Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan faktor pendukung perekonomian suatu Negara.

Untuk memajukan perekonomian suatu Negara diperlukan tenaga kerja yang berkualitas. Dalam suatu Negara, tenaga kerja ada yang dipekerjakan di dalam dan di luar Negara itu sendiri. Seperti halnya Indonesia, tenaga kerja Indonesia banyak bekerja di luar negeri. Tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, dapat menghasilkan devisa Negara yang turut mendukung perekonomian Indonesia. Sehingga mereka dikenal dengan istilah pahlawan devisa Negara. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berpendidikan rendah dengan keterampilan dan keahlian yang kurang memadai (minim), sehingga belum mempunyai keterampilan dan pengalaman yang baik serta maksimal untuk memasuki dunia kerja. Dengan demikian kualitas tenaga kerja di Indonesia tergolong rendah. Kualitas tenaga kerja yang rendah mengakibatkan kesempatan kerja semakin kecil dan terbatas. Karena mayoritas perusahaan-perusahaan atau lapangan kerja lainnya lebih memilih tenaga kerja yang berkualitas baik. Sehingga jarang tenaga kerja mendapatkan kesempatan untuk bekerja. Keterampilan dan pendidikan yang terbatas akan membatasi ragam dan jumlah pekerjaan. Rendahnya tingkat pendidikan akan membuat tenaga kerja Indonesia minim akan penguasaan serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan ketidaktahuan atau ketidakpahaman tenaga kerja Indonesia tentang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), tenaga kerja Indonesia akan mengeluarkan biaya yang tinggi dalam membuat hasil produksinya

(mencari cara yang tidak berhubungan dengan teknologi canggih dengan mengeluarkan biaya besar). Tenaga kerja Indonesia yang pengetahuannya rendah akan ilmu teknologi, akan membuat produknya dengan cara yang sederhana atau tradisional sehingga hasilnya kurang maksimal. Berbeda dengan proses produksi

yang menggunakan teknologi canggih, hasil produknya akan lebih berkualitas dibandingkan dengan proses pembuatan secara sederhana atau tradisional. Maka, jumlah hasil produksinya akan lebih sedikit, karena proses pembuatannya tidak efektif (lambat) dibandingkan dengan hasil produksi yang menggunakan teknologi canggih. Tingginya biaya produksi mengakibatkan hasil produksi Indonesia rendah dan sulit bersaing dengan produk negara lain. Selain itu, kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah juga di latarbelakangi oleh faktor kondisi internal tenaga kerja, seperti motivasi kerja, pengalaman kerja, keahlian/keterampilan, tingkat kehadiran, inisiatif dan kreativitas, kesehatan serta perilaku/sikap. Sedangkan untuk faktor eksternal, meliputi: kedisiplinan kerja, tingkat kerjasama, perasaan aman dan nyaman dalam bekerja, teknologi yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan dan bidang pekerjaan sesuai dengan bidang yang diminati. Motivasi bekerja yang kurang atau yang menunjukkan sifat kemalasan tenaga kerja akan membuat pekerjaannya tidak membuahkan hasil yang baik dan maksimal. Keterampilan tenaga kerja pun sangat mempengaruhi kualitas kerjanya. Sehingga kualitas tenaga kerja Indonesia dan hasil produksinya kurang maksimal.

B. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan tenaga kerja ? Seperti apa saja pekerjaan tenaga kerja Indonesia yang memiliki kualitas kurang memadai ?

