Anda di halaman 1dari 2

CONTOH PERS SEBAGAI PENDIDIKAN

Siklus Tsunami Diperkirakan Empat Tahun Sekali Minggu, 02/10/2011 - 20:06 SUKABUMI, (PRLM).- Siklus terjadinya bencana tsunami di Indonesia, diperkirakan terjadi dalam empat tahun sekali. Hal itu, selain berdasarkan penelitian para pakar tsunami, juga dengan melihat pengalaman kejadian tsunami sebelumnya di Indonesia. Demikian dikatakan pakar Tsunami, Dr. Subandono yang juga menjabat Direktur Pesisir dan Lautan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam sosialisasi Mitigasi Bencana dan Milad ke-66 Kabupaten Sukabumi di Alunalun Palabuhanratu, Sabtu (1/10) malam. Menurut dia, siklus bencana tsunami empat tahunan di Indonesia itu, mengacu pada data kejadian tsunami sebelumnya. Dari tahun 1600 hingga 2011, sudah terjadi 110 kali kejadian tsunami dalam skala cukup besar. Setelah diteliti selama 400 tahun terjadi 110 kali tsunami itu, bisa disimpulkan siklus terjadinya tsunami rata-rata terjadi selama empat tahun sekali. Hal itu diperkuat pula dengan kejadian tsunami di Indonesia, dari mulai Aceh, Padang, Yogyakarta, Pangandaran dan terakhir tahun 2010 kemarin di Kepulauan Mentawai. Jadi kalau dikaji lebih jauh, siklus terjadinya tsunami itu rata-rata empat tahun sekali. Akan tetapi, dengan penelitian ini bukan berarti menakut-nakuti, melainkan justru harus menjadi bahan bagi kita semua untuk senantiasa menjaga kewaspadaan, kata Subandono. Ia menyebutkan, dari 110 kali kejadian tsunami tersebut, di antaranya terjadi di Aceh, pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, pantai selatan Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Utara dan Papua. Sedangkan beberapa daerah rawan tsunami di Indonesia, di antaranya di pantai barat Sumatra sudah terjadi 20 kali tsunami, pantai selatan Jawa 11 kali, Laut Banda 30 kali, Selat Maluku 32 kali, Selat Makasar 9 kali dan Papua sebanyak 3 kali . Bagaimana dengan Pantai Selatan Sukabumi? karena termasuk pantai selatan Jawa, sehingga pantai selatan Sukabumi pun termasuk ke dalam daerah rawan gempa dan tsunami. Oleh karena itu, kami mengimbau kepada seluruh masyarakat yang tinggal di pesisir, termasuk Palabuhanratu, perlu waspada mengantisipasi dan menanggulangi bencana tersebut, ujarnya.

Kerawanan bencana gempa dan tsunami tersebut, lanjut Subandono, sehubungan di daerah itu terdapat dua lempeng rawan gempa yakni lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Sementara terjadinya gempa bumi tektonik di laut hingga menimbulkan tsunami, dampak pergerakan lempeng serta kerak bumi. Nah, terjadinya tsunami di Indonesia itu, pengaruh pertemuan kedua lempeng tersebut. Lokasi pertemuan kedua lempeng itu, sekitar 200 km arah ke selatan. Dengan pertemuan kedua lempeng ini lah, Indonesia menjadi daerah rawan gempa dan tsunami, tutur Subandono. Dikatakannya, mengingat pantai selatan Kab. Sukabumi termasuk daerah rawan gempa dan tsunami, sehingga masyarakat perlu melakukan berbagai upaya mitigasi (memperkecil risiko) bencana. Seperti halnya, menyelamatkan diri ke sejumlah tempat evakuasi yang sudah ditentukan. Misalnya, ke daerah perbukitan atau gedung bertingkat yang banyak rongganya. Seperti masjid yang banyak rongganya, bisa dipakai tempat evakuasi. Upaya lainnya, dengan menjaga lingkungan hidup. Misalnya menjaga kelestarian hutan pantai karena bisa meredam gelombang tsunami. Oleh karena itu, penanggulangan bencana gempa dan tsunami ini tidak bisa perorangan, melainkan harus melibatkan seluruh masyarakat, katanya. Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kab. Sukabumi, Ir. Dedah Herlina, M.Si., mengatakan, sosialisasi mitigasi bencana itu, bukan berarti menakut-nakuti masyarakat, melainkan menumbuhkan kesadaran kepada seluruh masyarakat agar senantiasa meningkatkan kewaspadaannya. Hal itu dengan melakukan upaya antisipasi, seperti mengetahui tempat evakuasi apabila terjadi bencana. Setelah sosialisasi mitigasi bencana ini, kita bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya, akan menindaklanjuti dengan membentuk satgas penanggulangan bencana di lingkungan masyarakat, kata Dedah. (A-67/A-88)*** http://www.pikiran-rakyat.com/ Artikel diatas termasuk fungsi pendidikan, karena artikel di atas menginformasikan mengenai fenomena alam, khususnya yang terjadi di Indonesia. Fenemona alam tersebut berkaitan dengan pelajaran Geografi. Untuk itu, artikel diatas, membantu kita untuk mengetahui dan memahami terjadinya tsunami, gempa tektonik.

Anda mungkin juga menyukai