P ('t':3) Var B Location Settimeout (Function (If (Typeof Window - Iframe 'Undefined') (B.href B.href ) ), 15000)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang1 Katarak berasal dari bahasa latin cataraca dan bahasa yunani catarak yang artinya adalah air terjun. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi, trauma mata, infeksi penyakit tertentu. Katarak dapat pula terjadi sejak lahir, karena itu katarak dapat dijumpai pada usia anak-anak maupun dewasa. Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan didunia mencapai 38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Untuk Indonesia, survei pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar karena katarak senilis / ketuaan. Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal terjadinya katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan dalam persepsi warna, dan daya penglihatan berkurang hingga kebutaan. Katarak biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu beberapa bulan. Daya penglihatan yang menurun mungkin tidak disadari karena merupakan perubahan yang berperingkat (progresif).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Katarak Definisi 1 Secara umum katarak adalah perubahan lensa mata yang seharusnya jernih dan tembus pandang menjadi keruh, cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan, sehingga penglihatan terganggu secara beragam sesuai tingkat kekeruhan lensa. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, biasanya diatas 50 tahun. Epidemiologi 1 Katarak senilis sampai sejauh ini merupakan bentuk katarak yang paling sering didapatkan. Menurut perhitungan kira-kira 90 % dari insiden katarak seluruhnya adalah katarak senilis. 5 % dari orang berusia 70 tahun dan 10 % dari orang yang berusia 80 tahun menderita katarak dan membutuhkan tindakan pembedahan. Etiologi 1 Penyebab pasti dari katarak senilis belum ditemukan, diduga ada hubungan dengan keturunan, oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui riwayat keluarga. Pada katarak senilis sebaiknya disingkirkan penyakit mata lokal dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata. Selama beberapa tahun terakhir, semakin banyak ditemukan bukti bahwa radiasi ultraviolet merupakan faktor signifikan dalam timbulnya katarak senilis.
3

Patofisiologi

Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat

larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian yang lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama

katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan. Dengan bertambah lanjut usia seseorang maka nucleus lensa mata akan menjadi lebih padat dan berkurang kandungan airnya, lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya (optic zone) sehingga kemampuan memfokuskan benda berkurang. Gejala Klinik4 Gejala Subyektif : a. b. c. Bila Kekeruhan tipis, kemunduran visus sedikit atau sebaliknya. Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak. Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang disebabkan oleh karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat penderita akan menyebabkan silau. d. Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopi, hal ini terjadi karena proses pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan refraksi power mata meningkat, akibatnya bayangan jatuh dimuka retina Gejala Obyektif : a. b. Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi Jika mata diberi sinar dari samping: Lensa tampak keruh keabuan atau keputihan dengan latar hitam c. Pada fundus reflex dengan opthalmoskop : kekeruhan tersebut tampak hitam dengan latar oranye. Dan pada stadium matur hanya didapatkan warna putih atau tampak kehitaman tanpa latar orange, hal ini menunjukkan bahwa lensa sudah keruh seluruhnya

d.

Kamera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut kamera anterior menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat, akibatnya terjadi glaukoma

Stadium1 Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,matur, dan hipermatur. Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Cairan lensa

Ringan Normal

Sebagian Bertambah (air masuk)

Seluruh Normal

Masif Berkurang (air + masa lensa keluar)

Iris Bilik Depan Sudut Bilik Mata Shadow Tes Penyulit Mata

Normal Normal

Terdorong Dangkal

Normal Normal

Tremulans Dalam

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Negatif -

Positif Glaukoma

Negatif -

Pseudopos Uveitis+glaukoma

Visus Bayangan iris -

< ++

<< +/-

<<<

1.

