Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Pembelajaran matematika untuk anak SD haruslah yang menyenangkan. Sehingga anak-anak dalam mengikuti pelajaran tidak bosan atau ngantuk. Guru haruslah pintar-pintar dalam menyusun rancangan pembelajaran yang membuat anak aktif dalam proses belajar. Dari model, pendekatan atau media yang digunakannnya dalam mengajar.1 Kita sebagai calon guru harus mengerti tentang seluk beluk yang ada dalam proses pembelajaran, dari kondisi kelas yang efektif, suasana lingkungan yang mendukung, kondisi siswa, kemampuan siswa, materi yang diberikan, strategi yang akan digunakan, cocokkah metode yang kita gunakan, media apa yang cocok dengan materi yang akan dijelaskan, dan masih banyak lagi. Kondisi lingkungan sekitar sekolah juga menjadi salah satu yang harus diperhatikan, jika lingkungan sekolahnya merupakan tempat yang ramai maka apa tritmen kita terhadap kasus yang dihadapi dan sebaliknya.2 Dalam sebuah proses pembelajaran yang menjadi perhatian adalah adanya timbal balik atau interaksi siswa dengan guru tentang materi yang sedang dipelajari. Pembelajaran Matematikapun ada proses interaksinya, karena jika tidak ada interaksi dalam proses pembelajaran tersebut maka hasilnya nihil atau tidak diketahui pahamkah siswa terhadap materi yang dijelaskan oleh guru. Tetapi banyak juga dalam proses belajar mengajar guru hanya menggunakan metide ceramah yang belum tentu itu efektif untuk meteri yang dijelaskan saat itu dan terkadang guru hanya melakukan interaksi dengan siswa yang menonjol dikelas.3 Dalam pembelajaran matematika ada model pembelajaran Contekstual Theaching Learning. Contekstual Theaching merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan bertujuan agar siswa melatih dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapat pengetahuan konsep-konsep penting.
Anita lie. (2005). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Hal 35 2 Ibid hal 36 3 ibid
1

Sebab dari kami memilih SD N 13 seluma ini kami inggin meneliti sistem pembelajaran matematika yang ada di luar kota Bengkulu, itu seperti apa, dan tingkat kemampuan murid SD. N 13 Seluma, yang ada diluar kota seperti apa, apakah rendah, menengah atau tinggi. Hal inilah yang menjadikan kami unutk memilih SD yang ada diluar kota Bengkulu itu. Diman cara pembelajaran SD yang ada di kota berbeda dengan sekola SD yang ada diluar kota. Dan juga kami melihat kemampuan siswa dalam menakap pembelajaran itu seperti apa. Dan juga melihat cara guru mengajar dengan menggunakan metode yang digunakan dalam pembelajaran untuk anak SD. N 13 seluma yang ada diluar kota itu seperti apa. Dan juga untuk melihat serana dan perasarana pendukung yang ada di luar kota itu apakah sama dengan yang ada di kota. Hal hal itulah yang menjadikan kami inggin sekali meneliti sistem pembelajaran matemtika yang ada di SD.N 13 seluma yang terletak di luar kota Bengkulu. Pembelajaran matematika biasanya dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit untuk anak anak maupun orang dewasa ketimbang pelajaran lain. Disekolah sekolah banyak murid yang tidak tertarik dengan pembelajaran matematika. Matematika labih penting dibandingkan penerapan keterampilan numerasi semata. Matematika berfungsi sebagai kendaraan utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada anak anak .

BAB II HASIL LAPORAN A. KONDISI IDEAL.