C. Tujuan Tujuan umum kami menyusun dan membuat makalah ini adalah untuk mengetahui dan menyelesaikan masalah ketenagakarjaan di Indonesia. Serta menginformasikan apa faktor penyebabnya, dan cara penanggulangannya. Karena selama ini hasil produksi Indonesia sangat sedikit dan Negara

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tenaga Kerja Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja. Dalam literaur biasanya adalah penduduk berusia 15-64 tahun. Tetapi dalam kebiasaan yang dipakai di Indonesia, tenaga kerja (menpower) adalah seluruh penduduk yang berusia 10 tahun ke atas (hasil Sensus Penduduk 1971 dan 1980), meskipun ini bukan definisi dari tenaga kerja (menpower) ala Indonesia. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu bekerja dan menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri ataupun orang lain, sedang pengertian angkatan kerja adalah pembagian susunan penduduk yang aktif maupun non aktif berdasarkan usia. Menurut Bank Dunia dibagi menjadi 3 golongan,antara lain: Penduduk Non Produktif (dibawah usia kerja) : 0-14 tahun Penduduk Produktif (usia kerja) : 15-64 tahun Penduduk Tidak Produktif (diatas usia kerja) : diatas 64 tahun

Menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif. Tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu

memproduksi barang dan jasa.

Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan menganggur. Jika ada saudara kalian yang sedang mencari pekerjaan, maka ia termasuk dalam angkatan kerja. Bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja (manpower) yang tidak bekerja menjadi pekerjaan Golongan bukan angkatan kerja terdiri atas anak sekolah, ibu rumah tangga, dan pensiunan. Golongan bukan angkatan kerja ini jika mereka mendapatkan pekerjaan maka termasuk angkatan kerja. Sehingga golongan bukan angkatan kerja disebut juga angkatan kerja potensial.

Bagan 9.1 Penduduk dan Tenaga Kerja

B.

Tenaga kerja berdasarkan keahliannya, dibagi menjadi: 1. Tenaga Kerja Terdidik / Tenaga Ahli / Tenaga Mahir Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian atau kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan non formal. 2. Tenaga Kerja Terlatih Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan dan melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan tersebut. 3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan menganggur. Jika ada saudara kalian yang sedang mencari pekerjaan, maka ia termasuk dalam angkatan kerja. Sedangkan golongan bukan angkatan kerja terdiri atas anak sekolah, ibu rumah tangga, dan pensiunan. Golongan bukan angkatan kerja ini jika mereka mendapatkan pekerjaan maka termasuk angkatan kerja. Sehingga golongan bukan angkatan kerja disebut juga angkatan kerja potensial.

C.

Beberapa Konsep Tenaga Kerja a. Konsep Tenaga Kerja (Manpower) Dalam studi kependudukan sering disebut 'tenaga kerja' yang diterjemahkan dari istilah manpower, yakniseluruh penduduk yang dianggap mempunyai potensi untuk bekerja secara produktif. Dulu Indonesiasering kali menyebutkan tenaga kerja sebagai seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas (lihat hasil SP1971, 1980, dan

1990). setelah itu dipakai ukuran 15 tahun ke atas yang disesuaikan dengan ketentuaninternasional. Dalam dunia industri atau bisnis konsep 'tenaga kerja' diartikan sebagai personel yang bekerja dalam industri atau bisnis. b. Konsep Gainful Worker Konsep ini menunjukkan aktivitas ekonommi apakah seseorang pernah bekerja atau yang biasanyadilakukan seseorang (usual activity), mungkin saat sensus atau survei masih bekerja atau sudah tidak bekerja lagi. Dalam konsep gainful worker ini tidak ditentukan referensi/batasan waktu tertentu, artinyakegiatan ekonomi yang dilakukan atau pernah dilakukan selama hidup seseorang pada saat pencacahan.Seseorang dapat saja melaporkan bekerja padahal sudah lama tidak bekerja lagi. Oleh karena tak ada batasan waktu, maka kita tidak tahu kapan ia bekerja, apakah pernah bekerja atau sedang bekerja.Lagipula mereka yang sedang mencari pekerjaan untuk pertama kali tidak tercatat sebagai economicallyactive population. Jumlah pengangguran yang tercatat memakai konsep ini akan sedikit sekali. Konsepini sudah jarang dipakai dalam analisis. c. Konsep Angkatan Kerja (Labor Force Concept) Dalam SP 1940, United States Bureau of Census telah memelopori penggunaan konsep baru yang disebutlabor force concept, atau konsep Angkatan Kerja. Dua perbaikan diusulkan dalam konsep ini yaitu: 1. Activity concept, bahwa yang termasuk dalam angkatan kerja (labor force) haruslah orangyang secara aktif bekerja atau sedang aktif mencari pekerjaan. 2. Aktivitas tersebut dilakukan dalam suatu batasan waktu tertentu sebelum wawancara.Dengan kata lain, konsep angkatan kerja umumnya disertai dengan referensi

waktu.Berdasarkan konsep tersebut, angkatan kerja (labor force) dibagi menjadi dua, yaitu: bekerja. Mencari pekerjaan (menganggur), yang dapat dibedakan antara: a. Mencari pekerjaan, tetapi sudah pernah bekerja sebelumnya. b. Mencari pekerjaan untuk pertama kalinya (belum pernah bekerja sebelumnya) dari pengertian di atas, angkatan kerja dapat dikatakan sebagai bagian dari tenaga kerja yangsesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu memproduksi barangdan jasa dalam kurun waktu tertentu. d. Konsep Pemanfaatan Tenaga Kerja (Labor Utilization Approach) Berbeda dengan kosep labor force, pendekatan labor utilization ini dimaksudkan untuk lebihmenyempurnakan konsep angkatan kerja, terutama supaya lebih sesuai dengan keadaan negara berkembang. Pendekatan dalam konsep ini lebih ditujukan untuk melihat potensi tenaga kerja, apakahtelah dimanfaatkan secara penuh. Dengan konsep ini, angkatan kerja dikelompokkan sebagai berikut: a. Pemanfaatan cukup (fully utilized). b. Pemanfaatan kurang (under-utilized), karena jumlah jam kerja yang rendah, pendapatan/upahatau gaji yang rendah dan tidak sesuai dengan kemampuan atau keahliannya. c. Pengangguran terbuka (open unemployment).Pengangguran terbuka dan pemanfaatan kurang karena jumlah jam kerja yang rendahmencerminkan kelebihan penawaran tenaga kerja

(supply of labor) dibandingkan dengan permintaanakan tenaga kerja (demand of labor). Sementara itu, pemanfaatan kurang karena pendapatan/gaji yangrendah dipakai untuk mengukur dimensi lain, yaitu produktivitas yang rendah dati pekerja. d. Konsep Pengangguran Sebagaimana telah diuraikan, yang dimaksud dengan pengangguran adalah bagian dari angkatan kerjayang pada saat pencacahan sedang aktif mencari pekerjaan. Pengertian ini sering disebut sebagai pengangguran terbuka (open unemployment). Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) Pengangguran terbuka terdiri dari (lihat Sakernas 2006, Semester 1, Februari 2006) a. Mereka yang mencari pekerjaan. b. Mereka yang mempersiapkan usaha. c. Mereka yang tida mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan(discouraged workers). d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. Dalam kehidupan sehari-hari, masalah yang lebih sering dihadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran tidak kentara. Setengah Menganggur (Underemployed) Adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurangdari 35 jam seminggu). Setengah menganggur terdiri dari:

1. Setengah pengangguran terpaksa, yakni mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal(35 jam seminggu) dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan. 2. Setengah menganggur sukarela, yakni mereka yang bekerja di bawah jam kerja normaldan tidak bersedia menerima pekerjaan lain (sebagian piahk menyebutkan sebagai pekerja paruh waktu atau part time worker). Pengangguran Tidak Kentara Sementara itu, dalam konsep angkatan kerja, pengangguran tidak kentara dimasukkan dalam kegiatan bekerja, karena mereka memenuhi persyaratan dari definisi bekerja. Akan tetapi, sebetulnya jika dilihatdari segi produktivitas dalam pekerjaan, maka mereka adalah penganggur. Sebagai contoh, ada empatorang bekerja membuat sebuah kursi, padahal sebenarnya bobot pekerjaannya cukup dikerjakan oleh duaorang saja dengan waktu yang sama. Kondisi seperti ini umumnya terjadi karena dalam pasar kerja terjadikelebihan penawaran tenaga kerja dan sempitnya lapangan kerja. Pengangguran Friksional Seseorang yang sudah berhenti bekerja karena ingin pindah pekerjaan, sering kali tidak langsung mendapatkan pekerjaan ayng baru. Selama seseorang aktif mencari pekerjaan yang baru maka ia berstatus penganggur. Jadi, pengangguran friksional sebenarnya

