak alim ulama dan cerdik pandai dalam kegiatan ini tidak terlibat secara aktif. Apabila ada yang meminta pertolongan membawa penderita gizi buruk ke fasilitas kesehatan (RS, dokter). Melaporkan ke dinas kesehatan melalui puskesmas. -

Pelacakan Kasus Gizi Buruk Pendataan Jumlah Balita/ Kepala Keluarga Sosialisasi dan Penyebarluasan Informasi Pelatihan

Peranan puskesmas kegiatan dilakukan oleh TIM puskesmas. Puskesmas dan jajarannya (Pustu/Polindes dan Kader Posyandu) Sosialisasi bersifat pemasaran untuk tingkat kenagarian yang dikoordinir oleh KAN Melakukan pelatihan untuk ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dan bundo kandung Pengolahan data. Menetapkan daftar kecukupan kalori dan protein untuk balita yang menderita gizi buruk

Memerintahkan bundo kandung untuk membantu bidan desa untuk kelancaran pendataan. Melakukan musyawarah internal suku membahas langkah-langkah yang akan dilakukan dan menyebarluaskan kepada anggota keluarga dalam kelompok suku masing-masing tentang kegiatan penanggulangan gizi buruk. Menunjuk anggota (bundo kandung) yang akan dilatih

Analisis data Implementasi

Ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai termasuk sebagai donasi.

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

13

Tabel 1. Lanjutan.
Kegiatan Perumusan masalah dan pembuatan rencana kegiatan Puskesmas menyampaikan besaran masalah yang ada dan tujuan kegiatan yang harus dicapai. Potensi ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai Ninik mamak mengkoordinir kegiatan di Rumah Gadang. Mengumpulkan anggota keluarga di Rumah gadang, Memimpin musyawarah, penggalian sumber dana dengan tungganai dan kepala-kepala keluarga yang ada dalam satu suku/rumah gadang dan anggota kelompok keluarga yang mempunyai ekonomi lebih, sehingga berkesinanbungan. Bekerja sama dengan puskesmas untuk menetapkan langkah-langkah yang harus ditemapuh Menetapkan petugas pengelola dana sosial, petugas pengelola penyaluran bantuan makanan tambahan. Memonitor kegiatan keluarga yang mendapatkan bantuan dengan mengunjungi rumah penderita gizi buruk. Memonitor kegiatan yang dilakukan oleh anggota bundo kandung tentang penggalangan dana sosial, jika ada kendala dilapangan. Merujuk jika diperlukan perawatan lebih lanjut dan memberikan biaya lanjutan Mengkoordinir evaluasi kegiatan di lakukan di Rumah Gadang, Mengajak seluruh kepala keluarga dalam kelompok suku/kaum. Mengundang puskesmas sebagai narasumber Menerima laporan feedback hasil kegiatan penanggulangan gizi buruk berbasis rumah gadang berupa penggalangan dana sosial, perkembangan pemberian bantuan untuk keluarga yang menderita gizi buruk.

Minotoring

Pemantauan status gizi anak, pemeriksaan perkembangan kesehatan dan kecukupan makanan yang diberikan. Menyampaikan hasil perkembangan status gizi balita.

Evaluasi

14

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Setelah potensi ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dapat diberdayakan maka dilakukan pembinaan peran puskesmas beralih sebagian di lakukan oleh ninik mamak bersama unsurnya. Pengalihan dapat kita lihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Pemetaan Potensi Lanjutan Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai dalam Penanggulangan Gizi Buruk
Kegiatan Penemuan Kasus Gizi Buruk Puskesmas Puskesmas, bidan desa, petugas pustu mendapatkan laporan dari rumah gadang Potensi ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai Ninik mamak alim ulama dan cerdik pandai mendapatkan informasi dari bundo kandung Apabila ada yang meminta pertolongan membawa penderita gizi buruk ke fasilitas kesehatan (RS, dokter). Melaporkan ke Dinas kesehatan melalui puskesmas. Menunjuk petugas membantu puskesmas dalam pelacakan Meminta bantuan puskesmas untuk membimbingan bundo kandung dalam melaksanakan pendataan puskesmas. Sosialisasi bersifat pemasaran untuk tingkat kenagarian yang dikoordinir oleh KAN Melakukan pembinaan untuk ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dan bundo kandung Melakukan musyawarah internal suku membahas langkah-langkah yang akan dilakukan dan menyebarluaskan kepada anggota keluarga dalam kelompok suku masing-masing tentang kegiatan penanggulangan gizi buruk. Meminta puskesmas melakukan pembinaan kegiatan anggota (bundo kandung)

Pelacakan Kasus Gizi Buruk Pendataan Jumlah Balita/ Kepala Keluarga Sosialisasi dan Penyebarluasan Informasi

Peranan puskesmas kegiatan dilakukan oleh TIM puskesmas.

Pelatihan /pembinaan

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

15

Tabel 2. Lanjutan.
Kegiatan Analisis data dan penetapan kasus gizi buruk Perumusan masalah dan pembuatan rencana kegiatan Puskesmas Pengolahan data. Potensi ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai -

menyampaikan besaran masalah yang ada dan tujuan kegiatan yang harus dicapai.

Implementasi

Minotoring

Menetapkan daftar kecukupan kalori dan protein untuk balita yang menderita gizi buruk Pemantauan status gizi anak, pemeriksaan perkembangan kesehatan dan kecukupan makanan yang diberikan.