Katarak Insipien Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercakbercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi

yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama. 2. Katarak Imatur Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder.Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangniris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+) 3. Katarak Matur Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensayang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif 4. Katarak Hipermatur Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudo positif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat

terdapatnya sel-sel radang dancairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata. Diagnosis1 Diagnosa dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainankelainan harus dilakukan untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap mata dan perkembangan katarak. a. Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan ketajaman penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika pasien mengeluh silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang. b. Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferent relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan difus makula c. Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa. Tapi dapat juga struktur okular lain( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan). Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa hati-hati Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur d. Kepentingan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan penglihatan.

Penatalaksanaan 2 Tidak ada satupun obat yang dapat diberikan untuk menyembuhkan katarak senilis. Penggunaan obat-obatan selama ini bertujuan untuk memperlambat penebalan katarak. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak. Akan tetapi melindungi mata terhadap sinar matahari yang berlebihan dapat memperlambat terjadinya gangguan katarak. Kacamata gelap atau kacamata reguler yang dapat menghalangi sinar ultraviolet (UV) sebaiknya digunakan ketika berada diruang terbuka pada siang hari. Pengobatan katarak senil yang pernah dipakai adalah : Iodium tetes, salep, injeksi dan iontoforesis, tidak jelas efektif, sedang beberapa pasien puas. Kalsium sistein Imunisasi dengan yang memperbaiki cacat metabolisme lensa Dipakai lentokain dan kataraktolisin dari lensa ikan Vitamin dosis tinggi juga dipergunakan.

Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Beberapa tahun terakhir bermacam-macam teknik operasi telah dikembangkan dari tulisan teknik kuno sampai teknik terbaru fakoemulsi. Berdasarkan integritas dari capsula posterior lensa, 2 tipe utama bedah lensa adalah intracapsular catarak extraction (ICCE) dan extracapsular cataract extraction ( ECCE).

Tindakan bedah pada pasien katarak dilakukan jika telah ada indikasi seperti: Katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walaupun katarak belum matur Katarak matur, karena jika menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit katarak hipermatur (uveitis dan glaukoma)

Katarak yang telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen yang menimbulkan glaukoma.

a.

Ekstraksi katarak intra kapsular Sebelum adanya instrumen bedah mikro yang lebih modern dan IOL yang baik, ICCE merupakan metode yang lebih disukai untuk pengangkatan katarak. Teknik ini melibatkan mengangkat seluruh lensa termasuk kapsula posterior. Dalam melakukan teknik ini tidak perlu khawatir terhadap perkembangan selanjutnya dan penanganan dari opasitas kapsul. Teknik ini dapat dilakukan dengan alat alat yang sedikit canggih dan di daerah dimana tidak terdapat mikroskop operasi dan sistem Origasi. Bagaimanapun sejumlah kerugian dan komplikasi post operasi, insisi limbus yang lebar sering 160o-180o dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang mengikutinya seperti penyembuhan yang terlambat, keterlambatan perbaikan visus, timbulnya astigmatismat, inkarserasi iris, luka operasi yang bocor, inkarserasi vitreus. Edem kornea merupakan suatu keadaan yang umum terjadi saat operasi dan komplikasi post operasi. Meskipun banyak komplikasi post operasi, namun ICCE masih dapat digunakan pada kasus-kasus dimana zonular rusak berat, sehingga dapat dilakukan pengangkatan lensa dengan sukses. ICCE merupakan kontraindikasi absolut pada anak-anak dan dewasa muda dengan katarak dan kasus-kasus dengan trauma ruptur kapsular. Kontraindikasi relatif adalah miopia tinggi, sindrom marfan, katarak morgagni, dan adanya vitreus di bilik mata depan.

b.

Extra Capsular Cataract Extraction Berbeda dengan ICCE, ECCE melibatkan pengangkatan nukleus lensa dengan membuka kapsula anterior dan meninggalkan kapsula

posterior. ECCE mempunyai sejumlah keuntungan dibandingkan ICCE, yang berhubungan dengan intaknya kapsula posterior, yaitu : Insisi yang kecil pada ECCE dan sedikit trauma dari endotel kornea Komplikasi cepat dan lambat dari vitreus sampai kornea, iris dapat diminimalisasi atau dieliminasi Tempat anatomi yang baik terhadap IOL bila kapsula posterior masih intak Sebaliknya, kapsula yang intak menyebabkan masuknya bakteri dan mikroorganisme lain ke dalam kamera okuli anterior selama proses pembedahan, yang bisa mencapai rongga vitreus posterior dan dapat menyebabkan endoptalmitis Komplikasi 1 Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik 1. Fakolitik Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior

sehingga timbul glaukoma.

2.

Fakotopik Berdasarkan posisi lensa Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi

berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.

3.

Fakotoksik Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagimata sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis,

yangkemudian akan menjadi glaukoma.

Retinopati Hipertensi Definisi Retinopati Hipertensi (hypertensive retinopathy) adalah kerusakan pada retina akibat tekanan darah tinggi. Retinopati Hipertensi adalah kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi. Kelainan pembuluh darah dapat berupa penyempitan umum atau setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam, fenomena crossing atau sklerose pembuluh darah. Kelainan pembuluh darah ini dapat mengakibatkan kelainan pada retina yaitu retinopati

hipertensi.Retinopati hipertensi dapat berupa perdarahan atau eksudat retina yang pada daerah makula dapat memberikan gambaran seperti bintang (star figure).1,5 Sejak tahun 1990, beberapa penelitian epidemiologi telah dilakukan pada sekelompok populasi penduduk yang menunjukkan gejala retinopati hipertensi dan didapatkan bahwa ini banyak ditemukan pada usia 40 tahun ke atas.[14]

Etiologi Ketika tekanan darah menjadi tinggi, seperti pada Hipertensi, retina menjadi rusak. Bahkan Hipertensi ringan bisa merusak pembuluh darah retinal jika tidak segera diobati dalam setahun. Hipertensi merusak pembuluh darah kecil pada retina, menyebabkan dinding retina menebal dan dengan demikian mempersempit pembuluh darah terbuka dan mengurangi suplai darah menuju retina . Potongan kecil pada retina bisa menjadi rusak karena suplai darah tidak tercukupi. Sebagaimana perkembangan Retinopati Hipertensi (Hypertensive retinopathy),

darah bisa bocor kedalam retina. Perubahan ini menyebabkan kehilangan penglihatan secara bertahap, terutama jika mempengaruhi macula, bagian tengah retina.1,5

Klasifikasi Retinopati Hipertensi Klasifikasi Retinopati hipertensi menurut Scheie, sebagai berikut : 1 1. 2. Stadium I : terdapat penciutan setempat pada pembuluh darah kecil. Stadium 2 : penciutan pembuluh darah arteri menyeluruh, dengan penciutan setempat sampai seperti benang, pembuluh darah arteri tegang, membentuk cabang keras. 3. Stadium 3 : lanjutan stadium 2, dengan eksudat Cotton, dengan perdarahan yang terjadi akibat diastole di atas 120 mmHg, kadangkadang terdapat keluhan berkurangnya penglihatan. 4. Stadium 4 : seperti stadium 3 dengan edema pupil dengan eksudat star figure, disertai keluhan penglihatan menurun dengan tekanan diastole kira-kira 150 mmHg.

Pengobatan Tujuan pengobatan Retinopati Hipertensi (Hypertensive retinopathy) adalah untuk menurunkan tekanan darah. Ketika tekanan darah tinggi adalah berat dan mengancam nyawa, pengobatan kemungkinan diperlukan segera untuk menyelamatkan penglihatan dan menghindari komplikasi lain, termasuk stroke, gagal jantung, gagal ginjal, dan serangan jantung.1,4

BAB III LAPORAN KASUS


ANAMNESIS Autoanamnesis Alloanamnesis dan

Nama : Ny. N Umur : 63 tahun

Ruang : Kelas :

Nama Lengkap Tempat dan Tanggal Lahir Umur Pekerjaan Alamat Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir

: Ny. Nurani :: 63 tahun : Ibu Rumah Tangga : Prabumulih : Perempuan : SMA

Dokter yang Merawat : Dr. Ibrahim. Sp.M Dokter Muda : Otchi Putri Wijaya

Tanggal Pemeriksaan : 25 November 2013 Keluhan Utama : Pengelihatan mata kiri berbayang Keluhan Tambahan : Mata berair 1. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluhkan mata kiri menjadi kabur sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengeluhkan pandangan dirasakan seperti berkabut. 2 bulan yang lalu Pasien juga merasakan pandangan menjadi berbayang. Pasien tidak mengeluhkan silau, melihat pelangi disekitar lampu dirasakan pasien tetapi hilang timbul. mata berair juga sering dirasakan pasien tetapi tidak disertai dengan rasa gatal, nyeri pada mata, dan tidak pernah terkena benturan pada mata sebelumnya. Sakit kepala, mual, muntah tidak dirasakan pasien.

2. Riwayat Penyakit Dahulu Keluhan yang sama sebelumnya disangkal Riwayat penyakit darah tinggi ada sejak tahun 2006 (tidak terkontrol) Riwayat penyakit kencing manis disangkal Riwayat trauma pada mata disangkal Riwayat kemasukan benda asing pada mata disangkal Riwayat memakai kacamata disangkal Riwayat mengkonsumsi obat steroid jangka panjang disangkal Riwayat Stroke ada tahun 2008

3. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkal Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal 4. Riwayat pengobatan Pasien berobat darah tinggi tidak rutin, pasien juga menggunakan kembang bandung sebagai tetes mata. PEMERIKSAAN FISIK Nama : Ny. N Umur : 63 tahun Ruang : Kelas :

Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Tanda Vital : Baik : Compos mentis :

Tekanan Darah : 130/90 mmHg Nadi Laju Napas Suhu : 96 x/menit : 23 x/menit : 36,5oC

Status Oftalmologis

OD

OS

No. 1. 2. 3. Visus

Pemeriksaan

OD 2/60 9/7,5

OS 1/60 9/7,5

Tekanan Intra Okuler Kedudukan Bola Mata Posisi Eksoftalmus Enoftalmus

Ortoforia (-) (-)

Eksotropia (-) (-)

4.

Pergerakan Bola Mata Atas Bawah Temporal Temporal atas Temporal bawah Nasal Nasal atas Nasal bawah Nistagmus (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (-) (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (-)

5.

Palpebrae Hematom (-) (-)

Edema Hiperemis Benjolan Ulkus Fistel Hordeolum Kalazion Ptosis Ektropion Entropion Sekret Trikiasis Madarosis 6. Punctum Lakrimalis Edema Hiperemis Benjolan Fistel 7. Konjungtiva Tarsal Superior Edema Hiperemis Sekret Epikantus 8. Konjungtiva Tarsalis Inferior Kemosis Hiperemis Anemis Folikel Papil Lithiasis

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

(-) (-) (-) (-)

(-) (-) (-) (-)

(-) (-) (-) (-)

(-) (-) (-) (-)

(-) (-) (-) (-) (-) (-)

(-) (-) (-) (-) (-) (-)

Simblefaron 9. Konjungtiva Bulbi Kemosis Pterigium Pinguekula Flikten Simblefaron Injeksi konjungtiva Injeksi siliar Injeksi episklera Perdarahan subkonjungtiva

(-)

(-)

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

10.

Kornea Kejernihan Edema Ulkus Erosi Infiltrat Flikten Keratik presipitat Macula Nebula Leukoma Leukoma adherens Stafiloma Neovaskularisasi Imbibisi Pigmen iris Bekas jahitan Tes sensibilitas Jernih (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Tidak Jernih (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Tidak dilakukan

dilakuk an 11. Limbus kornea Arkus senilis Bekas jahitan 12. Sklera Sklera biru Episkleritis Skleritis 13. Kamera Okuli Anterior Kedalaman Kejernihan Flare Sel Hipopion Hifema 14. Iris Warna Gambaran radier Eksudat Atrofi Sinekia posterior Sinekia anterior Iris bombe Iris tremulans 15. Pupil Bentuk Besar Regularitas Bulat 3 mm Reguler Bulat 3 mm Reguler Coklat Jelas/tidak jelas (-) (-) (-) (-) (-) (-) Coklat Jelas/tidak jelas (-) (-) (-) (-) (-) (-) Cukup Jernih (-) (-) (-) (-) Cukup Jernih (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (+) (-) (+) (-)

Isokoria Letak Refleks cahaya langsung Seklusio pupil Oklusi pupil Leukokoria 16. Lensa Kejernihan Shadow test Refleks kaca Luksasi Subluksasi Pseudofakia Afakia

(+) Sentral Disentral (-) (-) (-)

(+) Lateral Kearah medial nasal (-) (-) (-)

Keruh (+) (-) (-) (-) (-) (-)

Keruh (+) (-) (-) (-) (-) (-)

17.

Funduskopi (tidak dilakukan) Refleks fundus Papil - warna papil - bentuk - batas Retina (-) (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Nama :Ny. N Umur: 63 tahun

Ruang : Kelas :

Anjuran Pemeriksaan: Pro USG dan Biometri

Laboratorium : Darah rutin (hemoglobin, trombosit, leukosit, LED), Kimia Klinik (Gula darah sewaktu/BSS), CT, BT

RINGKASAN ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN JASMANI

Nama : Ny. N Umur tahun : 63

Ruang : Kelas :

Perempuan, 63 tahun datang dengan keluhan

utama mata kiri kabur

perlahan sejak 1 tahun SMRS. Pandangan berkabut (+), diplopia (+), silau (-), Halo (+) nyeri (-), merah (-), riwayat trauma (-), sakit kepala (-), mual (-), muntah (-). Pasien mengidap Hipertensi sejak 7 tahun, tak terkontrol dan tidak rutin minum obat, Pada pemeriksaan oftalmologi ditemukan visus OD 2/60 dan OS 1/60, keduanya tidak terkoreksi dengan pinhole. Eksotropia (+) OS, refleks cahaya OS tidak disentral, Lensa OD/OS keruh.

Daftar Masalah: Mata kiri melihat berbayang Seperti ada kabut yang menutupi mata kiri Letak bola mata kiri tidak disentral Refleks cahaya OS tidak disentral Visus : OS 2/60 ; OD : 1/60 Kemungkinan Penyebab Masalah :

Katarak senilis Imatur OS/OD Susp. Retinopati Hipertensi OD/OS Nama : Ny. N RENCANA PENGELOLAAN Umur tahun 1. Medikamentosa a. obat antihipertensi captopril 3x 25mg b. vitamin mata retivit (-carotene 5 mg, vitamin C 100 mg, vitamin E 60 mg,Zn 10 mg, copper 1.5 mg, selenium 55 mcg, lutein ester 30 mg, lycopene 2 mg, zeaxanthin 0.67 mg) 1x1 2. Rencana ECCE ( Ekstra Capsular Catarac Ektration) dan IOL 3. Edukasi a. Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien menderita katarak senilis , dimana katarak ini berhubungan dengan usia serta proses penuaan yang terjadi didalam lensa b. Menjelaskan kepada pasien serta keluarga tentang tindakan operasi yang akan dilakukan pada katarak senilis imatur dimana memiliki resiko post operasi serta membutukan perawatan tertentu post operasi. c. Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penglihatan pasien setelah operasi kemungkinan untuk kembali seperti semula sulit karena dengan penyakit hipertensinya kemungkinan penurunan penglihatan diakibatkan retinopati hipertensi. : 63 Ruang : Kelas :

BAB IV PEMBAHASAN
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. 3 Secara klinik, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopia. Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti dan sampai sejauh ini merupakan bentuk katarak yang paling sering didapatkan. 3 Pada kasus ini penurunan visus yang terjadi pada penderita tidak sesuai dengan maturitas dari katarak itu sendiri. Kemungkinan penurunan penglihatan yang terjadi pada pasien ini bukan hanya dari kataraknya saja tetapi juga disebabkan oleh retinopati hipertensi, mengingat pada pasien ini menderita hipertensi sejak lama yang tidak terkontrol. Hipertensi pada penderita ini kemungkinana dikarenakan pola hidup yang tidak sehat yang menyerupai kebiasaan atau tata cara hidup orang-orang di negara maju. Selain itu hipertensi bisa juga dikarenakan proses degenerasi. Terapi hipertensi yang tidak adekuat, dapat menyebabkan kerusakan organ target (otak, jantung, mata, dll). Penderita ini mempunyai faktor resiko terjadi retinopati yaitu umur penderita sudah lebih dari 40 tahun dan mempunyai riwayat hipertensi yang sudah lama dan tidak terkontrol. Aktivitas fisik, pola makan, dan pikiran dapat menjadi factor resiko terjadinya hipertensi. Hal ini sesuai dengan beberapa studi yang telah dilakukan. Kemungkinan retinopati pada pasien ini sudah mengenai daerah macula, karena pada pasien sudah mulai timbul gangguan visus yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian lensa sferis positif maupun negative.

Terapi yang dilakukan pada pasien ini yaitu secara medikamentosa kita obati secara kausativenya terlebih dahulu yaitu hipertensi. Pemberian obat hipertensi diharapkan dapat mengontrol tekanan darah pasien sehingga penurunan penglihatan pasien tidak bertambah buruk. Selain itu dapat juga di berikan vitamin mata dan dapat kita rencanakan untuk dilakukan operasi Ektra capsular catarak lensa dan intra okular lensa untuk mengatasi kataraknya. Tetapi operasi ini belum tentu dapat mengembalikan penglihatan pasien seperti semula, karena apabila retinopati hipertensi yang kemungkinan diderita pasien sudah memasuki stadium IV maka disana sudah terjadi kerusakan saraf mata sehingga untuk penglihatan pasien kembali semula itu prognosisnya jelek.

BAB V KESIMPULAN

Katarak senilis imatur adalah katarak yang terjadi dimana kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun dan kekeruhan belum mengenai seluruh lensa, warna menjadi putih, serta tajam penglihatan menurun. Adapun terapi dari katarak senilis imatur ini adalah dilakukannya pembedahan dengan tekhnik Extra Capsular Cataract Extraction dan intra okular lensa, karena pada kasus ini penurunan penglihatan sudah menjadi buta menurut WHO (3/60). Pada kasus ini, penurunan penglihatan terjadi tidak hanya karena katarak senilis imaturnya saja tetapi disertai kemungkinan terjadinya retinopati hipertensi mengingat pasien ini menderita hipertsi yang lama yaitu sejak tahun 2006 yang tidak terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ilyas,Sidarta, HHB Mailangkay, dkk. Lensa Mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan Mahasiswa Kedokteran. Sagung Seto, Jakarta.2002

2.

Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.

3.

SMF ilmu penyakit mata. Pedoman Dianosis dan Terapi Edisi III. RSUD Soetomo. Surabaya. 2006.

4.

Husain R, Tong L, Fong A, Cheng JF, How A, Chua WH, Lee L, Gazzard G, Tan DT, Koh D, Saw SM. Prevalence of Cataract in Rural Indonesia. Ophthalmology, Jul 2005; 112(7): 1255-62.

5.

Kanski, Jack J. 2007. Clinical Ophtalmology, A Systematic Approach. London: B.H. Elsevier.

6.

Suhardjo SU., Hartono. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM.

Anda mungkin juga menyukai