Anda di halaman 1dari 8

TUGAS FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF

PAIN MANAGEMENT

Oleh : Anggraini Widya Ningrum Marifatul Fajriyah Yiyin 10613009 10613047

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

a. Definisi nyeri Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau keadaan yang menggambarkan kerusakan tersebut1.

b. Patofisiologi Berdasarkan asalnya, dibagi menjadi 2, yaitu : 1) Nyeri nosiseptif Nyeri nosiseptif adalh nyeri yang disebabkan oleh stimulasi langsung pada nosiseptor, baik secara mekanis, kimia, atau panas. Nyeri ini dibagi menjadi dua berdasarkan lokasinya, yaitu nyeri somatik dan visceral. a) Nyeri somatik Merupakan nyeri yang disebabkan adanya kerusakan jaringan yang menyebabkan pelepasan berbagai mediattor nyeri dan inflamasi yang kemudian memicu nyeri melalui aktivasi nosiseptor yang banyak dijumpai pada kulit, otot, atau jaringan lunak. Umumnya nyerrinya digambarkan sebagai nyeri tajam, menusuk, dan atau berdenyut-denyut yang relatif mudah diketahui lokasinya b) Nyeri visceral Nyeri yang disebabkan oleh stimulasi pada saraf otonom, dan terjadi pada rongga tubuh (visceral). Dideskripsikan nyerinya samar-samar, menyebar, dan sulit dipastikan lokasinya. 2) Nyeri neuropati Nyeri ini mengimplikasikan adanya cedera pada struktur syaraf, yang menyebabkan fungsi yang menyimpang pada sistem syaraf, baik pusat maupun perifer. Contohnya adalah sensitisasi syaraf pusat atau perifer yang

berkepanjangan dan interaksi abnormal antara sistem syaraf somatik dan simpatik. Nyeri digambarkan sebagai nyeri seperti rasa panas/terbakar, geli, mati rasa, atau pedih. Sifat nyerinya bersifat persisten dan sulit diobati dan cenderung hanya responsif sebagian saja terhadap terapi opiat1.

c. Mekanisme nyeri Mekanisme terjadinya nyeri dibedakan menjadi 4 tahap, yaitu : 1) Stimulasi

Terjadi rangsangan kimiawi yang merangsang pelepasan mediator nyeri dan mengaktivasi reseptor nyeri (nosiseptor) pada ujung syaraf, menyebabkan timbulnya potensial aksi yang kemudian diteruskan melalui serabut syaraf aferen menuju sumsum tulang belakang. 2) Transmisi Setelah menghantarkan impuls, ujung serabur syaraf aferen yang membentuk sinaps dengan bagian dorsal horn sumsum tulang belakang, melepaskan mediator nyeri dan dihantarkan menuju ke talamus otak. 3) Modulasi Tubuh memodulasi sensasi nyeri melalui beberapa proses yag kompleks. Syaraf dari batang otak akan melepaskan berbagai neurotransmitter inhibitory yang mengeblok neurotransmitter eksitatori pada serabut syaraf aferen primer. 4) Persepsi Persepsi atau kesadaran akan rasa nyeri merupakan hasil akhir dari rangkaian penghantaran impuls1. Secara singkat nyeri terjadi jika ada rangsangan nyeri yang akan memacu pelepasan mediator nyeri, yang kemudian merangsang reseptor nyeri (nosiseptor) sel syaraf aferen untuk kemudian diubah menjadi impuls untuk ditransmisikan ke SSP melalui sumsum tulang belakang menuju ke otak sehingga menghasilkan sensasi nyeri. d. Klasifikasi nyeri Dibagi menjadi tiga yaitu : 1) Nyeri akut Merupakan proses fisiologi yang menjadi tanda level dari suatu penyakit atau terjadinya kerusakan jaringan. Nyeri akut biasanya termasuk dalam nyeri nosiseptif, walaupun dapat juga termasuk dalam nyeri neuropati yang sangat erat terkait dengan level patologi. Penyebab umum nyeri akut adalah pembedahan, trauma, labor, penyakit akut, dan prosedur medis. 2) Nyeri kronis Nyeri yang menetap selama sebulan bahkan sampai menahun, menyebabkan perkembangan nyeri akut menjadi kronis. Nyeri ini termasuk nosiseptif dan neuropati, atau keduanya. Nyeri ini terkait penyakit kronis yang dialami pasien seperti osteoarthritis, nyeri tanpa penyebab organic yang diketahui seperti fibromyalgia, dan nyeri karena kanker.

3) Nyeri kanker Disebut juga nyeri malignant atau simply cancer pain. Tipe ini termasuk nyeri akut dan kronis. Nyeri timbul karena penyakit itu sendiri, karena pengobatan, dan prosedur diagnostic2.

e. Tata laksana terapi nyeri 1) Terapi non farmakologi Terdiri dari dua jenis, yaitu: a) Terapi stimulasi Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) telah banyak digunakan untuk memanage nyeri akut dan kronis. Namun hasil dari terapi ini masih bertentangan dan gagal untuk menunjukkan keberhasilan pengobatan. b) Intervensi psikologi Terapi ini terdiri dari beberapa tekhnik diantaranya training relaksasi, imagery, dan hipnosis menunjukkan keefektifitasannya untuk memanajemen nyeri baik karena yang disebabkan kanker. 2) Terapi farmakologi a) Analgetik non opioid Acetaminophen, apirin, dan NSAIDs digunakan untuk nyeri ringan sampai sedang. b) Analgetik opioid Digunakan untuk pengobatan nyeri sedang sampai berat. Contoh analgetik opioid lemah codein, hydrocodone, dan oxycodone. Sedangkan analgetik opioid kuat morfin, hydromorphone, oxymorphone, dll.

