Anda di halaman 1dari 8

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus dan membahas faktor penghambat serta faktor Pendukung sewaktu melakukan Asuhan keperawatan pada gangguan system Sistem

Musculoskeletal Post Pemasangan Skeletal Traksi pada Pasien dengan Open Fraktur Femur dextra melalui pendekatan proses keperawatan antara lain: 1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, social, dan spiritual. Kemampuan perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah

mempunyai kesadaran / tilik diri , kemampuan mengobservasi dengan akurat, kemampuan berkomunikasi terapeutik dan senantiasa mampu berespon secara efektif. Pada penerapan dilapangan pengkajian yang penulis lakukan pada pasien post pemasangan skeletal traksi pada open fraktur femur tidak banyak menjumpai kesenjangan. Penerapan pengkajian yang

59

dijelaskan pada teoritis hampir semua bisa penulis laksanakan pada pasien tersebut. Seperti yang dijelaskan pada teoritis adanya

keterbatasan gerak, kurang nyaman karena nyeri, adanya hipotensi dan takikardi sebagai respon dari nyeri. Semuanya itu paenulis temukan pada pasien yang penulis rawat ini. Pada saat melaksanakan asuhan keperawatan panulis juga menemukan beberapa data yang menjadi masalah keperawatan yaitu pasien kurang perawatan diri yang ditandai dengan rambut kotor,gigi kuning dan berkarang. Pasien juga tidak mengerti tentang tata laksana perawatan penyakitnya. Dan pasien juga sebelum masuk rumah sakit telah berobat ke dukun patah/pengobatan patah secara tradisional.

2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Diagnosa keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat yang menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukan masalah kesehatan yang dirasakan klien.

60

Adapun diagnosa untuk fraktur dengan pemasangan traksi skeletal yang dijelaskan pada teoritis adalah sebagai berikut: 1) Resiko tinggi trauma tambahan berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler dan tekanan. 2) Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat

traksi/immobilisasi, stress, ansietas. 3) Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer 4) Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas. 5) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler dan alat traksi, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan. 6) Kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan menjalankan aktifitas kehidupan sehari-hari. 7) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka, pemasangan pen traksi, perubahan sensasi, imobilisasi fisik. 8) Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan,

luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan. 9) Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
61

Adapun

diagnosa

yang

ditegakkan

dalam

kasus

asuhan

keperawatan adalah sebagai berikut: 1) Nyeri berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang dan prosedur pemasangan traksi skeletal. 2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses penyakit dan traksi. 3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka debridement dan post tusukan pin traksi skeletal. 4) Kurang perawatan diri makan, hygine dan aktivitas toileting berhubungan dengan traksi. 5) Kurang pengetahuan mengenai program terapi berhubungan dengan kurang informasi dan tidak mengenal sumber informasi. Ada beberapa diagnosa keperawatan yang tidak penulis temukan pada saat melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan adalah resiko trauma tambahan berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler dan tekanan, resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer, resiko tinggi kerusakan pertukaran gas, masalah ini tidak muncul karena pasien cepat mendapatkan perawatan baik dari pertama masuk rumah sakit atau sewaktu perawatan diruang inap. Hal ini ditunjukkan dengan data tingkat kesadaran pasien bagus setelah keluar dari kamar operasi, data juga menunjukan posisi traksi dan posisi tulang baik hal ini Nampak pada hasil foto rontgen post pemasangan skeletal traksi.
62

Sedangkan diagnosa resiko tinggi terhadap infeksi disini tidak penulis tegakkan lagi berhubung luka pasien tersebut sudah menunjukkan data luka yang infeksi bukan lagi beresiko tinggi akan infeksi, seperi bau yang khas,adanya puss dan perdarahan. Penulis menegakkan diagnosa kerusakan integritas kulit, Namun demikian masalah luka yang sudah infeksi tersebut penulis fokuskan pada penatalaksaan nyeri. Karena penulis beranggapan nyeri itu adalah salah satu dari pada tanda-tanda infeksi.