adalah pengangguran karena tenggangwaktu sebelum mendapatkan pekerjaan. Dalam analisis ketenagakerjaan, tenggang waktu itu seringdusebut 'waiting time D. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Menurut hasil Pencacahan lengkap Sensus Penduduk 1980, penduduk Indonesia pada tahun 1980 berjumlah 147,49 juta orang, yang terdiri dari 73,3 juta laki-laki dan 74,2 juta perempuan. Tentunya sangat menarik untuk mengetahui juga besarnya angkatan kerja pada tahun 1980 tersebut. Proyeksi yang dilakukan BPS berdasar Sensus Penduduk 1971 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia tahun 1980 diperkirakan 57,3 juta orang yang terdiri dari 36,8 juta laki-laki dan 20,5 juta perempuan. Keadaan tenaga kerja dan kesempatan kerja di Indonesia ditandai oleh adanya beberapa masalah pokok yang bersifat struktural. Masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk berarti masih tetap tinggi pula pertumbuhan

angkatan kerja. Diperkirakan pertumbuhan angkatan kerja lebih tinggi daripadapertumbuhan penduduk oleh karena struktur umur penduduk yang relatif muda. Hal ini berarti banyak tenaga kerja yang beru- sia muda dan umumnya kurang atau belum trampil dan kurang pengalaman. Selain itu masalah ketenagakerjaan juga ditandai oleh adanya kekurang seimbangan penyebaran tenaga kerja bila dikaitkan dengan sumber alam yang tersedia. Sebagian besar tenaga kerja Indonesia berada di Pulau Jawa yang merupakan bagian yang kecil dari seluruh wilayah Indonesia. Di lain pihak pasar kerja belum berfungsi dengan baik dalam menyebarkan tenaga kerja dari daerah yang kelebihan tenaga kerja ke dae-rah yang kekurangan tenaga kerja. Adanya kelebihan tenaga kerja secara umum dan belum terserapnya seluruh tenaga kerja yang tersedia, menimbulkan masalah lain pada bidang per-buruhan seperti kurang layaknya syarat kerja dan kondisi kerja.

Dalam rangka mengatasi masalah ketenagakerjaan, selama Repelita III ditempuh kebijaksanaan dan langkah-langkah yang bersifat menyeluruh. Sasaran yang ingin dicapai adalah perluasan kesempatan kerja produktif, pemerataan kegiatan dan pemerataan hasil pembangunan. Dalam hubungan ini telah dirumuskan empat bentuk kebijaksanaan. Pertama, kebijaksanaanumum di bidang ekonomi dan sosial. Di bidang ekonomi, kebijaksanaan mencakup kebijaksanaan fiskal ketenagakerjaan, mo-neter dan investasi; di bidang sosial diadakan kebijaksanaan kependudukan yang bertujuan mewujudkan masyarakat berkeluarga kecil yang sejahtera. Kedua, kebijaksanaan sektoral di berbagai sektor mengusahakan terciptanya perluasan kesempatan kerja berikut peningkatan produksi. Ketiga, kebijaksanaan daerah berupa pengerahan tenaga kerja dari daerah yang kelebihan ke daerah yang membutuhkan, misalnya melalui Antar Kerja AntarDaerah. Keempat, kebijaksanaan khusus yang secara langsung dan tidak langsung menyediakan lapangan kerja

