Anda di halaman 1dari 9

Yang penting : no.2 dan no.

4 Hubungan makanan dan kesehatan Masalah pemberian makanan yang berhubungan dengan gizi, yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan di masa akan datang. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan gizi yang berakibat kerusakan yang sulit bahkan mungkin tak dapat ditolong. Kiranya tidak terlalu berlebihan walaupun perlu studi yang mendalam, pakar gizi menyatakan bahwa krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia 2002 ini juga belum ada tanda-tanda selesai telah menghilangkan potensi bangsa Indonesia satu generasi, artinya anak-anak yang hidup pada 5 tahun lebih masa krisis ekonomi ini dikhwatirkan tidak berkembang kemampuan intelektualnya sehingga pada 50 sampai 70 tahun mendatang ketika ia harus memimpin bangsa ini maka akan ada kemunduran kemampuan satu generasi. Penundaan pemberian perhatian pemeliharaan gizi yang tepat terhadap anak-anak akan menurunkan nilai potensi mereka sebagai sumber daya pembangunan masyarakat dan ekonomi nasional. Anak-anak memerlukan penanganan serius terutama jaminan ketersediaan zat-zat gizi sedini mungkin. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, di antaranya adalah:

a. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan menurunnya produktivitas kerja
manusia. Hal ini berarti akan menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.

b. Kekurangan gizi berakibat menurunnya kualitas kecerdasan manusia muda yang pandai yang
sangat dibutuhkan dalam pembangunan bangsa.

c. Kurangnya gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja, yang berarti
menurunnya produtktivitas kerja manusia. Berbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia, dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari cadangan tubuh. (Rachmad Soegih dkk, 1987). Dalam hal penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan pola makan dan kesehatan. Perawat perlu memperhatikan berbagai aspek. Budaya dan makanan memiliki hubungan yang sangat erat misalnya di daerah tertentu, pola makannya adalah 3 kali

sehari namun didaerah lai hanya 2 kali sehari. Konsumsi dan penyajian makanan berkaitan dengan budaya individu, keluarga, dan komunitas setempat. Kondisi tersebut akan banyak dijumpai perawat dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga. Sehingga pemahaman akan budaya juga sangat penting untuk mempermudah komunikasi dan pemberian informasi kepada masyarakat (Ferry dan Makhfudli,2009). Sumber Bahan Makanan Dalam hal diet, pasien sering menanyakan pertanyaan dari pasien atau klien mengenai jenis-jenis makanan yang harus ditingkatkan atau dibatasi guna membantu kesembuhannya. Jika petugas kesehatan tidak mengetahui komposisi nutrient dan unsure-unsur berkhasiat dalam tiap makanan, maka akan sangat menyulitkan proses edukasi terhadap pasien. Pengelompokkan makanan: a. Kelompok hijau Adalah kelompok sayuran dan buah yang bisa dikonsumsi relative lebih bebas, khususnya sayuran yang tidak berwarna (kubis, taoge, ketimun, sawi putih) dan buah yang tidak manis, yang banyak mengandung air sert a serat (apel, belimbing, jambu, semangka,melon). Kelompok hijau merupakan sumber vitamin, mineral serta serat makanan. b. Kelompok kuning Merupakan kelompok sereal, biji-bijian dan umbi-umbian dapat dikonsumsi sekitar 300450 gr bahan matang/hari pada diet 1500-2100 kalori. Kelompokk ini merupakan sumber karbihidrat kompleks yang memberikan kalori bagi kegiatan sehari-hari c. Kelompok jingga Adalah kelompok protein hewani maupun nabati yang menjadi sumber bahan pembangun untuk perbaikaj jaringan tubuh yang aus dan pertumbuhan disamping untuk kepentingan metabolism. Kelompok jingga dianjurkan untuk dikonsumsi sekutar 150-300 gr.hari pada diet 1500-2100 kalori. d. Kelompok Merah Terdiri atas 3 jenis bahan makanan (Tiga G) dan produk-produk yang dibuat dari bahan makanan tersebut. Jenis bahan makanan ini adalah gula, garam, gajih/minyak. Produknya antara lain makanann manis seperti permen, coklat, tarcis, abon, dendeng, kecap manis; makanan asisn seperti ikan asin, ebi, kecap asin, taoco/taosi seta bahan makanan yang

mengandung natrium (vetsin, natrium benzoate, soda kue); dan makanan berminyak yang mencakup makanan gorengan serta makanan yang gurih (bersantan). Orang yang berusia menengah ke atas dan mengahadapi resiko penyakit vaskuler, metabolic serta degenaratif harus membatasi kelompok merah dan lebih banyak mengonsumsi kelompok hijau. Demikian pula, obesitas harus mengurangi konsumsi kelompok merah terutama minyak/lemak. Proporsi lemak dalam makanan sehari adalah 20-30% dari total kalori. Dengan kata lain, diet 1500 kal. Memerlukan sekitar 30-50 gr lemak/minyak dalam makanan perhari dengan kandungan minyak jenuh tidak lebih dari 5 % (Andri,2006).

