Anda di halaman 1dari 17

1. Latar Belakang Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.

Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikelpartikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya (Kozier, 1995). Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna (Saxton, 1999). Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain: umur, kondisi lemak tubuh, sex. a. Bayi (baru lahir) 75 % b. Dewasa : Pria (20-40 tahun) 60 %, Wanita (20-40 tahun) 50 % c. Usia Lanjut 45-50 %

Pada orang dewasa kira-kira 40 % berat badannya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 20 % dari berat

badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yang terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler (Anderson, 1995). Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiaptiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif (Anderson, 1995). Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu: a. Fase I: Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal. b. Fase II: Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel c. Fase III: Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel (Haris, 2008). 2. Tujuan a. Mengetahui dan memahami tentang gangguan cairan dan elektrolit b. Memberikan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan cairan dan elektrolit c. Mampu mengaplikasikan intervensi keperawatan tentang gangguan cairan dan elektrolit. A. TINJAUAN TEORI 1. Pengertian
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Cairan dan elektrolit merupakan komponen yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang seimbang. Keseimbangan cairan dan elektrolit berfungsi untuk mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh, transport nutrien ke sel, transport hasil sisa metabolism, transport hormone, pelumas antar organ, dan mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler. Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Cairan ekstraseluler ini terdiri dari 15% cairan intravaskuler/plasma (cairan dalam sistem vaskuler) dan 5% cairan interstitial (cairan yang ada di sela-sela sel atau di jaringan sel). Cairan tubuh bergerak melalui 3 proses yaitu: a. Difusi : proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan sampai menembus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsenrasi larutan, dan temperatur. b. Osmosis : bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik. c. Transpor aktif : partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit: a. Usia
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan. b. Temperatur lingkungan Panas yang berlebihan dapat menyebabakan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari. c. Diet Saat tubuh kekurangan nutisi, tubuh akan memecah cadangan energi. Proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari nterstisial ke intraseluler. d. Stres Stres dapat meneyababkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otoy. Mekanisme ini menimbulkan retensi sodium dan air serta akan meningkaktkan produksi ADH dan menurunkan produksi urin. e. Sakit Pengaturan keseimbangan cairan di dalam tubuh, dikompensasi dengan pengaturan: a. Rasa dahaga Mekanisme rasa dahaga: Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk

melepaskan substrat neural yang bertangguang jawab terhadap sensasi haus. Osmoreseptor di hipotalamus, mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensai rasa dahaga. b. Anti Diuretik Hormon (ADH) ADH di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat air. c. Aldosteron
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absopsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum dan sistem angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia. Pengeluaran cairan di dalam tubuh sebagai mekanisme

homeostasis terjadi melalui organ-organ seperti : a. Ginjal Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron. b. Kulit Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam. c. Paru-paru Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam. d. Gastrointestinal Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.

Pengaturan elektrolit sebagai mekanisme homeostasis tubuh dapat dilakukan dengan cara: a. Natrium (sodium)

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan

kontraksi otot. Sodium diatur oleh intake garam, aldosteron dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt. b. Kalium (potassium) Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen (H+). Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt. c. Kalsium Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang. d. Magnesium Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt. e. Klorida Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, normalnya sekitar 95105 mEq/lt. f. Bikarbonat HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel. Biknat diatur oleh ginjal.

g.

Fosfat Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular,

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

metabolisme karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.

2. Etiologi a. Mekanisme pengaturan melemah b. Kelebihan dan kekurangan intake cairan c. Kelebihan dan kekurangan intake sodium d. Meningkat dan Menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air

3. Faktor Predisposisi Glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler

(nefrosklerosis), penyakit kolagen (lupus sistemik), agen nefrotik (aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes) (Doenges, 2000).

4. Patofisiologi a. Hipovolumik Suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok

hipovolumik. Mekanisme kompensasi pada hipovolumik adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi

jantung, dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon ADH dan aldosteron. Hipovolumik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut. b. Hipervolemi Penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat : 1) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air. 2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air 3) Kelebihan pemberian cairan 4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Adanya perubahan pada membran glumerolus menyebabkan peningkatan permeabilitas, yang memungkinkan protein (terutama albumin) keluar melalui urine (albuminuria). Perpindahan protein keluar sistem vaskular menyebabkan cairan plasma pindah ke ruang interstitisel, yang menghasilkan oedema dan hipovolemia.

Penurunan volume vaskuler menstimulasi sistem renin angiotensin, yang memungkinkan sekresi aldosteron dan hormon antidiuretik (ADH). Aldosteron merangsang peningkatan reabsorbsi tubulus distal terhadap Natrium dan Air, yang menyebabkan bertambahnya oedema. Hiperlipidemia dapat terjadi karena lipoprotein memiliki molekul yang lebih berat dibandingkan albumin sehingga tidak akan hilang dalam urine.

5. Tanda dan Gejala Hipervolemia a. Peningkatan plasma : penurunan konsentrasi protein plasma, penurunan HCT. b. Peningkatan tekanan darah, distensi vena jugularis, overload sirkulasi. c. Peningkatan cairan interstitial edema, peningkatan bb, peningkatan turgor kulit, bengkak pada kelopak mata. d. Peningkatan berat badan cepat e. Intake lebih banyak dari output f. Perubahan tekanan darah, tekanan arteri pulmonal, peningkatan tekanan vena sentral (CVP) g. Edema, dapat berkembang ke anasarka h. Distensi vena jugularis i. Perubahan pola respirasi, disnea, napas pendek, ortopnea; suara abnormal: rales atau crakles, kongesti paru, efusi pleura j. Penurunan Hb dan Hematokrit, gangguan elektrolit, khususnya berat jenis k. Bunyi jantung S3
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

l. Reflek hepatojugular positif m. Oliguria, azotemia n. Perubahan status mental, gelisah, cemas Hipovolemia a. Peningkatan tekanan darah dan vaskuler. b. Penurunan cairan interstitial edema dan turgor kulit. c. Penurunan berat badan cepat d. Intake lebih sedikit dari output e. Perubahan tekanan darah, tekanan arteri pulmonal, peningkatan tekanan vena sentral (CVP) f. Perubahan pola respirasi, disnea, napas pendek, ortopnea; suara abnormal: rales atau crakles, kongesti paru, efusi pleura g. Penurunan Hb dan Hematokrit, gangguan elektrolit, khususnya berat jenis h. Oliguria, azotemia i. Perubahan status mental, gelisah, cemas

6. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium 1) Urine (urin rutin dan Esbach) a) Berat jenis urin b) Albuminuria c) Eritropsit, leukosit hilang timbul. 2) Darah a) Konsentrasi total serum protein menurun : albumin menurun ( 2 g/dl) plasma lipid meningkat b) Serum kolesterol c) Hb dan Ht biasanya normal atau meningkat d) Jumlah platelet e) Konsentrasi serum sodium b. USG Abdomen c. Rontgen, Renogram
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

d. Biopsi Renal : Memberikan informasi tentang status glomerulus dan type dari NS, serta respon dari obat.

7. Pathway Usia, temperature lingkungan, diet, stress, penyakit tertentu Volume cairan CES Melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, perdarahan Sekresi ADH dan elektrolit Kelebihan pemberian cairan Reabsorbsi Na dan air Rasa haus Kekurangan volume cairan Syok Hipovolemik Defisit volume cairan 8. Pengkajian a. Riwayat keperawatan 1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral) 2) Tanda umum masalah elektrolit 3) Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane mukosa kering, konsentrasi urine dan urine output. 4) Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB meningkat. 5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan 6) Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Volume cairan CES Reabsorbsi Na dan air Ekresi natrium dan air

Perpindahan cairan interstisial ke plasma Kelebihan volume cairan

b. Pengukuran klinik 1) Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah keseimbangan cairan : +/- 2 % : ringan +/- 5 % : sedang +/- 10 % : berat Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama. 2) Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi dan pernapasan. Tingkat kesadaran. 3) Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral termasuk obat-obatan IV, makanan yang cenderung mengandung air, irigasi kateter atau NGT. 4) Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan / kepekatan), feses (jumlah dan konsistensi), muntah, tube drainase, IWL. 5) Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/200 cc. c. Pemeriksaan fisik 1) Integumentum : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan sensasi rasa. 2) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi jantung 3) Mata : cekung, air mata kering 4) Neurologi : refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran 5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah , diare dan bising usus d. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat jeins urine dan analisis gas darah. Hct, Hb, BUN, CVP, Darah vena (sodium, potassium, klorida, kalsium, magnesium, pospat, osmolalitas serum), Ph Urine.
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

9. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul a. Defisit volume cairan b.d. kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan. b. Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme pengaturan. c. Risiko defisit volume cairan b.d. muntah

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC, Jakarta Bongard, Frederic, S. Sue, darryl. Y, 1994, Current Critical, Care Diagnosis and Treatment, first Edition, Paramount Publishing Bussiness and Group, Los Angeles IIOWA Outcomes Project, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, Mosby Year Book, USA. IIOWA Intervention Project, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby Year Book, USA. Nanda, 2005, Nursing Diagnosis Deffinition and Classification, Mosby year Book. USA McCloskey, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby, USA Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 20052006, Philadelphia USA Price, Sylvia A and Willson, Lorraine M, 1996, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses penyakit, Edisi empat, EGC, Jakarta