untuk waktuyang relatif pendekbagi kelompok masyarakat berpendapatan renda h, misalnya waktu sepi kerja di sektor pertanian. Dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan khusus maka ditempuh langkah-langkah kegiatan sebagai berikut : a. Program Pembangunan Desa yang ditujukan untuk

mengurangipengangguran di daerah-daerah padat penduduk, miskin dan rawan terhadap bencana alam b. Program Penggunaan dan Penyebaran Tenaga Kerja yang diusahakan untuk meningkatkan penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja c. Program Latihan dan Ketrampilan Tenaga Kerja guna meningkatkan ketrampilan yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas terutama tenaga kerja usia muda dan wanita pedesaan

d.

Program Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan hubungan perburuhan, kesejahteraan buruh dan ketenangan buruh dalam kegiatan pembangunan.

Dalam paper Alm. Prof. Dr. N. Iskandar yang berjudul keadaan dan arah perkembangan angkatan kerja di Indonesia, dijelaskan panjang lebar mengenai keadaan angkatan kerja Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk 1961 dan 1971. Selain itu juga dibahas mengenai arah dan perkembangan angkatan kerja Indonesia dimasa decade 70-an dan 80-an. Dengan demikian, paper ini perlu dikaji dan dibaca jika seseorang hendak mengetahui keadaan angkatan kerja Indonesia secara lengkap. E. Gambaran Tenaga Kerja Indonesia Pertumbuhan penduduk yang besar, pesebaran penduduk yang tidak merata dan minimalnya lapangan pekerjaan dan tingginya gaji serta fasilitas yang dijanjikan menyebabkan munculnya fenomena migrasi tenaga kerja, selanjutnya para pekerja ini dikenalkan dengan istilah pekerja migran. Di Indonesia pengertian ini merunjuk pada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) baik laki-laki maupun perempuan yang tersebar dibeberapa negara. Pengiriman TKI Indonesia masih berlangsung ke negara-negara ekonomi maju di sekitar Asia seperti Taiwan, Singapura, Brunei, Korea, jepang, dan Malaysia. Dan juga ke negara Arab. Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di lakukan dikarenakan permintaan yang tinggi dari negara-negara tujuan tersebut juga disebabkan beberapa hal, yaitu sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia dan juga besarnya gaji yang dijanjikan. Penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri merupakan program nasional dalam upaya peningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya serta pengembangan kualitas sumber daya manusia. Penempatan tenaga kerja ke luar dapat dilakukan dengan memanfaatkan pasar kerja internasional melalui peningkatan kualitas kompetensi tenaga kerja disertai dengan perlindungan

yang optimal sejak sebelum keberangkatan, selama bekerja di luar negeri sampai tiba kembali ke Indonesia. Menurut pasal 1 UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan, selanjutnya dijelaskan dalam pasal 4 bahwa pemerintah mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah. Pemerintah mengatur penyediaan tenaga kerja dalam kualitas dan kuantitas yang memadai, serta mengatur penyebaran tenaga kerja sedemikian rupa sehingga memberi dorongan kearah penyebaran tenaga kerja yang efisien dan efektif, pemerintah juga mengatur penggunaan tenaga kerja secara penuh dan produktif untuk mencapai kemanfaatan yang sebesar-besarnya dengan menggunakan prinsip tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat.

F.

Tenaga Kerja Indonesia Legal TKI yang bekerja di luar negeri dapat dikelompokan menjadi TKI legal dan TKI ilegal, TKI legal adalah tenaga kerja Indonesia yang hendak mencari pekerjaan di luar negeri dengan mengikuti prosedur dan aturan serta mekanisme secara hukum yang harus ditempuh untuk mendapatkan izin bekerja di luar negeri, para pekerja juga disertai dengan surat-surat resmi yang menyatakan izin bekerja di luar negeri. TKI legal akan mendapatkan perlindungan hukum, baik itu dari pemerintah Indonesia maupun dari pemerintah negara penerima. Oleh karena itu para TKI ini juga harus melengkapi persyaratan legal yang diajukan oleh pihak imigrasi negara penerima.