3. Rencana Keperawatan Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi..Pada dasarnya tindakan keperawatan terdiri dari tindakan observasi dan pengawasan, terapi perawatan, pendidikan kesehatan dan tindakan kolaborasi. Pada teoritis dijelaskan pasien dengan fraktur direncanakan untuk menggunakan tempat tidur orthopedic apalagi pasien dengan

pemasangan traksi dengan tujuan karena pasien fraktur diindikasikan untuk immobilisasi, namun pada saat melaksanakan asuhan keperawatan

63

pasien ditidurkan pada tempat tidur biasa. Pada dasarnya tidak menjadi sebuah kendala yang signifikan karena pemantauan yang adekuat diperlakukan pada pasien tersebut oleh perawat ruangan dan mahasiswa ko-ass yang bertugas dan bertanggung jawab diruangan tersebut. Sehingga sekecil mungkin perubahan yang mungkin terjadi pada pasien menjadi sebagai dasar data focus dalam pelaksanaan perawatan selanjutnya. Pada masalah nyeri direncanakan untuk melokalisasi nyeri , menentukan intensitas nyeri dengan menggunakan skala neyeri. Pada masalah kerusakan mobilisasi fisik direncanakan untuk mempertahan kekuatan otot selama perawatan terutama pada otot-otot atau sendi yang tidak sakit. Pada masalah kurang pengetahuan diharapkan pasien dan keluarga mengenal informasi yang benar tentang tata laksana perawatan patah tulang. Dan pada masalah kurang perawatan direncakan pasien bias terpenuhi kebutuhan aktifitasnya sehari-hari seperti

makan,minum,kebersihan diri, dan toileting.

4. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap pelaksanaan ini tidaklah sistematis seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan, akan tetapi intervensi yang telah diberikan oleh penulis saat
64

melaksanakan asuhan keperawatan ini sudah sangat maksimal sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dirasakan pasien. Untuk memaksimalkan pemberian intervensi, penulis selalu memvalidasikan kembali data dan masalah yang dihadapi pasien dan memvalidasi kembali secara singkat apakah rencana asuhan masih sesuai dan dibutuhkan pasien pada kondisi saat ini. Penulis juga meningkatkan kemampuan personal dan skill sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan seperti perawatan pen traksi dan perawatan luka pada patah terbuka. Pada pasien tersebut pelaksanaan tindakan keperawatan lebih focus pada perawatan luka yang sudah infeksi yaitu dengan mengganti balutan pagi dan sore. Memberi penyuluhan dan memberi informasi yang dibutuhkan pasien mengenai fraktur. Membantu dan mengajarkan perawatan diri/kebersihan diri pada pasien. Dan penulis selalu melakukan kolaborasi dengan tim medis lain setiap adanya keluhan pasien dan kolaborasi dalam hal pemberian terapi medis.

5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini penulis menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Adapun masalah pasien dapat teratasi pada hari pertama implentasi adalah Kurang pengetahuan
65

mengenai program terapi berhubungan dengan kurang informasi dan tidak mengenal sumber informasi dan Kurang perawatan diri makan, hygine dan aktivitas toileting berhubungan dengan traksi. Kedua masalah tersebut ditunjukkan dengan Klien memahami kondisi, prognosis dan pengobatan dengan Kriteria Hasil pasien bisa Melakukan dengan benar prosedur perawatan yang diperlukan dan dapat menjelaskan alasan tindakan, Berpartisipasi dalam rencana perawatan. Pasien juga tampak bersih dan semangat, pasien juga sudah mau mandi pagi dan sore. Sedangkan Diagnosa yang belum teratasi sepenuhnya dan masih dalam perawatan perawat dan dokter adalah Nyeri berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang dan prosedur pemasangan traksi skeletal, Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses penyakit dan traksi,debridement dan pemasangan traksi lagsung ke tulang. Hal tersebut terjadi karena indikasi perawatan pasien fraktur adalah immobilisasi dan juga disebabkan pasien tersebut termasuk kategori fraktur terbuka derajat III dengan luka dan kerusakan sampai mengenai tendon dan otot-otot saraf tepi. Sementara luka yang sudah infeksi menunjukkan nilai perbaikan yang sangat baik juga yaitu perdarahannya tidak lagi, puss mulai berkurang. Dan pada tanggal 14 Juni 2012 direncanakan akan debridement ulang.

66

Anda mungkin juga menyukai