A. Kondisi Ideal Kegiatan guru mengajar tidak bisa dilepaskan dari peristiwa siswa belajar. Oleh karena itu, mengajar matematika dengan efektif bergantung pada pemahaman bagaimana siswa belajar. Proses mengkonstruksi jembatan yang menghubungkan situasi kongkrit ke situasi simbolik dan membantu anak melintasi jembatan tersebut, merupakan kegiatan pembelajaran matematika yang ideal. Berikut ini adalah beberapa prinsip praktis dalam pembelajaran matematika berlandaskan hasil berbagai penelitian, pengalaman, dan kajian tentang bagaimana anak belajar matematika. Walau setiap prinsip ditulis secara terpisah, hal ini tidak berarti menunjukkan prioritas atau tidak saling terkait.4 1.) Mulailah dari apa yang diketahui anak, bukan dari apa yang diketahui guru Tampaknya hal biasa kalau guru menganggap bahwa di awal pertemuan, anak belum tahu apa-apa mengenai materi pelajaran yang akan diberikan. Guru umumnya cenderung memulai pembelajaran dari apa yang mereka ketahui, bukan dari apa yang telah anak ketahui. Padahal pengalaman dan pengetahuan yang telah mereka miliki dapat dijadikan modal awal untuk mereka belajar matematika. Jika anak memahami berdasarkan apa yang telah mereka ketahui sangat membantu mereka dalam proses mengerti sehingga dapat membangun pemahaman yang kokoh. 2.) Sajikan matematika dalam suasana menyenangkan Dari sudut pandangf psikologi pendidikan, menyajikan matematika dalam suasana anak tegang dan ketakutan tentu tidak kondusif untuk dapat berfikir secara optimal. Suasan belajar yang baik bagi anak memerlukan iklim yang menyenangkan dan sikap guru yang terbuka. Guru yang mampu menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar, berbagi pendapat dan perasaan dengan siswa cenderung dapat menjadikan siswa menyenangi matematika dan termotivasi untuk mempelajarinya. 3.) Beri siswa kesempatan untuk banyak berbicara, bekerja, dan menulis matematika Benda manipulatif, konteks dalam kehidupan, atau model matematika lainnya dapat memberikan kesempatan anak dalam berpikir, bicara, mendengarkan, dan menulis
4

Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Depdikbud hal 59

matematika. Dengan memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan matematika secara lisan ataupun tertulis, akan menstimulasi pemahaman mendalam mengenai konsep dan prosedur matematika. 4.) Gunakan bahasa atau konteks yang dikenal anak sebagai strategi awal Anak akan mengalamai kesulitan jika dihadapkan langsung dengan konsep-konsep matematika yang abstrak. Penggunaan bahasa atau konteks yang dekat dengan anak akan memberikan banyak kesempatan kepadanya untuk berpikir, berbicara, mendengarkan, dan menulis matematika. Misalnya, daripada melatih siswa kelas 6 untuk menghitung 1541 : 72 dengan pembagian cara ke bawah, akan lebih bermakna bagi siswa jika disajikan dalam suatu konteks seperti berikut. Murid kelas 6 akan berdarmawisata ke Yogyakarta yang berjarak 1541 km dari Bandung. Jika bis yang mereka tumpangi rata-rata menempuh 72 km setiap jamnya, perkirakan berapa jamkah mereka di perjalanan? 5.) Manfaatakan hasil rekayasa teknologi Kebanyakan dari kita masih menyangsikan akan peranan alat-alat canggih, seperti kalkulator dan komputer dalam pembelajaran matematika. Para orang tua dan guru masih banyak yang beranggapan bahwa kalkulator akan membuat anak bodoh, tidak mampu berhitung, dan akan membuat anak bergantung pada alat. Anggapan ini sama sekali tidak benar sepanjang guru bisa memanfaatkan alat-alat itu dalam kegiatan pembelajaran yang tepat. 6.) Gunakan media yang mudah diperoleh dan menarik Penggunaan media atau alat peraga (benda manipulatif) dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan terutama bagi siswa sekolah dasar. Hal ini disebabkan pemikiran mereka yang belum bisa langsung menerima hal-hal yang abstrak. Selain itu, melalui alat peraga anak bisa belajar matematika dengan bantuan objek-objek nyata, mendorong melakukan percobaan dan pengamatan, dan mencoba menyingkap hal-hal baru bagi mereka. 7.) Biasakan menggunakan pendekatan problem solving Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah membentuk siswa agar mampu berpikir komprehensif dan strategis, seperti berpikir logis, sistematis, kritis dan kreatif. Pendekatan problem solving dalam belajar matematika diyakini efektif untuk melatih siswa berpikir komprehensif dan strategis melalui pemecahan masalah matematika. Oleh karena itu untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam

menganalisis,

mengevaluasi,

dan

menyimpulkan,

kemampuan

siswa

dalam

pemecahan masalah dikembangkan terus dalam setiap kesempatan pembelajaran. 8.) Biasakan siswa untuk aktif bekerjasama dalam kelompok Siswa membangun pengetahuannya melalui struktur pemahaman yang telah diperoleh dari proses belajar atau pengalaman. Jika siswa mendapatkan pengetahuan baru, maka persepsi dan konsep lama yang telah ada di kepalanya akan mengklarifikasi struktur pemahaman yang telah ada dan selanjutnya membentuk struktur pemahaman baru yang makin luas. Proses pengkonstruksian ini bisa lebih cepat apabila dilakukan siswa melalui kegiatan interaktivitas dengan sesama siswa dan atau dengan guru.
5

