Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TEORI AKUNTANSI

NAMA NIM

: :

THERESIA JULINA RUSLI 1106305132

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2013

Pengertian Laba
Laporan keuangan tidak dirancang untuk mengukur nilai suatu perusahaan secara langsung tetapi informasi yang disediakan dimaksudkan untuk mengestimasi nilai perusahaan oleh pihakpihak yang membutuhkannya. Laporan keuangan merupakan bahasa bisnis sebagai alat komunikasi oleh pihak internal yaitu manajemen dengan pihak eksternal seperti kreditor, investor dan pemerintah. Laporan keuangan juga merupakan produk dari akuntansi yang menyajikan data-data kuantitatif keuangan atas semua transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu. Laporan keuangan dibuat untuk

mempertanggungjawabkan aktivitas perusahaan terhadap pemilik dan juga membebankan informasi mengenai posisi perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (Muhammad Yusuf dan Soraya, 2004). Laporan keuangan ini disusun oleh manajemen, sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan juga menunjukkan kinerja manajemen dan merupakan sumber dalam mengevaluasi performance kinerja manajemen. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja tersebut adalah laba. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahan yang bertujuan selain untuk menilai kinerja manajemen, juga untuk membantu mengestimasi kemempuan laba yang representatif dalam jangka panjang, meramalkan laba, menaksir resiko dalam berinvestasi atau kredit, memprediksi arus kas masa depan serta memiliki pengaruh besar bagi penggunanya dalam pengambilan suatu keputusan. Sebagaimana disebutkan dalam Statement of Finansial Accounting Consept (SFAC) nomor 1 bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan dimasa yang akan datang (Januar dan Sri, 2002). Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Consepts (SFAC) nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif (FASB, 1980). Menurut PSAK Nomor 1 informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya
1

ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan dimasa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2004). Bagi pemilik saham dan atau investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis (wealth) yang akan diterima, melalui pembagian dividen. Para ahli dalam bidang akuntansi umumnya mendefinisikan laba sebagai berikut: 1. Commite On Terminology (Sofyan Syafri H.,2004) dalam Aliyal Azmi (2007:12) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. 2. Kemudian menurut Stice, Stice, Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. 3. Selanjutnya menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa). 4. Kemudian menurut Belkaoui (1993) Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. 5. Sedangkan menurut Rahmat (2006:9) Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Laba terdiri dari hasil operasional, atau luar biasa, dan hasil-hasil nonoperasional, atau keuntungan dan kerugian luar biasa, dimana jumlah keseluruhannya sama dengan laba bersih. Laba biasa dianggap bersifat masa kini (current) dan berulang, sedangkan keuntungan dan kerugian luar biasa tidak demikian. Fisher (1912) dan Bedford (1965) menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep laba yang secara umum dibicarakan dan digunakan dalam bidang ekonomi. Konsep laba tersebut adalah:

1. Psychic income, yang menunjukkan konsumsi barang/jasa yang dapat memenuhi kepuasan dan keinginan individu. 2. Real income, yang menunjukkan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang ditunjukkan oleh kenaikan cost of living. 3. Money income, yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber-sumber ekonomi yang digunakan untuk konsumsi sesuai dengan biaya hidup cost of living. Ketiga konsep tersebut semuanya penting, meskipun pengukuran terhadap Psychic Income sulit untuk dilakukan. Hal ini dapat disebabkan Psychic Income adalah konsep psikologi yang tidak dapat diukur secara langsung, namun dapat ditaksir dengan menggunakan real income. Keinginan manusia tersebut hanya dapat dipenuhi pada berbagai tingkatan, sebagaimana seseorang memperoleh Real Income. Dipihak lain, Money Income meskipun mudah diukur, tetapi tidak mempertimbangkan perubahan nilai suatu unit moneter. Atas dasar alasan ini, para ekonom memeusatkan perhatiannya pada penentuan real income. Fisher (1912) juga berpendapat bahwa real income adalah konsep income yang praktis bagi akuntan.

Tujuan Pelaporan Laba


Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dalam pelaporan keuangan. Adapun informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan: 1. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital) 2. Sebagai pengukur prestasi manajemen 3. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak 4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara 5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus 6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan 7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran 8. Sebagai dasar pembagian deviden

Pengukuran dan Pengakuan Laba


Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan. Dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, IAI (1994) menyebutkan bahwa, laba (income) akan diakui apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa mendatang yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan jumlahnya dapat diukur dengan andal. (paragrap 92). Secara konseptual ada 3 (tiga) pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur laba. Pengukutan tersebut adalah pendekatan transaksi, pendekatan kegiatan dan pendekatan mempertahankan kapital/kemakmuran (capital maintenance). a. Pendekatan Transaksi Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aktiva/hutang (laba) terjadi hanya karena adanya transaksi, baik internal maupun eksternal. Transaksi eksternal timbul karena adanya transaksi yang melibatkan perubahan aktiva/hutang dengan pihak luar perusahaan. Transaksi internal timbul dari pemakaian atau konversi aktiva dalam perusahaan. Pendekatan ini memiliki beberapa kebaikan yaitu: 1. Komponen laba dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya: atas dasar produk/konsumen 2. Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi 3. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada pada akhir periode 4. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi eksternal untuk berbagai tujuan 5. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang lainnya. b. Pendekatan Kegiatan Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Jadi laba bisa timbul pada tahap perencanaan, pembelian, produksi, penjualan dan pengumpulan kas. Dalam
4