G. Tenaga Kerja Indonesia Ilegal TKI ilegal adalah tenaga kerja indonesia yang bekerja di luar negeri namun tidak memiliki izin resmi untuk bekerja di tempat tersebut, para TKI ini tidak mengikuti prosedur dan mekanisme hukum yang ada di indonesia dan negara penerima. Empat kategori pekerja asing dianggap ilegal: 1. 2. mereka yang bekerja di luar masa resmi mereka tinggal mereka yang bekerja di luar ruang lingkup aktivitas diizinkan untuk status mereka 3. mereka yang bekerja tanpa status kependudukan yang izin kerja atau tanpa izin 4. orang-orang yang memasuki negara itu secara tidak sah untuk tujuan terlibat dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan atau bisnis.

H.

Masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Di Luar Negeri Permasalahan-permasalahan yang terjadi menyangkut pengiriman TKI keluar negeri terutama tentang ketidaksesuaian antara yang diperjanjikan dengan kenyataan, serta adanya kesewenangan pihak majikan dalam memperkerjakan TKI. Selain itu sering terjadi penangkapan dan penghukuman TKI yang dikarenakan ketidaklengkapan dokumen kerja (TKI ilegal). Hal-hal ini menimbulkan ketegangan antara pihak pemerintah dengan negara-negara tujuan TKI tersebut dan apabila didiamkan akan menimbulkan terganggunya hubungan bilateral kedua negara. Bukan hanya masalah yang disebabkan karena faktor dari negara penerima saja yang banyak melanggar hak dari para TKI, akan tetapi masalah-masalah TKI juga dikarenakan faktor dari para calon TKI itu sendiri. Salah satu contoh seperti kurangnya kesadaran bahwa menjadi TKI ilegal tidak memiliki perlindungan hukum. Permasalahan ini menyebabkan banyaknya tindak kejahatan terhadap TKI seperti pelanggaran HAM, pemerkosaan, dan

pemotongan gaji oleh majikan. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban melindungi para TKI dari permasalahanpermasalahan tersebut seperti yang telah tercantum dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI yang dimana pemerintah wajib memberikan perlindungan kepada TKI sebelum keberangkatan sampai pulang kembali ke Indonesia. Menurut data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (KEMNAKERTRANS), pada tahun 2008 jumlah TKI yang bermasalah antara lain : Hasil Sweeping Tahun 2008-TKI Bermasalah. NO. KETERANGAN JUMLAH TKI 1. 2. 3. 4. 5. 6. CTKI unfit 76 CTKI Buta huruf 38 Dokumen tidak lengkap 352 Dibawah umur 70 Hamil 1 Dokumen palsu 153

Tenaga kerja Indonesia yang bermasalah sebagian besar dikarenakan para Tenaga Kerja Indonesia tersebut tidak memiliki dokumen secara lengkap. Dan banyak juga dari para tenaga kerja Indonesia yang menggunakan dokumen palsu. Hal-hal tersebut merupakan sebab-sebab munculnya berbagai kasus yang terjadi belakangan ini seperti pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia), penyiksaan terhadap TKI dan juga perdagangan manusia. Dengan dokumen yang tidak lengkap ataupun dokumen palsu para Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri tidak mempunyai perlindungan hukum dikarenakan status mereka pun adalah sebagai Tenaga Kerja Indonesia ilegal.

I.

Kebijakan dan Strategi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri.