2. HASIL PENGAMATAN Jumlah siswa di kelas VI.A di SD.N 13 seluma yang di amati, selumah berjumlah. 22 orang yang terdir dari, 8 orang laki laki dan, 14 orang perempuan. Obserfasi dilakukan pada 06 11 2013 hari rabu, pada jam 07.30 sampai 09.15. Posis duduk siswa sejajar dengan empat sab. Dimana ada siswa yang duduk sendiri dan ada yang berdua Dalam pengamatan yang dilakukan sekitar jam 10.00 WIB waktunya itu selesai istirahat, dalam pengamatan ini selama 90 menit, terletak di bagian kelas ujung.disana dalam proses pembelajaran cukup kondusif dikarenakan siswanya tertib dan suasana kelasnya mendukung. Dimana di dalam ruangan tersebut bersih. Dan banyak sekali dekorasi yang mana diruangan itu terdapat banyak tulisan arab yaitu seperti ayat-ayat pendek dan gambaran bagian-bagian bunga seperti kelopak bunga,benang sari,putik dll. di dalam ruangan itu juga terdapat bunga bunga yang ditahta diatas meja dan diatas lemari bagian sudut ruangan.Didalam lemari terdapat buku-buku pelajaran dan media-media dalam pembelajaran serta banyak tugas-tugas siswa di dalamnya. Diawal guru masuk ruangan,guru mengucapkan salam dan siswa-siswa pun menjawab dengan serempak.setelah itu guru menjelaskan pelajaran yang akan dibahas hari itu. Dalam proses pembelajaran ini bahan ajar yang di gunakan adalah buku cetak dan setiap satu bangku terdapat dua siswa yang masing-masing bangku memiliki buku cetak. Disaat guru menjelaskan pelajaran dan sambil menulis di papan tulis,siswa tidak ada yang menulis dan semua alat tulis siswa masih berada di dalam tas mereka masing-

Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Depdikbud hal 58

masing.mereka belum menulis sebelum disuruh guru untuk menulis. Semua siswa hanya fokus dengan materi yang dijelaskan oleh guru.hari itu guru menjelaskan tentang jarak,waktu, dan kecepatan Pelajaran tersebut sudah dibahas sebelumnya dan hari itu hanya sedikit mengulang.disitu guru langsung menuliskan apa yang akan dibahas.guru menulis sambil menjelaskan serta guru memberikan contoh soal untuk mencari rumus waktu,rumus jarak dan rumus kecepatan.guru memberikan contoh soal tidak terpatok pada buku cetak tetapi hanya memberikan contoh soal disekitar mereka saja. Guru menjelaskan materi mengenai jarak,waktu dan kecepatan,yang mana materinya adalah : 1. Diketahui jarak rumah andi ke sekolah 40 km. Ditempuh dengan waktu 2 jam. Ditanya : kecepatan ? Jawab : kecepatan =j/w =40/2 = 20 km/jam. 2. Andi kesekolah dengan mengendarai sepeda dan waktu 4 jam dengan kecepatan 20 km/jam. Ditanya : jarak? Jawab: jarak=waktu x kecepatan j = 4 x 20 = 80 km/jam 3. Diketahui jarak bumi ayu ke pagar dewa 120 km. Dan waktu 4 jam dengan kecepatan 20 km/jam. Ditanya : waktu? Jawab : rumus waktu = jarak : kecepatan 120 : 40 = 3 jam.

Didalam proses belajar berlangsung,setelah guru menjelaskan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,disana tidak ada siswa yang bertanya tetapi disaat guru yang bertanya siswa banyak yang mengajukan tangan untuk menjawab.guru juga memberikan latihan soal yang terdapat di dalam buku cetak yang ada pada siswa masing-masing.siswa mulai mengerjakan soal dari guru dan guru pun keliling sambil melihat keja siswa. Setelah selesai mengerjakannya guru menyuruh siswa untuk siapa yang bisa mengerjakannya di depan.begitu banyak siswa yang mengajukan tangan dan guru pun menyuruh salah satu diantara mereka sambil menyebut nama siswa untuk
6