Ninik mamak mengkoordinir kegiatan di Rumah Gadang. Mengumpulkan anggota keluarga di Rumah gadang, Memimpin musyawarah, penggalian sumber dana dengan tungganai dan kepala-kepala keluarga yang ada dalam satu suku/rumah gadang dan anggota kelompok keluarga yang mempunyai ekonomi lebih, sehingga berkesinanbungan. Bekerja sama dengan puskesmas untuk menetapkan langkah-langkah yang harus ditemapuh Menetapkan petugas pengelola dana sosial, petugas pengelola penyaluran bantuan makanan tambahan. Ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai termasuk sebagai donasi.

Memonitor kegiatan keluarga yang mendapatkan bantuan dengan mengunjungi rumah penderita gizi buruk. Memonitor kegiatan yang dilakukan oleh anggota bundo kandung tentang penggalangan dana sosial, jika ada kendala dilapangan. Merujuk jika diperlukan perawatan lebih lanjut dan memberikan biaya lanjutan

16

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Tabel 2. Lanjutan.
Kegiatan Evaluasi Puskesmas Menyampaikan hasil perkembangan status gizi balita. Potensi ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai Mengkoordinir evaluasi kegiatan di lakukan di Rumah Gadang, Mengajak seluruh kepala keluarga dalam kelompok suku/kaum. Mengundang puskesmas sebagai narasumber Menerima laporan feedback hasil kegiatan penanggulangan gizi buruk berbasis rumah gadang berupa penggalangan dana sosial, perkembangan pemberian bantuan untuk keluarga yang menderita gizi buruk.

Kesimpulan
Kinerja program gizi Puskesmas Sungai Dareh masih memerlukan peningkatan menajeman program gizi di tingkat puskesmas. Strategi penanggulangan gizi buruk di Puskesmas Sungai Dareh masih bersifat sementara yang mengutamakan penanganan kasus (kuratif), tetapi kegiatan yang bersifat preventif belum dikembangkan dengan meningkat peran puskesmas melalui pendekatan kerjasama lintas sektor dan menggerakkan keterlibatan ninik mamak alim ulama dan cerdik pandai sehingga masalah gizi buruk merupakan tanggung jawab bersama. Keterwakilan ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dalam proses penanggulangan gizi buruk secara sistematis belum terlaksana, baik pada proses penetapan masalah, perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi, tetapi mereka punya potensi untuk dilibat seperti peran, dukungan terhadap penanggulangan gizi buruk. Peran ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dalam penanggulangan gizi

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

17

buruk adalah akan memberikan pertolongan baik materi maupun moril, melaksanakan fungsinya sebagai tokoh adat, dan membawa anak cucu kemenakan ke unit pelayanan kesehatan. Dukungan yang akan diberikan terhadap anak cucu kemenakan menderita gizi buruk oleh ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai adalah bersedia terlibat langsung dalam program penanggulangan gizi buruk, akan menyediakan sarana rumah gadang untuk pelaksanaan program gizi buruk dan mendukung penggalangan dana sosial dalam internal suku.

Saran
Dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas dapat membuat strategi penanggulangan gizi buruk dan memperhatikan fungsi puskesmas dan budaya setempat, sehingga tokoh-tokoh adat mempunyai pimikiran bahwa masalah gizi buruk merupakan program pokok mereka. Untuk peningkatan kinerja program gizi puskesmas melakukan strategi menggalang kerjasama lintas sektor dan bekerjasama (mitra) dengan masyarakat beserta pihak dunia usaha yang ada dalam memobilisasi sumberdaya guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan, pertumbuhan, perkembangan balita dan dapat memanfaatkan posyandu setiap bulan. Puskesmas perlu melakukan kegiatan simulasi penanggulangan gizi buruk di posyandu dalam satu kenagarian atau di satu wilayah kerja puskesmas. Momentum semacam itu dapat memberi kesempatan masyarakat berpartisipasi dan menggugah keterlibatan mereka dalam program kesehatan. Promotive program gizi dilakukan secara khusus yang sesuai dengan kondisi budaya setempat masyarakat sehingga mudah penerapannya bagi masyarakat.

18

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan RI. (2007) Upaya Peningkatan Status Gizi Masyarakat, Masalah Gizi di Indonesia. Jakarta 2. Departemen Kesehatan RI. (2002) Arrime Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta. 3. Martinah (2006) Revitalisasi Posyandu Mengatasi Wabah [Internet]. Sinar Harapan, 15 Mei 2005. Available from: <http://www.sinarharapan.com> [Accessed 2 Maret 2007]. 4. Taslim, N. A., (2005) Kotroversi seputar gizi buruk [Internet]. Iniversitas Hasanuddin, Makasar, Makalah-Artikel, Available from: <http://www.gizi.net> [Accessed 20 Maret 2007]. 5. Sulistiyani, A.T. (2004) Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gava Media. Yogyakarta. 6. Undri, (2004) Kepemilikan Tanah di Sumatera Barat tahun 1950-An. Kasus Konflik Kepemilikan Tanah Perkebunan Karet di Kabupaten Pasaman. 7. Amir, M. S., (2006) Adat Minangkabau, Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Mutiara Sumber Widya. Jakarta Pusat. 8. Wenger, E. (2003) The Public Involvement Community of Practice at Health Canada. A case study. Public Involvement community of Practice. Health Canada. 9. Azwar, N. (2007) Sejarah Negara terhadap Nagari: Wali Nagari Mesti Berkaca [Internet]. Mantagisme, Februari 14, 2007. Available from: <htpp://wordpress.com//www.snap.com> [Accessed 16 Maret 2007]. 10. Suharto, E. (2005) Analisis Kebijakan Publik. Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Alfabeta. Bandung.

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

19

11. Suparmanto, S. A. (2006). Masyarakat Perlu Ditempatkan Sebagai Subjek. [Internet]. Available from: <Gizi.net> [Accessed 21 Maret 2007].

20

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai