Anda di halaman 1dari 9

Skenario 1 Sakit Kepala Tn M, 50 tahun mengeluh sering sakit kepala sejak 1 bulan, dan tidak berkurang meskipun sudah

minum obat sakit kepala. Ayahnya memang menderita hipertensi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/90 mmHg, batas jantung dan bunyi jantung I, II dalam batas normal. Dokter menganjurkan Tn. M untuk melakukan diet dan minum obat antihipertensi.

SASARAN BELAJAR : LI 1. Memahami Dan Menjelaskan Pembuluh Darah Jantung LO 1.1 Makroskopis 1.2 Mikroskopis LI 2. Memahami Dan Menjelaskan Hipertensi LO 2.1 Etiologi 2.2 Epidemiologi 2.3 Klasifikasi 2.4 Patofisiologi 2.5 Manifestasi Klinis 2.6 Diagnosis Dan Diagnosis Banding 2.7 Penatalaksanaan 2.8 Komplikasi 2.9 Prognosis 2.10 Pencegahan

LI 1. Memahami Dan Menjelaskan Pembuluh Darah Jantung LO 1.1 Makroskopis

LO 1.2 Mikroskopis

LI 2. Memahami Dan Menjelaskan Hipertensi LO 2.1 Etiologi Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic dan angka diastolic pada pemeriksaan tensi darah. Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Selain itu ada beberapa factor resiko terjadinya hipertensi yaitu : a) Diet tinggi garam b) Stres c) Ras d) Obesitas e) Merokok f) Kebiasaan mengonsumsi alkohol g) Genetis h) Aktivitas kurang LO 2.2 Epidemiologi Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4%, kedua hipertensi 6,8%, penyakit jantung

iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6% (Hasil Riskesdas 2007). Data Riskesdas 2007 juga disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%). Prevalensi hipertensi yang tinggi terdapat baik pada populasi laki-laki maupun perempuan, di perkotaan ataupun di pedesaan, dimana semakin tinggi usia semakin tinggi pula prevalensinya atau bertambahnya usia kemungkinan terkena hipertensi juga menjadi lebih besar. Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan pada 2 mekanisme yaitu gangguna sekresi hormon dan gangguan fungsi ginjal. Pasien hipertensi sering meninggal dini karena komplikasi jantung. LO 2.3 Klasifikasi Hipertensi dibagi dua jenis berdasarkan penyebabnya : 1). Hipertensi primer (esensial atau idiopatik) Hipertensi primer dapat disebabkan oleh berbagai sebab yang tidak diketahui dan bukan merupakan entitas tunggal. Hipertensi primer memiliki kecenderungan genetic kuat yang yang dapat diperparah oleh faktor-faktor kontribusi misalnya kegemukan, stress, merokok, dan ingesti garam berlebihan. Di bawah ini adalah hal - hal yang dapat menjadi faktor penyebab hipertensi esensial. a. Defek pada penanganan garam. Gangguan fungsi ginjal GFR akumulasi Na dan air di dalam tubuh tekanan arteri b. Kelainan membrane plasma, misalnya gangguan pompa Na+-K+ Perubahan gradien elektrokimia di kedua sisi membranperubahan eksitabilitas dan kontraktilitas jantung dan otot polos dinding pembuluh darah tekanan darah c. Tekanan fisik pada pusat control kardiovaskular oleh suatu arteri di atasnya. d. Zat mirip digitalis endogen Mekanisme kerja zat mirip dengan obat digitalis kontraktilitas jantung, kontriksi pembuluh darah, pengeluaran garam hipertensi kronik. e. Perubahan pengaturan EDRF/NO Jumlah NO efek vasodilatasi tekanan darah 2). Hipertensi sekunder Hipertensi ini terjadi karena masalah primer lain yang penyebabnya dapat diketahui. Dapat digolongkan menjadi 4 katagori : a. Hipertensi kardiovaskular Pengerasan arteri aterosklerosis TPR Tensi b. Hipertensi renal Kerusakan ginjal eliminasi garam dan airvolume plasma hipertensi c. Hipertensi endokrin i. Feokromositoma : epi dan NEcurah jantung dan vasokontriksi ii. Sindrom Conn : aldosteronkadar garam dan air dalam tubuhvolume plasma d. Hipertensi neurogenik