disuruh mengerjakannya. setelah jawaban siswa tersebut benar,guru memberikan penghargaan kepada siswa yang menjawab tadi dengan menyuruh siswa-siswa bertepuk tangan.Dalam proses pembelajaran ini siswanya aktif, pada saat itu, gurunya menjelaskan lalu memberikan pertanyaan pertanyaan, dan langsung siswa mengangkat tangannya dan menjawab pertanyaan. Setelah itu gurunya memberikan contoh di papan tulis dan bertanya siapa yang bisa mengerjakan silakan ke depan!ada sekitar 11 orang yang angkat tangan, dan satu yang ditunjuk oleh guru sambil menyebut nama siswa tersebut, lalu siswa mulai mengerjakan dengan benar. setelah itu ibunya memberi tugas kepada siswa untuk tugas dirumah dan dikumpul saat jam pelajaran matematika hari berikutnya.Tidak terasa waktunya sudah habis, gurunya berpesan kepada muridnya belajar lagi di rumah, dan jangan lupa dengan tugas yang ibu guru berikan. Setelah itu guru Wssalamualakum wr.wb. mengucapkan

A. AWALAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD 13 SELUMA Pertama tama murid murid memberi salam kepada guru setelah itu dilajutkan dengan berdoa. II. Guru melakukan absen murid murid dengan menanyakan siapa yang tidak masuk pada hari itu. III. Guru menengor ruang kelas yang masih kotor, karena ada murid tidak mengerjakan piket kelas. IV. Sebelum mulai pelajaran guru membuat tanggal di papan tulis.

I.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD. N 13 SELUMA. I. Guru membahas tentang materi lanjutan pada pertemuan yang lalu yaitu membahas materi, pengelolahan data. II. Dalam pembahasan materi pengumpulan data ini pertamam tama guru memberikan contoh contoh soal pada murid. Kemudian guru memberikan soal soal latihan pada murid murid. III. Dalam menjawab soal soal latiahan tersebut guru menyuruh murit untuk maju kedepan untuk menjawab soal latihan itu.
7

IV.

Ada beberapa murit yang mengancungkan tangan untuk maju kedepan untuk menjawab soal latihan tersebut, disini guru lebih memilih murid murud yang tidak mengakat tanggan atau murid yang belum begitu paham untuk maju menjawab soal latihan itu.

V.

Dalam penyampainya guru menyampaikan dengan tegas dan jelas ini terbukti suara guru tersebut terdengar sampai kebelakang dengan jelas.

VI.

Dalam pembelajaran matematika guru menggunakan buku cetak dan LKS, dan sisswa menggunakan LKS.

C. KEAKTIFAN MURID MURID DI SD. N 13 SELUMA KELAS VI. A DALAM PEMBELAJARAN MATEMAATIKA. I. Murid murid di SD.N 13 seluma dalam pembelajaran matematika aktif . Ini terlihat saat guru menyuruh murid murid untuk menjawab soal latihan banyak siswa yang menggancungkan tangan untuk menjawab soal latihan kedepan, meskipun guru lebih memilih murid yang tiadak manggkat tangan untuk maju menjawab soal kedepan mereka tetap inggin maju menjawab soal latiha itu kedepan. II. Pada pembelajaaran matematika ada siswa yang mengerti dan ada pulah yang tidak mengerti pembelajaran tersebut. Hal yang menyebabkan murid tersebut tidak mengerti disebabkan murid di SD.N 13 seluma di kelas VI.A tersebut ada beberapa murid yang tidak hafal perkalian. Hal inilah yang menyebabkan murit tidak mengerti dan tidak bisa menjawab soal latihan tersebut.

D. METODE, METODE DAN SRTATEGI YANG DIGUNAKAN OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD.N 13 SELUMA. I. Metode yang digunakan oleh guru : a) Metode ceramah Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode cerama metod yang paling tredisional dan telah ada sejak lama dijalankan dalam pendidikan

b) diskusi Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Didlam diskusi ini proses interaksi antar dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif ada yang pasif sebagai pendengar saja.

c). Tanya jawab. Ialah suatu teknik untuk memberi motivasi pada murid agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran, atau guru yang mengajukan pertanyaan pertanyaan itu, murit yang menjawab.

II.

Model yang digunakan dalam pembelajaran di SD.N 13 seluma a). kontektual Guru memberikan penjelasan tenteng pembelajaran yang berlangsung berupa contoh contoh soal latihan. terlebih dahulu sebelu guru menyuruh siswa untuk murit untuk menjawab soal tersebut. III. Setrategi yang digunakan dalam pembelajaran di SDN 13 selumah. a). guru terlebih dahuluh memberikan contoh dan penjelasan dalam pembelajaran pengelolahan data b). kemudian guru meberikan soal latihan latihan mengenai pengelolahan data c). dalam melakukan mencari jawaban dari soal soal latihan itu guru menyuruh siswa yang menjawabnya dengan menyuruh siswa maju kedepan untuk menjawab soal latihan itu.

E. KELEMAHAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD.N 13 SELUMA I. Media pembelajaran matematiaka yang tidak ada ini terlihat sewaktu murid untu menjawab soal latiahan pada saat guru menyuruh murit membuat diagram lingkaran tidak tersedianya jangkat untuk membuat lingkaran dan saat guru menyuruh siswa untuk mengisih diangram itu guru menyuruh muridnya mengirah ngirah dalam

menetukan besar sudur pada diagram lingkaran. Di karnakan tidak tersedia busur untuk membuat sudut tersebut. II. Disini juga murit muridnya tidak memiliki busur dan jangkar, mereka hanya mengira ngiarah. Dan membuat diangram asal jadi saja.

C. ANALISIS Dari hasil pengamatan di SD.N 13 seluma itu ada bebarapahal yang kami analisi Pada saat pembelajaran berlangsung seharusnya tersadia media yang dibutuhkan, supanya dalam pembelajaranyan siswa lebih paham diamana saat membuat media lingkaran dan besar sudut tidak tersedianya media pendukung seperti jangkar dan busus. Dan kondisi kelas pada saat itu sangat kotor, sebaiknya kelas yang bai adalah kelas yang bersih supanya nyaman dalam belajar. Penggunaan model pembelajaran CTL dan Coorperative Learning juga mempengaruhi prestasi siwa didalamm sekolah dan diluar sekolah. Jika di sekolah saja siswa mampu berfikir kretif dalam memecahkan sebuah persoalan yang diberikan guru maka jika siswa menjadi perwakilan dari sekolah untuk sebuah lomba maka siswa akan berfikir kreatif juga. Jika dilihat dari lomba saja kemampuan siswa sudah dapat dilihat maka guru juga dapat melakukan sebuah perlakuan yang harus dilakukan kepada setiap siswa sesuai dengan kemampuannya seperti apa. Dari proses pembelajaran pasti ada juga kendala-kendala yang dihadapi guru maupun siswa. Jika dilihat dari hasil observasi kami , salah satu kendala yang dihadapi guru tidak terlalu sulit karna hanya kondisi fisik saja yang menjadi kendala dalam mengajarnya. Dilihat dari siswa kendala yang dialami ialah beberapa siswa yang kurang paham akan materi yang diberikan dan terkadang diganggu oleh kawan sebangku. Dilihat dari proses pembelajaran yang menjadi kendalanya hanya perhatian guru yang lebih terfokus pada siswa yang cerdas saja, tetapi tetap siswa yang lain juga diperhatikan.

10

D. DOKUMENTASI

11

12

13

14

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dalam pembelajaran di SD.N 13 seluma yang kami amati disimpulkan bahwa tingkat kemampuan anak dalam menakap pelajaran terutama pembelajaran matematika masih rendah hal ini didasakan pada kenyataan bahwanya ada bebarapa anak di SD.N 13 seluma kelas VI A itu tidak hafal perkalian. Dan hal in juga yang membuat siswa menjadi susah untuk memehami pelajaran itu dan dalam mengerjakan soal soal tersebut mereka itu kesulitan. Disini juga media pendukung dalam pembelajaran masi kurang ini tampak pada saat murid mengerjakan soaal utuk membuat diagram lingkaran dan besar sudut tidak tersedianya jangkar dan busur oleh sekolah dan murid sendiri.

15

B. SARAN Melalui laporanini diharapkan agar pengetahuan kita tentang system atau cara dalam pembelajaran di SD dapat bertambah. Di harapkan adanya kritikan yang membangun untuk hasil laporan ini agar dapat lebih baik lagi dalam membuat suatu laporan untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA Heruman, s.pd. m,pd, 2007 model pembelajaran matematika di SD, PT , remaja rosdakarya Bandung Dra, roestiyah, N,k, 2001, stretehi belajar mengajar Rineka Cipta . Daniel muiis dan david reyndds, effective teacing teori dan aplikasi.

16

Anda mungkin juga menyukai