KASUS : Tn BM (65 thn) mengalami nyeri di bagian kaki akibat kesleo setelah pulang dari lari pagi. Pasien telah mencoba melakukan swa medikasi atas keluhan yang dideritanya yaitu dengan meminum aspirin. Hasilnya, nyeri kakinya belum hilang malah ditambah dengan nyeri lambung yang menjadi, sehingga pasien memutuskan periksa ke dokter. Oleh dokter, pasien di beri resep celecoxib. Riwayat penyakit terdahulu adalah IHD pada usia 50 tahun. A. FINDING Pasien : Tn BM Usia : 65 tahun

Pasien mengalami nyeri di bagian kaki akibat kesleo setelah pulang dari lari pagi. Pasien menggunakan aspirin untuk mengatasi nyerinya tetapi nyeri tidak membaik dan mengalami nyeri lambung. Pasien diberi obat celecoxib oleh dokter. Pasien memiliki riwayat penyakit IHD (iscemic heart disease) pada usia 50 tahun.

B. ASSESSMENT Pasien mengalami nyeri di bagian kaki akibat kesleo dan menggunakan aspirin untuk mengatasi nyeri ,tetapi nyeri tidak membaik dan pasien malah mengalami nyeri lambung.Kemungkinan pasien memiliki riwayat gangguan pada lambung karena aspirin yang digunakan pasien dalam jangka waktu yang pendek tetapi sudah menimbulkan nyeri lambung (pada kondisi normal nyeri lambung akan muncul saat penggunaan aspirin jangka panjang). Untuk mengatasi nyeri pada kaki dan nyeri pada lambung, pasien diberi celecoxib.

C. RESOLUTION Dari data yang ada bisa dilihat bahwa pasien mengalami nyeri yang bersifat akut dimana nyeri yang bersifat akut ini terjadi dengan durasi sampai 7 hari dimana penyebabnya mungkin diketahui atau tidak. Pada kasus ini, nyeri yang dialami pasien disebabkan karena kesleo. Berdasarkan asalnya,nyeri yang dialami pasien ini termasuk nyeri nosiseptif dimana adanya stimulasi langsung pada reseptor nyeri (nosiseptor), dan termasuk dalam kategori nyeri somatik karena adanya kerusakan jaringan yang menyebabkan pelepasan berbagai mediator nyeri dan inflamasi yang

kemudian memicu nyeri melalui aktivasi nosiseptor yang banyak dijumpai di kulit, otot atau jaringan lunak. Umumnya nyeri digambarkan sebagai nyeri tajam, menusuk, berdenyut-denyut dan mudah diketahui lokasinya. Terapi untuk mengatasi nyeri dapat dilakukan secara non-farmakologi dan farmakologi. Namun sebelum dilakukan penatalaksanaan nyeri, perlu dilakukan penilaian terhadap keparahan nyerinya dimanan ini akan menentukan terapi yang akan digunakan.

Cara penilaian nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan :

Tahap penatalaksaan nyeri :

Karena kita tidak bisa melakukan Numerik Rating Scale dan Face Pain Rating Scale untuk menilai keparahan nyerinya, maka kami menilai keparahan nyeri dari obat yang digunakan oleh pasien untuk mengatasi nyeri. Pasien menggunakan aspirin untuk mengatasi nyeri tetapi nyeri tidak membaik, jadi kemungkinan nyeri yang dialami pasien itu adalah lpknyeri sedang-berat. Pada pasien yang mengalami nyeri sedang, terapi farmakologi yang disarankan adalah menggunakan analgesik opiat dengan terapi ajuvan. Analgesik opiat yang bisa digunakan untuk mengatasi nyeri sedang adalah kodein, hidrokodon dan oksikodon. Obat apaa yg dipilih?? Terapi ajuvan yang bisa digunakan seperti NSAID atau paracetamol. Kami memilih menggunakan terapi ajuvan NSAID yaitu selektive menghambat COX-2 untuk menghindari resiko efek samping pada lambung/ GI tract. Contoh NSAID selektive menghambat COX-2 adalah celecoxib, rofecoxib atau meloxicam. obat apa yg dipilih?? Kami tidak menggunakan ajuvan paracetamol karena paracetamol spesifik menghambat COX-3 di SSP sehingga hanya akan menghambat pembentukan prostaglandin di sentral saja namun tidak di jaringan sehingga efek anti-inflamasinya rendah. Jika terapi farmakologi yang digunakan untuk mengatasi nyeri sedang tidak efektif, maka terapi dilanjutkan untuk mengatasi nyeri berat. Terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat adalah analgesik opiat seperti morfin, hydromorphon, oxymorphon, levorphanol dan methadon. Obat yang dipilih apa?? Jika penggunaan analgesik opiat tunggal tidak efektive untuk mengatasi nyeri berat, maka bisa dikombinasikan dengan ajuvan seperti NSAID atau paracetamol.

D. MONITORING Yang perlu dimonitoring adalah manifestasi klinis dari inflamasinya (kesleo) terkait gejala-gejala seperti kalor (panas), tumor (bengkak), nyeri (dolor) dan rubor (warna). Jika manifestasi klinis dari inflamasinya sudah berkurang maka penggunaan obat analgesik bisa dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai