Pada bab ini, kita akan menguji jawaban-jawaban bahwa teori hukum
pidana tradisional melahirkan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Lalu kita akan
mengusulkan sebuah teori ekonomi tentang tindak kejahatan dan hukuman yang
menurut kita melampaui keterbatasan-keterbatasan dari teori hukum tradisional.
1. Penjahat berniat untuk melakukan suatu kesalahan, sementara beberapa
kesalahan sipil terjadi secara kebetulan.
2. Kejahatan yang dilakukan oleh penjahat adalah umum serta pribadi
3. Penjahat adalah negara, bukan individu pribadi
4. Penjahat memiliki standard bukti yang lebih tinggi dalam pengadilan
pidana daripada dalam sebuah gugatan sipil.
5. Jika terdakwa bersalah, maka ia akan dihukum
Mens rea (bahasa Latin yang artinya ‘pikiran bersalah’) merupakan sebuah
istilah hukum untuk niat kejahatan. Untuk mengembangkan ide mens rea ini, kita
harus menarik batas antara kerusakan yang disengaja dengan yang tidak
disengaja. Perhatikan peringkat tindakan disepanjang sebuah garis pada Gambar
11.1.
Berawal dari sisi sebelah skiri skala, penyebab cidera berhati-hati dan
tidak bersalah. Bergerak ke kanan, perilaku penyebab cidera menjadi lali,
kemudian sembrono, dan kemudian jahat. Perilaku yang hati-hati kurang bersalah
dibandingkan dengan perilaku lalai; perilaku lalai kurang bersalah daripada
kerusakan yang disengaja. Menurut garis ini, garis yang memisahkan yang salah
dari mens rea terletak diantara kesembronoan dengan kerusakan yang disengaja.
Ketika para pelaku melintasi garis bats ini, maka mereka melintas dari salah ke
bersalah.
Gradasi lebih lanjut dalam niat kejahatan kadang-kadang relevan dengan
penentuan hukuman. Sebagai ilustrasi, melukai seseorang dengan sengaja untuk
memperoleh keuntungan pribadi tidak seburuk melukai seseorang secara kejam
dan mendapatkan kesenangan dari rasa sakit yang diderita korban. Maka dari itu
terdapat gradasi yang terus menerus dalam evaluasi moral terhadap pelaku dari
yang tak bersalah pada ujung yang baik sampai kejam pada ujung yang jahat.
PERTANYAAN 11.1: Kita mendefinisikan sebagai kerusakan yang disengaja
terhadap orang atau harta benda. “Di negara-negara komunis, ‘tindakan
kejahatan’ seringkali didefinisikan sebagai ‘berbahaya secara sosial’.
Hubungkan perbedaan dalam definisi dengan garis yang dilukiskan diatas.
C. Standard Bukti
Ciri-ciri yang keempat dari suatu kejahatan adalah standard bukti yang
tinggi yang dibebankan kepada penggugat. Penuntut dalam sebuah kasus
kejahatan harus memenuhi standard bukti yang lebih tinggi daripada penggugat
dalam sebuah kasus perdata. Dalam sebuah kasus perdata di negara-negara hukum
umum, penggugat harus membuktikan kasus dengan banyak bukti, yaitu, perkara
harus lebih dapat dipercaya daripada terdakwa. Dalam suatu tindak kejahatan di
negara-negara hukum umum, penggugat harus membuktikan perkara itu diluar
keraguan yang masuk akal.
Teori tradisional memberikan dua alasan untuk membebankan standard
yang tinggi ini kepada gugatan. Yang pertama, menghukum seseorang yang tidak
bersalah tampak lebih buruk daripada gagal menghukum seseorang yang bersalah.
Hukum pidana melanggar keseimbangan antara kedua kesalahan tersebut (yang
oleh para ahli statistik masing-masing disebut kesalahan Tipe II dan Tipe I) yang
menguntungkan terdakwa. Yang kedua, gugatan dapat memenangkan sumberdaya
negara yang lengkap. Membebankan beban bukti yang berat terhadap gugatan
mengurangi manfaat ini.
Tidak seperti negara hukum umum, negara hukum perdata kadang-kadang
menggunakan pendekatan yang berbeda. Dalam pendekatan alternatif, terdakwa
pada prinsipnya bersalah kecuali jika mereka membuktikan ketidakbersalahan
mereka. Dasar pertimbangan atas praduga bersalah ini adalah bahwa negara tidak
membawa tuntutan kecuali jika negara yakin dengan kesalahan terdakwa. Dalam
pendekatan ini, penuntut membantu melanggar keseimbangan antara menghukum
yang tak bersalah dan gagal untuk menghukum orang yang bersalah. Pengadilan
mengakui kepercayaannya terhadap penggugat dengan berjalan dibawah praduga
bahwa penggugat benar kecuali jika terdakwa membuktikan sebaliknya.
PERTANYAAN 11.4: Jelaskan bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap
penggugat mempengaruhi standard bukti dalam ujicoba pengadilan pidana.
PERTANYAAN 11.5: Sebagian besar yurisdiksi memiliki dua kemungkinan
putusan dalam pengadilan pidana: bersalah atau tidak bersalah. Pengadilan
pidana Skotlandia memiliki tiga kemungkinan putusan: bersalah, tidak
terbukti, atau tidak bersalah. Jelaskan perbedaan antara putusan binary (2
bagian) dan trinary (3 bagian), dengan mengacu kepada standard bukti.
D. Hukuman
Orang-orang yang melakukan tindak kejahatan memaparkan dirinya
terhadap resiko hukuman. Hukuman dapat memiliki beberapa bentuk: kebebasan
penjahat dapat dikurung di penjara, gerakan meeka yang dibatasi oleh masa
percobaan, atau denda dapat dibebankan. Di beberapa wilayah hukum, terdakwa
menghadapi kemungkinan untuk dipukul, dimutilasi, atau dieksekusi oleh negara.
Hukuman dalam hukum pidana berbeda dengan kompensasi dalam hukum
peperdata. Kompensasi dalam hukum perdata bertujuan untuk memulihkan
kesejahteraan korba dengan mengorbankan penyebab cidera. Hukuman dalam
hukum pidana membuat pelaku kejahatan lebih buruk tanpa secara langsung
menguntungkan korban. Karena motivasinya berbeda, maka masalah kompensasi
dan hukuman seringkali terlepas antara satu sama lain dalam suatu contoh
tertentu. Maka dari itu, hukuman dapat dibebankan pada puncak kompensais,
seperti ketika gugatan pidana mengikuti pemulihan dalam kerugian. Alternatifnya,
hukuman dapat dibebankan sebagai pengganti kompensasi, seperti ketika negara
memenjarakan orang miskin atas penyerangan dan korban tidak menggugat dalam
penyerangan karena penyebab cidera tidak dapat membayar kompensasi.
Pada perkara-perkara yang melibatkan uang, sebuah definisi yang jelas
menjelaskan perbedaan antara kompensasi dengan hukuman. Kompensasi yang
sempurna adalah jumlah uang yang membiarkan korban acuh tak acuh antara
cidera dengan kompensasi atau tidak ada cidera. Pada bab 9, kita mendefinisikan
konsep pengembalian sempurna yang sejajar: pengembalian sempurna adalah
jumlah uang yang membiarkan penyebab cidera acuh tak acuh antara cidera
dengan pengembalian atau tanpa cidera. Menurut definisinya, hukuman lebih dari
pengembalian. Hukuman moneter adalah jumlah uang yang membuat penyebab
cidera lebih memilih tidak ada cidera daripada cidera dengan pembayaran uang.
Untuk mengilustrasikan Contoh 3, jika seorang pencuri menghancurkan sebuah
jendela mobil seharga $100 dan mencuri radio seharga $75, maka kompensasi
yang sempurna sama dengan $175, pengembalian yang sempurna sama dengan
$75, dan hukuman adalah jumlah uang yang lebih dari $75. Maka dari itu, pelaku
kejahatan dapat dituntut agar membayar $175 sebagai kompensasi kepada korban
dan juga untuk membayar denda sebesar $100 kepada negara.
Nilai-nilai marginal dari fungsi p(x) dan f(x), yang kita nyatakan dengan p’
dan f’, menyatakan perubahan-perubahan pada peluang hukuman dan beratnya
hukuman ketika keseriusan tindak pidana, x, sedikit berubah. Demikian halnya,
nilai y marginal, yang kita lambangkan dengan y’, memberikan perubahan pada
hukuman (ganjaran) ketika keseriusan tindak pidana sedikit berubah. Penjahat
memaksimalisasi keuntungan bersih dari tindak pidana dengan menggelapkan
sejumlah uang hingga pada titik dimana keuntungan marginal dari jumlah lain
yang digelapkan sama dengan hukuman marginal yang diharapkan:
y’ = p’f + pf
keuntungan marginal biaya hukuman marjinal
penjahat penjahat yang diharapkan