Dasar hukum atau landasan dasar penyelenggaraan program PTKLN (penempatan tenaga kerja luar negeri) yaitu dalam rangka memenuhi hak setiap warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, sebagaimana amanat UUD 1945. Dikarenakan pasar kerja di dalam negeri tidak mampu menyerap seluruh angkatan kerja yang ada, maka pasar kerja luar negeri menjadi pilihan bagi sejumlah tenaga kerja untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan demikian, dasar hukum yang digunakan untuk mengatur penyelenggaraan PTKLN pada saat ini adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep.104A/MEN/2002 tentang penempatan TKI ke luar negeri. Disamping itu terdapat pula produk hukum terkait dengan penyelenggaraan PTKLN, misalnya Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 2000 tentang Badan Koordinasi Penempatan TKI. Pelaksanaan PTKLN diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Kep.104A/MEN/2002 tentang penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Disebutkan antara lain hal-hal sebagai berikut : 1. Penempatan TKI adalah kegiatan penempatan tenaga kerja yang dilakukan dalam rangka mempertemukan persediaan TKI dengan permintaan pasar kerja di luar negeri dengan menggunakan mekanisme antar kerja. 2. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah warga Negara Indonesia baik lakilaki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI. 3. Penemptan TKI dilakukan oleh lembaga pelaksana terdiri atas Perusahaan Jasa Tenga Kerja Indonesia (PJTKI) dan instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang penempatan TKI ke luar negeri. Sampai saat ini, penempatan TKI sebagian besar dilakukan oleh PJTKI, yaitu badan usaha berbentuk perseroan terbatas yang mendapatkan izin usaha penempatan TKI oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

J.

Peran Pemerintah dalam Penanggulangan Tenaga Kerja Masalah ketenagakerjaan di Indonesia cukup banyak dan menyangkut berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, dan lain sebagainya. Hal ini perlu penanganan yang serius dari pemerintah ataupun swasta. Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan. 1. Meningkatkan mutu tenaga kerja Pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu tenaga kerja dengan cara memberikan pelatihanpelatihan bagi tenaga kerja. Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan dan produktivitas tenaga kerja. Dengan adanya pelatihan kerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja luar negeri. 2. Memperluas kesempatan kerja Pemerintah berupaya untuk memperluas kesempatan kerja dengan cara berikut ini. Mendirikan industri atau pabrik yang bersifat padat karya. Mendorong usaha-usaha kecil menengah Mengintensifkan pekerjaan di daerah pedesaan. Meningkatkan investasi (penanaman modal) asing. 3. Memperluas pemerataan lapangan kerja Pemerintah mengoptimalkan informasi pemberitahuan lowongan kerja kepada para pencari kerja melalui pasar kerja. Dengan cara ini diharapkan pencari kerja mudah mendapatkan informasi lowongan pekerjaan. 4. Memperbaiki sistem pengupahan

Pemerintah harus memerhatikan penghasilan yang layak bagi pekerja. Untuk itu pemerintah menetapkan upah minimum regional (UMR). Dengan penetapan upah minimum berarti pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan.

K. Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata Persebaran tenaga kerja di Indonesia tidak merata. Di daerah Pulau Jawa tenaga kerja menumpuk sementara di luar Pulau Jawa kekurangan tenaga kerja. Kondisi tersebut dapat menimbulkan dampak bahwa di Pulau Jawa banyak

pengangguran, sedangkan di luar Pulau Jawa pembangunan akan terhambat karena kekurangan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya alam yang ada. Akibat dari pembangunan yang terhambat, membuat upaya memajukan Negara menjadi terhambat pula. Apbila persebaran telah merata, membuat semua daerah melakukan pembangunan secara merata pula.Dalam kehidupan sehari-hari, masalah yang lebih sering dihadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran tidak kentara.

L.