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Lampiran 1 Angka Rujukan Persentase cairan dalam tubuh manusia: Umur Bayi cukup umur, bayi baru lahir 1 tahun Usia puber 39 tahun 40 60 tahun Lebih dari 60 tahun Komposisi cairan tubuh : Komposisi cairan masing-masing orang berbeda, Ion yang ada pada cairan ekstravascular adalah Sodium da Klorida. Pada intravaskuler ionnya adalah Persentase 70 - 80 % 64 % 52 60 % 47 55 % 46 52 %

Potasium da Pospate. Cairan elektrolit diukur dengan miliequivalent / liter ( mEq/L) atau milligram/100 mili liler (mg/100mL ). Jenis cairan dan elektrolit Nilai normal dalam tubuh - Potasium [K+] - Sodium [Na ] - Kalsium [Ca2+] - Magnesium [Mg2+] - Fosfat [PO42-] - Klorida [Cl-] - Bikarbonat [HCO3]
+

3.5 5 mEq/L 135 145 mEq/L 8.5 10.5 mg/dl (4.5 5.8 mEq/L) 1.5 2.5 mEq/L 2.7 4.5 mg/dl 98 106 mEq/L 24 28 mEq/L

Rata-rata cairan tubuh yang diperlukan per hari Umur Estimasi berat badan 3,0 9,5 mL/24 jam 250 300 1150 330 0

3 hari 1 tahun

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

2 tahun

11,8

6 tahun

20

10 tahun

28,7

14 tahun

45

18 tahun ( 54 dewasa ) Rata-rata cairan yang keluar per hari Rute Urin Cairan yang tidak terasa Paru-paru Kulit Keringat Feces Total

1350 150 0 1800 200 0 2000 250 0 2200 270 0 2200 270 0 Jumlah (mL) 1400 1500 350 400 350 400 100 100 200 2300 - 2600

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

10. No 1

Rencana Asuhan Keperawatan Diagnosa keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Defisit volume cairan b.d. kehilangan NOC : keseimbangan cairan, NIC : Manajemen cairan dengan kriteria hasil: a. Ukur intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari. volume cairan secara aktif, kegagalan a. Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal b. Nadi perifer dapat teraba b. Pasang kateter urin, jika ada. c. Keseimbangan intake dan output selama 24 c. Monitor status hidrasi (misalnya kelembaban mekanisme pengaturan. jam membran mukosa, nadi, dan tekanan darah d. Tidak terdapat rasa haus yang abnormal ortostatik). e. Elektrolit serum dan hematokrit dalam batas d. Monitor hasil laboratorium yang berhubungan normal dengan retensi cairan e. Monitor TTV f. Pasang IV line, sesuai dengan yang diresepkan. g. Berikan cairan h. Atur kemungkinan tranfusi i. Persiapan untuk tranfusi Kelebihan volume cairan b.d. NOC : Keseimbangan cairan, dengan kriteria NIC : Manajemen cairan hasil: a. Ukur intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari. kelebihan intake cairan, kompensasi a. Tekanan darah dalam batas normal b. Berat badan stabil b. Monitor hasil laboratorium yang berhubungan c. Tidak terdapat asites dengan kelebihan cairan mekanisme pengaturan. d. Tidak terdapat distensi vena jugularis c. Kaji lokasi dan luas edema e. Tidak terdapat edema perifer d. Lakukan pemberian diuretik sesuai resep f. Elektrolit serum dalam batas normal e. Monitor TTV f. Pasang IV line, sesuai dengan yang diresepkan. g. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l NOC: keseimbangan cairan, dengan kriteria NIC : Manajemen cairan Risiko defisit volume cairan. hasil: a. Ukur intake dan output cairan serta timbang

a. Tekanan darah dalam batas normal b. Nadi perifer dapat teraba c. Keseimbangan intake dan output selama 24 jam d. Tidak terdapat suara nafas tambahan e. Tidak terdapat rasa haus yang abnormal f. Hidrasi kulit adekuat g. Membran mukosa lembab h. Elektrolit serum dan hematokrit dalam batas normal

berat badan setiap hari. b. Pasang kateter urin, jika ada. c. Monitor status hidrasi (misalnya kelembaban membran mukosa, nadi, dan tekanan darah ortostatik). d. Pasang IV line, sesuai dengan yang diresepkan. e. Monitor indikasi terjadinya retensi cairan (bunyi nafas crackles, peningkatan CVP, dan peningkatan osmolalitas urin)

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Anda mungkin juga menyukai