Lesi sarafdefect pada baroreseptor atau pusat control kardiovaskuler kesalahan kontroltekanan darah Berdasarkan tingkatannya : Kategori Normal Hipertensi Perbatasan Hipertensi Ringan (Stadium 1) Hipertensi Sedang (Stadium 2) Hipertensi Berat (Stadium 3) Hipertensi Maligna (Stadium 4)

Tk Darah Sistolik Dibawah 130 mmHg 130 139 mmHg 140 159 mmHg 160 179 mmHg 180 209 mmHg Diatas 210 mmHg

Tk Darah Diastolik Dibawah 85 mmHg 85 89 mmHg 90 99 mmHg 100 109 mmHg 110 119 mmHg Diatas 120 mmHg

LO 2.4 Patofisiologi LO 2.5 Manifestasi Klinis Tanda : 1. Peningkatan tensi di atas normal (>120/80 mmHg) 2. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler Gejala : 1. Mual dan muntah 2. Nokturia (buang air kecil sering di malam hari) 3. Sakit kepala saat terjaga akibat peningkatan tekanan darah intrakranium 4. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat 5. Gejala lainnya adalah pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan (jarang), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang. 2.6 Diagnosis Dan Diagnosis Banding Diagnosis ditegakkan berdasarkan : 1. Anamnesis - Riwayat hipertensi pada keluarga (70-80%), DM, dyslipidemia, PJK, stroke - Riwayat penggunaan OAH (obat antihipertensi) atau obat lainnya - Gejala yang timbul - Kebiasaan gaya hidup - Psikososial 2. Pemeriksaan Fisik - Pengukuran tekanan darah : posisi duduk tenang dan nyaman, bebas rokok dan kafein - kontol secara periodic 3. Pemeriksaan untuk menentukan faktor resiko

1.Foto rontgen Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah telah terjadi kardiomegali atau tidak. 2. EKG Pemeriksaan EKG berfungsi untuk melihat apakah sudah terjadi hipertrofi ventrikel kiri atau tidak. 3. Tes urinalisis Tes urinalisis terdiri dari tes darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah. Tes ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan ginjal dari penderita, apakah sudah mengalami kegagalan fungsi atau belum. 4. Glukosa darah Tes glukosa darah dilakukan untuk menyingkirkan beberapa penyebab dari penyakit hipertensi, seperti diabetes mellitus dan intoleransi glukosa. 5. Kolesterol HDL dan kolesterol total serum Tes ini dilakukan untuk melihat resiko adanya penyakit kardiovaskular lain di masa yang akan datang. Diagnosis Banding a. Penyakit Jantung Hipertensi Adanya riwayat hipertensi, kesan pembesaran jantung (perkusi) dan pada foto rontgen terlihat pembesaran ventrikel kiri. Kemudian dengan factor resiko umur yang rentan terkena penyakit hipertensi dan penyakit jantung, dan juga tingkat stress di lingkungan kerja khususnya. b. Hipertensi Pulmonal Gejala yang dominan adalah tidak toleran terhadap kerja ; kadang-kadang ada nyeri dada precordial, pusing, sinkop atau nyeri kepala. Kadang disertai tungkai dingin, penderita tampak abu-abu disertai curah jantung rendah. Pada gambaran foto rontgen terdapat pembesaran jantung bagian kiri dan kanan. c. Hipertensi Sekunder Terjadinya tekanan darah tinggi akibat penyakit tertentu. Misalnya : penyakit ginjal (glomerulonephritis akut), penyakit endokrin (hipertiroid), tumor karsinoid, kelainan neurologis (ensefalitis, keracunan timah), stress akut dan lain-lain. d. Koarktasio Aorta Manifestasi klinis tergantung pada tempat dan luasnya obstruksi dan adanya anomali jantung yang menyertainya, paling sering katup aorta bikuspidal. Sebagian besar keluhan bersifat asimtomatik seperti pusing dan ekstremitas dingin. Keluhan dapat berupa nyeri kepala yang hebat serta epitaksis yang timbul. Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan. LO 2.7 Penatalaksanaan Farmakologi : 1. Diuretik thiazide

Biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium. 2. Penghambat adrenergik Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah. 3. Angiotensin-II-bloker Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACEinhibitor. Menurunkan tekanan darah tanpa mempengaruhi frekuensi denyut jantung. 4. Antagonis kalsium Menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme benar benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada - orang kulit hitam - lanjut usia - penderita angina pectoris (nyeri dada) - denyut jantung yang cepat - sakit kepala migren 5. Vasodilator langsung Menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat antihipertensi lainnya. Non Farmakologi : Strategi pengobatan hipertensi harus dimulai dengan perubahan gaya hidup (lifestyle modification) berupa diet rendah garam, berhenti merokok, mengurangi konsumsi alcohol, aktifitas fisik yang teratur, dan penurunan berat badan bagi pasien dengan berat badan lebih. Selain dapat menurunkan tekanan darah, perubahan gaya hidup juga terbukti meningkatkan efektivitas obat antihipertensi dan menurunkan resiko kardiovaskular. LO 2.8 Komplikasi 1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non - otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi spada hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal. 2. Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.

3. Gagal ginjal kronik terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler kapiler ginjal glomerulus. 4. Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi akibat tekanan yang sangat tinggi. Pada kelainan ini menyebabkan peningkatan kapiler mendorong cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal ini dapat menyebabkan kejang, gangguan kesadaran hingga koma. 5. Retinopati hipertensi karena rusak atau rupturnya pembuluh darah mata. 6. Edema paru. LO 2.9 Prognosis Prognosis pada kasus ini tergantung pada penatalaksanaan yang dijalani oleh pasien. Prognosis menjadi baik bila pasien mengikuti terapi yang dianjurkan. Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah akan memperburuk prognosis pasien dan meningkatkan mortalitasnya. Pada penderita hipertensi, terapi yang dilakukan adalah terapi seumur hidup. LO 2.10 Pencegahan a) Mengurangi dalam hal mengkonsumsi garam. Bila kita menginginkan terhindar dari penyakit hipertensi ini alangkah baiknya kita sedari awal mengkonsumsi garam, karena konsumsi garam yang berlebihan akan meningkatkan faktor resiko hipertensi itu sendiri. b) Melakukan rutinitas dalam berolahraga. Olahraga ini efektif sekali dalam hal mencegah berbagi macam penyakit, termasuk penyakit hipertensi ini. Olahraga akan meningkatkan kesehatan dan juga daya tahan tubuh. Bila telah menderita penyakit hipertensi maka olahraga yang disarankan adalah olahraga yang ringan selama 30 menit dan seminggu paling tidak 3 kali. Olahraga ringan seperti halnya bersepeda dan juga berjalan kaki. c) Rajin dalam mengkonsumsi makanan dan juga buah-buahan yang kaya akan serat seperti halnya melon, tomat dan juga sayuran hijau. d) Menghindari dari konsumsi alkohol. e) Mengendalikan kadar kolesterol jahat dalam tubuh dan juga menghindari kegemukan atau obesitas. f) Tidak merokok dan bagi para perokok maka pencegahan hipertensi ini dengan menghentikan merokok itu sendiri. g) Menghindari dan mengendalikan diabetes bila mempunyai penyakit DM tersebut.

Anda mungkin juga menyukai