KONSEP DAN DEFINISI BEKERJA MENURUT SENSUS PENDUDUK Tahun 1971 Konsep yang digunakan : Labor Force Concept Referensi waktu : Satu minggu sebelum pencacahan, lamanya bekerja paling sedikit 2 hari dalam seminggu.Keterangan dikumpulkan dari : Penduduk usia 10 tahun ke atas a. Kelompok Kegiatan Penduduk : 1. Bekerja 2. Mencari pekerjaan 3. Sekolah 4. Mengurus rumah tangga 5. Penerima pendapatan

6. Lainnya. b. Kelompok angkata kerja yang digolongkan bekerja adalah sebagai berikut. 1. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan seuatu pekerjaan denganmaksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan danlamanya bekerja paling sedikit dua hari dalam seminggu. 2. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari, tetapi mereka adalah: a. Pekerja tetap, pegawai-pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok,mangkir, dan sebagainya. b. Petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu panenan atau menunggu hujan untuk menggarap sawah dan sebagainya. c. Orang-orang yang bekerja dalam bidang keahlian, seperti dokter dan tukang cukur.Kelompok angkatan kerja yang digolongkan mencari pekerjaan adalah sebagai berikut: Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mencari/mendapatkan pekerjaan. Mereka yang bekerja, tetapi pada saat pencacahan sedang pekerjaan. Mereka yang dibebastugaskan dan sedang menganggur dan berusahamendapatkan

berusaha mendapatkan pekerjaan. c. Kelompok penduduk berusia 10 tahun ke atas yang bukan angkatan kerja adalah: 1. Bersekolah, yakni yang kegiatannya sedang bersekolah

2. Mengurus rumah tangga, yakni mereka yang mengurus rumah tangg tanpa mendapat upah. 3. Penerima pendapatan, yakni mereka yang telah melakukan suatu kegiatan, tetapimemperoleh penghasilan, misalnya dari uang pensiun, bunga simpanan, hasil persewaan,dan sebagainya. 4. Lain-lain, yakni mereka yang hidupnya bergantung pada bantuan dari orang lain karenasesuatu hal, misalnya, karena usia lanjut, lumpuh, dan sebagainya.Apabila seseorang mempunyai lebih dari satu kegiatan, misalnya sekolah sambil mengurusirumah tangga, maka dalam analisis umumya hanya dimasukkan ke dalam salah satu kegiatan diatas menurut kegiatan utamanya. M. Pengangguran Pengangguran adalah angkatan kerja yang belum dan sedang mencari pekerjaan. Pengangguran terjadi karena jumlah penawaran tenaga kerja lebih besar daripada permintaan tenaga kerja. Dengan kata lain, terjadinya surflus penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja.

Pengangguran seringkali menjadi salah satu permasalahan negera-negara berkembang, disatu sisi jumlah penduduk dari tahun ketahun terus bertambah, disisi lain peningkatan kemampuan ekonomi, baik pemerintah maupun swasta tidak secepat peningkatan jumlah penduduk. Terjadinya ketimpangan antara laju permintaan lapangan kerja dengan laju penawaran lapangan kerja mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah pengangguran. Cara Cara Mengatasi Pengganguran: a. Bagi penganggur sendiri, dapat mengembangkan kreativitasnya melalui berwirausaha mandiri.

b. Pengembangan sekolah-sekolah yang mengarah kepada peningkatan kecakapan hidup, seperti SMK. c. Pengembangan program kerjama dengan luar negeri dalam pemanfaatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) d. Pengembangan sector informal seperti home industry. e. Pengembangan program transmigrasi, untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sector informal lainya diwilayah tertentu. f. Perluasan kesempatan kerja, misalnya melalui pembukaan industri padat karya di wilayah yang banyak mengalami pengangguran. g. Peningkatan investasi, baik yang bersifat pengembangan maupun investasi melalui pendirian usaha-usaha baru yang dapat menyeraptenaga kerja. h. Pembukaan proyek-proyek umum, hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah seperti pembangunan jalanraya,jembatan dan lain-lain. i. Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang bersifat praktis sehingga seseorang tidak harus menunggu kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan para pencari kerja, melainkan ia sendiri mengembangkan usaha sendiri yang menjadikannya bisa memperoleh pekerjaan dan pendapatan sendiri.

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai