Tertiary basins of Indonesia associated with the island arc system are traditionally classified as back deep, inter-deep and fore deep basins
Taking the time of development into consideration the tertiary basins can be distinguished as:
Paleogene basins, which include:
Intra-montane basins Continental margin basins with carbonate platform development
From the point of view of coal deposition the most important basins are:
Paleogene Intra-montane basins Neogene foreland (back deep) basins Neogene Deltaic (continental marginal) basins
Coal is found in the pre-transgressive stage of the Paleogene intra-montane basins and in the the post-regressive stage of the Neogene basin type
Intramontana dan Foreland basin berkembang di Sumatera, Kalimantan dan Jawa (relatif kecil) Delta terbentuk di Kaltim Di Jawa terjadi sedimentasi teristrial hanya di bagian barat saja (Pr Transgresi). Di bagian tengah dan timur sedimen marine langsung terendapkan diatas batuan dasar pra-tersier. Di Kalbar ada cekungan Intramontana dengan sedimen darat Awal Miosen terjadi Transgresi di daratan Sunda, semua basement tertutup oleh karbonat platform
Cirinya:
Penyebaran terbatas (oleh Graben) Pengendapan bersamaan dengan aktivitas tektonik Ketebalan bervariasi dan banyak lapisan Selalu berkaitan dengan busur vulkanik
Secara umum terjadi sedimentasi Neogen hanya pada Backdeep. Ada yang mengatakan bahwa regresi terjadi bukan akibat orogenesa tetapi akibat sedimentasi yang lebih cepat dari penurunan cekungan. Siklus regresi berawal pada Miosen Tengah, sedimentasi berubah dari laut dalam, laut dangkal, delta, kontinental Dalam siklus regresi ini juga terjadi pengendapan batubara, penyebarannya luas
Di Cekungan Barito regresi berkembang sangat baik (Formasi Warukin dan Dohor) yang terendapkan langsung diatas karbonat pada fase Transgresi (Fm. Berai) Cekungan Delta Kaltim (Kutei dan Tarakan) pengendapan langsung terjadi di atas Transgresi Eosen Batubara Mahakam
Fm Pamaluan dan Pulubalang Miosen Awal Fm. Balikpapan dan Kampung Baru (MiosenPliosen)
The tectonic framework of western Indonesia has been described by Koesoemadinata and Pulunggono (1974). It consist of: Stable Sunda Landmass, which remained tectonically stable during the entire Tertiary Foreland Basins, wihich are partly superimposed on the Paleogee intra-montane basins The volcanic Inner-arc Geanticlined Uplift with exposed intra-montane basins Inter-arc Deep (continental margin basin) Non-volcanic Outer-arc Trench