Pengukuran Status Gizi Masyarakat a. Antropometri Penggunaan pengukuran antropometri, khususnya Berat badan merupakan prinsip dasar pengkajian gizi dalam status medis. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energy. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperi lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Untuk mengkaji status gizi secara akurat, beberapa pengukuran yang spesifik juga diperlukan dan pengukuran ini mencakup indeks massa tubuh, serta lingkar perut (Andry,2006). Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur dapat mengakibatkan interpretasi status gizi salah. Batasan umur yang digunakan (Puslitbang Gizi Bogor, 1980): a. Tahun umur penuh (completed year) Contoh: 6 tahun 2 bulan, dihitung 6 tahun 5 tahun 11 bulan, dihitung 5 tahun b. Bulan usia penuh (completed month) untuk anak umur 0-2 tahun Contoh: 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan 2 bulan 26 hari, dihitung 2 bulan

Berat badan Hal-hal yang harus diperhatikan jika kita menggunakan BB sebagai satu-satunya criteria untuk menentukan keadaan gizi seseorang:

a. BB harus dimonitor untuk memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi preventif secara dini (dan intervensi guna mengatasi kecenderungan penurunan /penambahan berat badan yang tidak dikehendaki). b. BB harus dievaluasidalam konteks riwayat berat badab pasien yang meliputi gaya hidup maupun status Berat badan yang terakhir. c. BB tidak member informasi tentang komposisi tubuh dan dengan demikian tidak efektif untuk menentukan resiko penyakit kronis. Namun, IMT ddan lingkaran perut dapat menentukan obesitas abdominal yang merupakan faktor resiko penyakit metabolic serta vaskuler. d. Pada pasien yang berat badannya tidak bisa diukur karena bedrest total sementara timbangan tempat tidur tidak tersedia, atau karena mengalami edema/asites,maka dapat digunakan rumus seperti dalam table 6.3 atau 6.4.* e. Pasien yang berukuran tubuh besar tapi bukan gemuk dapat memiliki nilai IMT diatas nilai standar, namun tidak ada hubungannya dengan kelebihan gizi (overweight/obes) atau penigkatan resiki penyakit vaskuler, metabolic, degenerative. f. Pasien-pasien obes dapat memilki defisiensi mikronutrien yang bermakna disamping deplesi lean body mass, khususnya selama menderita penyakit yang bera. Semua parameter ini harus di evaluasi dahulu dan kita tidak boleh berasumsi bahwa kelebihan berat sama dengan kelebihan gizi. g. Pasien yang mengalami edema, asites, hidrotoraks dapat memiliki berat badan tinggi yang tetap tetapi dengan status (andry,2006) gizi yang jelek seperti pada gagal ginjal kronis

Contoh kasus: Seorang px. Laki-laki dalam keadaan tirah baribg total, dengan bangun tubuh yang besar dan hasi pengukuran panjan badan, 158 cm. berapa perkiraan berat badan? Perkiraan BB: = (48 kg (untuk 152 cm pertama) + 6/25 x 2,7) + 10% = (48 + 6,6 ) + 5,4 = 60 kg Indeks massa tubuh Dihitung dengan pembagian berat badan (dalam kg) oleh tinggi (dalam m). kini IMT banyak digunakan di RS untuk mengukur status gizi karema meskipun hanya estimasi, tetapi lebih akurat daripada pengukuran BB saja.

Berat badan relative Merupakan alternative lain untuk menentukan status gizi seseorang. Berat badan relative adalah persentase berat badan dalam kilogram terhadap berat badan normal (tinggi badan dikurangi dengan 100). Namun, pengukuran BBR kini jarang dilakukan di rumah saakit karena peranannya untuk menentukan status gizi seseorang sudah banyak diganti oleh IMT. Rumus BBR adalah sebagai berikut: BBR= Berat Badan(Kg) X 100% TB (cm) - 100

Penilaian berdasarkan berat badan relatif : kurus (underweight) bila < 90% normal (ideal) bila 90 - 110% gemuk (overweight) bila > 110% obesitas bila > 120% obesitas ringan bila 120 - 130% obesitas sedang bila 130 - 140% obesitas berat bila 140 - 200% obesitas Morbid bila > 200%

Lingkar perut Pengukuran lingkaran perut (waist circumference) kini menjadi metode paling populer kedua (sesudah IMT) untuk menentukan status gizi. Cara pengukuran lingkaran perut ini dapat membedakan obesitas menjadi jenis perifer (obesitas tipe gynoid), abdominal (obesitas tipe android), dan obesitas tipe ovid (Division Xenical, 2007). Berikut adalah penjelasannya: a. Gynoid (Bentuk Peer) Lemak disimpan di sekitar pinggul dan bokong Tipe ini cenderung dimiliki wanita. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil, kecuali resiko terhadap penyakit arthritis dan varises vena (varicose veins). b. Apple Shape (Android) Biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe Gynoid, karena sel-sel lemak di sekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya ke dalam pembuluh darah dibandingkan dengan sel-sel lemak di tempat lain. Lemak yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan arteri (hipertensi), diabetes, penyakit gallbladder, stroke, dan jenis kanker tertentu (payudara dan endometrium). Melihat hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pria kurus dengan perut gendut lebih beresiko dibandingkan dengan pria yang lebih gemuk dengan perut lebih kecil.

Untuk diagnosis obesitas abdominal (tipe Android), lingkaran perut bagi wanita Asia adalah 80 cm dan bagi pria Asia adalah 90 cm (bagi wanita Kaukasian 35 inci dan pria Kaukasian 40 inci). c. Ovid (Bentuk Kotak Buah) Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetic

REFERENSI 1. Devi, Nirmala.2010. Nutrition and Food. Jakarta: Penerbit buku Kompas 2. Berman, Audrey .2009.Buku ajar praktik keperawatan klinis. Jakarta: EGC 3. Hartono, andry.2006.Terapi gizi dan diet tumah saki. Jakarta: EGC 4. Makhfudli dan Ferry Efendi. 2009. Keperwatan kesehatan komunitas-teori dan praktik keperawatan. Jakarta: penerbit salemba medika

Anda mungkin juga menyukai