penerapannya, pendekatan ini merupakan dari pendekatan transaksi. Hal ini disebabkan pendekatan kegiatan dimulai dengan transaksi sebagai dasar pengukuran. Kebaikan pendekatan kegiatan adalah: 1. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenis evaluasi dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan penjualan surat berharga yang ditujukan pada usaha memperoleh capital gain. 2. Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen. 3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari jenis kegiatan yang berbeda. c. Pendekatan Mempertahankan Kapital/Kemakmuran (Capital Maintenance) Atas dasar pendekatan ini, laba diukur dan diakui setelah kapital awal dapat dipertahankan. Sebelum membahas pengukuran laba atas dasar konsep mempertahankan

kemakmuran/kapital. Dalam konsep mempertahankan kemakmuran, kapital disini dimaksudkan sebagai kepaitgal dalam arti kekayaan bersih dalam artian luas dan dalam berbagai bentuknya. Jadi kapital diartikan sebagai sekelompok kekayaan tanpa memeperhatikan siapa yang memiliki kekayaan tersebut. Kam (1990) mendefiniskan laba (income) merupakan perubahan dalam kapital perusahaan diantara dua titik waktu yang berbeda (awal dan akhir), diluar perubahan karena investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik, dimana kapital dinyatakan dalam bentuk nilai (value) dan didasarkan pada skala pengukuran tertentu (Paragrap 194). Dengan demikian laba dapat diukur dari selisih antara tingkat kemakmuran pada akhir periode dengan tingkat kemakmuran pada awal periode. [Laba = total aktiva neto (akhir periode) kapital yang diinvestasikan (awal periode)]. Konsep pengukuran laba ini disebut dengan konsep mempertahankan kapital/kemakmuran (wealth or capital maintenance concept).

Kapital yang digunakan dalam konsep ini adalah kapital neto (net worth) atau aktiva neto. Kapital dinyatakan dalam bentuk nilai ekonomi pada skala pengukuran tertentu. Pengukuran terhadap kapital sangat dipengaruhi oleh nilai (unit pengukur), jenis kapital dan skala pengukuran. Perbedaan terhadap ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan perbedaan besarnya laba yang diperoleh. 1. Nilai (Unit Pengukur) Nilai menunjukkan preferensi seseorang terhadap barang tertentu karena adanya manfaat yang diharapkan dari barang tersebut. Oleh karena nilai bersifat subyektif fan sulit diukur, maka harga pasar dianggap sebagai nilai yang paling obyektif untuk mengukur suatu bnarang (obyek) tersebut. 2. Jenis Kapital Dalam akuntansi, kapital secara umum diartikan sebagai aktiva neto, yaitu selisih antara jumlah aktiva dan jumlah hutang. Laba tidak akan diperoleh bila jumlah kapital awal tidak dapat dipertahankan. Pengukuran terhadap besarnya laba sangat bergantung pada sudut pandang yang digunakan dalam mengartikan kapital. Pada dasarnya pengertian kapital dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu: a. Kapital Finansial Kapital finansial lebih memusatkan perhatian pada nilai moneter dari aktiva dibandingkan nilai hutang. Oleh karena itu, kapital ini menunjukkan konstribusi pemilik ke dalam perusahaan yang mendanai aktiva tersebut. Dengan demikian kapital menunjukkan kas atau setaranya yang diinvestasikan pemilik ditambah dengan laba (earning) yang diinvestasikan kembali dalam perusahaan (laba ditahan). b. Kapital Fisik Kapital fisik memusatkan perhatian pada kemampuan (sumber-sumber ekonomi) yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba melalui kegiatan produksi barang/jasa. Atas dasar kapital fisik, kapital menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mencapai tingkat
6

kapasitas fisik produksi ditunjukkan oleh aktiva yang dimiliki pada periode berjalan, maka nilai (niali pengukur) yang relevan adalah current cost atau replacement cost. Kapasitas produksi tersebut dapat berupa:

Aktiva nonmoneter dimiliki perusahaan Volume produksi Volume penjualan Skala Pengukuran

3.

Pengukuran harus memiliki suatu skala untuk memberi arti atas angka-angka yang ada. Oleh karena itu, skala pengukuran dalam akuntansi dapat dibagi menjadi dua yaitu skala nominal dan skala daya beli konstan. a. Skala Nominal Unit pengukur yang digunakan dalam skala pengukuran nominal adalah jumlah rupiah (nominal) yang telah terjadi dan dicatat dalam akuntansi tanpa memperhatikan perubahan daya beli. Dengan demikian, jumlah tersebut dapat ditambahkan bersama-sama atau dikurangkan satu sama lain. Skala ini digunakan dalam model akuntansi konvensional. b. Skala Daya Beli Konstan Unit pengukur yang digunakan adalah unit moneter yang nilainya dinyatakan dalam bentuk daya beli. Oleh karena daya beli uang berubah, maka unit moneter sebagai indikator nilai atas dasar skala daya beli konstan, unit moneter diubah dengan menggunakan indeks tertentu (misalnya indeks harga konsumen). Atas dasar skala ini, semua nilai (rupiah) dapat menunjukkan daya beli yang sama.

Elemen Laba
Laba dapat dijadikan untuk menilai keberhasilan perusahaan. Pengukuran terhadap laba tidak akan memberikan informasi yang bermanfaat bila tidak menggambarkan sebab-sebab timbulnya laba. Ada dua konsep yang digunakan untuk menentukan elemen laba perusahaan, yaitu: a. Konsep Laba Periode (Earnings)

Konsep laba periode dimaksudkan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan. Efisiensi berhubungan dengan penggunaan sumber-sumber ekonomi perusahaan untuk memperoleh laba. Konsep laba periode memusatkan perhatiannya pada laba operasi periode berjalan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Oleh karena itu, yang termasuk elemen laba adalah peristiwa atau perubahan nilai yang dapat dikendalikan manajemen dan berasal dari keputusan-keputusan periode berjalan. b. Laba Komprehensif (Comprehensif Income) FASB dalam SFAC No. 3 dan 6 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan laba komprehensif adalah total perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode, yang berasal dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal dari pemilik. Atau dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas seluruh perubahan aktiva bersih yang berasal dari transaksi operasi. FASB menjelaskan bahwa alasan utama digunakannya istilah laba komprehensif adalah untuk membedakan laba komprehensif dengan laba periode. Laba periode dan laba komprehensif mempunyai komponen utama yang sama yaitu, pendapatan, biaya, untung dan rugi. Akan tetapi keduanya tidak sama karena beberapa komponen tertentu yang menjadi elemen laba komprehensif tidak dimasukkan dalam perhitungan laba periode. Komponen tersebut adalah: a) Pengaruh penyesuaian akuntansi tertentu untuk periode lalu dialami dalam periode berjalan diperlukan sebagai penentu besarnya laba bersih.

b) Perubahan aktiva bersih tertentu lainnya (holding gains and losses) yang diakui dalam periode berjalan seperti untung rugi perubahan harga pasar investasi saham sementara dan untung atau rugi penjabaran mata uang asing. Dalam laporan keuangan yang berdasarkan aturan FASB harus menunjukkan laba periode dan laba komprehensif. Maka laporan yang harus disajikan adalah laporan laba periode (statement of earning) dan laporan laba komprehensif (statement of comprehensive income).

Perbedaan Laba Bersih dan Laba Komprehensif


a. Laba Bersih

Para ahli mendefinisikan laba bersih sebagai berikut:. 1. Menurut Soemarso SR (2004 : 227) angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah Laba Bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss). 2. Menurut Smith Skousen (1989:119) Laba Bersih merupakan perbedaan antara jumlah pendapatan yang diperoleh suatu satuan usahan selama periode tertentu dan jumlah biaya yang dapat diaplikasikan kepada pendapat. 3. Laba bersih (net income) adalah kelebihan (deficit) pendapatan atas biaya dari suatu periode akuntansi tertentu (menurut APB Statement 4).

Laporan laba rugi (statement of income) minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut untuk periode: Pendapatan Biaya keuangan Bagian laba atau rugi dari entitas asosiasi (associates) dan ventura bersama (joint venture) yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas Beban pajak Operasi yang dihentikan (discontinued operations)
9

Laba atau rugi Kepentingan nonpengendali Laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik ekuitas entitas induk

b. Laba Komprehensif (Comprehensif Income) Total laba rugi komprehensif (total comprehensive income) yang dilaporkan dalam laporan laba rugi komprehensif adalah total semua pos penghasilan dan beban yang diakui selama satu periode (termasuk komponen laba atau rugi dan pendapatan komprehensif lain). Laporan laba rugi komprehensif minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut untuk periode: Pendapatan Biaya keuangan Bagian laba atau rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas Beban pajak Operasi yang dihentikan yang mencakup suatu total Laba atau rugi Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain angka 8 di bawah) Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan metode ekuitas Total laba rugi komprehensif

Dengan demikian, total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Total laba rugi komprehensif terdiri dari komponen laba rugi dan pendapatan komprehensif lain. Sedangkan laba rugi (profit or loss) atau laba bersih (net income) adalah total pendapatan (income) dan beban (expenses), tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.

10

DAFTAR PUSTAKA http://sury88.blogspot.com/2012/12/laporan-laba-rugi.html http://sibukkerjatugas.wordpress.com/2011/12/13/konsep-laba-income-concept/ http://rahmat.my.id/konsep-pengertian-dan-kualitas-informasi-laba-dalam-laporan-keuangan.htm

11

Anda mungkin juga menyukai